Cerpen - Panggilan Kepada Pemabuk
Cerpen - Panggilan Kepada Pemabuk
Di suatu kota kecil yang tenang, hiduplah seorang pemuda bernama Rafi.
Setiap malam, pria itu menjalani hidupnya di tengah-tengah hiruk-pikuk kegelapan
kota yang penuh godaan. Kegelapan itu bukan hanya sebatas fisik, melainkan juga
kegelapan hati yang menghantui jiwa-jiwa yang terbuai oleh godaan dunia.
Setiap malam, Rafi dapat merasakan kehadiran adzan dari masjid terdekat.
Suara itu menyeruak hingga ke lubuk hatinya, mencoba membangunkannya dari
tidurnya yang panjang dalam lautan dosa. Adzan itu memanggilnya untuk berhenti
sejenak dari lembah gelapnya dan berdiri di hadapan Sang Pencipta.
Malam itu, langit dipenuhi oleh cahaya rembulan yang memancar begitu
terang. Rafi, seperti biasa, duduk di sudut sebuah kedai dengan segelas minuman
keras di tangannya. Kedai tersebut dipenuhi dengan asap rokok dan suara ribut dari
para pengunjung yang sedang menikmati malam mereka.Tak lama kemudian tibat-
tiba dia merasa terang dan damai, seakan-akan langit menyapa hatinya yang kotor.
Namun, dia mengabaikan perasaan itu dan melanjutkan minum dengan ganas
Rafi terperangah dan mencoba mencari sumber suara tersebut. suara itu
datang dari dalam hatinya sendiri. Ia merasa sebuah sesuatu menariknya keluar dari
kedai dan membawanya ke sebuah masjid kecil yang berdiri megah di tengah kota.
Meskipun tak pernah menginjakkan kaki di masjid sebelumnya, Rafi merasa seolah-
olah dia diundang untuk masuk. Rafi berjalan dengan langkah-langkah gemetar dan
ragu. Tapi ketika ia melangkah ke dalam masjid, suasana yang tenang dan penuh
cahaya membuat hatinya merasa nyaman.
Rafi merasa hatinya terenyuh mendengar kata-kata itu. Meski ia tahu dirinya
telah menjalani kehidupan yang kelam, tetapi ada sesuatu yang membuatnya
merasa diterima di masjid tersebut. Sang imam mengajaknya duduk, dan Rafi pun
menuruti.
Saat Rafi duduk, sang imam mulai bercerita. "Tahukah kamu, saudaraku,
tentang peristiwa Isra' Mi'raj?" tanya sang imam dengan penuh semangat.
Sang imam berakhir dengan pesan yang hangat, "shalat merupakan hadiah
paling istimewa yang telah diberikan pada kita semua lewat isra’ mi’raj, saudaraku.
Dan kita wajib menjaga hadiah tersebut dengan sepenuh hati. Seburuk apapun
dirimu, sebesar apapun dosa yang telah kamu buat, jangan berani untuk
meninggalkan shalat, saudaraku. Sungguh kita semua tidak akan selamat jika kita
meninggalkan shalat.”