Anda di halaman 1dari 7

JALAN PILIHAN

Ummi Dzar

Malam ini terasa sangat indah dibandingkan dengan malam – malam yang telah
dilewatinya. Bulan tampak sempurna bulatnya, bintang pun bertaburan dengan kerlip cahaya
menambah keindahan malam itu. Tak hentinya bibir Syarifah berdzikir mengagungkan Asma
Allah. Betapa sayangnya Allah padanya, sekalipun jalan yang ia lalui sangat panjang dan
melelahkan. Namun semua itu tak ada artinya dengan apa yang ia dapatkan saat ini. Syarifah
bersyukur doa yang selama ini ia pinta padaNya kini telah dikabulkan.

“Ya Allah, karuniakan ketenangan dalam hati ini agar aku mampu melihat dan
memahami bahwa ketetapan yang Kau beri untukku adalah yang terbaik. Agar aku mampu
menjalani tanpa mengeluh. Walaupun mungkin akan ada airmata yang mengiringi langkah
ini. Namun jadikan airmata ini sebagai penguat diri melalui alur jalan yang Kau pilihkan
untukku “.

“Setiap orang akan menemui jalan hidupnya masing – masing. Meskipun mungkin
ada kesamaan. Ada yang diuji dengan ekonomi, keluarga atau pertemanan akan tetapi alur
cerita hadirnya sebuah masalah pasti berbeda dan itu sudah Allah ukur dengan kesanggupan
kita. Kita harus bersyukur karena ternyata Allah memilih kita menjadi tokoh utama dalam
episode itu. Allah pasti telah siapkan jalan keluarnya. Allah yang ciptakan sakit Allah pulalah
yang menghadirkan kesembuhan. Semua terjadi atas ijin Allah. Tugas kita ridlo dan ikhlas
dengan ketetapan yang Allah berikan pada kita. Susah ya? Tidak susah jika kita mampu
mengartikan semua yang terjadi karena Allah sayang dengan kita. Kita masih diberikan
kesempatan untuk memperbaiki diri “.

Sederet kalimat yang membuat Syarifah terjaga dari kehampaan yang selama ini
rasakan. Dengan wajah yang cantik, kulit bersih putih, postur tubuh bak gitar menambah
kesempurnaan fisik yang Syarifah miliki. Munafik jika kaum adam tak tertarik dengan
dirinya. Inilah yang menjadikan Syarifah mampu berkelana di banyak negara. Ia mampu
membeli barang branded dengan harga selangit. Bak sultan yang selalu bergelimang
kemewahan. Namun di balik semua itu, ia merasakan hampa dan kosong hatinya. Seolah ada
yang hilang, tapi ia tak tahu apa itu.

“Mas, aku heran. Mengapa ya aku tidak bisa menikmati apa yang sudah aku miliki?’,
tanya Syarifah dengan mata yang menerawang jauh.

“Maksudnya?” kata Raffi balik bertanya. Syarifah menoleh asal suara itu. Ia
mengernitkan dahi dan menarik napas panjang.

“Ya aku heran saja. Apa sih yang tidak aku miliki sekarang. Tas, perhiasan, sepatu
baju mau model apa saja aku punya. Bahkan aku bisa berlibur kemana saja yang ku mau.
Dengan siapa saja. Tapi anehnya aku tidak menikmati itu semua, mas,” jelas Syarifah sambil
mengangkat bahunya ke atas.

“Oke..oke aku paham. Besok ada acara nggak?” tanya Raffi lagi.

“Mas ini, aku tanya malah balik ditanya?” ujar Syarifah sewot.

“Ya sudah,besok jam 7 aku jemput kamu di apartemen. Karena tempatnya agak jauh
jadi kita berangkatnya lebih awal. Aku mau mengajak kamu di acara kawinan temenku. Bisa?
Bisa ya,” kata Raffi dengan suara yang membuat Syarifah tak sanggup menolaknya

Syarifah mengangguk. Namun Raffi meminta Syarifah untuk memakai baju yang
pernah ia berikan. Gaun panjang yang menutup hampir seluruh tubuhnya berwarna merah
maroon yang Raffi berikan saat Syarifah ulang tahun yang ke 25 tepat 1 tahun kedekatan
mereka. Syarifah dan Raffi dipertemukan dalam acara gathering sebuah perusahaan ternama,
dimana Rffi adalah salah satu pesertanya. Peserta gathering itu adalah para pengusaha muda
yang sedang naik bisnisnya. Sementara Syarifah menjadi salah satu pengisi acara, ada
beberapa lagu yang ia bawakan di acara itu.

Awal pertemuan yang tidak di sengaja dan direncana mempertemukan Raffi dan
Syarifah.

“Bro, dikondisikan itu mata. Berkediplah main melotot saja ,” ledek Danu rekan
bisnis Raffi yang ternyata tanpa ia sadari memperhatikan matanya yang tak lepas dari
anggunnya sosok penyanyi yang bergaun merah maroon.
“Apaan sih. Aku lagi menikmati lagu favorit aku, bagus suaranya ,” kilah Raffi yang
malu diledek temannya.

“Hati – hati fi. Dia itu simpanan pejabat lho. Bisa – bisa proyek kita gagal gara – gara
kamu lirik ceweknya. Cewek itu senior di bidang “gituan”, kata Bonny temen Raffi yang lain.

Bukannya mundur, Raffi justru ingin tahu lebih dekat dengan sang penyanyi itu. Ia
pun berpura – pura mengambil makanan ringan. Dilihatnya penyanyi itu berjalan ke meja
yang berisi aneka makanan ringan. Secara kebetulan mereka pun sama- sama memegang
capit makanan yang sama uutuk mengambil pie buah.

“Oh maaf, silahkan anda dulu,” kata Raffi meminta maaf.

“Tidak apa – apa, silahkan anda dulu,” kata penyanyi itu dengan suara yang lembut.

“Lady first ,” ucap Raffi mulai tebar pesona dengan memberikan senyuman
termanisnya.

“Saya Raffi dari Utama Karya Grup ,” kata Raffi memeperkenalkan diri dan
mengulurkan tangannya pada penyanyi itu.

“Saya Selvi ,” jawab penyanyi itu.

Mereka pun terlibat perbincangan yang mengasyikkan. Dari kejauhan Danu dan
Bonny menghela napas panjang melihat apa yang dilakukan Raffi. Ada kekhawatiran dengan
sikap nekat Raffi mendekati “Ratu sang pejabat” itu. Kaitannya dengan bisnis mereka.
Namun itu tak dirasakan oleh Raffi. Raffi mulai nyaman dengan Selvi. Ada sesuatu yang
beda yang ia rasakan saat dekat dengan Selvi. Ternyata Selvi pun merasakan ada desiran
yang tak pernah ia rasakan saat berhadapan dengan lawan jenis. Hampir 10 tahun ia dekat
bahkan sangat dekat dengan banyak laki-laki hidung belang yag hanya melihatnya dengan
tatapan nafsu. Sementara tatapan itu tak ia dapati pada mata Raffi. Ia begitu sopan,
mengharagainya sebagai seorang perempuan meskipun selvi menyadari siapalah dirinya.
Wanita kotor yang tak pantas untuk di hargai.
Sejak pertemuan itu, mereka kerap bertemu. Entah dengan alasan untuk makan siang,
atau apapun yang penting Raffi berusaha untuk menemui Selvi setiap hari. Mereka pun mulai
merasa nyaman.

“Boleh nggak aku minta sesuatu sama kamu,” tanya Raffi saat makan malam di
sebuah restoran ternama di kota Bandung. Selvi terkejut dengan permintaan Raffi. Ternyata
Raffi sama saja dengan laki – laki yang selama mendekatinya. Selvi pun tak menjawab hanya
terdiam. Raut arah dan kecewa tersirat di wajahnya.

“Maaf, jika aku salah bicara,” kata Raffi dengan suara lembutnya. Ia meraih tangan
putih Selvi. Digenggamnya tangan itu dan berkata

“Kamu jangan salah paham dulu. Mungkin terlalu cepat jika aku mengatakan aku
sayang kamu, aku merasa nyaman dekat denganmu. Aku ingin kamu menjadi bagian dari
hidupku. Kamu mungkin menilai aku sama dengan laki – laki yang selama ini mendekatimu.
Jujur sejak awal aku melihatmu di acara itu, aku merasa yakin inilah yang Allah kirimkan
untukku, wanita yang akan menjadi bagian dari sisa hidupku, yang akan menemaniku meraih
RidloNya. Aku sendiri tidak tahu, tapi setelah sholat istikharoh yang aku lakukan aku
semakin yakin bahwa kamulah yang Allah kirimkan utuk menyempurnakan setengah
agamaku,” jelas Raffi dengan penuh keyakinan. Airmata Selvi mengalir deras, ia tak bisa
berkata – kata. Dadanya sesak, ada rasa malu, ragu, sedih. Bercampur jadi satu hingga ia pun
hanya terdiam membisu.

Raffi meraih dan merengkuh tubuh Selvi yang mulai limbung. Tubuh selvi
berguncang dengan tangisan yang semkin menjadi. Raffi berusaha menenangkan. Ia
mengusapp kepala selvi dengan lembut.

“Aku paham dengan keadaanmu. aku pun tidak akan memaksamu untuk menerima
aku sebagai bagian dari hidupmu yang pastinya berbeda dengan laki – laki yang datang
padamu. Kita jalani dulu. Jika memang Allah takdirkan kita untuk bersama Insya Allah pasti
Allah juga akan menyipkan jalan cerita untuk mempersatukan kita,” kata Raffi dengan
lembut.

“Bolehkah aku memanggilmu dengan nama Syarifah? Itu nama alamarhum ibuku.
Sosok wanita hebat yang selalu ada umtukku hingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Walaupun beliau tak sampai menikmati apa yang telah aku raih saat ini. Karena Allah lebih
sayang pada ibuku. Ibuku wanita yang selalu mengajarkan aku kebaikan, tidak merendahkan
orang lain. Bahkan ibuku selalu mengingatkan aku agar selalu mendoakan ayahku yang tak
pernah aku temui hingga saat ini. Laki – laki yang meninggalkan benih di rahim ibuku. Laki
– laki yang tidak bertanggung jawab dengan darah dagingnya. Mau kan?” jelas Raffi. Selvi
hanya mengangguk dengan sisa napas yang masih sesengukan.

“Assalamualaikum.” Ucap Raffi saat berada di depan pintu apartemen Syarifah.

“Waalaikumsalam ,” jawab Syarifah dengan lembut dan senyum manis.

Raffi takjub dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Seorang wanita dengan
rambut panjang terurai mengenakan gaun panjang menutupi seluruh lekuk tubuhnya. Terlihat
angun, elegan tetap cantik dengan make up tipis.

“Masya Allah, inikah Syarifahku?’ goda Raffi dengan nada mesranya.

“Mas Raffi ah, bikin malu aja.” Kata Syarifah dngan wajah yang mulai merah merona
karena malu.

“Yuk, kita berangkat” ajak Raffi sambil menggandeng tangan Syarifah.

Mobil Expander hitam meluncur menembus jalan raya yang masih terliht lengang.
Teman Raffi meikah dengan mantan kupu – kupu malam. Hanya butuh waktu satu tahun
untuk meyakinkan si perempuan itu menerima pinangannya. Ini alasan Raffi mengajak
Syarifah menghadiri pernikahan ini. Sayrifah dan mempelai wanita pernah mengalami masa
yang kelam, dimana semua bisa didapat dengan mudah tetapi hatinya hampa. Sementara
Raffi dan temannya kebetulan memiliki kisah masa kecil yang sama.tinggal di rumah
kontrakan dipingir sungai. Ibu mereka menjadi buruh cuci, buruh apaun yang penting bisa
untuk menyambung hidup. Namun Allah mengubah jalan hidup mereka dengan kondisi yang
lebih baik. Meski kesedihan tak dapat dipungkiri terlihat di wajah Raffi karena sang ibu tidak
sempat merasakan kebahagiaan dunia yang sekarang Raffi raih. Semua hasil didikan keras
ibunya, mengajarkan tanggung jawab dan kerja keras. Tidak mudah putus asa dan mengeluh.
Allah tidak akan merubah nasib seorang hambaNya selagi hambaNya tidak berusaha untuk
merubahnya.
Raffi bersyukur Syarifah mulai menunjukkan perubahan sikap dan penampilannya. Ia
mulai belajar tentang sholat, ikut beberapa kajian yang di rekomendasikan oleh Raffi.

“Mas, terima kasih ya atas semuanya. Aku tidak tahu akan jadi apa jika tak bertemu
kamu ,” kata Sayarifah malam itu.

“Semua terjadi atas ijin Allah. Allah yang mempertemukan,mendekatkan dan


menyatukan kita. Mas juga bukan orang baik. Kita masing- masing punya masa lalu. Tapi
kita punya hak untuk masa depan kita. Kita belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Selalu
bersyuukr agar Allah tambah sayang pada kita,” kata Raffi memeluk syarifah yang kini telah
menjadi pendamping hidupnya.

“Jangan bosan mengingatkan aku ya Mas. Aku berusaha menjadi istri yag terbaik buat
kamu,” ucap Sayarifah sambil meletakkan kepalanya di bahu sang suami.

“Hanya jadi istri? Tidak ingin jadi ibu dari anak – anakku?’, kata Raffi mulai
menggoda Syarifah.

Seketika Sayrifah menenggelamkan kepalanya di dada Raffi. Ia malu menunjukkan


wajahnya yang sudah memerah. Malam itu terasa hangat bagi dua anak manusia yang sedang
belajar memahami, menjalani jalan cerita yang Allah kirimkan untuk mereka.
Nafiani Widi Nugraheni Rofida, biasa dipanggil Vivi dengan nama pena Ummi Dzar.
Tinggal di kota dingin Wonosobo Jawa Tengah. Bersama suami dan 7 anak yang mulai
beranjak remaja.

Keseharian diisi dengan mengajar di sekolah dan Bimbel Mu milik penulis. Selain aktifitas
mengajar, penulis memiliki lembaga pendamping PUK ( perempuan usaha kecil), yaitu BDS
Bhaskara sebagai trainer PUK. Penulis bersama pasangan adalah owner Le-Qoen ( produksi
makanan ringan).
Hobby menulis sejak SMP namun baru sebatas menulis diary dan mading. Sepanjang 2 tahun
terakhir, ada 7 buku antalogi yang telah mengisi koleksi rak buku di rumah. Saat ini aktif di

komunitas grup 30 hari berkarya.


Menulis tidak sekedar menyusun huruf menjadi kata, menyusun kata menjadi kalimat.
Namun dalam setiap goresan huruf kata kalimat memiliki kekuatan makna yang
mendalam.bagi penulis dan semoga memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Kontak saya
Umi Dzar
Mutiara persada blok f1 no 11 wonosobo
Hp / WA 0853-8531-8851
Email nafianiwnr@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai