TERMODINAMIKA
SIKLUS PENDINGIN
PENYUSUN :
SIKLUS PENDINGIN
Wahyu Kurniawan1, Rizaldi Lugman Syamsa Mahendra2
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,
Indonesia email: wahyukur51@gmail,com
ABSTRAK
Refrigerant merupakan metode dari perpindahan panas. Dasar dari ilmu ini ialah suatu zat
cair dapat diuapkan pada temperature berapa saja yang diinginkan dengan perubahan tekanan di
atasnya. Pada sistem pendingin terdapat alat seperti kompresor, kondensor, katup expansi, dan
evaporator. Siklus pendingin bermula dari kompresor yang melepaskan refrigerant untuk mengalir
ke kondensor agar mengembun. Selanjutnya cairan masuk ke katup ekspansi akan merubah cairan
menjadi bertekanan dan temperature rendah. Selanjutnya cairan refrigerant ini dialirkan ke
evaporator untuk proses penguapan. Dan panas yang dihasilkan ini selanjutnya akan di bawa lagi
keluar untuk dibuang yang sebelumnya terlebih dahulu melewati kompresor. Dilakukannya
percobaan untuk mencari nilai Coeficient of Perform agar dapat diketahui sebuah sistem pendingin
berjalan baik atau tidak. Diperlukan tabel uap panas pada jenis refrigerant untuk mengetahui
entalpi pada setiap titik sistem pendinginan. Selanjutnya dilakukan analisis perhitungan dan
diperoleh hasil bahwa semakin meningkatnya tekanan keluar kompresor maka akan menurunkan
nilai Coeficient of Performance. Dari keseluruhan data didapat disimpulkan bahwa siklus
pendinginan berjalan baik karena nilai COP keseluruhan di atas angka satu. Secara berurutan
pendingin R-12 memiliki nilai COP terendah diikuti oleh pendingin R-22 Dan Amonia merupakan
pendingin dengan nilai COP tertinggi.
mencari nilai entalpi pada setiap titik proses 4.3 Analisa Perhitungan
pendinginan dengan tabel uap panas jenis 4.3.1 Fluida Amoniak
fluida yang digunakan. Selanjutnya Tabel yang digunakan yaitu tabel A-14
dilakukan analisis perhitungan nilai daya
kompresor dengan persamaan (1). Lalu
mencari nilai kalor yang dibuang oleh
kondensor dengan persamaan (2). Dan
persamaan (3) digunakan untuk mengetahui
nilai kalor yang diserap oleh evaporator.
Maka nilai COP dapat diketahui dengan
persamaan (4). Dan dimunculkan grafik
nilai COP terhadap tekanan keluar
kompresor pada setiap jenis aliran fluida.
Diagram P-h
8 3 2
Pengembunan
7
6
Tekanan (bar)
Ekspansi
5
4
3
2 Penguapan
1 4
1
0 1
H3 = 242,75 kJ/kg = H4
H2 = 1637,64 kJ/kg
H3 = 258,55 kJ/kg = H4
𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝑄𝐸 = 𝐻1 − 𝐻4 = 1407,75 − 273,44
𝑘𝑔 𝑘𝑔 Maka daya kompresornya
𝑘𝐽 𝑊𝐶 = 𝐻2 − 𝐻1
= 1134,31
𝑘𝑔 𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
= 1690,57 − 1407,75 = 282,82
Jadi nilai COP 𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑄𝐸 1134,31 𝑘𝐽/𝑘𝑔 Panas yang dibuang kondensor
𝐶𝑂𝑃 = = = 4,2
𝑊𝐶 265,12 𝑘𝐽/𝑘𝑔 𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝑄𝐶 = 𝐻2 − 𝐻3 = 1690,57 − 288,67
Nilai Coeficient of Performance di atas 1 𝑘𝑔 𝑘𝑔
jadi pendinginan baik 𝑘𝐽
= 1401,9
𝑘𝑔
4.3.1.4 P3 = 137 Psia Panas yang diserap oleh evaporator
P3 = 0,944 MPa x 10 bar = 9,44 bar 𝑘𝐽 𝑘𝐽
Mencari nilai H2 dengan S1=S2 dan P2=P3 𝑄𝐸 = 𝐻1 − 𝐻4 = 1407,75 𝑘𝑔 − 288,67 𝑘𝑔
dengan bantuan tabel A-15 𝑘𝐽
Nilai H pada 9 bar dan S1 = 1119,08
𝑘𝑔
Jadi nilai COP
𝑄𝐸 1119,08 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝐶𝑂𝑃 = = = 3,9
𝑊𝐶 288,67 𝑘𝐽/𝑘𝑔
Nilai Coeficient of Performance di atas 1
jadi pendinginan baik
H2 = 1690,57 kJ/kg
H3 = 288,67 kJ/kg = H4
Termodinamika - Jurnal Teknik Mesin
H2 = 275,94 kJ/kg
H3 = 57,79 kJ/kg = H4
𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝑄𝐸 = 𝐻1 − 𝐻4 = 235,88 − 57,79
𝑘𝑔 𝑘𝑔 Maka daya kompresornya
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
= 178,09 𝑊𝐶 = 𝐻2 − 𝐻1 = 278,78 − 235,88
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
Jadi nilai COP 𝑘𝐽
= 42,9
𝑄𝐸 178,09 𝑘𝐽/𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝐶𝑂𝑃 = = = 4,4
𝑊𝐶 40,06 𝑘𝐽/𝑘𝑔 Panas yang dibuang kondensor
Nilai Coeficient of Performance di atas 1 𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝑄𝐶 = 𝐻2 − 𝐻3 = 278,78 − 61,99
jadi pendinginan baik 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑘𝐽
= 216,79
4.3.2.2 P3 = 112 Psia 𝑘𝑔
P3 = 0,772 MPa x 10 bar = 7,72 bar Panas yang diserap oleh evaporator
Mencari nilai H2 dengan S1=S2 dan P2=P3 𝑘𝐽 𝑘𝐽
dengan bantuan tabel A-9 𝑄𝐸 = 𝐻1 − 𝐻4 = 235,88 − 61,99
𝑘𝑔 𝑘𝑔
Nilai H pada 7 bar dan S1 𝑘𝐽
= 173,89
𝑘𝑔
Jadi nilai COP
𝑄𝐸 173.89 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝐶𝑂𝑃 = = =4
𝑊𝐶 42,9 𝑘𝐽/𝑘𝑔
Nilai Coeficient of Performance di atas 1
jadi pendinginan baik
Nilai H pada 8 bar dan S1
4.3.2.3 P3 = 124 Psia
P3 = 0,854 MPa x 10 bar = 8,54 bar
Mencari nilai H2 dengan S1=S2 dan P2=P3
dengan bantuan tabel A-9
Nilai H pada 8 bar dan S1
Maka nilai H pada 7,72 bar
H3 = 61,99 kJ/kg = H4
Termodinamika - Jurnal Teknik Mesin
H3 = 66,26 kJ/kg = H4
H3 = 226,54 kJ/kg = H4
H2 = 371,22 kJ/kg
H2 = 373,15 kJ/kg
H2 = 375,04 kJ/kg
𝑄𝐸 108,05 𝑘𝐽/𝑘𝑔 𝑘𝐽 𝑘𝐽
𝐶𝑂𝑃 = = = 3,3 𝑄𝐶 = 𝐻2 − 𝐻3 = 376,92 − 238,56
𝑊𝐶 32,53 𝑘𝐽/𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
Nilai Coeficient of Performance di atas 1 𝑘𝐽
= 138,36
jadi pendinginan baik 𝑘𝑔
Panas yang diserap oleh evaporator
4.3.3.4 P3 = 137 Psia 𝑘𝐽 𝑘𝐽
P3 = 0,944 MPa x 10 bar = 9,44 bar 𝑄 𝐸 = 𝐻1 − 𝐻4 = 342,51 − 238,56
𝑘𝑔 𝑘𝑔
Mencari nilai H2 dengan S1=S2 dan P2=P3 𝑘𝐽
= 103,95
𝑘𝑔
Jadi nilai COP
𝑄𝐸 103,95 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝐶𝑂𝑃 = = =3
𝑊𝐶 34,41 𝑘𝐽/𝑘𝑔
Nilai Coeficient of Performance di atas 1
jadi pendinginan baik
4.4 4.2
4 4 3.9
4 3.7
3.6 3.4
3 3.2 3
Amonia
2 R-22
R-12
0
H3 = 238,56 kJ/kg = H4 101 112 124 137
TEKANAN KELUAR KOMPRESOR (PSIA))
Maka daya kompresornya Grafik 1 Efisiensi Siklus Terhadap Tekanan Masuk Turbin
pada Jenis Aliran
𝑊𝐶 = 𝐻2 − 𝐻1
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽 4.5 Pembahasan
= 376,92 − 342,51 = 34,41
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔 Sebuah sistem pendingin dialiri tiga
Panas yang dibuang kondensor jenis fluida yaitu amoniak, R-22, dan R-12
dengan tekanan masuk 20 Psia atau 1,37 bar.
Setiap jenis fluida tekanan keluar kompresor
senilai 101 Psia atau 6,96 bar, 112 Psia atau
7,72 bar, 124 Psia atau 8,54 bar, dan 137
Termodinamika - Jurnal Teknik Mesin
Psia atau 9,44 bar. Untuk fluida amoniak keluar 124 Psia nilai H2 sebesar 281,6
nilai H1 adalah 1407,75 kJ/kg, untuk kJ/kg, H3 didapat 66,26 kJ/kg yang hasilnya
tekanan keluar 101 Psia nilai H2 sebesar sama dengan H4. Maka nilai daya
1637,64 kJ/kg, H3 didapat 242,75 kJ/kg kompresor sebesar 45,72 kJ/kg. Diperlukan
yang hasilnya sama dengan H4. Maka nilai kalor sebesar 215,34 kJ/kg untuk
daya kompresor sebesar 229,89 kJ/kg. kompresor, dan pada evaporator
Diperlukan kalor sebesar 1394,89 kJ/kg memerlukan kalor sebesar 169,62. Jadi nilai
untuk kompresor, dan pada evaporator COP-nya 3,7. Dan untuk tekanan keluar 137
memerlukan kalor sebesar 1165. Jadi nilai Psia nilai H2 sebesar 284,43 kJ/kg, H3
COP-nya 5. Pada tekanan keluar 112 Psia didapat 70,66 kJ/kg yang hasilnya sama
nilai H2 sebesar 1655,08 kJ/kg, H3 didapat dengan H4. Maka nilai daya kompresor
258,55 kJ/kg yang hasilnya sama dengan sebesar 48,55 kJ/kg. Diperlukan kalor
H4. Maka nilai daya kompresor sebesar sebesar 213,77 kJ/kg untuk kompresor, dan
247,33 kJ/kg. Diperlukan kalor sebesar pada evaporator memerlukan kalor sebesar
1396,53 kJ/kg untuk kompresor, dan pada 165,22. Jadi nilai COP-nya 3,4. Untuk
evaporator memerlukan kalor sebesar fluida R-12 nilai H1 adalah 342,51 kJ/kg,
1149,2. Jadi nilai COP-nya 4,6. Pendingin untuk tekanan keluar 101 Psia nilai H2
dengan tekanan keluar 124 Psia nilai H2 sebesar 371,22 kJ/kg, H3 didapat 226,54
sebesar 1672.87 kJ/kg, H3 didapat 273,44 kJ/kg yang hasilnya sama dengan H4. Maka
kJ/kg yang hasilnya sama dengan H4. Maka nilai daya kompresor sebesar 28,71 kJ/kg.
nilai daya kompresor sebesar 265,12 kJ/kg. Diperlukan kalor sebesar 144,68 kJ/kg
Diperlukan kalor sebesar 1399,43 kJ/kg untuk kompresor, dan pada evaporator
untuk kompresor, dan pada evaporator memerlukan kalor sebesar 115,97. Jadi nilai
memerlukan kalor sebesar 1134,31. Jadi COP-nya 4. Pada tekanan keluar 112 Psia
nilai COP-nya 4,2. Dan untuk tekanan nilai H2 sebesar 373,15 kJ/kg, H3 didapat
keluar 137 Psia nilai H2 sebesar 1690,57 230,48 kJ/kg yang hasilnya sama dengan
kJ/kg, H3 didapat 288,67 kJ/kg yang H4. Maka nilai daya kompresor sebesar
hasilnya sama dengan H4. Maka nilai daya 30,64 kJ/kg. Diperlukan kalor sebesar
kompresor sebesar 282,82 kJ/kg. 142,67 kJ/kg untuk kompresor, dan pada
Diperlukan kalor sebesar 1401,9 kJ/kg evaporator memerlukan kalor sebesar
untuk kompresor, dan pada evaporator 112,03. Jadi nilai COP-nya 3,6. Pendingin
memerlukan kalor sebesar 1198,08. Jadi dengan tekanan keluar 124 Psia nilai H2
nilai COP-nya 3,9. Untuk fluida R-22 nilai sebesar 375,04 kJ/kg, H3 didapat 234,46
H1 adalah 235,88 kJ/kg, untuk tekanan kJ/kg yang hasilnya sama dengan H4. Maka
keluar 101 Psia nilai H2 sebesar 275,94 nilai daya kompresor sebesar 32,53 kJ/kg.
kJ/kg, H3 didapat 57,79 kJ/kg yang hasilnya Diperlukan kalor sebesar 140,58 kJ/kg
sama dengan H4. Maka nilai daya untuk kompresor, dan pada evaporator
kompresor sebesar 40,06 kJ/kg. Diperlukan memerlukan kalor sebesar 108,05. Jadi nilai
kalor sebesar 218,15 kJ/kg untuk COP-nya 3,3. Dan untuk tekanan keluar 137
kompresor, dan pada evaporator Psia nilai H2 sebesar 376,92 kJ/kg, H3
memerlukan kalor sebesar 178,09. Jadi nilai didapat 238,56 kJ/kg yang hasilnya sama
COP-nya 4,4. Pada tekanan keluar 112 Psia dengan H4. Maka nilai daya kompresor
nilai H2 sebesar 278,78 kJ/kg, H3 didapat sebesar 34,41 kJ/kg. Diperlukan kalor
61,99 kJ/kg yang hasilnya sama dengan H4. sebesar 138,36 kJ/kg untuk kompresor, dan
Maka nilai daya kompresor sebesar 42,9 pada evaporator memerlukan kalor sebesar
kJ/kg. Diperlukan kalor sebesar 216,79 103,95. Jadi nilai COP-nya 3. Dari analisis
kJ/kg untuk kompresor, dan pada evaporator perhitungan diperoleh hasil bahwa semakin
memerlukan kalor sebesar 173,89. Jadi nilai meningkatnya tekanan keluar kompresor
COP-nya 4. Pendingin dengan tekanan maka akan menurunkan nilai Coeficient of
Termodinamika - Jurnal Teknik Mesin
IV. KESIMPULAN
Dasar dari ilmu pendingin ialah suatu zat
cair dapat diuapkan pada temperature
berapa saja yang diinginkan dengan
perubahan tekanan di atasnya. Pada sistem
pendingin terdapat alat seperti kompresor,
kondensor, katup expansi, dan evaporator.
Dilakukannya percobaan untuk mencari
nilai Coeficient of Perform agar dapat
diketahui sebuah sistem pendingin berjalan
baik atau tidak. Diperlukan analisis
perhitungan dan diperoleh hasil bahwa
semakin meningkatnya tekanan keluar
kompresor maka akan menurunkan nilai
Coeficient of Performance. Dari
keseluruhan data didapat disimpulkan
bahwa siklus pendinginan berjalan baik
karena nilai COP keseluruhan di atas angka
satu. Secara berurutan pendingin R-12
memiliki nilai COP terendah diikuti oleh
pendingin R-22 Dan Amonia merupakan
pendingin dengan nilai COP tertinggi.
V. REFERENSI
[1] Simatupang, M.A., Candra, I. V. M.
2014 Termodinamika II “Sistem
Refrigerasi (Pendinginan). Semarang:
Program Studi Diploma III Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
[2] Werlin, S. 1987. Termodinamika Teori-
Soal-Penyelesaian. Bandung: CV.
Armico.
[3] Reynolds, William C; Perkins, Henry
C. 1991. Engineerng Thermodynamics.
Hill: Mc Grow.
[4] Moran, M., Shapiro, H., Munson, B,
Dewitt, D. 2004. Introduction to
Thermal System Engineering. USA:
John Wiley and Son.