Anda di halaman 1dari 25

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Berkat
limpahan dan karunia-Nya .Dan shalawat serta salam kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW sebagai pengajar dan pemberitahu kabar
gembira teruntuk semua manusia, sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan cerpen Darah. Dalam penyusunan cerpen Darah penulis yaitu
saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan saya
sendiri. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan bak dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.

Saya menyadari tanpa arahan dari guru pembimbing Ibu Lilis yang
membimbing saya dalam membuat cerpen ini serta masukan - masukan
dari beberapa pihak tidak mungkin saya bisa menyelesaikan tugas cerpen
dengan judul “Darah” ini. Cerpen Darah ini dibuat sedemikian rupa semata-
mata untuk membangkitkan kembali minat baca siswa/siswi dan sebagai
motivasi dalam berkarya khususnya karya tulis. Untuk itu penulis hanya bisa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat,
sehingga saya dapat menyelesaikan cerpen yang berjudul Darah ini.

Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis


khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 28 November 2019


Cerita ini dipersembahkan untuk mereka-mereka yang sudah
menggapai cita - cita setinggi langit, berhasil dipuji karena keputusan
yang mereka ambil. Mendapat pengakuan atas apa yang sudah
mereka kerjakan dengan keras. Cerita ini dipersembahkan untuk
mereka-mereka para pemimpi yang berhasil mewujudkan mimpi
mereka, namun masih penuh tanda tanya, apa lagi ?

Dari kami, orang-orang yang sudah berhasil menggapai cita-citan,


namun masih terluka karenanya.

“Semua orang katanya harus punya mimpi. Setiap orang katanya


pasti punya cita-cita. Namun kalau mereka sudah menggapai apa
yang mereka impikan dan hidup dengan cita-cita mereka…. Apa lagi?
Apa lagi yang mereka cari? Apa harus mencari cita-cita yang beda
yang jauh dari kemampuan kita, sehingga kita tetap mencarinya
terus?’

●●●●●

Usia yang terbilang masih remaja ya memang masih beranjak


dibangku SMA. Maudy Arelyra, namanya yang begitu bagus dan
anggun namun berbeda dengan sikapnya dan perilakunya tidak
mencerminkan namanya yang begitu anggun. Gue seorang cewe
tomboi yang lahir dari sepasang orang tua yang mempunyai profesi
yang sangat sibuk ayah seorang pilot dan ibu gue seorang dokter. Arel
sesosok cewe yang tangguh mempunyai tekad yang kuat dan cerdas
dalam segala bidang.

Dari kecil gue bisa dibilang orang yang jenius, dalam bidang akademik
oke dalam nonakademik juga oke. Dari kecil Papa emang ngajarin gue
buat "tahan banting" walaupun cewe, ga seharusnya lemah kita bisa
kok sederajat sama para cowo," ga bisa dianggap remeh pada
wanita" itu yang selalu yang papa ajarin ke gue. Dari kecil, gue
percaya bahwa talenta gue adalah mengenal dunia luar angkasa gue
tertarik belajar semua itu tentang galaksi bima sakti kita yang indah
ini. Gue takjub sama ciptaan tuhan karna semewah itu bumi bisa
berputar pada porosnya walaupun sejajar dengan 9 planet lain dan
indahnya setiap malam dan siang selalu ada benda langit yang selalu
ada senantiasa menemani gue jadi gue ga pernah merasa sendiri deh.
Jadi dari kecil gue bercita-cita jadi astariksawan.

▪▪▪▪▪

05.00

"Triningg"

Alarm jam gue bunyi, tapi itu ga berguna karna sebelum itu bunyi gue
udah bangun hehehe gue udah terbiasa. -Jogging- Rutinitas ini sering
gue jalanin apalagi ini masih hari weekend sekolah dan yang gue
seneng hari ini Papa lagi ada dirumah jadi gue bisa sama dia deh.

"Mout" panggil Papa

Mout adalah panggilan kesayangan kedua orang tuanya, karena jika


dipanggil nama depannya Arelyra yaitu Maudy tidak terlalu cocok
oleh sikap dan perilakunya.

"Iya pa?" sahut Gue

"Uda selesai belum siap-siapnya?" tanya papa

"Udah nih Pa, ayu berangkat " sambil menutup pintu kamar dan
berlari ke bawah

"Anak Papa ternyata udah besar, sebentar lagi profesi papa bakal di
gantiin nih sama kamu" ngeledek Papa
"Mama tidak setuju" tiba-tiba nonggol dan ikut berkumpul dengan
papa dan Arelyra "jangan mau jadi pilot mout, mama tidak setuju"

"loh memangnya kenapa, Ma?" tanya papa kepada Mama

"Iya nanti Mout ninggalin kita terus pasti dia jarang dirumahkan" jelas
Mama

"Tapi kan maa......." Papa belum selesai berbicara namun Gue sudah
menyerobot ngomong juga

"Pa... Ma... Udah siang nih nanti keburu siang aku jogging , ayu Paa "
sambil langsung salaman oleh Mama sambil berkata "Udah ya Ma
jangan khawatir sama cita-cita aku ,aku ga bakal ninggalin Mamaku
ini" dan memeluk Mama.

Anak dan Papanya berlari diikuti bayangan dengan suasana matahari


yang mulai terbit. Gue sama Papa biasa lari ngelilingin komplek dan
diakhir setelah melakukan ya paling tidak 4 kali putaran kalo Papa
tidak cape pasti kita lomba lari .

"Pa kaya biasa ga nih?" tanya Gue

"Boleh kamu cape ga?" tanya Papa juga

"Enggalah pa " sambil tersenyum

"Dalam hitungan 123 ya.... Satuu...... Dua ....... " belum selesai
berhitung Mout langsung berhitung sendiri

"Tigaa.." sambil berlari

Papa sudah tau kebiasaan gue yang mau menghitung sendiri pasti dia
ga mau kalah dari Papanya sendiri. Akhirnya setelah 5 menit berlari
mengelilingi gue berhasil mencapai duluan garis finish yang sudah
ditentukan
"yey aku menang"

Setelah satu menit Papa juga sampai , Papa itu terkadang sengaja
mengalah demi gue seneng dan pastinya gue gembira banget udah
sering bisa ngalahin Papa. Setelah itu pasti mereka beristirahat
ditaman dekat komplek.

07.00

Biasa sekali mereka selalu bermain basket kali ini saat sedang main.
Lemparan bola basket gue ternyata melekset itu hingga terkena
sesosok cowo yang sedang berjalan. Dan situ cowo itupun terjatuh
Papa langsung nyamperin cowo itu serta gue dibelakangnya. Setelah
lama pingsan cowo itupun bangun, Papa menanyakan kondisi cowo
itu.

"kamu gapapa?" tanya Papa kepada sosok cowo itu

"Sorry ya lemparan Gue tumben banget meleset"

"Gapapa kok om " sahut cowo itu

"Rumah kamu dimana?" tanya Papa

"Udahla pa diakan juga uda bilang gapapa lagian cowo loh masa kena
bola doang lemah " Gue sambil nyeletuk

"Eh kamu ini namanya kena bola basket juga" Papa dengan kondisi
panik

Cowo itu berdiri dan bilang "gapapa kok om rumah saya deket sini,
bisa pulang sendiri"

Dan saat kejadian itu kadang Papa sering marahin gue karna selalu
menganggap sesuatu yang kecil dibiarkan saja tidak mau dianggap
serius seperti kejadian itu. Setelah itu gue dan Papa pulang, di rumah
sudah disiapkan sarapan untuk kita berdua. Kali ini Mama masak nasi
goreng ati balado spesial, itu adalah makanan kesukaan gue kalo
sarapan karna Mama kalo masak itu enak banget restoran bintang
lima aja kalah. Disaat gue lagi makan Papa selalu menceritakan
kejadian apa yang terjadi sama kita, dan kejadian saat gue meleset
melempar bola dan mengenai cowo tadi sampe pingsan. Mamapun
terkejut dan menanyakan cowo itu sekarang kondisinya gimana,
dalem hati gue "pasti Mama mikir yang engga-engga, selalu mikir tuh
kalo cowonya itu luka berat" padahal kan tadi cuma kena seperti itu.

Setelah selesai makan Mama selalu bilang.

"untuk melakukan sesuatu harus dengan hati-hati dan jangan


menganggap remeh sesuatu ya honey"

"iya Mamaku tersayang, aku mandi dulu ya Ma"

Gue pun lekas naik keatas ke kamar dan mandi. Kadang gue suka
mikirin tentang masa depan gue kelanjutan gue setelah lulus apa gue
harus kuliah atau langsung sekolah
pilot,kedokteran,teknik,komunikasi ? hal itu yang kadang tiap
malem ,siang, sore tiap jam, menit, detik yang gue pikirin terus.

20.50

Malam yang selalu gue nanti menghabiskan waktu bersama


peliharaan dong pastinya ,peliharaan gue itu simple, bisa di bawa
kemana-mana dan yang penting sangat bermanfaat banget buat
gue ..Buku Rumus iya itu peliharaan gue kenapa ? Aneh ? Gue suka
banget buku itu sekalinya pasti gue luangin waktu buat kerjain soal
dan pasti selalu ditemenin sama peliharaan gue. Sama aja toh gue
rawat tu buku sama kaya ngerawat anak kucing,anjing dll yang jadi
peliharaan bedanya ini bukan berwujud makhluk.
Selagi gue di kamar mengerjakan soal - soal sambil memandang ke
langit dan selalu berimajinasi kalo lima tahun lagi gue bisa liat
langsung bintang tanpa teleskop lagi.
Tanpa sadar Mama masuk ke kamar gue,

"sayang, Mama ganggu ga ?" kata Mama

"eh Mama engga kok Ma, kenapa Ma ?" balas Gue

"lagi mandangin bintang ya ?" ucap Mama

"hehehe iya nih Ma, kalo 5 tahun lagi aku pasti bisa liat bintang tanpa
teleskop lagi" sahut ku

Setelah bilang seperti itu Mama langsung terdiam dan seperti orang
berfikir. Gue tau persis kenapa Mama kaya gitu “kayanya Mama
kurang setuju buat gue bercita- cita seperi itu” Mama cuma ga mau
kehilangan bahkan ditinggal gue berlama-lama apalagi gue itu anak
tunggal pasti Mama memang berat. Menanyakan hal - hal itu sambil
bercerita dan ujung-ujungnya selalu bilang "buat masa depan kamu
pikirin yang mateng lagi ya sayang dan inget jangan tinggalin Mama"
sambil tersenyum. Itulah yang sering gue pikirin ARGHHHH pusing
juga. Setelah Mama keluar dan meninggalkan kamar gue terbaring
dikasur dan mematikan lampu, kamar gue pun menyala oleh lampu
tumblr ya memang seperti di angkasa sekarang . Kamar gue yang di
design seperti angkasa, memang wajar kalo gue mau jadi
antariksawan. Saat memang sudah terlalu cape gue akhirnya tertidur
dan pastinya besok hari pertama sekolah.

05.00

Seperti biasanya gue udah terbangun dan harus bersemangat hari


pertama sekolah. Membereskan semua peliharaan dan tidak
tertinggal headphone red always gue bawa kemana-mana. Pagi itu
gue dianter Papa sekalian dia juga ada jadwal terbang ke Singapore.
Semua pagi itu gue awali sama senyuman, tak jarang pula yang
menyapa gue hingga

`Brugggg` terjatuh gue

Seseorang yang menabrak gue hanya bilang "maaf-maaf" sambil tetap


berlari. Namun ya udahla ya semasih barang-barang gue ga ada yang
rusak itu semua it's oke.
Dikelas pun gue punya sahabat berempat,

- Adnay Herly (Nay)


- Ami Lusia (Mi)
- Afna Florin (Na)
- Arila Charissa (La)

Itu adalah sahabat-sahabat gue di kelas kita kenal sudah ada yang
dari SMP maupun baru SMA kemarin. Saking gue bedanya dari
mereka berempat gue sendiri di panggil "Abang" .... Bang mout ..
Bang mout... gila memang selelaki itukah gue ?
Disela-sela rasa rindu kami yang sudah lama tidak berjumpa Adnay
selalu saja menjengkelkan ada saja hal-hal apalagi tentang cowo
ganteng |cogan| tidak ada puasnya dengan kata itu. Gue hanya
mendengarkan semua rasa rindu sahabat-sahabat.

Tidak terkecuali gue yang ditanya "sudah mengelilingi komplek


berapa kali, 50 kali kah ? Selama libur kemarin? Ngeledek si Afna

Juga selalu bertanya kabar orang tua gue, memang orang tua gue
yang paling sibuk diantara mereka semua bahkan jarang gue punya
waktu bersama bertiga untuk ngumpul menghabiskan waktu
bersama, karnanya gue lebih mending cari kesibukan dalam bidang
sekolah yaa ikut-ikut olimpiade atau lomba atletik yang sekiranya juga
bisa ngebawa gue jadi seorang antariksawan.

10.00
Bel istirahat selalu berbunyi dihari pertama sekolah memang tidak
ada beban masih santai dalam KBM. Serentak gue langsung ke kantin
ya karena memang lapar, headphone red selalu menyantol di leher
gue. Setelah memesan makanan saat duduk tiba-tiba ada sesosok
cowo.

"sorry ya ni buat lo!" (menyodorkan minuman)

"apaan,kok sorry?" gue heran

"iya tadi pagi gua yang nabrak lo" kata sosok cowo itu

"oala elo, lain kali ati-ati bro" menerima minum itu

" iya sorry ya, nama gua Valdy Angkasa anak 11 IPS 2 nama lo siapa ?"
(sambil menjulurkan tangan ) Namun gue tidak mendengar ucapan
Valdy karena sedang menggunakan headphone,

" woy mbaaaaa hellow" (tiba-tiba menarik headphonenya Arelyra


hingga terlepas)

" apaansi gue udah maafin lo" gue dengan nada yang agak kesal

" aazz……. gua nanya namaloo tau" Valdypun ikut kesal

"Oh ga denger gue" sambil tersenyum kecil

" Makanya tuh kebanyakan pake headphone bucongkan lo, lama-lama


lo bisa tuli aja" ledek Valdy

" Suka-suka gue lah" membiarkan ucapan Valdy

" Dikasih taunya, dengerin lagu apaasi ?" tanya Valdy dengan
bawelnya

" Nama gue Arel"

" kepanjangannya apa terus lo kelas berapa?"


" Areeeeeeeeeellllllllllllllll "

"ye anjir serius dong ni anak malah bercanda"

"lagian lo kepo banget"

"yakan siapa tau kita jadi temen deket loh" ngeledek lagi si Valdy

" nama gue Maudy Arelylra kelas 11 Mipa 3"

"asik nih anak mipa tomboi"

" tau lah ga jelas lo" (sambil pergi meninggalkan Valdy)

"ye cewe aneh"

Percakapan yang begitu singkat karna gue juga ga suka membuang-


buang waktu apalagi mengobrol sama orang tidak jelas yang baru ia
kenal. Namun dibalik percakapan tadi gue nemu keganjilan dan
berfikir kalau cowo yang waktu kemarin saat pingsan karena
melesetnya bola lemparan gue, tapi anehnya dia minta maaf karna
tadi pagi nabrak doang. Mungkin gue yang berhalu udahlah lagian ga
penting.

Istirahat juga gue pake rutinitas buat maen bakset ada yang ngajak
tanding juga karna juga gue mau latihan biar gue terlatih kalo mau
dites jadi antariksawan. Tak luput pula dihari pertama saja gue udah
pulang telat urusan yang paling tidak gue disuruh ikut lomba. Benar
saja lombanya OSN Fisika tingkat daerah Jakarta gue berhasil naik ke
tingkat itu dan ada satu orang juga yang diperlombakan dan disaat
nunggu satu orang itu gue kaget.

"lo ngapain disini?" tanya gue

"ada urusan ,lo juga ngapain disini?" Tanya Valdy

"ada urusan juga."


Bu Zen selaku guru pembimbing Mapel Fisika memberi tahu "Arel,
Valdy kalian Ibu ikut sertakan dalam lomba OSN minggu depan ya!"

"Hah dia bu ?" gue kaget

"Iya Arel, Ibu tau Valdy itu anak baru, Ibu juga tidak seenaknya
memilih orang untuk lomba bergengsi semacam ini, setelah Ibu
mencari informasi Valdy ternyata dulu di sekolah lamanya juara OSN
Fisika berturut-turut. Kenapa tidak dia Ibu ikutkan berlomba
bersamamu." Seru Bu Zen

"Iya bu iya."

"Ibu harap kalian bisa berjuang dan belajar bersama kan biar bawa
nama sekolah juga bangga sama kalian Good luck ya." ucap Bu Zen .

Dengan kompaknya gue berdua Valdy menjawab "siap bu" sontak


guepun langsung diem

Sahabat-sahabat guemah udah dirumah dan gue akhirnya bisa pulang


dan segera mempersiapkan segalanya untuk OSN. Dijalan itu gue
melihat sosok Valdy yang memang sedang jalan disekitar rumah gue,
makin curiga aja tapi penampilan pas kemarin jatoh itu culun dah tapi
kenapa pas disekolah ga seculun di rumah masih kadang jadi pikiran
cuma terlintas aja seperti angin.

♨♨♨

Hari-hari yang gue lalui tiada hari tanpa memegang soal fisika
satupun, semakin lama gue juga deket sama Valdy. Setelah
mempersiapkan semua dan berjuang bersama kita semaksimal
mampu mempertahankan tingkat sekolah kita.

25 November 2017
Panas matahari pagi yang kian semakin lama makin terpancar terlihat
semua siswa SMA generasi bangsa bercucuran, disitulah
pengumuman hasil OSN gue dibacakan iya disekolah gue sendiri saat
upacara berlangsung. Gue dan Valdy masuk ke babak selanjutnya
suara gemuruh tepuk tanganpun meyapu kita saat gue dan Valdy
disuruh maju kedepan sambil memberi pesannnya untuk semua
siswa.

Sesaat masuk kelas sahabat-sahabat gue juga memberi -aplous-

"wih Abang Arel sudah biasa memenangkan itu, nanti traktir kita ya."
ledek Ami

"Aduh-aduh calon angkasawan kita yang mau ke bulan nih." sahut


Arila

"Jangan lupa nanti kalo udah di bulan mending cari cowo dibulan aja."
ucap Adnay sambil tertawa

"satu lagi dari gua, nanti disono lu harus foto bulan yang spesial buat
gua." balas Afna tak mau kalah dengan yang lain

Mereka dalam hal meledek gue jagonya, ga salah emang punya


sahabat kaya mereka yang selalu ngedukung semua hal yang gue suka
dan yang paling gue suka dari mereka itu asik dan ga beda-bedain
dalam bertemen bisa bikin gue ga merasa sepi kalo Mama dan Papa
sibuk kerja -Always for me-

Terkadang mereka juga menyeletuk


"Rel kayanya lo harus cari sesuatu yang beda deh, yang ga harus
nunjukkin itu jati diri lo."

Bagaimana bisa ???…. Gue ini udah terlahir dan cita-cita gue udah
jelas di depan mata, masa iya yang jelas-jelas udah di depan mata ga
gue terusin dan di biarin gitu aja. Selama ini gue belajar untuk
mengejar itu semua ga akan pernah selama yang udah gue perjuangin
disia-siain dan memulai hal yang baru ?? Itupun masih jadi pemikiran
teguh gue.

"Apa lo tega ninggalin Mama dirumah? Lo anak satu-satunya Rel dari


mereka." Sahut Ami

Sontak gue diem di antara emang harus teguh sama pendirian buat
jadi Antariksawan yang sudah pasti nanti ninggalin Mama di rumah
atau meninggalkan semua yang udah gue rancang dari kecil dan
sekarang sudah di depan mata dan tinggal diambil namun masih ada
orang yang kurang setuju dan bisa dibilang takut akan kepergian gue.

"Gue emang harus cari sesuatu yang beda itu apa?" tanya gue

Mereka juga berfikir apa yang cocok walaupun beda untuk seorang
Arelyra.

Catur......

"Bagaimana dengan catur?"

Masa iya gue sama catur , mau dapet duit darimana terus juga yang
gue perjuangin selama ini ga akan sebanding kalo cuma jadi pemain
catur. Gue pernah baca disebuah novel yang bungkusnya ga sengaja
terbuka di Gramedia. "Kalau memang sesuatu ditakdirkan untuk lo,
meskipun lo pergi kemanapun, lo akan tetap kembali ke dia. Karena
dia adalah rumah lo. Tempat lo pulang."
Itu yang selalu jadi prinsip gue takdirnya mau jadi apa ya memang
sudah diatur namun kalo gue bisa kejar ya gue harus bisa jadi
Antariksawan kalo itu bukan takdir gue. Harapannya paling jadi apa
yang memang sebanding dengan apa yang gue kejar selama ini.

▪▪▪▪▪
28 Mei 2018

Hari mencengkam dimana hari yang ditunggu-tunggu untuk


seseorang mengejar pendidikan selanjutanya, yaa.. tepat sekali hari
Ujian Nasional. Malam sebelum gue lalui hari ini Papa memberi kata
semangat dan tak luput juga Mama yang senantiasa mendoakan
untuk masa depan gue selanjutnya. Selama hari ujian nasional gue
lalui seperti biasanya jurusan yang gue ambil untuk ujian tentu saja
Fisika. Selama empat hari telah usai semua siswa siswi bersenang
sudah bebas dari ujian nasional itu dan menunggu hasil. Dihari
selanjutnya gue tertarik ikut lomba tanding bakset, sekolah pun
dukung gue buat ikut turnamen itu.

Dihari turnamen tim dari sekolah gue udah mempersiapkan segalanya


tak luput gue yang berlatih dengan keras menunggu turnamen basket
ini, dalam hati "tentu inipun menjadi alasan gue bisa jadi
Antariksawan." Tim gue menang dan gue orang yang melakukan
shoot terbanyak juga ,semua bangga sama gue sahabat-sahabat ,
Mama, Papa walaupun mereka tidak bisa hadir menyaksikan di sini.

•Dirawat•

Darah yang kian terus mengalir dari kaki dan semuanya orang yang
berhamburan menolong hingga dibawa ke sebuah rumah sakit
dengan ambulans. Tidak sangka kejadian kecelakaan setelah pulang
dari turnamen itu membawa gue kerumah sakit. Gue yang terbaring
lemah di kasur, darah yang terus -menerus mengalir tanpa henti
hingga membutuhkan donor danar. Tentu Papa yang senantiasa ada
dan pasti rela donorin darahnya, darah gue juga bergolongan O jadi
susah mendapat donor. Serangkaian operasi transplantasi darah
dilaksanakan hingga akhirnya semuanya selesai. Gue bisa pulih
namun tidak bisa kembali kekeadaan dimana gue bisa lakuin apa aja
dengan bebas, sekarang hanya bisa melakukan sesuatu yang tidak
berat.
Darah kecelakaan dikaki kemarin yang membawa semuanya tidak bisa
kembali lagi, kaki gue ga bisa lagi melakukan hal-hal berat (atlet
olahraga ).

"Cita-cita semua yang gue perjuangin untuk apa semuanya lagi, ga


akan pernah bisa gue wujud-in itu lagi!!!"

Sikap gue yang sekarang menjadi beda lebih menyendiri dan


pemurung, membuat semuanya tau Adnay, Ami, Arila dan Afna
menghibur gue

"lo bisa Rel jadi apapun, lo itu pinter, jenius dan semuanya pasti
nerima lo." ucap Ami

"lo harus cari cita-cita yang lain yang sesuai sama kondisi lo sekarang,
jangan bermurung- murungan terus." sahut Arila

"lo ga harus berdiam diri kaya gini harus cari inspirasi yang lain ,
seorang Arelyra ga mungkin pasrah kaya gini dong." Adnay memberi
semangat

"Dan satu yang ga boleh lo lupain, kita disini untuk lo Rel, apapun
kapanpun dan dimanapun lo sedih kita akan selalu hibur lo oke."
tersenyum Afna

Lalu gue pun tersadar kalo emang gue diem dan tetep kekeh
memperjuangkan yang memang udah ga bisa gue gapai sampai
kapanpun gue bakal tetep di posisi skakmat diem tanpa jejak dan
tanpa hasil yang memuaskan. Prinsip selanjutnya gue harus berubah .

Valdy sosok cowo yang memang sudah mengenal gue dari awal sejak
bersaing OSN Fisika, tak luput ia menceritakan kalau memang semua
yang gue pikirin bahkan pernah terlintas itu benar soal Valdy yang jika
di rumah itu berbeda dengan di sekolah . Valdy punya satu alasan
kenapa ia begitu karena semasih Mamanya hidup Valdy menyia-
nyiakan waktu bersama Mamanya, ia terlalu sibuk mencari jati dirinya
hingga saat Mamanya sendiri sakit saja ia tidak tau.

~saat semua diceritakan~

Gue semakin sadar , dengan cerita Valdy bisa lebih menyadarkan gue
tentang waktu bersama orang yang dicintai itu lebih penting daripada
lo sukses dengan semua cita-cita yang udah lo gapai tapi waktu
bersama orang yang mencintai lo itu udah ga ada. Dan waktu juga ga
bisa kita putar kembali hanya akan ada penyesalan diakhir saja.

"Rel lo harus berubah lo harus cari cita-cita baru gua juga ga mau
kejadian yang gua alamin terjadi lagi sama orang. Gua juga bisa nilai
dari Mama lo berbicara kalo dia juga kurang suka sama cita-cita lo
yang mau jadi Antariksawan, dia ga mau kehilangan lo Rel." ucap
Valdy
Gue yang memikirkan semua omongan Valdy dan ia juga mengetahui
semuanya tentang Mama

"Gua bisa bantu lo kok Rel kalo mau." sahut Valdy

Gue mengangguk seraya mengikuti,

"Daripada diem suntuk gini lu jauhin dulu tuh peliharaan lu, mending
nih dan kita main ini" Valdy memberikan gue binatang bunglon buat
perliharaan real nyata dan mengeluarkan papan catur.
Gue sempet bingung kenapa harus catur ? Ada keterkaitan apa lagi
gue sama catur ???

♨♨♨

Senja yang menampilkan waktu juga menampilkan langitnya yang


begitu indah, sedangkan gue masih kadang suka berhalu tentang
Antariksa diatas sana. Namun Gue dan Valdy hampir sering
menghabiskan waktu bermain catur yang awalnya gue awam tentang
sebuah permainan papan catur hingga ya dengan kecerdasan gue
catur bisa gue taklukin juga. Bermain catur bersama Valdy bisa
menghilangkan sejenak pikiran gue tentang semua cita-cita yang
pernah gue kejar yang sekarang sudah tidak sanggup digapai.

"Catur"

"Rel lo bisa dengan catur ini"

"Maksud lo Val?"

"'lo bisa mulai hal yang baru dengan catur ini" ucap Valdy

Catur.……..

Masih inget yang gue bilang dari sebuah novel gramedia yang ga
sengaja terbuka. "Kalau memang sesuatu ditakdirkan untuk lo,
meskipun lo pergi kemanapun, lo akan tetap kembali ke dia. Karena
dia adalah rumah lo. Tempat lo pulang .

Mungkin memang benar, catur adalah rumah gue. Entah berapa


kalipun gue berusaha mencari profesi lain untuk jati diri, semesta
seakan mengingatkan gue kalau hanya catur. Dari awal sahabat -
sahabat gue bilang lo harus cari sesuatu yang beda dan sekarang
Valdy menemukan sesuatu yang beda juga cocok buat gue yang
sekarang itu catur.

Cuma catur satu-satunya hal yang mampu gue lakukan dengan benar
untuk kondisi gue yang sekarang.

Tapi ternyata ada satu kalimat yang tertinggal dalam novel itu.

"Rumah....Tempat lo untuk pulang. Tempat lo merasa nyaman.


Tempat lo merasa menjadi diri lo sendiri."

Catur.
Apa gue nyaman selama bermain catur? Apa selama ini gue menjadi
diri sendiri karena catur ?
Kalau jawaban dari dua pertanyaan diatas adalah "enggak", berarti
catur bukan rumah gue.
Terus apa rumah gue ? Dimana tempat tinggal gue ?
Kenapa sih sebagian besar manusia selalu diberi kemampuan lebih
pada sesuatu yang ga mereka inginkan?
Kenapa mereka justru ga bisa melakukan keinginan mereka dengan
benar? Atau memang, manusia aja yang
selalu merasa ga puas dengan apa yang mereka capai ?
Mereka selalu mau lebih, lebih, dan lebih.

"Utara Paramayoga, peraih medali emas pertama dalam Asian


Games 2017, berhasil meraih peringkat 1 dunia dalam gelar World's
Chess Championship."

Dari peringkat 100 di Asia pada tahun 2004, maju menjadi peringkat
25 Asia ditahun 2007, lanjut menjadi peringkat 20 dunia tahun 2009,
masuk 10 besar pemain dunia 2011, lalu masuk ke 3 besar dunia
2015.

Gue pun lanjut tetap bermain catur bersama Valdy karna memang
sudah kebiasaan kita

Sekarang catur kembali berbisik di telinga gue,

"Gue takdir lo, Rel."

Dari sekian banyak alasan gue untuk membenci catur, ada satu filosofi
menarik tentangnya membuat gue betah berhadapan dengan papan
kotak-kotak hitam putihnya selama hampir sebulan menunggu hasil
ujian keluar dan mencari sesuatu yang baru.

Tentang seberapa pentingnya bidak Ratu.


Dan tentang seberapa lemahnya bidak Raja.

Bidak Ratu. Bidak yang bisa berjalan ke arah mana aja dan punya
peran penting terlebih ketika dia mati duluan.

Sedangkan bidak Raja, bisa mati dengan mudahnya oleh bidak


apapun dari lawan, ga peduli itu pion ataupun yang lainnya.

Ratu mati, Raja mati.

Ratu hidup, Raja hidup.

"Ternyata, kalau di pikir-pikir, Ratu lebih penting ya daripada Raja,"


Valdy mengatakannya saat untuk kesekian kali dia kalah dalam
permainan.

Lalu jawab gue,

"Salah. Justru Raja yang lebih penting dari Ratu."

Keningnya akan berkerut bersamaan dengan kedua matanya yang


menatap gue dengan tajam.

"Kok gitu?"

"Karena Ratu berjuang mati-matian supaya Raja ga mati duluan."

Karena memang begitu adanya.

"Because the reason why Queen exixts... is The King. Queen should
live for her King. Once the Queen dead, King would be dead too."

Kemudian, sore itu diakhiri dengan pertanyaannya yanh sampai detik


ini gak pernah bisa gue jawab.

"Ratu yang harus hidup buat Raja.... Atau Raja yang ga bisa hidup
tanpa Ratu ?"
Dua pilihan yang terdengar sama, tapi sesungguhnya punya arti dan
makna yang beda.

Sangat beda.

Mungkin memang setiap orang punya pilihan, kata Valdy.


Pilihan untuk berhenti, meskipum bisa tetap maju. Pilihan untuk tetap
maju, meskipun harus berhenti. Atau pilihan untuk ga memilih satu
dari pilihan apapun.
Ya, ga milih ternyata juga jadi salah satu pilihan.
Ga memilih ternyata juga berhak dipilih.
Ga memilih ternyata membuat kita juga memilih.
Memilih untuk ga memilih.
Memilih untuk ga punya pilihan.

Sampai akhirnya,
Memilih untuk ga dipilih.

"Ga dua-duanya," jawab gue akhirnya sambil tersenyum. "Ratu ga


harus selalu hidup buat Raja. Dan Raja..... Dia bisa tetap hidup
meskipun tanpa Ratu."

Permainan kami hampir berakhir, namun gue menghentikannya.


Sebelah tangan gue mengambil bidak Ratu berwarna putih dan
menaruhnya ke sebelah kanan. Sementara bidak Raja berwarna sama
gue taruh di sebelah kiri. Papan catur yang kini menengahi antara
seorang Arelyra dan Valdy.

"Ratu harus hidup untuk Raja, dan Raja yang ga bisa hidup tanpa
Ratu.... Itu cuma pilihan yang ada waktu mereka di papan catu."

"Ditempat lain... Ratu bisa hidup untuk dirinya sendiri. Dan Raja, dia
bisa tetap hidup karena dirinya sendiri."
"Ratu dan Raja cuma perlu bersama-sama saat mereka di papan catur.
Ditempat lain .... Mereka bisa jalanin hidup masing-masing."

Begitu juga gue

Yaa… gue dan cita-cita antariksawan

Entah gue masih menyukai filosofi itu atau ga.

Tapi begitulah kita,

Gue dan Astronot

Kita udah ga bisa sama-sama hidup dalam papan catur. Kita hidup
ditempat lain yang ga harus gue untuk jadi Antariksawannya.

Dan astronot

Dia ga perlu gue jadi antariksawannya, akan banyak manusia yang


lebih layak untuk gantiin posisi gue dan lihat indahnya galaksi bima
sakti kita secara langsung.

Gue bisa jalanin hidup walaupun ga perlu jadi Antariksawan.

♨♨♨

Valdy yang awalnya iseng mendaftarkan gue ke lomba- lomba catur,


lama- lama gue tertarik untuk mengikuti lombanya dan alhasil gue
berhasil menjadi atlet catur yang terkenal dunia. Yang awalnya hanya
bertanding di antar sekolah hingga gue bisa memenangkan dan
membawa nama keluarga di muka Indonesia dari Sabang sampai
Merauke .
Papa ga nyangka ke gue bisa sukses sampe bawa nama keluarga dan
Mama yang memang lebih setuju gue jadi Atlet Catur dibanding
Antariksawan. Hasil dari ujian nasional kadang gue simpen begitu aja,
karna gue mau memperdalam menjadi atlet yang internasional dan
mengatakan pada dunia kalau Catur ga bisa dianggap remeh. Ia bisa
membawa seseorang ke jalan yang lebih sukses tidak perlu latihan
fisik yang berat hanya otaklah yang bermain cerdas.

2 Bulan kemudian

Gue Maudy Arelyra yang masih dipanggil Mout sama Papa dan Mama
kini kian sukses membawa nama Indonesia di muka dunia.
Kesuksesannya membawa gue pada seluruh dunia yang mengenal
semua tentang gue yang awalnya bukan siapa-siapa .

Sesosok Arel yang tomboi dan jenius dari kecil sudah bercita- cita
menjadi Antariksawan namun terhalang sesuatu dan membawanya
menjadi Atlet Catur yang kini menjadi sorotan dunia. Gue yang berdiri
diantara semua orang di negara dunia ini, seluruh manusia di planet
bumi ini menyaksikan gue dalam meraih medali - medali
internasional.

………
Tentang Penulis

Audya Marshanda lahir pada 25


Februari 2003 tepatnya di Brebes, Jawa
Tengah. Masih bersekolah di SMAN 84
Jakarta. Aku merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Cita-citaku yaitu
masih ingin menjadi pilot. Sebuah cita-
cita yang tidak gampang untuk diraih
dan harus ada kerja keras yang lebih.

Perempuan penyuka warna merah dan


biru ini memulai membuat cerpen dan menulis karyanya yaitu
saat ini SMA. Sebelumnya belum pernah menulis karya cerita
apapun, karena hobiku itu menghitung tidak ke menulis sebuah
karya. Jika terhadap sebuah karya lebih dominan ke membaca.

Anda mungkin juga menyukai