Anda di halaman 1dari 16

Page | 0

Bismillahirrahmanirrahim

Aku adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan yang bekerja untuk
melayani kehidupan masyarakat se-Indonesia. Pada waktu-waktu tertentu
aku biasanya mengisi dengan menulis karya inovasi. Tetapi pada hari ini aku
ingin menuliskan cerita tentang perjalanan hidupku.

“Mungkin kalian yang menyaksikan kehidupanku pasti bertanya, “Kok kamu


bisa gitu sih?”. Sebuah kesuksesan memang nggak bisa didapatkan begitu
saja, tanpa harus bekerja kerja keras, mandiri, pantang menyerah dan tidak
mudah puas. Inilah kisahku….

- ------- ---------------------------------------- -
++++++++ 1 ++++++++
- ------------------------------------------------ -

“He..he…he.. Ada Kinan, kagetin, ah!’ Pikirku licik. “Daar….!!”, teriakku


ketika Kinan masuk kelas. “Kok, kamu ngerjain aku terus sih? “ kata Kinan
dengan nafas deg - deg kan. “Terserah aku, kan aku cuma mau main,“
jawabku santai. Oh ya … perkenalkan namaku Dannis Fadillah Al-Wahyu, kata
orang aku anaknya pintar dan ingin tahu, hanya saja nakal dan bandel. Ayah
dan Mamaku adalah pengusaha yang sibuk, sedangkan kakakku bersekolah
di luar negeri tepatnya Australia. Aku punya adik tapi dia masih kecil, biasanya
diajak ke kantor sama Ayah. Aku ketemu Ayah dan Mama paling lama sekitar
jam 5 sore, biasanya aku diurus oleh pembantu di rumah.

“Danis!” Panggil guruku. Oh, dia pasti melaporkanku. “Kenapa kamu


mengganggu Kinan?”, tanya guruku. “Aku cuma pingin main sama dia Bu”,
jawabku. “Lain kali jangan diulangi.” Guru selalu memaklumiku, hanya karena
aku anak yang pintar. Aku tidak tahu sejak umur berapa kisah ini bermula,
intinya aku masih kecil dan sudah bersekolah. Hari-hari kulalui seperti biasa, usil
dengan teman, maupun dengan guru. Walaupun begitu guru-guru selalu
memaklumiku dan semua kenakalan yang mewarnai kehidupanku, hingga
ketika seseorang mengajariku apa itu arti kehidupan dan cita-cita Islam untuk
masa depan.

Page | 1
Kring… kring… kring…Bel pulang sekolah berbunyi. “Yeayyy……. “ ujarku
girang. Aku pulang dengan naik sepeda.

Sesampainya di rumah..
“Assalamualaikum!” Teriakku. Tak ada jawaban. Dengan cepat aku
mengintip garasi mobil, ”Kosong. Hmmn… sepertinya Mama dan Ayah belum
datang”. Otak jahilku aktif kembali, mataku berbinar-binar. “Yesss!!! I get
freedom… freedom!!! “ Teriakku dengan penuh bangga. Dengan segera aku
berlari menuju dapur untuk makan siang. Setelahnya, aku menggambarkan
sesuatu yang kuinginkan hingga aku terlelap dalam mimpiku yang
menakjubkan. “Hoam… oh ternyata sudah azan.” Ucapku ketika bangun dari
tidurku. Kemudian aku menonton film favoritku di TV.

Tak lama berselang, suara klakson mobil membuyarkan keseruanku


Dengan cepat aku mematikan TV dan berlari ke kamar untuk berpura - pura
menggambar. Beberapa menit kemudian, Mama datang ke kamarku dan
duduk di sampingku. “Anak Mama yang pintar. Sudah sholat dan ganti
baju?” Tanya Mama langsung. “He..he..he..”, kataku sambil menggaruk -
garuk kepala. Lalu, aku diajak ke ruang tamu dan duduk di sofa. “Mama dan
Ayah kok sudah pulang?” Tanyaku spontan memulai pembicaraan. “Padahal,
masih jam 3, biasanya jam 5, deh kayaknya?” ”Memangnya kamu nggak suka
kalau Mama Ayah pulang, ya?” Kata Mama balik bertanya. “Suka, sih..”,
kataku nyengir. “Minggu ini Ayah Mama lagi cuti,” jawab Mama. “Ma, cita-
cita itu apa sih?” Tanyaku tiba tiba, penasaran dengan pelajaran yang
diajarkan oleh Pak Hamid, guru di sekolahku. Beliau bilang hidup harus memiliki
tujuan dan cita cita. Sebenarnya hal ini sudah dijelaskan oleh beliau di
sekolah, tetapi aku asyik bercanda dengan Azmi, temanku.

Tiba - tiba Ayah datang sambil menggandeng Dani, adikku. “Katanya,


anak Ayah suka usil di sekolah, bener atau nggak ?!” Aku tertunduk diam.
“Suka ngagetin teman sampai temannya kaget, sembunyikan buku teman,
bohong sama guru, mainan di kelas…” lanjut Ayah lagi. “E- ehh…,” ujarku
terbata - bata. ”Di rumah, suka buat Dani menangis, padahal adik tidak
ganggu kamu kan?” sahut Mama tiba-tiba. “Aaaargh.. Nggak, kok… itu.. itu
nggak sengaja. Jujur deh Maa…,” ujarku sedikit sebal. “Aaahhh…. Nggak,
nggak sekarang aku gak akan kayak gitu lagi…,“ kataku dengan penuh
kekesalan dengan marah aku masuk ke kamarku dan membanting pintu.

Page | 2
Mamaku menghela nafas dan menggeleng kecewa. Dani menangis
digendongan Ayah, Dani berpindah ke Mama. Ayah menatapku saat menuju
ke kamar dengan raut wajah menahan amarah, Mama menenangkan Ayah.
“Biarkan saja dia, dia perlu berfikir, semoga saja Danis segera berubah
menjadi anak baik,” kata Mamaku berharap.

Waktu terus berjalan tetapi masih saja aku mengulang ulang kesalahan
serupa. Semua nasihat yang diberikan oleh Ayah, Mama dan Guru, aku
terima. Aku paham akan kesalahanku tapi sangat sulit untuk mengubah
kebiasaan buruk yang hampir mendarah daging. Sampai suatu ketika saat
aku sudah di antara jenjang SD dan SMP alias kelas 6 semester 2, kesalahan
demi kesalahan masih saja kulakukan hingga ayah kembali marah padaku,
Mama kecewa padaku dan Dani yang kini sudah menginjak anak-anak
hanya diam melihat ketika aku menanggapi nasihat ayah dengan wajah
yang ia pahami bahwa dia tidak boleh seperti itu. Kamarku adalah tempat
dimana aku bisa melepaskan semua kekesalan dan emosi. Hingga suatu saat
setelah ku menutup telinga dan kembali berlari ke kamar…

Di kamar aku melampiaskan seluruh kekesalanku. Aku mengobrak abrik


kasurku dan akhirnya aku menangis beberapa menit kemudian kuambil
gadget pemberian ayah yang merupakan hadiah karena aku sering
mendapatkan peringkat 1 berturut turut, kubuka medsos IG dan membuka
laman beranda, setelah capek men scroll beranda dan tidak ada yang bisa
membuat emosiku hilang, kubuka laman chat. Aku melihat chat Kak Zala,
yang merupakan teman kakakku yang sedang aktif, kucoba untuk
menghubungi Kak Zala.

Page | 3
Setelah melihat pernyataan Kak Zala ku putuskan untuk mengakhiri
percakapanku dengannya. Aku terdiam dan memikirkan kata kata Kak Zala.
“ Benar juga apa yang dikatakan Kak Zala…. Hhh… apakah aku juga bisa
seperti Kak Zala ? “ batinku dalam hati. Kurenungi kembali semua
perbuatanku yang membuat hati Mama dan Ayah sakit. “Bukankah aku
sudah terlambat?”, pernyataan ini muncul dari benakku.” Kalau sudah
terlambat, aku tidak bisa berbuat apa apa lagi”. Terdiam sesaat, “”tidak ada
kata terlambat,selama kamu ingin berubah dan punya niat yang baik, pasti
bisa”” bisik suara hatiku. ” benar juga ya…. Jika orang lain bisa, mengapa aku
tidak”, pikirku. “ mulai saat ini aku harus berubah, ya benar aku harus
berubah… aku harus berubah !!!!!!!” Ujarku bersemangat.

Page | 4
- ------- ---------------------------------------- -
++++++++ 2 ++++++++
- ------------------------------------------------ -

Kurapikan kembali kamarku yang berantakan, kemudian aku menulis


sesuatu diatas kertas putih sedang, dan hampir setiap sudut kamar aku
pasang tulisan itu. Tulisan itu tak lain hanyalah kata-kata untuk memotivasi
diriku untuk berubah dan bisa seperti Kakakku sendiri dan Kak Zala.
“Hoam…ngantuk,” kataku setelah kelelahan membersihkan kamarku yang
bisa dikatakan seperti kapal pecah. “Kok, sepi ya”, gumam Ayah di lantai 1.
Dengan penasaran, Ayah naik menuju kamarku. ”Cklek … jeglag…” Ayah
melihat kondisi kamarku yang lebih rapi daripada sebelumnya dan sebelum
menutup pintu, ayah melihat salah satu kertas berisi motivasi yang kubuat.
Saat ayah melihat tulisan yang kutulis di dinding, Ayah terharu mengetahui
maksud dari tulisan itu. Aku akan berubah.

Kucoba untuk sedikit demi sedikit, memang berat dan semua butuh
pengorbanan. Jam tidur pagi harus dihilangkan dengan cara membantu
ayah membersihkan pekarangan rumah dan merapikan garasi dan sekaligus
bengkel. Pada awalnya semua ini sangat sangatlah berat, hingga akhirnya
aku merasakan perubahan yang terjadi pada diriku dan Ayah dan Mama
sangat senang akan perubahanku. Senang akan perubahan sikapku, Kak
Damar juga mengetahuinya hingga pada suatu hari Kak Damar mengirimkan
pesan melalui Whatsapp. Kemudian, aku membacanya melalui WA Web.

Page | 5
Ok, seperti yang kukatakan tadi, aku mau belajar untuk persiapan
lomba minggu depan, dan lomba ini bukanlah lomba biasa. Maksudnya
tetap taraf Internasional yang berbeda hanya saja aku lomba secara offline.
Ya, ini adalah kali pertamanya aku keluar negeri tepatnya aku ke Denmark
untuk mengikuti lomba IKMC. International Kangaroo Mathematic Contest. Ini
merupakan ke 3 kalinya aku mengikuti lomba IKMC dan pertama kalinya aku
ke luar negeri !!! Yeah……

Page | 6
- ------- ---------------------------------------- -
++++++++ 3 ++++++++
- ------------------------------------------------ -

Pada hari ini, Sabtu, 20 april 2018 aku akan pergi ke Denmark bersama
Kak Ghazi yang merupakan guru pendampingku. Kalau mau tahu Kak Ghazi
adalah kakak kelasku loh. Alumni angkatan 2013. “Pasti lebih asyik dan lebih
aman kalau sama kakak kelas,“ pikirku. Rata-rata durasi penerbangan non-
stop dari Jakarta sampai Copenhagen adalah 1900 m, kira kira selama 19 jam
15 menit. Aku yang tidak terbiasa dengan suasana pesawat, apalagi untuk
waktu yang sangat sangat lama, aku mengalami mabuk pesawat. Kepalaku
sangat pusing, pandanganku buram dan akhirnya semua menjadi gelap.
Hitam.

“Danis, Danis are you okay?” Itulah suara pertama saat aku tersadar dari
pingsan, tidur, eh entahlah aku tidak tahu tidur atau pingsan. I don't know.
Sadar, aku tidak berada di pesawat lagi. Tidak ada Kak Ghazi di sekelilingku,
aku panik dan menangis memanggil nama Kak Ghazi. Salah satu perawat
yang berdiri di samping pintu keluar dan kembali bersama Kak Ghazi, dengan
segera Kak Ghazi menenangkanku dan menjelaskan semua yang telah
terjadi. Melihat hal itu semua perawat dan dokter keluar dari ruangan,
membiarkanku bersama Kak Ghazi. Yang kuingat pada saat itu aku
bertingkah selayaknya anak kecil dan hal itu menurutku wajar karena itu
merupakan kali pertamanya aku berada di luar negeri dan langsung
mendapat hal semacam itu.

Setelah dirawat di Rumah Sakit Rigshospitalet - København selama 2


hari. Aku diizinkan untuk melanjutkan perjalananku selama di Denmark.
Selepas dari RS Rigsho… -ah aku lupa bagaimana mengejanya- aku dan Kak
Ghazi langsung menuju Hotel dimana kami akan tinggal selama berada di
Denmark. Kalau tidak salah ingat nama Hotelnya yaitu Bernostorffsgade.
Setelah check-in aku langsung ke kamarku yang berada di lantai tiga. Hari itu
seharian aku dan Kak Ghazi berkeliling Hotel dan pergi ke Krigmusset, sebuah
museum perang yang terletak tidak jauh dari tempat kami menginap. Kami
pergi kesana kira kira 10 menit dengan menaiki bus umum.

Lomba IKMC 2018 diadakan pada tanggal 26 april 2018, aku telah
mempersiapkan segala sesuatunya agar aku bisa memenangkan lomba ini.
Setiap malam aku tidak lupa untuk bangun tahajud dan mengaji setelah itu
aku langsung belajar sampai pagi sekitar jam 7 untuk sarapan.

Page | 7
Hari ini adalah hari dimana aku akan melewati lomba IKMC yang ke 3
kalinya. Sehabis sarapan aku langsung berangkat menuju tempat lomba akan
dilaksanakan. Disana aku melihat semua anak-anak yang lain yang tak lain
adalah para pesaingku. Sebelum lomba dimulai aku sempat mengirim pesan
kepada Mama dan Ayah agar mereka mendoakanku.

Lomba dimulai … aku tidak ingin menceritakan secara detail saat aku
lomba hanya saja aku ingin menuliskan bahwa rata-rata dari semua peserta
yang lain banyak yang menggunakan earphone atau headset, aku tak
mengerti kenapa mereka melakukan hal itu.

Kulihat laci di bawah mejaku, disana ada 1 set earphone dan 1 set
headset, aku makin tak paham hingga akhirnya kudapati tulisan di sana yaitu:

You can use it if you want to focus more. Good luck !!!

Page | 8
- ------- ---------------------------------------- -
++++++++ 4 ++++++++
- ------------------------------------------------ -

1 Mei 2018, aku kembali terbang ke Jakarta dan tiba kurang lebih pukul
4 sore. Melelahkan dan untungnya tidak ada kejadian serupa seperti saat aku
pergi ke Copenhagen. Di rumah aku disambut oleh keluargaku dengan air
mata bahagia kusalimi kembali Ayah dan Mama, kupeluk Dani adikku yang
kini telah duduk di kelas 5. Setelah berkumpul bersama keluarga, kubuka
kembali pintu kamarku dan mengambil spidol merah besar. Aku mencari
kertas yang kutulis sebelum aku mengikuti lomba IKMC, kulingkari dan kuberi
centang. Senyum puas, bahagia dan akhirnya aku terlelap dalam tidur.

Keesokan harinya, saat aku kembali ke sekolah semua guru sangat


senang akan prestasi yang telah kuraih sebelumnya pada lomba IKMC. Aku
berhasil mendapatkan Emas. Alhamdulillah, sekolahku mengadakan acara
tasyakuran sebagai rasa syukur dan agar semua siswa yang lain dapat
menjadi sang juara seperti halnya diriku. Kukatakan juga pada mereka ketika
aku diminta maju untuk berpidato. “Kita semua belajar di sekolah yang sama,
kalau aku bisa kenapa kalian tidak ?”

Hari demi hari kulewati dengan mengukir prestasi, terkadang masih ada
beberapa kesalahan yang masih sering kulakukan yaitu, kurang disiplin. Dan
hal ini juga harus diberantas agar tidak kembali menjadi benalu yang akan
merusak semua kebaikan yang telah kulakukan.

Aku menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan teknologi inovasi,


dan hal ini pernah kucoba, berawal dari kekesalan saat acara hajatan, waktu
itu aku dan Dani diminta tolong untuk mengurus bagian konsumsi yang
seharusnya menurut kami itu pekerjaan wanita, sayangnya aku nggak punya
saudara perempuan. Huft… sebenarnya aku dan Dani sudah minta untuk
bantu pasang tenda tapi… takdir berkata lain. Awalnya menyenangkan
karena aku dan Dani hanya pergi kepasar untuk membeli bahan makanan
dan bumbu rempah-rempah, dan makin kesal saat diminta untuk mengupas
dan mengiris bawang. Kalau bawangnya hanya 1 piring aku masih okelah…
masih sanggup. Tapi ini aku dan Dani disuruh ngupas plus ngiris 5 karung
bawang!!! Sedih dan mau nangis saat itu, sudah tidak punya skillnya tapi harus
ngupas + ngiris segunungggg!!!

Page | 9
Dani sudah buat headband untuk nyemangatin dia, tapi aku ga mau.
Aku hanya melihat Dani yang berjuang mengupas bawang sampai mandi
keringat, bersin bersin, matanya merah berair. Aku ngipasin si Dani dan
membuatkan minuman dingin untuknya. Kasihan melihat si Dani aku bantu dia
ngupasin sambil menggerutu…..

Keesokan harinya aku minta izin ke Mama untuk pergi ke rumah Azfa
untuk refreshing 30 menit. Aku berjalan bersama Dani, sampai disana aku
melihat Azfa lagi ngajarin adiknya menggambar, aku dan Dani ikutan
nimbrung setelah 10 menit, Azfa masuk ngambilin minuman, Dani yang gabut
juga ikut-ikutan menggambar dan aku bantu rautin pensil warnanya adik Azfa.
Saat meraut tiba-tiba aku menyadari sesuatu, kemudian aku izin ke adiknya
Azfa untuk bongkar perautnya. Setelah kubongkar, aku akhirnya
mendapatkan ide. Senang akan hal ini aku memberikan sepotong coklat
kepada Adik Azfa dan mengajak Dani untuk segera pulang.

Saat pulang aku menarik Dani menyelinap masuk ke garasi mobil yang
sekaligus bengkel keluarga. Di bengkel aku melihat barang barang yang
dapat digunakan. Aku memberikan beberapa uang ke Dani untuk dibelikan
isi cutter. Sementara itu aku membongkar peti kemas yang berisi potongan
kayu. Saat Dani kembali aku langsung menjalankan aksiku. Setelah 15 menit,
dibantu oleh Dani aku berhasil menciptakan 2 alat yang sama, terlihat seperti
peraut, tapi itu memang yang diperlukan. Kembali ke dapur aku dan Dani
langsung mencoba alat itu. Dan “Yayyyyyyy…., BERHASIL!” Sorakku gembira.
Dengan alat ini aku dan Dani meringkas waktu dari 3 jam menjadi 2 jam.
Ahaha….. Kurang efektif tapi itu sangat sangat membantu.

Selain alat pengiris bawang aku juga membuat alat yang lain, alat
ini aku buat saat acara akhir semester 2 kelas 9. Saat itu di sekolahku diadakan
acara lomba garnish tumpeng super besar, karena kelamaan memotong
mentimun, tiba - tiba aku kepikiran bagaimana caranya agar timun itu cepat
terpotong. Aku melihat sekelilingku.”Hmnn…, itu dia!” Kalimat itu muncul
saat aku melihat banyak bekas kaleng minuman dan makanan kaleng seperti
ikan sarden di meja sebelah. Aku tanya ke teman meja sebelah, dan ternyata
itu nggak dipakai. Aku langsung mengambil satu, memotongnya menjadi
sebuah alat sederhana dan mencoba menggunakannya, sehingga ketika
mentimun itu diputar bisa teriris banyak. Dan karena itu kelompokku jadi lebih
cepat selesai dan kami lah pemenangnya.

Page | 10
Inilah aku, saat aku mau memasuki SMA, aku diterima dengan
mudahnya. Di SMA, aku juga sering mengikuti banyak lomba, dari jenjang
sekolah sampai Internasional. Suatu saat ketika aku dipilih untuk mengikuti
suatu lomba di Universitas. Aku mengikuti dengan lancar. Ketika namaku
masuk di final aku deg - deg an . Aku selesaikan soal dengan hati - hati. Aku
sangat gugup saat cerdas cermat, soalnya lawanku kuat juga, orang tiongkok
(keturunan indocin, sipit sipit matanya). Dan Alhamdulillah, aku bisa meraih
emas.

Setelah menghabiskan 3 tahun masa SMA, akhirnya inilah saatku


memilih apakah aku langsung terjun ke dunia kerja atau lanjut belajar.
Awalnya aku ingin langsung kerja di sebuah perusahaan otomotif terkenal
tetapi Ayah mendorongku untuk lanjut kuliah. Kata beliau sia-sia kalau aku
tidak kuliah. Soalnya nilai rapor SMA-ku sangat bagus. Oleh karena itu, aku
mencoba mencari tempat kuliah yang bagus, aku memilih untuk kuliah di ITB.
Ya, aku sudah meyakinkan diri. Aku mencari-cari cara untuk dapat masuk
kesana.

Saat aku membuka Whatsapp di HP dan secara tidak sengaja, Aku


melihat ada chat kak Damar yang mungkin sudah lama, tapi baru ku baca

Setelah membaca pesan Kak Damar, baru aku mengingat kembali dahulu
saat aku masih kelas 6, dulu aku dan Kak Damar pernah ngobrol tentang
kuliah. Langsung aku membuka laman pencarian tentang Harvard. Hampir
saja cita citaku lewat begitu saja. Thank you Kak..

Page | 11
- ------- ---------------------------------------- -
++++++++ 5 ++++++++
- ------------------------------------------------ -

Aku sempat putus harapan untuk masuk ke Harvard, saking banyaknya


plus sulitnya tes seperti, TOEFL / IELTS, GRE, SAT. Uhuhuhu… semalaman aku
frustasi dan tidak bisa tidur berkutat dengan buku pelajaran, kamus-kamus,
buku paket bahasa inggris, senjataku berhamburan, kamarku berantakan.
Sampai akhirnya Dani datang ke kamarku membawakan segelas teh dan
sepiring kue kecil. Dani bingung mau meletakkan dimana karena meja
belajarku penuh oleh kertas yang berantakan.

Dani yang memahami situasiku saat itu dia membuka kursi tinggi dan
meletakkan teh dan kue itu diatasnya. Dia menatapku kemudian berbalik
untuk merapikan beberapa kertas yang berserakan di lantai kamarku, menata
kembali meja belajarku dan memindahkan kue dan teh ke atas meja
belajarku. Aku membiarkan saja dia dan dia keluar kembali meninggalkan aku
sendirian, dan aku lihat dia meninggalkan pesan singkat. “Kalau Kak Damar
bisa diterima di Australia, Dani lolos seleksi IMSO, Kak Danis bisa tembus
Harvard !!!!! ”.

Page | 12
Melihat itu, secara tidak sadar aku berlari ke kamar mandi, menyalakan
shower, lalu aku menyiram kepalaku yang penat sekaligus mandi lagi. Selama
10 menit aku berendam dalam bathtub untuk menetralkan emosiku. Keluar
dari bathtub, aku mengganti bajuku yang sudah basah kuyup. Dan saat aku
hendak masuk kamar, kulihat Dani merapikan seluruh isi kamarku, dia
membuka gorden dan menyalakan lampu kecil. Tersadar jika aku melihatnya,
Dani berhenti sejenak, lalu ia melanjutkan lagi. Setelah semuanya rapi dia
memintaku untuk masuk dan meminum teh serta makan kue. Berbalik keluar.
Setelah itu aku kembali belajar saat aku menuju meja belajarku, kulihat foto
keluarga, teman teman SMP dan SMA ku dulu. Di bawahnya ada tulisan “
Don't give up we are with you and will pray for you. “

Setelah seminggu belajar, aku bisa melewati semua tes yang aku
takutkan sebelumnya. Hasilnya akan keluar bulan depan, untuk mengisi waktu
aku banyak mencari amal seperti, banyak berdoa, sholat tahajud dan
sunnah, mengaji, berdzikir, membantu Ayah Mama, membuat beberapa
inovasi lagi. Pada akhirnya usahaku berbuah manis. Benar kata pepatah
Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Aku L.O.L.O.S. dan RESMI menjadi
mahasiswa Harvard. “ ALHAMDULILLAH. ALLOHU AKBAR !!!! “ pekikku gembira
meneteskan air mata.

Page | 13
- ------- ---------------------------------------- -
++++++++ 6 ++++++++
- ------------------------------------------------ -

Hari minggu, aku berangkat menuju New York. Aku sudah mempersiapkan
semua barangku, dan kini aku berada di bandara internasional. Awalnya, aku
nggak tahan untuk meninggalkan Mama, Ayah, dan adik tapi ini demi cita-
cita tinggiku, aku harus berangkat. Lama berselang di pesawat, rasanya aku
bosan. Sampai di Bandara Internasional John F.Kennedy. Aku disambut oleh
orang yang yang memberikan aku beasiswa. Kalau tidak salah ingat
namanya Tn. Abraham Eric. Aku memanggilnya dengan Tn. Eric.

Aku menghabiskan waktu kira kira 6 tahun di Amerika, 1 tahun untuk


belajar bahasa dan penyetaraan pembelajaran sembari adaptasi
lingkungan se. 4 tahun sisanya untuk program perkuliahanku. Aku kuliah
jurusan teknik engineering, nah engineering ini memiliki 12 penjurusan lagi.
Aku memilih Computer Science. Dari namanya saja terlihat menarik but, lots
of things to learn. Prospek yang aku inginkan saat aku lulus dari universitas ini
adalah Web Engineer atau nama lainnya Developer / Artificial Intelligence
Specialist. Azekkss…

Aku masuk kuliah tahun 2022 dan kemungKinan lulus 2028 kalau mau
lebih cepat, lebih baik. Selama aku di Amerika, aku merasakan banyaknya
perbedaaan dengan di rumah sendiri mulai dari perbedaan waktunya yang
lebih lama 11 jam waktu Indonesia (Jakarta). Musimnya, waktu belajar, pola
hidup, orang orang disana, pokoknya serba berbeda. Berat pada awal tahun,
karena banyaknya yang harus dilakukan dan belum bisa mengatur waktu
secara efektif. Pernah suatu saat aku membuat jadwal, dan ternyata salah
kaprah aku menggunakan jam Indonesia bukan Amerika, jadwalku sangat
berantakan.

Akhirnya aku berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kondisi di


Amerika. Oh..iya ada satu yang selama ini ku anggap remeh, ternyata itu
sangat penting untuk anak kuliah. Apalagi, seperti aku yang nggak sama
orang tua lagi. Namanya MANDIRI. Karena, kalau dirumah aku terbiasanya
dilayani. Makanya saat kuliah nggak tahu bagaimana caranya. Yap…
merapikan kamar sendiri. Mungkin kalian pasti bertanya, “hah..gitu aja kok
nggak tahu.” Yaaa… tapi nyatanya emang gitu. Dari situ aku berusaha untuk
menatanya dalam bentuk yang rapi. Awalnya nggak bisa, tapi aku berusaha,
hingga, kini kamarku rapi terus setiap saat.

Page | 14
Setelah 5 tahun di Amerika, akhirnya aku LULUS dengan gelar
B.Comp.Sc (Bachelor of Computer Science). Dan aku memutuskan untuk
pulang kembali ke tanah airku yang tak akan kulupakan. Di Indonesia aku
mendirikan perusahaan yang menciptakan banyak cabang untuk
menciptakan aplikasi yang bermanfaat untuk setiap kalangan dan semua
ranah kehidupan seperti bisnis, politik, pendidikan, industri, pertambangan,
peternakan dan masih banyak yang lain. Karirku menanjak naik dari tahun ke
tahun banyak aspirasi yang perusahaanku terima untuk melayani semua
lapisan masyarakat dan hasilnya selalu di atas kata memuaskan. Sebagai
CEO tetap, aku memegang satu kunci yang sering aku tekankan ke seluruh
anggota perusahaan yaitu Disiplin waktu.

Aku tidak akan bercerita ke kalian perjalanan di masa aku kuliah. Soalnya
itu rahasia yang aku miliki dan nggak boleh orang ketahui. Yang intinya kunci
dari semua itu adalah; taat, disiplin waktu, mandiri, dan jangan pernah puas
dengan hasil yang kalian raih, karena bisa saja kalian masih dibawah dari
yang orang lain raih.

Suatu hari saat aku bertemu dengan Azmi, teman tempo dulu dan aku
benar benar tidak nyangka bakal ketemu lagi sama dia. Dia bekerja sebagai
Direktur Perusahaan yang bergerak di bidang Ekspor Impor. Kami mengobrol
panjang kali lebar dan tinggi alias volume. Saling bercerita bagaimana
hingga berada sampai posisi atau jabatan yang kami miliki.

Setelah lama bercerita aku berkata padanya “ Az, gimana kalau kisah
hidup kita, kita tulis menjadi sebuah buku? Bakalan seru nih.”

Azmi menjawab “Kamu yakin Dan, mau nulis dari awal hingga akhir?”
”Eh, Az kamu udah lupa ya ? Kalau aku punya kemauan pasti tak
kejarlah. Buktinya para pembaca sudah selesai membaca kisaku ini, iya kan?”

So, what the moral of this story ?

THE END

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai