Anda di halaman 1dari 2

Jangan takut berbuat kebaikan!!

Hari Kamis kemarin, saya izin meninggalkan kantor lebih awal untuk mengurus kepindahan
kewarganegaraan (dari KTP Solo menuju KTP Bontang). Sesampainya di TKP (bukan KTP lho ya)
petugas disana sudah tidak melayani alasanya waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WITA.

Bentar-bentar saya kembali ke pintu masuk bertuliskan jam operasional kantor.

Saya liat jam layanannya :

Senin-kamis pagi jam 08.00- .00 dan siang 13. - .00,

Jumat hanya jam 08.00-10.00,

Saya mau protes juga ga bisa nih, lha emang ga ditentukan jam berakhirnya, semacam kena sensor
KPI gitu. Saya hanya bisa gemes sambil makan fotokopi surat pengantar lurah, melihat adegan
tersebut seorang bapak paruh baya yang juga tak dilayani menyodorkan kunci motornya, mau saya
makan ternyata keras, ya sudah saya jajan es dawet aja (lupakan, saya bukan pemain debus). Yossh!
Saya bertekad kembali dihari Jumat, saya berniat setulus jiwa berangkat sepagi mungkin supaya
tidak telat lagi, jajan es dawetnya (lhoh?).

Nah tibalah hari jumat, ijin keluar kantor pukul 09.00. Tak mau telat, buru-buru saya tancap gas
menyusuri jalanan aspal, dibalik kaca helm yang terlihat adalah sirkuit monaco lengkap dengan
tukang jualan es di tribun penonton (lo pikir tong setan bro). skip. Sambil liat kanan-kiri ada spanduk
bertuliskan “jatuh diaspal tak seindah jatuh cinta' seketika saya kurangi kecepatan motor kebatas
aman, 20 km/jam. Apadaya saya disalip beberapa bule yang sedang lari pagi, gue gas lagi aja.

Singkat cerita (apa emang udah kepanjangan ya? Wkwkwk) dalam kecepatan tinggi tiba-tiba motor
jadi ga stabil, saya tengok kanan barangkali muncul sosok marquez yang nendang ditikungan tadi,
(eh itu sirkuit sepang ding ya bukan monaco, hehe..) saya amati beberapa saat tak segera muncul
sosoknya.

2 jam kemudian.... Tik tok tik tok..

Setelah saya pelajari dengan seksama ternyata ban motor bocor (ni runyam banget ga sih, nentuin
ban bocor aja lamanya kaya sholat gerhana haha). Berhubung waktu yang udah teramat mepet,
ditambah tidak ada pit stop, akhirnya saya lanjutkan perjalanan dengan kondisi ban dalam yang
semakin hancur. Kiri-Kanan kulihat saja, tak ada tambal ban buka (sing:naik-naik ke puncak gunung).
Baru saya menyadari tambal ban itu merupakan pekerjaan yang mulia. Setelah lap keempat (masih
terlihat seperti di monaco) hehe.. Akhirnya nemu juga tukang tambal ban, bapak berperawakan
sedang dengan kulit sawo matang bersama senyum diwajahnya mempersilakan saya duduk.

Singkat cerita lagi (bertele-tele) wkwk.. Saya bertahan dalam posisi berdiri karena masih dilanda
kepanikan. Demi melihat kegusaran saya, sebut saja pak bengkel bertanya "kok keliatannya buru
buru mas?" saya pun menjelaskan kejadianya urut seperti latar belakang sampai dapus. Beliaupun
menanggapi mantap "wow gila kamu mas" oke skip.! Inilah kejadian yang sesungguhnya, beliau
kemudian menawarkan "mas pake motor saya aja itu, gapapa", belum sempat saya menimpali,
beliau kembali berujar dengan wajah yang masih berseri "hari jumat kan pendek, nanti malah telat",
saya dengan canggung menaiki motor matic keluaran 2015 itu.
Sesaat setelah saya berhasil menyalakan mesin motor, beliau berkata lagi "kalo ada razia, stnk nya
dibawah jok ya mas", sambil lalu saya mengiyakan, kemudian gas motor dan kembali saya ke lintasan
monaco (efek kesendirian di bontang).. Haha..

Sampai tengah jalan (literally di pinggir jalan sih sebenernya) saya berpikir "loh saya ini bawa motor
dan stnk nya ya" "loh kalo saya jual bisa buat beli dawet dong, sampai bisa buat renang", pikiran
pedagang asongan muncul. Bagaimana bisa bapak yang baru kenal berani meminjamkan motor
barunya lengkap dengan stnk, apa jaminanya?. Just info: motor yang saya pakai kharisma keluaran
2004 yang penuh debu, plat nopol mati sejak 2014. Bayangkan!! Kenapa bisa batman dan superman
berantem?? Eh ga nyambung ya?,,, hahaha serius ni.

Setelah menyelesaikan urusan, saya pun kembali ke bengkel itu. Sengaja saya bayar lebih dari biaya
tambal ban, itung-itung uang bensin yang saya pake tadi. Namun dengan nada tegas beliau menolak,
"saestu mas, ga usah, kaya apa aja masnya" akhirnya perseteruan sengit pun terjadi, saya memaksa
dengan mengancam menggunakan sebilah sepatu, bapaknya pun mengacungkan kunci inggris. Saya
pun kalah dan akhirnya tak jadi memberikan uang lebih.

Dimasa yang penuh kecurigaan ini banyak doktrin waspada terhadap orang asing, sampai-sampai
menahan kita untuk menolong dan berbuat kebaikan. Terimakasih bapak bengkel atas bantuanya.
Terimakasih atas inspirasinya. Terimakasih juga kepada saya yang ga jadi beli es dawet buat renang.

Anda mungkin juga menyukai