Anda di halaman 1dari 7

Judul: Pewarna Tabirku

Karya: Ika Widia Astuti

Drrttt...!!!! Drrttt...!!! Getar hp di atas meja belajar. Namaku Bunga anak kabupaten
yang sering mendapat ujian dalam jaringan. Malam ini rasanya aku tak ingin membuka hp
mengingat jaringan yang sungguh teramat sangat tidak bersahabat, terlebih hujan lebat dan
mati lampu sehingga taada jaringan yang menjadi penghidupan untuk hp tercintaku. Ku buka
pesan dari grub whattsapp dengan jaringan yang datang sebentar lalu pergi tanpa rasa
bersalah seolah tak ingin memberi kebahagiaan di malam yang kelam. Mati lampu
menggelapkan otakku, membaca pesan dari grub whattsapp semakin mengundang rasa
kantuk yang menuntutku untuk melawan ujian di dalam ujian. “Hmmmm apalah dayaku,
anak kabupaten yang berjaringan tak semudah anak kota.” gerutuku

Pesan dari grub whattsapp mengagetkanku, Whattt...!!! seketika aku meloncat dari
tempat tidur karena ada pesan dari ketua kelas “Untuk semua teman-teman harap
mempersiapakan diri untuk besok karena besok akan diadakan...” belum sempat aku selesai
membaca hp ku lowbath. Aduhhhhh mau keluar di luar hujan deras banget, tapi kalau di
rumah aku gatau info ada apa di kelas. Hmmm Ayah sama Bunda pulang masih lama ngga
ya, gimana dong besok ada apa jangan bilang besok ada ujian, aduhhh gimana nih

Di rumah hanya ada aku dan pembantu rumah tangga, ngga mungkin aku meminjam
hp bibi karena hp bibi ngga android, oke aku harus ke rumah Syifa.

“Bibi, Bunga mau ke rumah Syifa mau tanya tugas hp Bunga lowbath, Bunga jalan
kaki aja Bi, soalnya hujannya deres banget.”izinku pada bibi

Berani ngga berani pokoknya aku harus berani, hujan deras angin kencang banyak
pohon tumbang dan aku berjalan seorang diri melewati pepohonan yang tergoyang angina
kencang. Takut pasti, tapi ya mau bagaimana lagi ini demi kebaikanku, dari pada aku telat
dan ngga tau info. Jalanan yang licin membuatku semakin tak bisa berjalan cepat, saat aku
sampai di pertigaan genangan air sangat tinggi tubuhku telah basah kuyup, sungguh dingin
pasti dan aku tadi lupa makan dari siang. Aduh udah ngga kuat lagi, aku memutuskan diri
untuk berhenti di depan toko dan beristirahat sejenak, berdiam seorang diri tubuh basah
kuyup meski aku memakai payung namun genangan air yang terkena ban mobil mengguyur
tubuhku, sungguh malam ini penuh warna ditengah gelapnya malam tanpa penerangan listrik
dan ditemani hujan angina yang menembus diriku.
Sesampainya di rumah Syifa tubuhku sudah sangat lemas, wajahku pucat dan rasanya
aku tak lagi bisa berjalan.

“Tok tok tok...!!! Syifa...!!!” panggilku sambil mengetuk pintu rumah Syifa

Aku menunggu di depan rumah Syifa namun taada jawaban, apa gaada orang ya di
rumah Syifa, aduhhh aku dingin banget lagi di rumah Syifa juga mati lampu namun dii rumah
Syifa memiliki deasel jadi tetap terang. Apa Syifa ngga kedengran suaraku ya, atau emang
Dia sedang ngga di rumah. Aku menunggu kurang lebih satu jam, namun pintu rumah Syifa
tetap terkunci hingga aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Hujan semakin dan angina
semakin kencang, pepohonan di tepi jalan banyak yang tumbang aku berjalan seorang diri
membawa payung dengan tubuh basah kuyup, lemas dan wajah pucat.

“Untuk sampai ke rumah, masih lumayan jauh tapi malam sudah semakin mendekati
pukul 24.00, nanti kalau Ayah Bunda nyari gimana tapi aku ngga bisa malanjutkan
perjalanan, tubuhku sangat kaku.” ucapku sambil menepi di halte

Aku sedikit menyesal mengapa aku dilahirkan di daerah yang susah jaringan padahal
semua info sekolah melalui jaringan, hmm teringat kala itu waktu aku ujian tiba-tiba lampu
mati tiba-tiba jaringan menghilang waktu tersisa tiga puluh menit aku bergegas ke warung
kopi tempat biasa aku mengerjakan tugas, namun waktu itu di sana banyak om-om bertato
dan karena takut aku mengurungkan niatku mengerjakan ujian di sana, namun ketika aku
kembali mengigat waktu ujian yang tak lagi lama aku memutuskan mengerjakan ujian di
depan pasar buku, hingga aku di usir oleh pemlik toko karena dikira aku orang gila yang
mencuri laptop, hingga aku menghindar dari pemilik toko dan berlari ke depan swalayan dan
melanjutkan mengerjakan ujian di sana, selesai mengerjakan ujian aku di usir oleh satpam di
kiranya aku bagian dari anggota orang-orang yang suka hipnotis, aduhhhh emang wajah-
wajah ku muka orang jahat apa gimana sih.

Aku menunggu hujan reda di halte, namun yang ada hujan semakin lebat dan tak
kunjung reda, duduk sendiri penuh rasa takut, tiba-tiba ada lelaki berbadan kekar mendekat,
tubuhku semakin gemetar apa yang harus kulakukan

“Waduhh siaa itu, jangan bilang itu orang jahat, ini bukan hanya ujian tapi ujian
dalam ujian. Lampu mati ada info dari kelas gabisa lihat, cari info ke rumah Syifa dia gaada
di rumah, sekarang malah ketemu dengan orang yang sangat menyeramkan, apalah dayaku
gadis sekolah yang lemah.” ucapku dalam hati
Aku segera meninggalkan halte meski hujan masih sangat deras dan angin semakin
kencang. Ujian semester sudah sangat dekat, dan aku ngga yakin kalau begini terus apa aku
bisa melalukan ujian dengan maksimal. Sepanjang jalan pikiran buruk menghantui ku, seolah
pohon-pohon di jalan berbicara dan meceritkan akan kesulitan yang harus ku perjuangkan, ini
demi masa depan masa iya hanya karena jaringan menjadi hambatan untukku meraih
kesusksesan. Sesampainya di rumah jarum jam menunjukkan pukul 24.45 dengan tubuh yang
basah kuyup dan wajah pucat Ayah dan Bunda menunggu di depan rumah dengan penuh rasa
khawatir, tubuhku menggigil dan melemas hingga sesampainya di teras aku tak sadarkan diri,
terbangun hari sudah pagi dengan jarum jam yang menunjukkan pukul 08.00 WIB.

“Bunga, kamu sudah bangun sayang tadi malam kamu basah kuyup dan pinsan di
depan rumah, istirahat saja dulu ya jangan terlalu capek badan kamu panas.” ucapBunda
perhatian

“Bunda boleh minta tolong ambilkan hp Bunga.” pintaku

Ku tengok grub whattsapp ternyata hari ini ada ujian online di adakan pukul 07.30
sampai pukul 08.30, terkaget aku melihat grub whattsapp 30 menit lagi waktu ujian selesai
dan aku belum mengerjakan sama sekali, aduhh aku masih sangat pusing dan tubuhku panas
tapi ngga mungkin aku tidak mengerjakan ujian hari ini karena pasti tidak ada ujian susulan.
Aku bergegas mengerjakan soal ujian dengan waktu yang tersisa 30 menit untuk
mengerjakan, ingin rasanya aku izin untuk hari ini tapi teramat sayang jika aku tidak
mengikuti ujian.

“Bunda, Bunga ada ujian hari ini batas waktunya sampai pukul 08.30.” ucapku pada
Bunda

“Kalau kamu tidak kuat, izin saja dulu sayang kamu sangat lemas, badanmu panas,
wajahmu pucat.”tutur Bunda

Engga, aku gaboleh lemah aku harus semangat mengerjakan soal ujian, pokoknya aku
harus ikut ujian meski waktu yang tersisa tinggal separuh, usahaku menyemangati diri
sendiri.

Waktu tersisan lima menit syukurlah aku selesai mengerjakan semua soal dengan baik
saatnya aku mengupload jawaban, sangat bersyukur meski semalem aku sempat berpikir
segala hal buruk di tengah rasa tenang karena semua soal sudah terjawab tiba-tiba jaringan
menghilang dan semua jawabanku blank, internet not connect oh my god ingin rasanya ingin
aku menangis dengan hal ini hasil jawabanku semua blank padahal waktu tersisa lima menit,
aduhhh aku berlari mencari jaringan, dengan tubuh sempoyongan dan wajah pucat aku berlari
sekuat tenaga menuju sepeda dan mengayuh kuat sepedaku, waktu tersisa tiga menit aku telah
sampai di dekat jalan raya syukurlah jaringan kembali pulih.

“Dua menit lagi aku harus cepat.” ucapku

Untunglah aku masih sedikit ingat dengan jawabanku sebelumnya jadi tinggal
mengisi pilihan jawaban saja, rasa cemas dan was-was beradu dalam diri menusuk seolah aku
tak boleh sakit karena sakit hanya akan membuatku lemah dan tak dapat bergerak cepat.
waktu tersisa lima belas detik pengisianku selesai dan aku langsung menguploadnya,
syukurlah selesai. Tubuhku kembali lemas setelah dibuat kaku oleh waktu yang beradu
dengan jaringan rumahku.

Aku duduk di sepeda dengan sedikit lebih tenang memegangi hp yang semalem
sempat lowbath dan karena teman sekelas yang rumahnya paling dekat adalah Syifa aku ke
rumah Syifa hingga aku kehujanan sampai sepanjang kejadian semalam bahkan sekarang aku
sakit dan harus mencari jaringan di tepi jalan. Tak sempat aku mengecek ulang jawaban
karena yang ku pikirkan adalah selesai dan terjawab semua dalam waktu yang tidak terlewat,
bukan aku tak ingin jawaban benar atau apa tapi saat ini orientasiku pada waktu yang tersisa
tak banyak. Pengiriman tugas pun selesai aku sangat bersyukur karena aku dapat mengirim
tugas tepat waktu meski aku sempat ingin menangis, sesampainya di depan rumah saat aku
hendak menyebrang aku sangat pusing dan ku lihat di seberang jalan ada seorang pengendara
motor yang berliku-liku dalam mengendarai motornya, Srakkkk....!!!! pengendara motor tak
sengaja membanting setir depedahku, tubuhku terlempar ke jalan aku terlempar jauh dari
sepedaku aduhhhhhh.....!!!! teriakku. Melihat aku terserempet motor dan pinsan warga yang
waktu itu ada di sekitar jalan menolongku dan ketika aku terbangun aku sudah di dalam
ruangan yang sangat asing, lagi-lagi aku tak sadarkan diri, ketika aku telah terbangun Ayah,
Bunda dan Bibi berada di sekelilingku dan mereka nampak memangis.

“Bunga...!!! Kamu sudah bangun sayang?” ucap Ayah tersenyum dan menangis

Aku merasa aneh dengan semua ini entah ini di mana dan siapa yang membawaku ke
sini, mengapa tubuhku kaku dan kakiku tak dapat digerakkan, seketika aku mengis dengan
penuh tanda tanya.
“Ayah, Bunda Bunga di mana? mengapa kaki Bunga tak dapat digerakkan?” tanyaku

Mendengar ringik pertanyaanku mereka taada yang menjawab bahkan mereka hanya
mengasi dan merunduk. Ada apa dengan ini semua, aku terus meringik pada mereka sembari
memukuli kakiku yang tak dapat digerakkan dan ketika aku memukuli kakiku taka da rasa
apapun, aku tak dapat merasakan pukulan pada kakiku. Ayahhh...!!! Bunda...!!! mengapa
kaki Bunga...!!! teriakku menangis keras. Taada yang menjawab apa yang terjadi padaku,
mereka hanya menangis dan mencegahku untuk tidak memukuli kakiku.

Entah mengapa rasanya begitu gelap, taada jawab yang mampu menembus tanda
tanya dalam bilik pertanyaan, mendengar penjelasan dari dokter aku sungguh tak dapat
menerima semua ini, aku ingin kembali bisa berjalan seperti biasa dan aku tak ingin hanya
duduk termenung di atas kursi roda. “Tuhan...!!! kenapa engkau memberi ujian padaku
berupa fisik yang tak dapat lagi ku gunakan, kenapa engkau tidak mengambil saja nyawa
ini....!!! kenapa hanya nikmat yang engkau kurangi padahal Engkau tahu aku sangat butuh,
mengapa engkau tak adil, jika engkau berniat mengambil mengapa dulu engkau memberi
padaku..!!!” teriakku tak bisa menerima kenyataan. Ayah dan Bunda menenagkanku namun
tetap saja rasanya dunia tak adil.

Sekarang semua kegiatan dan keman-mana aku adi atas kursi roda, seolah aku
hanyalah orang tua yang tak berdaya dan tak lagi berguna. Hidupku seolah sudak tak
bermakna, dengan keadaanku saat ini semua yang ku impikan seolah sirna secara tiba-tiba.
Hari ini aku ada tugas membuat laporan keadaan sosial masyarakat di daerahku, ditemani
Bibi aku berkeliling komplek dan melihat keadaan sekitar untuk mendapatkan data yang aku
butuhkan dalam tugas ini, melihat kondisi sosial masyarakat di komplek yang sangat beragam
setidaknya dengan adanya tugas ini aku mampu berpikir dan menggerakkan otakku yang
sempat terhenti. Aku mengajak Bibi ke toko dekat taman untuk membeli minuman dan kita
brhenti sejenak di taman, aku ingin menghirup udara segar dan mengenang masa di mana
ketika aku masih bisa berjalan dulu.

“Bibi kita beli minum dulu ya, setelah itu kita ke taman.” ucapku

“Baik non, Bibi belikan minum dulu ya, non mau minum apa?” tanya Bibi

“Apa aja pokoknya ngga dingin.” jawabku


Aku menunggu di depan toko dengan posisi terdiam di kursi roda membawa dengan
catatan tugas laporan keadaan sosial masyarakat. Andaikan aku bisa berjalan pasti ini akan
lebih menyenangkan tanpa merepotkan banyak orang.

“Yeye ada orang lumpuh masih muda udah lumpuh hahahahaha...!!!”ejek anak-anak
kecil di depan toko

Mendengar ejekan dari anak-anak kecil itu, rasanya hati ini semakin sakit aku tak
membalas ejeken dari mereka aku hanya terdiam dan menangis. Tak lama kemudia Bibi
keluar dari toko membawa beberapa botol minuman dan snack mendorongku menuju taman,
Bibi berusaha menenangkanku dengan bercerita banyak hal padaku.

“Andaikan ini tadi bukan karena tugas untuk membuat laporan sosial masyarakat,
Bunga gaakan keluar rumah Bi.” ucapku

“Sabar ya non, Bibi yakin Non Bunga itu anak yang kuat.” ucap Bibi menenagkanku

Harus dengan bagaimana lagi aku melihat kondisi ku saat ini, tak mampu berjalan
tanpa menggunakan kursi roda, namun tugas banyak yang menuntut untuk aku bergerak dan
jaringan rumah yang terkadang tak bersahabat sehingga mengharuskanku keluar dengan
keadaan saat ini pasti akan menjadi hambatan. Aku bercerita pada Bibi di taman ini dulu aku
sering mengerjakan tugas disini karena ada jaringan wifi namun sekarang apa dayaku tak lagi
mampu seperti dulu. bergerak saja butuh perjuangan ekstra yang tak mudah. Namun aku
yakin dari semua perjuanganku untuk menjari signal, hingga pulang mencari signal aku
terserempet motor yang menjadikanku seperti sekarang pasti aka nada hikmah yang dapat ku
ambil, Tuhan tidak tidur dan pastinya semua ejekan akan menjadi cambuk yang akan
menjadikanku semakin maju untuk meraih semua yang aku targetkan, takboleh lemah dan tak
boleh patah semangat. Lumpuh hanyalah fisikku namun kemauan dan pikiranku akan selalu
berpacu demi masa depan yang telah menunggu, itulah caraku menyemangati diriku untuk
selalu maju.
Ika Widia Astuti gadis kelahiran Blitar yang kerap disapa Widya Ayqiarara dalam dunia
kepenulisan, saat ini Widya menempuh pendidikan S1 disalah satu Universitas Islam Negeri
di Jawa Timur Jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Di tengah kesibukan kuliah dan
kegiatan kampus Widya meluangkan waktu untuk aktif dalam dunia kepenulisan di samping
ia juga menyeimbangkannya dengan pendidikan agama di pesantren. Widya aktif dalam
mengikuti event perlombaan dalam kepenulisan dan non kepenulisan, dengan dukungan dari
orang tua dan orang-orang terdekat semakin membuat Widya bersemangat untuk berkarya
dengan motivasi terbesarnya semoga ke depan karyanya semakin berkembang dan tulisan
yang dibuatnya dapat bermanfaat untuk orang lain. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai