Anda di halaman 1dari 15

DRAFT NASKAH : TENGGELAM DALAM CINTA

(MENGENAL CINTA RABI'AH AL-ADAWIYAH)

 Cover Depan :
Judul :
Opsi 1 : TENGGELAM DALAM CINTA (MENGENAL CINTA RABI'AH AL-ADAWIYAH)
Opsi 2 : CINTA TANPA PAMRIH (MENGENAL CINTA RABI'AH AL-ADAWIYAH)
Opsi 3 :
Penulis : Husni Assaerozi
Gambar : Muzakky al-Amin
Produksi : Assaerozi Production

 Belakang Cover Depan :


Kosong

 Hal 1 : Cover Dalam


Judul dalam

 Hal 2 : Belakang Cover Dalam


Tim Produksi :
TENGGELAM DALAM CINTA (MENGENAL CINTA RABI'AH AL-ADAWIYAH)
(C) Assaerozi Production
Penulis : Husni Assaerozi, S.Ud., M.Pd.
Gambar : Muzakky al-Amin
Editor : Dr. Chafid Wahyudi, M.Fil.
Setting :
Desain sampul:
Percetakan :
 Hal 3 : Syair Rabi'ah
“Aku mencintai-Mu karena dia cinta;
Cinta karena keinginan dan cinta karena Engkau berhak untuk dicintai.
Adapun cinta karena keinginan adalah kesibukanku untuk selalu mengingat-Mu,
dan cinta karena Engkau berhak untuk dicintai adalah Engkau telah membukakan tabir-tabir
sehingga aku bisa melihat-Mu.
Maka bukanlah pujian untuk ini dan untuk itu,
akan tetapi pujian untuk-Mu terhadap semua ini dan semua itu.”

 Hal 4 : Prolog
Pengantar Tentang Mahabbah Rabi'ah al-Adawiyah :
Allah SWT merupakan tujuan tertinggi dan paling hakiki dalam kehidupan manusia di dunia ini. Maka
dari itu, apa pun yang dilakukan haruslah berujung kepada tujuan tersebut. Berbagai cara untuk
mencapai tujuan tersebut salah satunya, yaitu dengan mahabbah (cinta) kepada Allah. Perasaan cinta
tersebut harus diikuti dengan ketulusan dan taat kepada-Nya.
Istilah mahabbah secara bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang berarti mencintai
secara mendalam, khususnya kepada Allah. Secara istilah, mahabbah merupakan perasaan rindu dan
senang yang istimewa terhadap sesuatu. Perasaan demikian menyebabkan seseorang terpusat kepada
yang dicintai bahkan mendorong orang tersebut untuk memberikan yang terbaik. Mahabbah dapat pula
berarti al-waduud, yakni yang sangat kasih atau penyayang.

 Hal 5 : Prolog
Dalam pandangan tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah yang di dalamnya mengandung arti patuh
kepada-Nya sekaligus membenci sikap yang melawan kepada-Nya. Dalam kehidupannya sehari-hari,
mahabbah juga mendorong manusia untuk mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali hanya kepada
Allah.
Tokoh yang pertama kali mencetuskan konsep mahabbah yaitu seorang sufi wanita terkenal, Rabi'atul
Adawiyah.

 Hal 6 : Syair Rabi'ah


“Tuhanku,
tenggelamkan diriku ke dalam samudra keikhlasan mencintai-Mu.
Sehingga tak ada yang menyibukkan
kecuali berdzikir kepada-Mu.”
 Hal 7
Narator : Rabi'ah Al Adawiyah dilahirkan pada tahun 95 H/713 M di kota Basrah, kota yang
terkenal dengan banyaknya ulama' dan sufi.Kota Basrah juga dikenal dengan kota yang
maju. hal itu terlihat dari banyaknya gedung dan rumah-tumah mewah.

 Hal 8
Narator : Namun, banyak juga terdapat rumah-rumah gubuk yang dimiliki para fakir miskin. dan
disinilah Rabi'ah Al Adawiyah dilahirkan. Dia diberi nama Rabi'ah yang berarti 4 karena
ia memiliki 3 saudara. Ayahnya bernama Ismail al-Adawi, yang merupakan rakyat biasa
dan,seorang fakir miskin namun ia sangat taat beridah dan berakhlak mulia.

 Hal 9
Malam hari di dalam rumah Rabi'ah yang miskin dan tanpa lampu.
Ibu Rabi'ah : Suamiku, pergilah ke rumah-rumah tetangga, mintalah sedikit minyak untuk menerangi
rumah kita, karena kita baru punya bayi!.
Ayah Rabi'ah : (Bagaimana aku meminta sedangkan aku sudah berjanji untuk selamanya tidak akan
meminta sesuatu apapun selain kepada Allah) dalam hati.
Ayah Rabi'ah : Baiklah, kamu tunggu sebentar aku akan berkeliling.
Ayah Rabi'ah keluar rumah dengan wajah sedih.

 Hal 10
Sesampainya di rumah tetangganya ayah Rabi'ah hanya mengangkat tangan namun tidak mengetuk pintu
rumah tetangganya. itupun dilakukan di beberapa rumah tetangganya. sampai akhirnya ayah Rabi'ah
pulang dengan tangan kosong.
Dengan wajah sedih ayah Rabi'ah masuk kerumah.
Ayah Rabi'ah : Maaf istriku, aku tidak mendapatkan minyak. mereka tidak membukakan pintu
rumahnya untukku.
Ibu Rabi'ah : ...(menangis).
Ayah Rabi'ah pun sedih melihat istrinya, dan kecewa terhadap dirinya.
Dengan sedih dan kecewa ayah Rabi'ah meletakkan kepalanya di lututnya sampai tertidur.
 Hal 11
Dalam tidurnya ayah Rabi'ah tertegun saat dia bermimpi bertemu Rasullullah. Rasulallah SAW pun
berkata;
"Jangan kamu bersedih hati! karena anakmu perempuan yang dilahirkan istrimu tersebut,
kelak di hari akhirat 70 ribu dari umatku akan ada dalam perlindungannya dan
syafaatnya."
Kemudian Rasulullah berkata;
"Pergilah kamu besok, dan temuilah Isa bin Zadan, gubernur kota Basrah, tulislah surat
untuknya, isinya: Nabimu Muhammad mengirim salam untukmu; "kamu setiap
malamnya telah membaca shalawat kepadaku 100 kali, dan setiap malam Jumat 400 kali,
tetapi malam Jumat kemarin kamu lupa kamu tidak membaca shalawat kepadaku. maka
sebagai gantinya, kamu berikan uang 400 Dinar kepada pengirim surat ini (Ismail Al
adawi)."
Ayah Rabi'ah terbangun dari mimpinya seraya menangis dan bersyukur kepada Allah.

 Hal 12
Narator : Keesokan harinya dia memberikan surat tersebut kepada pelayan gubernur Basrah Isa
bin Zadan, lalu dibuka dan dibaca isi suratnya tersebut oleh Isa bin Zadan. Dari rasa
sangat senangnya dan syukurnya kepada Allah karena mendapatkan surat dari Rasulullah
dia bersedekah kepada orang-orang fakir miskin 2000 Dinar dan memberikan 400 Dinar
kepada ayahnya Rabi'ah dan berkata,
Isa : Kamu adalah jalan dan perantaranya Rasulullah untuk sampai kepadaku, aku harus
menghormati dan memuliakanmu maka mulai sekarang aku yang akan menanggung
semua kebutuhan-kebutuhanmu dan keluargamu.

 Hal 13
Narator : Rabi'ah di waktu kecil merupakan anak yang cerdas, ia sudah hafal Al Qur'an di usia
yang masih kecil.
Rabi'ah tumbuh dan besar dalam keluarga yang sholeh dan zuhud, ayahnya sering
membawa Rabi'ah ke sebuah mushola di pinggir kota Basrah. Di situlah Rabi'ah kecil
sering melakukan ibadah, belajar dan bermunajat.

 Hal 14
Narator : Sejak kecil Rabi'ah sudah terbiasa bertawakal, menggantungkan semua harapannya
kepada Allah SWT, sehingga ia tidak pernah menuntut banyak terhadap orang tuannya.
Rabi'ah : Ayah, apakah kamu tidak memberikan kami makanan yang haram?
Ayah Rabi'ah : Wahai anakku, bagaimana menurutmu jika ayah tidak menemukan makanan untukmu
kecuali makanan yang haram?
Rabi'ah : Kita lebih baik sabar menahan rasa lapar di dunia, Ayah. karena itu lebih baik dari pada
kita sabar menahan api neraka di akhirat kelak.
Ayah Rabi'ah tersenyum.

 Hal 15
Rabi'ah al-Adawiyah adalah orang yang sangat cerdas dan paham betul masalah agama Dia adalah
seorang wanita yang istimewa Dia adalah wanita yang taat dalam ibadah kepada Allah.

 Hal 16
Narator : Ayah dan ibunya Rabi'ah meninggal dunia waktu dia di usianya yang baru 8 tahun, dan
cobaanya semakin bertambah pada saat kota Basrah tertimpa musibah berupa paceklik
yang panjang, maka semenjak itulah Rabiah dan saudara-saudaranya terpisah.

 Hal 17
Paceklik yang tak kuncung usai tersebut menyebabkan merajalelanya berbagai macam kejahatan dan
perbudakan.

 Hal 18
Rabi'ah : Engkau mau membawaku kemana?
Orang Jahat : Sudahlah ikut saja, aku ini orang baik. Kamu jangan kawatir aku tidak akan
menyakitimu.
Akan tetapi ternyata orang jahat itu membawa Rabi'ah ke sebuah tempat dimana disitu. Rabi’ah hendak
dijual sebagai budak.

 Hal 19
Orang Jahat : 6 Dirham?
Pembeli : Jika kamu tidak mau bawa saja dan jual anak itu ketempat lain.
Rabi'ah yang mengetahui ternyata dirinya telah dijual sebagai budak hanya mampu menangis.
Dan dia pun dipekerjakan dengan pekerjaan pekerjaan yang amat berat.

 Hal 20
Narator : Di suatu malam saat Rabi'ah berjalan sendirian, ia diikuti oleh seseorang zalim yang
berniat jahat.
Rabi'ah lari dari kejarannya sampai ia terjatuh dan terkiril tangannya, kemudian Rabi'ah menangis dan
menundukkan kepalanya ke tanah seraya bermunajat,
Rabi'ah : Ya Rabb, aku ini perempuan yang lemah dan asing, aku juga tidak punya ayah dan ibu,
kemudian aku diikuti oleh zalim yang jahat terhadapku dan sekarang tanganku terkilir, ya
Rabb aku Ridha dengan ini semua nya, akan tetapi aku tidak tahu apakah Engkau Ridha
dengan ini semuanya, akan tetapi aku tidak tahu apakah Engkau Ridha padaku atau tidak?

 Hal 21
lalu terdengar suara,
Suara Gaib : Wahai Rabi'ah, jangan sedih! sungguh kamu kelak di akhirat akan punya kedudukan
yang tinggi, sampai orang-orang shaleh penduduk langit iri kepadamu.
kemudian Rabi'ahpun pulang ke rumah tuannya.
Tuannya : Dari mana saja kau? Cepat siapkan aku makanan!
Rabi'ah : baik.

 Hal 22
Narator : Rabi'ah selalu berpuasa disiang hari, dan pada malamnya dia gunakan untuk ibadah
kepada Allah. Hingga sampai pada suatu malam tuannya bangun karena mendengar suara
rintihan di rumahnya.
kemudian ia mencari sumber duara itu dan ternyata berasal dari kamar Rabi'ah. Karena penasaran ia
melihat dari lubang di kamarnya Rabi'ah dan melihat Rabi'ah sedang bersujud dan bermunajat,
Rabi'ah : Ya Rabb, Engkau tahu bahwa cinta yang ada dalam hatiku ini hanya pantas untuk
Engkau, dan hanya untuk mengerjakan perintah-perintah-Mu, begitu pula keridhaanku
hanya untuk keagungan-Mu. mungkin jika perkara-perkaraku ada di tanganku aku tidak
akan lemas untuk melayani-Mu dan ibadah kepada-Mu, akan tetapi engkau jadikan
perkara-perkaraku di bawah kekuasaan manusia.

 Hal 23
Dan dia melihat di atas Rabi'ah ada lentera lampu yang terang benderang bergelantung tanpa adanya
rantai. tatkala mengetahui keadaan itu, tuannya Rabi'ah sangat terkejut dan gemetar seraya mengatakan
pada dirinya sendiri,
Tuannya : Aku sungguh tak pantas memperkerjakannya, kemudian dia menjadi sibuk untuk
melayaniku, bahkan seharusnya akulah yang harus melayaninya."

 Hal 24
Maka keesokan harinya tuannya memanggil Rabi'ah.
Rabi'ah : Ada perlu apa tuan memanggilku?
Tuannya : Engkau sebenarnya adalah wanita yang mulia, mulai saat ini aku membebaskan mu.
engkau telah merdeka, Rabi'ah.
Rabi'ah : Alhamdulillah. Terimakasih atas kebaikan dan keikhlasan anda. Kalau begitu saya izin
pamit.
Narator : Setelah menjadi merdeka Rabi'ah pergi menyendiri di suatu tempat yang dia sibukkan
hari-harinya hanya untuk ibadah kepada Allah. dan Rabi'ah shalat sehari semalam 1000
rakaat, dan terkadang dia juga menghadiri majlis ilmunya imam Hasan Al Bashri.

 Hal 25 : Syair Rabi'ah


“Sungguh aku jadikan Engkau di dalam hatiku,
tempat obrolanku,
dan aku berikan tubuhku untuk kekasihku,
dan tubuhku milik-Nya,
dia kekasihku dan dia kekasih hatiku.”

 Hal 26
Narator : Suatu hari Rabi'ah pergi untuk melaksanakan ibadah haji, dengan dia punya keledai
maka dia meletakkan semua barang-barangnya diatas keledainya tersebut, namun tatkala
pertengahan jalan keledainya mati.
melihat kejadian itu orang-orang rombongannya menawarkan bantuan untuk membantu membawakan
barang barangnya,
Rombongan 1 : Rabi'ah, keledaimu telah mati, kami bisa membawakan barang-barangmu di keledai
kami.
Rabi'ah : Kalian pergilah! sungguh aku tidak akan bersandar kepada kalian, aku hanya akan
bersandar pada Allah.
Rombongan 1 : Baiklah, kalau begitu kami berangkat dulu. Semoga Allah menolongmu.
lalu rombongannya pun pergi meninggalkannya sendirian.

 Hal 27
Di situ tinggalah Rabi'ah sendirian di Padang pasir, lalu dia bermunajat kepada Allah,
Rabi'ah : Ya Allah Ya Tuhanku, apakah seperti ini Engkau memperlakukan perempuan yang
lemah dan asing ini, Engkau memanggilku supaya aku berziarah ke rumah-Mu, tapi
kemudian Engkau matikan keledaiku dan meninggalkan aku di Padang pasir sendirian.
Nadator : Maka tiba-tiba keledainya bergerak dan hidup kembali dengan izin Allah,lalu dia
letakkan lagi barang-barangnya di atas keledainya dan melanjutkan perjalanan, hingga
sampai di Ka'bah.

 Hal 28
Narator : Pada suatu hari, ada 2 orang pemuka agama datang ke rumah Rabi'ah. dan keduanya
pada saat itu dalam keadaan sangat lapar. maka salah satu dari mereka berkata,
Pemuka 1 : Mudah-mudahan Rabi'ah memberikan kita makan.
Pemuka 2 : Semoga.
Kemudian mereka berdua duduk, dan Rabi'ah datang dengan membawa 2 roti yang dia punya, mereka
berduapun gembira, tatkala hendak mengambil rotinya tiba-tiba datang pengemis. Kemudian diambil dia
roti tersebut oleh Rabi'ah dan diberikan kepada si pengemis. mereka berdua pun merasa heran dengan
perbuatan Rabi'ah, akan tetapi mereka hanya diam.

 Hal 29
Tidak lama kemudian seorang budak perempuan datang ke rumah Rabi'ah, dia membawa sejumlah roti
yang masih baru dan berkata,
Budak : Wahai Rabi'ah, tuanku mengutusku untuk mengantar sejumlah roti ini untukmu.
Maka diambil roti-roti tersebut oleh Rabi'ah dan dihitungnya, dan jumlahnya 18 roti, lalu Rabi'ah
mengembalikannya ke budak tersebut dan berkata,
Rabi'ah ; Jumlah roti yang tuanmu berikan kepadaku masih kurang.
lalu diambil lagi itu roti-rotinya oleh si budak dan dia keluar dari rumah Rabi'ah.

 Hal 30
Narator : Tidak lama kemudian si budak kembali lagi dengan membawa sejumlah roti, Rabi'ah
mengambilnya lalu dihitungnya dan jumlahnya 20 roti, lalu Rabi'ah mererimanya seraya
berkata,
Rabi'ah : Nah itulah yang tuanmu kirimkan untukku.
Kemudian budak itupun pergi. Lantas disuguhkan roti-roti tersebut kepada dua tamunya. mereka berdua
heran dengan peristiwa tersebut,
Pemuka 1 : Aku sungguh heran dan bingung tentang peristiwa yang terjadi di depan kami.
maka Rabi'ah menjawab,
Rabi'ah : Sewaktu kalian berdua datang ke rumahku, aku tahu kalau kalian dalam keadaan sangat
lapar, aku berkata pada diriku sendiri; "bagaimana ini, aku hanya punya 2roti untuk aku
suguhkan kepada kalian berdua?", kemudian saat datang pengemis, aku berikan 2 roti
tersebut kepadanya agar supaya Allah mengganti dan membalas untukku dari setiap
satunya menjadi sepuluh, karena aku yakin dengan firman Allah.

 Hal 31
"Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka dia akan mendapatkan balasan sepuluh kali lipatnya." (QS.
Al-An'am 16).
Mereka pun segera memakan roti tersebut.

 Hal 32 : Syair Robi’ah


“Wahai Tuhanku,
Tenggelamkanlah aku dalam mencintai-Mu,
Sehingga tidaklah aku tidak lagi membimbangkan-Mu.
Ya Rabbi, bintang di langit telah gemerlapan,
Mata telah bertiduran,
Pintu-pintu istana telah terkunci
dan pecinta telah menyendiri dengan yang dicintainya,
Inilah aku berada di hadirat-Mu.”

 Hal 33
Narator : Pada suatu hari, Rabi'ah berjalan naik ke gunung dan di sana dia didatangi binatang-
binatang liar, yang mereka mengelilingi Rabi'ah karena rasa senang dan dan suka mereka
padanya, tidak ada satupun dari mereka yang lari ketakutan.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba Hasan Al Bashri datang menghampiri Rabi'ah, ketika binatang-binatang
mengetahui kedatangan Hasan Al Bashri mereka lari ketakutan.

 Hal 34
Hasan Al Bashri heran melihat kejadian tersebut, lalu berkata;
Hasan : Wahai Rabi'ah, kenapa mereka binatang-binatang lari ketakutan ketika aku datang,
padahal aku melihat mereka menyukaimudan tidak takut kepadamu?
Rabi'ah : Wahai Hasan Al Bashri, apa yang kamu makan hari ini?
Hasan : Makanan yang ada lemaknya dan bawangnya.
Rabi'ah : Ketahuilah wahai Hasan, kamu sudah memakan lemak salah satu dari mereka, oleh
karena itu tidak heran mereka lari dari kamu.

 Hal 35
Suatu hari tatkala robiah Al Adawiyah melaksanakan salat di tempat ibadahnya dan akhirnya dia pun
ketiduran. Pada saat itu ada pencuri masuk ke rumahnya.
Pencuri : Sial, dirumah ini tidak ada satu pun barang yang berharga.
Kemudian ia melihat selimut yang sudah usang milik Rabi'ah.
Pencuri : Dari pada keluar dengan tangan kosong, setidaknya ada yang kubawa.
Akhirnya dia mengambil selimut yang sudah usang milik robiah.

 Hal 36
Ketika mau keluar dari rumahnya, pintunya yang semula ada tiba-tiba hilang,
Pencuri : Bukankah tadi pintunya ada disini?Ia pun kebingungan dan meletakkan selomut milik
Rabi'ah. Maka saat dia meletakhan selimutnya tiba-tiba pintunya muncul,
Pencuri : Apa? Bagaimana itu bisa terjadi! Tapi yang penting aku harus segera keluar.
Kemudian diambil lagi selimutnya tatkala mau keluar pintunya hilang lagi, kemudian dia kembalikan
lagi selimutnya dan tiba-tiba pintunya muncul lagi, seterusnya dia ulang-ulangi sampai sekitar 70 kali.

 Hal 37
Maka tiba-tiba pencuri itu mendengar suara dari pojok tempat ibadahnya Rabiah,
Suara Gaib : Wahai pencuri, mau sampai berapa kali kamu lelahkan dirimu ? ketahuilah Rabi'ah
sudah mengabdikan dirinya pada-Ku bertahun-tahun, iblis pun tidak berani untuk
menghampirinya, dan kamu pencuri? janganlah lelahkan dirimu! Ketahuilah jika salah
satu kekasih tidur maka kekasih yang lainnya tidak tidur dan menjaganya.
Pencuri itupun meletakkan selimut Rabi'ah dan tergaket saat Rabi'ah menyadari dirinya.
Pencuri itupun diberi seauatu oleh Rabi'ah agar ia tidak keliar dengan tangan kosong. Pencuri itupun
diberi doa yang akhirnya membuatny bertobat dan menjadi salah satu pengikut setia Rabi'ah.

 Hal 38
Pada suatu ketika ada yang bertanya kepada rabiah,
Penanya : Wahai Rabi'ah aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu.
Rabi'ah : Apa yang ingin kamu tanyakan?
Penanya : Rabi'ah, apakah kamu cinta Allah?
Rabi'ah : Ya.
Penanya : Apakah kamu benci setan? Rabi'ah : Karena penuhnya cintaku kepada Allah yang ada di
dalam hatiku, tidak ada ruang kosong untuk aku membenci setan.

 Hal 39 : Syair Rabi'ah


“Ya Allah,
jika aku menyembah-Mu karena takut neraka-Mu,
maka haramkanlah surga untukku,
dan jika aku menyembahMu karena Dzat-Mu,
maka perlihatkan padaku keindahan Dzat-Mu.”

 Hal 40
Diriwayatkan suatu hari Hasan Al Basri Malik bin Dinar, Syafiq Al Balkhi menjenguk rabiah Al
Adawiyah yang sedang sakit. mereka membicarakan tentang ikhlas Hasan Bashri berkata,
Hasan : Seseorang tidak bisa dipercaya kata-katanya jika tidak sabar atas cobaan dari Allah.
Rabi'ah : Aku mencium bau egois disini.
Syafiq : Seseorang tidak bisa dipercaya kata-katanya jika dia tidak bersyukur atas cobaan
tuannya.
Rabi'ah : ...
Malik : Seseorang tidak bisa dipercaya kata-katanya jika dia tidak nikmat atas pukulan tuannya.

 Hal 41
Rabi'ah : Aku ingin yang lebih baik dari ini semuanya.
Mereka : Kalau begitu bicaralah Wahai Rabi'ah!
Rabi'ah : Seseorang tidak bisa dipercaya kata-katanya jika tidak lupa atas pukulan tuannya
taatkala dia menyaksikan tuannya, dan ini tidaklah aneh, karena dulu wanita-wanita
Mesir mereka lupa rasa sakitnya (mereka mengiris tanggannya dengan pisau) tatkala
melihat makhluk Allah (Nabi Yusuf).

 Hal 42
Diriwayatkan salah satu ulama kota Basrah berkunjung untuk menjenguk rabiah yang lagi terbaring
sakit, sambil dia duduk di sisi tempat tidur Rabiah, dia mencaci dunia.
Ulama : Dunia memang penuh tipu daya. Aku takkan terbuai dengan tipuannya.

 Hal 43
Rabi'ah : Aku tahu kamu cinta dunia, karena kamu tidak cinta dunia niscaya kamu tidak akan
menyebutkannya berulang kali, sama seperti seseorang pembeli barang, maka dia akan
mengetahui aibnya barang tersebut dan sifat-sifatnya. makajika hatimu kosong dari dunia,
niscaya lisanmu tidak akan menyebutkannya berulang kali dan kamu tidak akan
mensifatinya. sebagaimana ada perkataan, "barang siapa mencintai sesuatu, dia akan
sering menyebutnya".

 Hal 44 : Syair Rabi’ah

“Tuhanku,
malam telah berlalu dan siang segera menampakkan diri,
aku gelisah, apakah amalanku Engkau terima
hingga aku merasa Bahagia, atau apakah Engkau tolak
sehingga aku merasa gelisah.
Demi ke-Maha kuasaan-Mu,
Inilah yang akan kulakukan selama Engkau beri aku hidup.
Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintu-Mu aku tak akan pergi,
karena cinta pada-Mu telah memenuhi hatiku.”

 Hal 45
Abdul Wahid Amir bercerita:
Abdul dan Sufyan at-Tsauri pergi ke rumah Rabi'ah untuk menjenguk dia yang sedang sakit. karena
kemuliaannya Rabi'ah kami segan untuk berbicara dengannya, maka aku berkata kepada Sufyan,
Abdul : Kamulah yang bicara!
kemudian Sufyan berkata,
Sufyan : Walahai Rabi'ah, seandainya kamu berdoa kepada Allah untuk diangkat penderitaanmu
dan kesusahanmu dan supaya dimudahkan urusan-urusanmu.
Rabi'ah : Wahai Sufyan, tidakkah kamu tahu, bahwasanya sakit ini kehendak Allah? Sufyan : Iya
benar.
Rabi'ah : Kalau begitu kamu mengetahui bahwa ini kehendaknya, lalu bagaimana kamu berkata
kepadaku supaya aku memohon kepada Allah supaya dia melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kehendaknya? Dan tidaklah boleh seorang kekasih bertentangan
dengan sang kekasih dalam hal apapun.

 Hal 46
Kemudian Sufyan at-Tsauri berkata,
Sufyan : Kemudian apa yang kamu inginkan wahai Rabi'ah?
Rabi'ah : Wahai Sufyan, kamu orang yang alim, bagaimana kamu bisa bertanya; "apa yang kamu
inginkan?" demi Allah, sudah 12 tahun lamanya aku menginginkan makan buah kurma
yang segar, dan kamu tahu di kota Basrah banyak sekali kurma, tetapi hingga saat ini aku
belum pernah memakannya. sungguh aku ini hanyalah seorang hamba, maka bukan
urusan seorang hamba untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika aku
menginginkan sesuatu, sedangkan tuanku tidak menginginkan, maka itu adalah
kedurhakaan maka supaya kita menjadi hamba yang sebenar-benarnya, wajib bagi
seorang hamba tidak menginginkan sesuatu yang tuannya tidak menginginkan, lain
halnya jika tuannya menginginkan sesuatu tersebut.

 Hal 47
Diceritakan menjelang wafatnya Rabi'ah banyak ulama'-ulama' dan sufi-sufi berada di sampingnya.
Rabi'ah : Pergilah kalian dari sini, biarkan tempat ini kosong untuk para utusan Allah.
Maka semua orangpun keluar dan menutup pintunya, lalu mereka mendengar suara yang berseru.

 Hal 48
Suara Gaib : Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan di
ridhoi.
Setelah itu tidak terdengar suara lagi, maka mereka membuka pintunya dan masuk, mereka sudah
mendapati Rabi'ah meninggal dunia, dia telah kembali kepada kehadirat kekasihnya .

 Hal 49
Semua orang yang hadir pada saat itu sedih atas kepergian sosok mulia kekasih Allah Rabi'ah Al
Adawiyah.
Rabi'ah Al adawiyah wafat pada tahun 185 Hijriah ( 801 Masehi ) dan beliau kurang lebih hidup hingga
umur 90 tahun.

 Hal 50 : Syair Rabi’ah


“Oh, kegembiraan, tujuan, dan harapanku,
Engkau semangat hatiku.
Engkau telah memberikan kebahagiaan padaku.
kerinduan pada-Mu adalah bekalku.
Kalau bukan mencari-Mu, tak kujalani negeri-negeri yang luas ini.
Betapa banyak limpahan nikmat karuniamu,
cinta pada-Mu tujuan hidup-Ku.
Kekasihku tak ada yang menandingi-Nya.
Hatiku hanya tercutah pada-Nya.
Kekasihku tidak tampak padaku, dalam hatiku tak pernah sirna.”

 Hal 51
DIRIWAYATKAN ada seseorang yang berziarah ke makam Rabiah al-Adawiyah , lalu dia berseru,
Peziarah : Wahai Rabiah, dulu semasa hidup, kamu tidak menoleh sama sekali terhadap dunia dan
seisinya, maka bagaimana keadaanmu sekarang?
Kemudian dia mendengar suara dari kuburannya,
Suara gaib : Sungguh aku telah sampai dan mendapatkan apa yang aku cari dan aku minta.

 Hal 52
Rabiah Al-Adawiyah sampai akhir usianya memilih untuk tidak menikah. Pilihannya untuk tidak
menikah bukan karena dia tidak paham bahwa menikah merupakan ibadah yang dianjurkan. Melainkan,
karena hati dan perhatiannya sudah penuh dan tercurahkan kepada Allah hingga tidak ada ruang dan
perhatian lain untuk selain-Nya.

 Hal 53
Sekian

 Hal 54
Referensi :

 Syaikh al-Athar, Fariduddin. Tadzkirah al-Auliya’.


 Al-Ghazali, Abu hamid Muhammadbin Muhammad. Ihya’ Ulumuddin.
 Usmani, Ahmad Rofi’i. Ensiklopedia Tokoh Muslim. PT. Mizan Pustaka. 2015.
 Malakian, Azeez Naviel. Rabiaah al-Adawiyah Perjalanan dan Cinta Wanita Sufi. C-Klik
Media, 2019.
 Risalatul Qusyairiyah
 Fuad Kauma. Perjalanan Hidup Wali Wanita Rabi’ah al-Adawiyah. Afkarina, 2015.
 Tamam, Badrut. Kisah Cinta Rabi’ah al-Adawiyah. Layar, 2023.

 Hal 55
Profil Penulis
 Belakang Cover Belakang
Kosong

 Cover Belakang
Sinopsis
Testimoni
Hak Cipta Produksi

Anda mungkin juga menyukai