Anda di halaman 1dari 19

1.

6 Menganalisis dan mengevaluasi ketentuan pernikahan dalam Islam


4.6 Menyajikan prinsip-prinsip pernikahan dalam Islam

Bacalah ayat-ayat berikut 5 – 10 menit, perhatikan kaidah-kaidah tajwid dan makhrajnya.

1. Q.S. An-Nisa (4): 1

2. An-Nisa ( 4 ) : 3

3. Ar-Rum ( ) : 21
Hots Amati dan Renungkan Cerita Berikut
ss
Kisah nyata

“Namaku Mariani, orang-orang biasa memangilku Aryani. Ini adalah kisah perjalanan hidupku
yang hingga hari ini masih belum lengkang dalam benakku. Sebuah kisah yang membuatku
menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Yah, sebuah
perjalanan yang aku sendiri menyangka bahwa di dunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia.
Tahun 2007 silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria, Kak Arfan namanya. Kak
Arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku. Usia kami terpaut 4 Tahun. Yang aku
tahu bahwa sejak kecilnya Kak Arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya dan juga rajin
ibadah. Tabiatnya yang seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa. Aku merasa risih sendiri
dengan Kak Arfan apabila berpapasan dijalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan
pada orang-orang. yah, kampungan banget gelagatnya, Kak Arfan menurutku adalah sosok yang
tidak istimewa. Apa istimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampunga banget. Kadang hatiku
sendiri bertanya, koq bisa yah, ada orang yang sekolah di kota namun begitu kembali tak ada
sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya,
Waktu terus bergulir dan seperti gadis-gadis modern pada umumnya yang tidak lepas dengan
kata pacaran, akupun demikian. Aku sendiri memiliki kekasih yang begitu sangat aku cintai,
namanya Boby. Masa-masa indah kulewati bersama Boby. Indah kurasakan dunia remajaku saat itu.
Kedua orang tua Boby sangat menyayangi aku dan sepertinya memiliki sinyal-sinyal restunya atas
hubungan kami. Hingga musibah itu tiba, aku dilamar oleh seorang pria yang sudah sangat aku
kenal. Yah siapa lagi kalau bukan si kuper Kak Arfan lewat pamanku. Orang tuanya Kak Arfan
melamarku.
Mendengar penuturan mama saat memberitahu padaku tentang lamaran itu, kurasakan
dunia ini gelap, kepalaku pening, aku berteriak sekencang-kencangnya menolak permintaan
lamaran itu dengan tegas aku sampaikan langsung pada kedua orang tuaku bahwa aku menolak
lamaran keluarganya Kak Arfan dan dengan terang-terangan pula aku sampaikan pula bahwa aku
memiliki kekasih pujaan hatiku, Boby.
Mendengar semua itu ibuku shock dan jatuh tersungkur kelantai. Akupun tak menduga kalau
sikapku yang egois itu akan membuat mama shock. Baru kutahu bahwa yang menyebabkan mama
shok itu karena beliau sudah menerima secara resmi lamaran dari orang tuanya Kak Arfan. Hatiku
sedih saat itu, kurasakan dunia begitu kelabu. Aku seperti menelan buah simalakama, seperti orang
yang paranoid, tidak tahu harus ikut kata orang tua atau lari bersama kekasih hatiku Boby.
Dengan berat hati dan penuh kesedihan aku menerima lamaran Kak Arfan untuk menjadi
istrinya dan kujadikan malam terakhir perjumapaanku dengan Boby di rumahku untuk meluapkan
kesedihanku. Meskipun kami saling mencintai, tapi mau tidak mau Boby harus merelakan aku
menikah dengan Kak Arfan. Karena dia sendiri mengakui bahwa dia belum siap membina rumah
tangga saat itu.
Tanggal 11 Agustus 2007 akhirnya pernikahanku pun digelar. Aku merasa bahwa pernikahan
itu begitu menyesakkan dadaku. Air mataku tumpah di malam resepsi pernikahan itu. Di tengah
senyuman orang-orang yang hadir pada acara itu, mungkin akulah yang paling tersiksa. Karena
harus melepaskan masa remajaku dan menikah dengan lelaki yang tidak pernah kucintai. Dan yang
paling membuatku tak bisa menahan air mataku, mantan kekasihku boby hadir juga pada resepsi
pernikahan tersebut. Ya Allah mengapa semua ini harus terjadi padaku ya Allah… mengapa aku yang
harus jadi korban dari semua ini?
Waktu terus berputar dan malam pun semakin merayap. Hingga usailah acara resepsi
pernikahan kami. Satu per satu para undangan pamit pulang hingga sepi lah rumah kami. Saat
masuk ke dalam kamar, aku tidak mendapati suamiku Kak Arfan di dalamnya. Dan sebagai seorang
istri yang hanya terpaksa menikah dengannya, maka aku pun membiarkannya dan langsung
membaringkan tubuhku setelah sebelumnya menghapus make-up pengantinku dan melepaskan
gaun pengantinku. Aku bahkan tak perduli kemana suamiku saat itu. Karena rasa capek dan
diserang kantuk, aku pun akhirnya tertidur.
Tiba-tiba di sepertiga malam, aku tersentak tatkala melihat ada sosok hitam yang berdiri
disamping ranjang tidurku. Dadaku berdegup kencang. Aku hampir saja berteriak histeris, andai saja
saat itu tak kudengar serua takbir terucap lirih dari sosok yang berdiri itu. Perlahan kuperhatikan
dengan seksama, ternyata sosok yang berdiri di sampingku itu adalah Kak Arfan suamiku yang
sedang sholat tahajud. Perlahan aku baringkan tubuhku sambil membalikkan diriku
membelakanginya yang saat itu sedang sholat tahajud. Ya Allah aku lupa bahwa sekarang aku telah
menjadi istrinya Kak Arfan. aku masih tak bisa menerima kehadirannya dalam hidupku. Saat itu
karena masih dibawah perasan ngantuk, aku pun kembali teridur. Hingga pukul 04.00 dini hari,
kudapati suamiku sedang tidur beralaskan sajadah dibawah ranjang pengantin kami.
Hari-hari terus berlalu. Kami pun menjalani aktifitas kami masing-masing, Kak Arfan bekerja
mencari rezeki dengan pekerjaannya. Sedangkan aku di rumah berusaha semaksimal mungkin
untuk memahami bahwa aku telah bersuami dan memiliki kewajiban melayani suamiku. Yah
minimal menyediakan makanannya, meskipun kenangan-kenangan bersama Boby belum hilang dari
benakku,..
Semula kufikir bahwa prilaku Kak Arfan yang tidak pernah menyentuhku dan menunaikan
kewajibannya sebagai suami itu hanya terjadi malam pernikahan kami. Tapi ternyata yang terjadi
hampir setiap malam sejak malam pengantin itu, Kak Arfan selalu tidur beralaskan permadani di
bawah ranjang atau tidur di atas sofa dalam kamar kami. Dia tidak pernah menyentuhku walau
hanya menjabat tanganku. Jujur segala kebutuhanku selalu dipenuhinya. Secara lahir dia selalu
menafkahiku, bahkan nafkah lahir yang dia berikan lebih dari apa yang aku butuhan. Tapi soal
biologis, Kak Arfan tak pernah sama sekali menuntutnya dariku. Bahkan yang tidak pernah
kufahami, pernah secara tidak sengaja kami bertabrakan di depan pintu kamar, Kak Arfan meminta
maaf seolah merasa bersalah karena telah menyetuhku.
Ada apa dengan Kak Arfan? Apakah dia lelaki normal? kenapa dia begitu dingin padaku?
apakah aku kurang di matanya? atau? pendengar, jujur merasakan semua itu, membuat banyak
pertanyaan berkecamuk dalam benakku. Ada apa dengan suamiku? bukankah dia adalah pria yang
beragama dan tahu bahwa menafkahi istri itu secara lahir dan batin adalah kewajibannya? ada apa
dengannya? padahal setiap hari dia mengisi acara-acara keagamaan di mesjid. Dia begitu santun
pada orang-orang dan begitu patuh kepada kedua orangtuanya. Dia tidak pernah sekali pun dia
bersikap kasar dan berkata-kata keras padaku. Bahkan Kak Arfan terlalu lembut bagiku.
Tapi satu yang belum dia tunaikan yaitu nafkah batinku. Aku sendiri saat mendapat perlakuan
darinya setiap hari yang begitu lembutnya mulai menumbuhkan rasa cintaku padanya dan
membuatku perlahan-lahan melupakan masa laluku bersama Boby. Aku bahkan mulai
merindukannya tatkala dia sedang tidak dirumah. Aku bahkan selalu berusaha menyenangkan
hatinya dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkannya lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-
wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah yang syar’i.
Tapi satu yang belum bisa aku mengerti darinya. Entah mengapa hingga enam bulan
pernikahan kami dia tidak pernah menyentuhku. Setiap masuk kamar pasti sebelum tidur, dia selalu
mengawali dengan mengaji, lalu tidur di atas hamparan permadani dibawah ranjang hingga terjaga
lagi di sepertiga malam, lalu melaksanakan sholat tahajud. Hingga suatu saat Kak Arfan jatuh sakit.
Tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi. Aku sendiri bingung bagaimana cara menanganinya.
Sebab Kak Arfan sendiri tidak pernah menyentuhku. Aku khawatir dia akan menolakku bila aku
menawarkan jasa membantunya. Ya Allah... apa yang harus aku lakukan saat ini. Aku ingin sekali
meringankan sakitnya, tapi apa yang harus saya lakukan ya Allah?....
Malam itu aku tidur dalam kegelisahan. Aku tak bisa tidur mendengar hembusan nafasnya
yang seolah sesak. Kudengar Kak Arfan pun sering mengigau kecil. Mungkin karena suhu panasnya
yang tinggi sehingga ia selalu mengigau. Sementara malam begitu dingin, hujan sangat deras disetai
angin yang bertiup kencang. Kasihan Kak Arfan, pasti dia sangat kedinginan saat ini. Perlahan aku
bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas. Kupasangkan selimutnya
yang sudah menjulur kekakinya. Ingin sekali aku merebahkan diriku di sampingnya atau sekedar
mengompresnya. Tapi aku tak tahu bagaimana harus memulainya. Hingga akhirnya aku tak kuasa
menahan keinginan hatiku untuk mendekatkan tanganku di dahinya untuk meraba suhu panas
tubuhnya.
Tapi baru beberapa detik tanganku menyentuh kulit dahinya, Kak Arfan terbangun dan
langsung duduk agak menjauh dariku sambil berujar ”Afwan (maaf) dek, kau belum tidur? kenapa
ada di bawah? nanti kau kedinginan? ayo naik lagi ke ranjangmu dan tidur lagi, besok kau bisa capek
dan jatuh sakit?” pinta kak Arfan padaku. Hatiku miris saat mendengar semua itu. Dadaku sesak,
mengapa Kak Arfan selalu dingin padaku. Apakah dia menganggap aku orang lain. Apakah di hatinya
tak ada cinta sama sekali untukku. Tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang
ingin sekali kuluapkan dengan teriakan. Hingga akhirnya gemuruh di hatiku tak bisa kubendung juga.
”Afwan(maaf) kak, kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin? kau bahkan tak
pernah mau menyentuhku walaupun hanya sekedar menjabat tanganku? bukankah aku ini istrimu?
bukankah aku telah halal buatmu? lalu mengapa kau jadikan aku sebagai patung perhiasan
kamarmu? apa artinya diriku bagimu kak? apa artinya aku bagimu kak? kalau kau tidak mencintaiku
lantas mengapa kau menikahiku? mengapa kak? mengapa?” Ujarku disela isak tangis yang tak bisa
kutahan. Tak ada reaksi apapun dari Kak Arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang
tersedu itu. Yang nampak adalah dia memperbaiki posisi duduknya dan melirik jam yang menempel
di dinding kamar kami. Hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan berujar padaku:
”Dek, jangan kau pernah bertanya pada kakak tentang perasaan ini padamu. Karena sesungguhnya
kakak begitu sangat mencintaimu. Tetapi tanyakanlah semua itu pada dirimu sendiri. Apakah saat
ini telah ada cinta di hatimu untuk kakak? kakak tahu dan kakak yakin pasti suatu saat kau akan
bertanya mengapa sikap kakak selama ini begitu dingin padamu. Sebelumnya kakak minta maaf bila
semuanya baru kakak kabarkan padamu malam ini. Kau mau tanyakan apa maksud kakak
sebenarnya dengan semua ini?” ujar Kak Arfan dengan agak sedikit gugup. “Iya tolong jelaskan pada
saya Kak, mengapa kakak begitu tega melakukan ini pada saya? tolong jelaskan Kak?” Ujarku
menimpali tuturnya kak Arfan.
“Hhhhhmmm, Dek.. kau tahu apa itu pelacur? dan apa pekerjaan seorang pelacur?
Afwan(maaf) dek.. dalam pemahaman kakak, seorang pelacur itu adalah seorang wanita penghibur
yang kerjanya melayani para lelaki hidung belang untuk mendapatkan materi tanpa peduli apakah
di hatinya ada cinta untuk lelaki itu atau tidak. Bahkan seorang pelacur terkadang harus meneteskan
air mata mana kala dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dicintainya. Bahkan dia sendiri tidak
merasakan kesenangan dari apa yang sedang terjadi saat itu. kakak tidak ingin hal itu terjadi
padamu dek?
Kau istriku dek, betapa bejatnya kakak ketika kakak harus memaksamu melayani kakak
dengan paksaan saat malam pertama pernikahan kita. Sedangkan di hatimu tak ada cinta sama
sekali buat kakak. Alangkah berdosanya kakak, bila pada saat melampiaskan birahi kakak padamu
malam itu, sementara yang ada dalam benakmu bukanlah kakak tetapi ada lelaki lain. Kau tahu dek,
sehari sebelum pernikahan kita digelar, kakak sempat datang ke rumahmu untuk memenuhi
undangan Bapakmu. Tapi begitu kakak berada di depan pintu pagar rumahmu, kaka melihat dengan
mata kepala kakak sendiri kesedihanmu yang kau lampiaskan pada kekasihmu Boby. Kau ungkapkan
pada Boby bahwa kau tidak mencintai kakak. Kau ungkapkan pada Boby bahwa kau hanya akan
mencintainya selamanya. Saat itu kakak merasa bahwa kakak telah mermpas kebahagiaanmu.
Kakak yakin bahwa kau menerima pinangan kakak itu karena terpaksa. Kakak juga
mempelajari sikapmu saat di pelaminan. Begitu sedihnya hatimu saat bersanding di pelaminan
bersama kakak. Lantas haruskah kakak egois dengan mengabaikan apa yang kau rasakan saat itu.
Sementara tanpa memperdulikan perasaanmu, kakak menunaikan kewajiban kakak sebagai
suamimu di malam pertama. Semenatara kau sendiri akan mematung dengan deraian air mata
karena terpaksa melayani kakak?
Kau istriku dek, sekali lagi kau istriku. Kau tahu, kakak sangat mencintaimu. Kakak akan
menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk kakak. Agar kau tidak merasa
diperkosa hak-hakmu. Agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama. Alhamdulillah
apabila hari ini kau telah mencintai kakak. Kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan
mantan kekasihmu itu. Beberapa hari ini kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana
muslimah yang syar’i. Pinta kakak padamu dek, luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan
busana itu untuk menyenangkan hati kakak semata. Maka sekarang luruskan niatmu, niatkan
semua itu untuk Allah ta’ala selanjutnya untuk kakak.”
Mendengar semua itu, aku memeluk suamiku. Aku merasa bahwa dia adalah lelaki terbaik
yang pernah kujumpai selama hidupku. Aku bahkan telah melupakan Boby. Aku merasa bahwa
malam itu, aku adalah wanita yang paling bahagia di dunia. Sebab meskipun dalam keadaan sakit,
untuk pertama kalinya Kak Arfan mendatangiku sebagai seorang suami.
Hari-hari kami lalui dengan bahagia. Kak Arfan begitu sangat kharismatik. Terkadang dia
seperti seorang kakak buatku dan terkadang seperti orang tua. Darinya aku banyak belajar banyak
hal. Perlahan aku mulai meluruskan niatku dengan menggunakan busana muslim, semata-mata
karena Allah Swt. dan untuk menyenangkan hati suamiku. Sebulan setelah malam itu, dalam
rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua. Alhamdulillah, aku sangat bahagia
bersuamikan dia. Darinya aku belajar banyak tentang agama. Hari demi hari kami lalui dengan
kebahagiaan. Ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan. Dulu aku hampir saja
melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangannya.
Aku fikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir Abdurrahman,
hasil cinta kami berdua. Di akhir tahun 2008, Kak Arfan mengalami kecelakaan dan usianya tidak
panjang, sebab Kak Arfan meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut. Aku
sangat kehilangannya. Aku seperti kehilangan penopang hidupku. Aku kehilangan kekasihku. Aku
kehilangan murobbiku (pembimbing), aku kehilangan suamiku. Tidak pernah terbayangkan olehku
bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat. Yang tidak pernah aku lupakan di akhir
kehidupannya Kak Arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku:
“Dek.. pertemuan dan perpisahan itu adalah fitrahnya kehidupan. Kalau ternyata kita berpisah
besok atau lusa, kakak minta padamu dek.., jaga anak kita dengan baik. Jadikan dia sebagai pejuang
(mujahid) yang senantiasa membela agama, senantiasa menjadi yang terbaik untuk umat. Didik dia
dengan baik, jangan sia-siakan dia. Satu permintaan kakak.., kalau suatu saat ada seorang pria yang
datang melamarmu, maka pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu. Tetapi juga mau menerima
kehadiran anak kita.
Maafkan kakak Dek.., bila selama bersamamu, ada kekurangan yang telah kakak perbuat
untukmu. Senantiasalah berdo’a.., kalau kita berpisah di dunia ini..Insya Allah kita akan berjumpa
kembali di akhirat kelak . Kalau Allah mentakdirkan kakak yang pergi lebih dahulu meninggalkanmu,
Insya Allah kakak akan senantiasa menantimu..”
Demikianlah pesan terakhir Kak Arfan sebelum keesokan harinya Kak Arfan meninggalkan
dunia ini. Hatiku sangat sedih saat itu. Aku merasa sangat kehilangan. Tetapi aku berusaha
mewujudkan harapan terakhirnya, mendidik dan menjaga Abdurrahman dengan baik. Selamat jalan
Kak Arfan. Aku akan selalu mengenangmu dalam setiap doa-doaku, amiin. Wasallam”
sumber: http://abul-harits.blogspot.com/, senin, 19 Maret 2018

Aktifitas Siswa
1. Buatlah lima kata kunci dari kisah tersebut?
2. Dari kisah tersebut, diskusikan dengan temanmu pelajaran apa yang dapat kalian ambil?
A Hukum Nikah

1. Arti Pernikahan.
Kata nikah berasal dari bahasa arab yang berarti bertemu, berkumpul. Menurut istilah
nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama
dalam suatu rumah tangga melalui aqad yang
dilakukan menurut hukum syariat Islam.
Menurut U U No : 1 tahun 1974, Perkawinan
ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk rumah tangga (keluarga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME.
Keinginan untuk menikah adalah fitrah
manusia, yang berarti sifat pembawaan manusia
sebagai makhluk Allah Swt. Setiap manusia yang

sudah dewasa dan sehat jasmani rokhaninya Gambar : 3.6.1 Persiapan Pernikahan

pasti membutuhkan teman hidup yang berlainan


jenis, teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis yang dapat dicintai dan mencintai,
yang dapat mengasihi dan dikasihi, yang dapat diajak bekerja sama untuk mewujudkan
ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan hidup berumah tangga. Rasulullah Saw. bersabda :

‫ََف ْعَََف َ َّش ْع َِب َّش ُك َ َ ُّض اِب ْعَ َ ِب‬ ‫اا ِب ا َاا ِب‬
َ ‫اا‬ ‫ْع‬
‫ا‬
َ َ ‫ُك‬ ‫ُك‬ ‫ْع‬ َ َ ‫يَا َ ْع َ َ ا َّش َ ِب َ ْع‬
)‫َِب َّش ُك اَ ُك ِب اا (رواه البخارى و مسلم‬
‫اَ ي ِب ََف َ ِب ِباا َّش ِب‬ ‫ِب‬
‫َ ٌء‬ ‫ْع‬ ‫َ َ ْع َ ُك ا ْع َ ْع ِب َ َ ْع ْع َ ْع َ ْع َ ْع‬
Artinya :”Hai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah sanggup menikah, maka
nikahlah. Karena nikah itu dapat menundukkan mata dan memelihara faraj (kelamin) dan
barang siapa tidak sanggup maka hendaklah berpuasa karena puasa itu dapat melemahkan
syahwat”. (HR. Bukhori Muslim)
2. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah, artinya boleh dikerjakan
dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi kondisi orang yang akan
melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi wajib, sunat, makruh dan haram.
Adapun penjelasannya adalah sebagi berikut :
a. Jaiz, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi
dasar hukum nikah.
b. Wajib, yaitu orang yang telah mampu
(sanggup) menikah sedangkan bila tidak
menikah khawatir akan terjerumus ke dalam
perzinaan.
c. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah
namun masih sanggup mengendalikan dirinya
dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.
d. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan
pernikahan dan telah memiliki keinginan atau Gambar : 3.6.2 Buku Nikah
hasrat tetapi ia belum mempunyai bekal untuk
memberikan nafkah tanggu-ngannya.
e. Haram, yaitu orang yang akan melakukan perkawinan tetapi ia mempunyai niat yang buruk,
seperti niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainnya.
B Tujuan Nikah

Secara umum tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia (pria
terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia, sesuai
dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Secara umum tujuan pernikahan dalam Islam dalam
diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah).
Ketentraman dan kebahagiaan adalah idaman setiap orang. Nikah merupakan salah satu cara
supaya hidup menjadi bahagia dan tentram. Allah Swt. berfirman :

Artinya :” Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. “.(Ar-Rum
: 21)
2. Membina rasa cinta dan kasih sayang.
Nikah merupakan salah satu cara untuk membina kasih sayang antara suami, istri dan anak. (
lihat QS. Ar- Rum : 21)

Artinya :”Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. “.(Ar- Rum : 21)

3. Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang syah dan diridhai Allah Swt.
4. Melaksanakan Perintah Allah Swt. Karena melaksanakan perintah Allah Swt. maka menikah
akan dicatat sebagai ibadah. Allah Swt. berfirman :

Artinya :" Maka nikahilah perempuan-perempuan yang kamu sukai". (An-Nisa' : 3)

5. Mengikuti Sunah Rasulullah Saw.


Rasulullah Saw. mencela orang yang hidup membujang dan beliau menganjurkan umatnya
untuk menikah. Sebagaimana sabda beliau dalam haditsnya:

)‫(رواه البخارى و مسلم‬ ‫اا ُكاَّشِبى َ َ ْع َر ِب َ َ ْع ُكاَّشِبى ََف َْع َ ِب ِّنى‬


‫اِّن َ ُك‬
Artinya :"Nikah itu adalah sunahku, barang siapa tidak senang dengan sunahku, maka
bukan golonganku". (HR. Bukhori dan Muslim)

6. Untuk memperoleh keturunan yang syah. Allah Swt. berfirman :

Artinya :” Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia “. (Al-Kahfi : 46)

Sebelum pernikahan berlangsung dalam agama Islam tidak mengenal istilah pacaran akan tetapi
dikenal dengan nama “khitbah”. Khitbah atau peminangan adalah penyampaian maksud atau
permintaan dari seorang pria terhadap seorang wanita untuk dijadikan istrinya baik secara langsung
oleh si peminang atau oleh orang lain yang mewakilinya. Yang diperbolehkan selama khitbah,
seorang pria hanya boleh melihat muka dan telapak tangan. Wanita yang dipinang berhak
menerima pinangan itu dan berhak pula menolaknya. Apabila pinangan diterima, berarti antara
yang dipinang dengan yang meminang telah terjadi ikatan janji untuk melakukan pernikahan.
Semenjak diterimanya pinangan sampai dengan berlangsungnya pernikahan disebut dengan masa
pertunangan. Pada masa pertungan ini biasanya seorang peminang atau calon suami memberikan
suatu barang kepada yang dipinang (calon istri) sebagai tanda ikatan cinta yang dalam adat istilah
Jawa disebut dengan peningset.
Hal yang perlu disadari oleh fihak-fihak yang bertunangan adalah selama masa pertunangan,
mereka tidak boleh bergaul sebagaimana suami istri karena mereka belum syah dan belum terikat
oleh tali pernikahan. Larangan-larang agama yang berlaku dalam hubungan pria dan wanita yang
bukan muhrim berlaku pula bagi mereka yang berada dalam masa pertunangan.
Adapun wanita-wanita yang haram dipinang dibagi menjadi 2 kelolmpok yaitu :
1. Yang haram dipinang dengan cara sindiran dan terus terang adalah wanita yang termasuk
muhrim, wanita yang masih bersuami,wanita yang berada dalam masa iddah talak roj’i dan
wanita yang sudah bertunangan.
2. Yang haram dipinang dengan cara terus terang, tetapi dengan cara sindiran adalah wanita yang
berada dalam iddah wafat dan wanita yang dalam iddah talak bain (talak tiga).
Meminang itu akan mengungkap keadaan, sikap wanita itu dan keluarganya. Dimana kecocokan
dua unsur ini dituntut sebelum akad nikah, dan Nabi Saw. telah melarang menikahi seorang wanita
kecuali dengan izin wanita tersebut, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim dari Abu
Hurairah r.a. berkata: Telah bersabda Rasulullah Saw. : “Tidak dinikahi seorang janda kecuali sampai
dia minta dan tidak dinikahi seorang gadis sampai dia mengijinkan (sesuai kemauannya), Mereka
bertanya “Ya Rasulullah, bagaimana ijinnya ? Beliau menjawab ‘Jika dia diam’. Maka bila janda
dikuatkan dengan musyawarahnya dan wali butuh pada kesepakatan yang terang-terangan untuk
menikah. Adapun gadis, wali harus minta ijinnya, artinya dia dimintai ijin/pertimbangan untuk
menikah dan tidak dibebani dengan jawaban yang terang-terangan untuk menunjukkan
keridhaannya, tetapi cukup dengan diamnya, sungguh dia malu untuk menjawab dengan terang-
terangan.

C Rukun dan Sarat Nikah

Sah atau tidaknya suatu pernikahan bergantung kepada terpenuhi atau tidaknya rukun serta syarat
nikah. ( lihat tabel ) TABEL :

RUKUN SYARATNYA
1. Calon Suami Beragama Islam
Atas kehendak sendiri
Bukan muhrim
Tidak sedang ihrom haji
2. Calon Istri Beragama Islam
Tidak terpaksa
Bukan Muhrim
Tidak bersuami
Tidak sedang dalam masa idah
Tidak sedang ihrom haji atau umroh
3. Adanya Wali a. Mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal)
(Ali Imron : 28)
b. Laki-laki merdeka
c. Adil
d. Tidak sedang ihrom haji atau umroh
4. Adanya 2 Orang Saksi - Syaratnya sama dengan no : 3
5. Adanya Ijab dan Qobul Dengan kata-kata " nikah " atau yang semakna dengan itu.
Berurutan antara Ijab dan Qobul

Keterangan :
- Contoh Ijab : Wali perempuan berkata kepada pengantin laki-laki : "Aku nikahkan anak
perempuan saya bernama si Fulan binti … dengan ... dengan mas kawin seperangkat sholat
dan 30 juz dari mushaf Al-Qur’an".
‫ِب‬ ‫ِب ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬
‫ ِب َ ْع ِب َ َ َ ا ا َّش َ َ َ ْع َ ُك ْع ًأ ْع‬... ‫َْع َ ْع ُك َ َ َزَّش ْع ُك ُك ََ َ ِبْع‬
‫ِب‬
‫اا اْع ُك ْع َ ِب َ ااًأ‬ َ ‫ُك ْع‬
- Contoh Qobul : Calon suami menjawab: "Saya terima nikah dan perjodohannya dengan diri
saya dengan mas kawin tersebut di depan". Bila dilafalkan dengan bahasa arab sebagai
berikut :

‫َِب ْع ُك ِب َ َ َ ا َ تََف ْع ِب َ َ ا اِبََف ْع ِب ى ِبااْع َ ْع ِب اْع َ ْع ُك ْع ِبر‬


- Perempuan yang menikah tanpa seizin walinya maka nikahnya tidak syah. Rasulullah Saw.,
bersabda : Artinya :"Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya maka
pernikahan itu batal (tidak syah)". (HR. Empat Ahli Hadits kecuali Nasai).

Saksi harus benar-benar adil. Rasulullah Saw. bersabda :

‫اَِب َ اا ِباَّش ِب اِب َش ِب‬


) ‫اه َ ى َ ْع ٍل (روه امحد‬ َ ‫َ َ ٍّي‬
Artinya:"Tidak syah nikah seseorang melainkan dengan wali dan 2 orang saksi yang
adil". (HR. Ahmad)

Setelah selesai aqad nikah biasanya diadakan walimah, yaitu pesta pernikahan. Hukum
mengadakan walimah adalah sunat muakkad. Rasulullah SAW bersabda :

‫ِبذَ ُكد ِب َى َ َ ُك ُك ْع ِباَى اْع َ اِب َ ِب ََف ْعَأْعتِب َ ا‬


Artinya : “Jika salah seorang di antara kalian diundang walimah, maka hadirilah.” (HR. Bukhari
no. 5173 dan Muslim no. 1429).

Secara bahasa : akad = membuat simpul, perjanjian, kesepakatan; akad nikah =


mengawinkan wanita.
Secara syar’i aqad = Ikrar seorang pria untuk menikahi/mengikat janji dengan seorang
wanita lewat perantara walinya, dengan tujuan :
- hidup bersama membina rumah tangga sesuai sunnah Rasulullah Saw.
- memperoleh ketenangan jiwa
- menyalurkan syahwat dengan cara yang halal
- melahirkan keturunan yang sah dan shalih.

D Mahram dan Wali Nikah


Menurut pengertian bahasa mahram berarti yang diharamkan. Menurut Istilah dalam ilmu fiqh
mahrom adalah wanita yang haram dinikahi. Penyebab wanita yang haram dinikahi ada 4 macam :
1. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan
a. Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah).
b. Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya).
c. Saudara perempuan sekandung (sekandung, sebapak atau seibu).
d. Saudara perempuan dari bapak.
e. Saudara perempuan dari ibu.
f. Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah.
g. Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah.
2. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan
a. Ibu yang menyusui.
b. Saudara perempuan sesusuan
3. Wanita yang haram dinikahi karena perkawainan
a. Ibu dari isrti (mertua)
b. Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila suami sudah kumpul dengan ibunya.
c. Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah di cerai atau belum. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan
dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh)”. (An-Nisa: 22)

d. Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum.
4. Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri.
Misalnya haram melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua orang bersaudara,
terhadap perempuan dengan bibinya, terhadap seorang perempuan dengan kemenakannya.
(lihat An-Nisa : 23)

Wali nikah di bagi menjadi 2 macam yaitu wali nasab dan wali hakim :
1. Wali nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang akan
dinikahkan. Adapun Susunan urutan wali nasab adalah sebagai berikut :
a. Ayah kandung, ayah tiri tidak syah jadi wali
b. Kakek (ayah dari ayah mempelai perempuan) dan seterusnya ke atas
c. Saudara laki-laki sekandung
d. Saudara laki-laki seayah
e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
g. saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah
h. Anak laki-laki dari sdr laki-laki ayah yang sekandung dengan ayah
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah
2. Wali hakim, yaitu seorang kepala Negara yang beragama Islam. Di Indonesia, wewenang
presiden sebagai wali hakim di limpahkan kepada pembantunya yaitu Menteri Agama.
Kemudian menteri agama mengangkat pembantunya untuk bertindak sebagai wali hakim,
yaitu Kepala Kantor Urusan Agama Islam yang berada di setiap kecamatan. Wali hakim
bertindak sebagai wali nikah apabila memenuhi kondisi sebagai berikut :
a. Wali nasab benar-benar tidak ada
b. Wali yang lebih dekat (aqrob) tidak memenuhi syarat dan wali yang lebih jauh (ab’ad)
tidak ada.
c. Wali aqrob bepergian jauh dan tidak memberi kuasa kepada wali nasab urutan
berikutnya untuk berindak sebagai wali nikah.
d. Wali nasab sedang berikhram haji atau umroh
e. Wali nasab menolak bertindak sebagi wali nikah
f. Wali yang lebih dekat masuk penjara sehingga tidak dapat berintak sebagai wali nikah
g. Wali yang lebih dekat hilang sehingga tidak diketahui tempat tinggalnya.
Wali hakim berhak untuk bertindak sebagai wali nikah, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.
yang artinnya :”Dari Aisyah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda : Tidak sah nikah
seseorang kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil, jika wali-wali itu menolak jadi
wali nikah maka sulthan (wali hakim) bertindak sebagi wali bagi orang yang tidak
mempunyai wali”.(HR. Darulquthni)

D Kewajiban Suami Istri

Agar tujuan pernikahan tercapai, suami istri harus melakukan kewajiban-kewajiban hidup
berumah tangga dengan sebaik-baiknya dengan landasan niat ikhlas karena Allah Swt. semata. Allah
Swt. berfirman :

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka”. (An-Nisa : 34).

Rasulullah Saw. juga bersabda yang artinya: “Istri adalah penaggung jawab rumah tangga suami
istri yang bersangkutan”. (HR. Bukhori Muslim).

Secara umum kewajiban suami istri adalah sebagi berikut :


Kewajiban Suami
Kewajiban suami yang terpenting adalah :
a. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan
kemampuan yang diusahakan secara maksimal.(lihat At-Thalaq:7)
b. Bergaul dengan istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut misalnya
dengan kasih sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.
c. Memimpin keluarga, dengan cara membimbing, memelihara semua anggota keluarga dengan
penuh tanggung jawab. (Lihat An-Nisa : 34)
d. Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-
anaknya agar menjadi anak yang shaleh. (At-Tahrim:6)

Kewajiban Istri
a. Patuh dan taat pada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam. Perintah suami
yang bertentangan dengan ajaran Islam tidak wajib di taati.
b. memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda suami.
c. Mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan fungsi ibu sebagai kepala rumah tangga.
d. Memelihara dan mendidik anak terutama pendidikan agama. Allah swt. berfirman:
Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka".
(At-Tahrim : 6)

e. Bersikap hemat, cermat, ridha dan syukur serta bijaksana pada suami.

E Hikmah dan Manfaat Penikahan

Pernikahan mengandung hikmah dan manfaat yang sangat besar untuk keberlangsungan hidup
manusia, diantaranya sebagai berikut :
1. Terciptanya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, dalam ikatan suci
yang halal dan di ridhai Allah Swt.
Dengan bersatunya dua insan dalam pernikahan maka kedua insan tersebut sudah menjadi
pasanga yang halal, dan ingatlah bahwa membina rumah tangga adalah beribadah, dengan
berumah tangga maka kedua insan tersebut bisa menghindari perbuatan dosa. Allah ciptakan
manusia dengan menyisipkan hawa nafsu dalam dirinya. Ada kalanya nafsu bereaksi positif dan
ada kalanya negatif. Manusia yang tidak bisa mengendalikan nafsu birahi dan menempatkannya
sesuai wadah yang telah ditentukan, akan sangat mudah terjebak pada ajang baku syahwat
terlarang. Pintu pernikahan adalah sarana yang tepat dan jitu dalam mewadahi aspirasi nulari
normal seorang anak keturunan Adam a.s.
2. Mendapatkan keturunan yang sah dari hasil pernikahan.
Dengan hubungan yang telah halal maka tentunya pasangan suami istri menginginkan seorang
penerus atau anak. Dengan pernikahan maka anak yang kelak dimilikinya memiliki nasab yang
jelas, berbeda dengan anak yang lahir diluar pernikahan maka banyak kerugiannya dan
nasabnya tidak bisa mengikut ke bapaknya.
3. Terpeliharanya kehormatan suami istri dari perbuatan zina.
Dengan menikah maka 2 orang yang berlainan jenis telah menjadi halal dan setiap yang
dilakukan diantara keduanya telah halal dan diridhoi oleh Allah Swt. sehingga keduanya akan
terhindar dari perbuatan dosa.
4. Terjalinnya kerjasama antara suami dan istri dalam mendidik anak dan menjaga kehidupannya.
Di dalam pernikahan tentulah pastinya dibutuhkan kerjasama diantara suami istri ini akan
menimbulkan chemistry diantara kedua nya dan akan lebih mendekatkan keduanya.
5. Menjalin silaturahim antar keluarga besar pihak suami dan pihak istri. Menikah tidak hanya
menyatukan dua insan tapi juga menyatukan dua keluarga besar dari masing-masing pihak,
sehingga tentunya bertambah pula lah sanak dan saudara kita seperti yang kita ketahui, dengan
menjalin silaturahim maka banyak manfaat yang akan kita terima, seperti menambah umur dan
menambah rezeki.
http://pengayaan.com/hikmah-pernikahan-dalam-islam/, senin, 19 Peb 2018

F Aturan Nikah di Indonesia

Di dalam negara RI, segala sesuatu yang bersangkut paut dengan penduduk, harus mendapat
legalitas pemerintah dan tercatat secara resmi, seperti halnya kelahiran, kematian, dan perkawinan.
Selain perangkat hukum juga kemudahan dalam mengurus administrasinya, misalnya pernikahan
dan wakaf diurus ke KUA (Kantor Urusan Agama), dan perceraian diurus di Pengadilan Agama.
Dalam rangka tertib hukum dan tertib administrasi, maka tatacara pelaksanaan pernikahan
harus mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan
Undang-undang No. 1 Thn 1974.
Adapun pencatatan Pernikahan sebagaimana termaktub dalam BAB II pasal 2 adalah
dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang berada di wilayah masing-masing. Karena itu
Pegawai Pencatat Nikah mempunyai kedudukan yang amat penting dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia yaitu diatur dalam Undang-undang No. 32 tahun 1954, bahkan sampai
sekarang PPN adalah satu-satunya pejabat yang berwenang untuk mencatat perkawinan yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam di
wilayahnya. Artinya, siapapun yang ingin
melangsungkan perkawinan berdasarkan
hukum Islam, berada di bawah pengawasan
PPN, sedangkan PPN ada di Kantor Urusan
Agama (KUA) di masing-masing kecamatan.
Untuk mengurus pernikahan ke KUA
dan memenuhi semua persyaratannya.
Setelah akad nikah, maka masing-masing
suami dan istri mendapatkan buku nikah.
Dengan buku nikah inilah legalisasi
pernikahan seorang muslim menjadi jelas
dan sah di mata hukum formal. Jika ada Gambar : 3.6.3 Prosedur Pernikahan

orang yang menikah tanpa melalui prosedur resmi ini maka disebut dengan nikah sirri, yang sah
secara agama (jika terpenuhi rukun dan syaratnya), tetapi tidak sah secara hukum formal Indonesia
karena tidak tercatat resmi.

Aktivitas Siswa :
Perhatikan alur prosedur nikah pada gambar!
Bagaimana pendapat anda tentang alur di atas?

Kritisi wacana berikut!

PACARAN ??? OMG !!!

Cinta kepada lain jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena sebab cintalah,
keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menjadikan wanita
sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Islam sebagai agama yang sempurna
juga telah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan
lil ‘alamin.
Namun, bagaimanakah jika cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar`i? Fenomena
itulah yang melanda hampir sebagian besar anak muda saat ini. Penyaluran cinta ala mereka biasa
disebut dengan pacaran.

Ajaran Islam Melarang Mendekati Zina


Allah Ta’ala berfirman,

‫َ َا تََف ْع َ ُك ا ِّن َا ِبَّش ُك َ ا َ َا ِب َ ًأ َ َاااَ َاِب ًأ‬


Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isra’ *17+ : 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan
‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai
melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Asy Syaukani dalam Fathul Qodir mengatakan, ”Apabila perantara kepada sesuatu saja dilarang,
tentu saja tujuannya juga haram dilihat dari maksud pembicaraan.”

Dilihat dari perkataan Asy Syaukani ini, maka kita dapat simpulkan bahwa setiap jalan
(perantara) menuju zina adalah suatu yang terlarang. Ini berarti memandang, bersentuhan,
berduaan dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai
perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.

Agama Islam Melarang Berduaan dengan Lawan Jenis


Dari Ibnu Abbas, Nabi Saw. bersabda,
‫ٍل‬ ‫ِب‬ ‫ِب ٍل ِب‬
َ ‫اَ يَ ْع ُك َ َّش َر ُك ٌء ا ْع ََ اَّش َ َ ذى َ ْع‬
Artinya: “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama
mahramnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

Rasulullah Saw. bersabda :


‫ٍل‬ ‫ِب‬ ‫ِب ِب‬ ‫ِب ٍل ِب‬
َ ‫َاَ اَ يَ ْع ُك َ َّش َر ُك ٌء ا ْع ََ اَ تَ ُّض اَ ُك َ َّش َاا ََف ُك َ ا ا َّش ْع َا ُك اَّش َ ْع‬
Artinya: “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya
karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila
bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini
shahih ligoirihi)
Pacaran Islami ?
Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya,
”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya
sebelum nikah, apa sempat berpacaran?” Dengan
diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu?
Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami.
Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke
tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami
juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman,
pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.
Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si
dai. Banyak kalangan kaum muslimin yang masih
berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan
tetap menjaga diri masing-masing.
Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya
tidak berwujud. Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang
sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadhzar (melihat
calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau
setidaknya, diistilahkan demikian. Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah. Istilah pacaran
sudah kadong dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan
dengan jalan bareng, jalan-jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-
jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak
hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat. Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama
halnya dengan memaksakan adanya istilah, menenggak minuman keras yang Islami. Mungkin,
karena minuman keras itu di tinggal di dalam masjid. Atau zina yang Islami, judi yang Islami, dan
sejenisnya. Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama perbuatan
haram tersebut, jelas terlelu dipaksakan, dan sama sekali tidak bermanfaat. (Diambil dari buku Sutra
Asmara, Ust Abu Umar Basyir)
Pacaran Mempengaruhi Kecintaan pada Allah Swt.
Ibnul Qayyim menjelaskan, ”Kalau orang yang sedang dilanda asmara itu disuruh memilih
antara kesukaan pujaannya itu dengan kesukaan Allah, pasti ia akan memilih yang pertama. Ia pun
lebih merindukan perjumpaan dengan kekasihnya itu ketimbang pertemuan dengan Allah Yang
Maha Kuasa. Lebih dari itu, angan-angannya untuk selalu dekat dengan sang kekasih, lebih dari
keinginannya untuk dekat dengan Allah”.

Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah


Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah
diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. Pernikahan yang benar dalam islam juga bukanlah yang
diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat.
Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang
cintanya hanya cinta bualan.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw. bersabda,

‫اَ ْع ََف َ اِب ْع ُك َ َ ا َّشَف ْع ِب ِب ْع َ اِّن َ ِب‬


‫اا‬
“Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.”
(HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)

Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa. Rasulullah Saw. bersabda,
‫ِب‬ ‫اا اْعَااَ َ ََف ْع َََف َ َّش ْع َِب َّش ُك َ َ ُّض اِب ْع َ َ ِب َ َ ْع َ ُك اِب ْع َ ْع ِب‬ َ َ َ‫َ ِب ْعا‬
‫َ َ ْع اَ ْع يَ ْع َ ْع‬
‫اا‬ ‫ِب‬ ‫ا‬
َ ‫َّش‬ ‫ِب‬
َ ‫ََف َ ِب ِباا َّش ِب‬
‫ُك ُك َ ٌء‬ ‫ْع‬ ‫َ ْع‬
“Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah
karena puasa itu bagaikan perisai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya.
Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi
larangan-Nya. Allahumma inna nas’aluka ’ilman nafi’a wa rizqon thoyyiban wa ’amalan
mutaqobbbalan.
Sumber : https://rumaysho.com/165-cinta-bukanlah-disalurkan-lewat-pacaran.html

F Talak

1. Pengertian dan Hukum Talak. Menurut bahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah
talak ialah lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak. Asal hukum talak adalah makruh,
sebab merupakan perbuatan halal tetapi sangat dibenci oleh Allah swt. Nabi Muhammad saw,
bersabda :

)‫(رواه ابوداود‬ ‫َْعَف َ ُك اْع َ ِب ِب ْع َ ِب‬


‫ا ا َّش َ ُك‬ َ
Artinya :"Perbuatan halal tetapi paling dibenci oleh Allah adalah talak". (HR. Abu Daud).
Hal-hal yang harus dipenuhi dalam talak ( rukun talak) ada 3 macam :
a. Yang menjatuhkan talak(suami), syaratnya:
baligh, berakal dan kehendak sendiri.
b. Yang dijatuhi talak adalah istrinya.
c. Ucapan talak, baik dengan cara sharih (tegas)
maupun dengan cara kinayah (sindiran). Cara
sharih, misalnya “saya talak engkau!” atau
“saya cerai engkau!”. Ucapan talak dengan cara
sharih tidak memerlukan niat. Jadi kalau suami
mentalak istrinya dengan cara sharih, maka
jatuhlah talaknya walupun tidak berniat
mentalaknya.
Gambar : 3.6.4 Talak di Pengadilan
Cara kinayah, misalnya “Pulanglah engkau pada
orang tuamu!”, atau “Kawinlah engkau dengan orang lain, saya sudah tidak butuh lagi
kepadamu!”, Ucapan talak cara kinayah memerlukan niat. Jadi kalau suami mentalak
istrinya dengan cara kinayah, padahal sebenarnya tidak berniat mentalaknya, maka talaknya
tidak jatuh.
2. Lafal dan Bilangan Talak. Lafal talak dapat diucapkan/dituliskan dengan kata-kata yang jelas
atau dengan kata-kata sindiran. Adapun bilangan talak maksimal 3 kali, talak satu dan talak
dua masih boleh rujuk (kembali) sebelum habis masa idahnya dan apabila masa idahnya telah
habis maka harus dengan akad nikah lagi. (lihat Al-Baqoroh : 229). Pada talak 3 suami tidak
boleh rujuk dan tidak boleh nikah lagi sebelum istrinya itu nikah dengan laki-laki lain dan
sudah digauli serta telah ditalak oleh suami keduanya itu".
3. Macam-Macam Talak. Talak dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Talak Raj'i yaitu talak dimana suami boleh rujuk tanpa harus dengan akad nikah lagi. Talak
raj’I ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama kalinya atau kedua kalinya dan
suami boleh rujuk kepada istri yang telah ditalaknya selam masih dalam masa iddah.
b. Talak Bain. Talak bain dibagi menjadi 2 macam yaitu talak bain sughro dan talak bain kubra.
1) Talak bain sughro yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri dan
talak khuluk (karena permintaan istri). Suami istri boleh rujuk dengan cara akad nikah
lagi baik masih dalam masa idah atau sudah habis masa idahnya.
2) Talak bain kubro yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak tiga kali (talak tiga) dalam
waktu yang berbeda. Dalam talak ini suami tidak boleh rujuk atau menikah dengan
bekas istri kecuali dengan syarat :
 Bekas istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain.
 Telah dicampuri dengan suami yang baru.
 Telah dicerai dengan suami yang baru.
 Telah selesai masa idahnya setelah dicerai suami yang baru.
4. Macam-macam Sebab Talak. Talak bisa terjadi karena :
a. Ila' yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya. Ila' merupakan
adat arab jahiliyah. Masa tunggunya adalah 4 bulan. Jika sebelum 4 bulan sudah kembali
maka suami harus menbayar denda sumpah. Bila sampai 4 bulan/lebih hakim berhak
memutuskan untuk memilih membayar sumpah atau mentalaknya.
b. Lian, yaitu sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina. sumpah itu
diucapkan 4 kali dan yang kelima dinyatakan dengan kata-kata : "Laknat Allah swt atas diriku
jika tuduhanku itu dusta". Istri juga dapat menolak dengan sumpah 4 kali dan yang kelima
dengan kata-kata: "Murka Allah Swt. atas diriku bila tuduhan itu benar".
c. Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya dengan ibunya
seperti : "Engkau seperti punggung ibuku ". Dzihar merupakan adat jahiliyah yang dilarang
Islam sebab dianggap salah satu cara menceraikan istri.
d. Khulu' (talak tebus) yaitu talak yang diucapkan oleh suami dengan cara istri membayar
kepada suami. Talak tebus biasanya atas kemauan istri. Penyebab talak antara lain :
1) Istri sangat benci kepada suami.
2) Suami tidak dapat memberi nafkah.
3) Suami tidak dapat membahagiakan istri.
e. Fasakh, ialah rusaknya ikatan perkawinan karena sebab-sebab tertentu yaitu :
1) Karena rusaknya akad nikah seperti :
 diketahui bahwa istri adalah mahrom suami.
 Salah seorang suami / istri keluar dari ajaran Islam.
 Semula suami/istri musyrik kemudian salah satunya masuk Islam.
2) Karena rusaknya tujuan pernikahan, seperti :
 Terdapat unsur penipuan, misalnya mengaku laki-laki baik ternyata penjahat.
 Suami/istri mengidap penyakit yang dapat mengganggu hubungan rumah tangga.
 Suami dinyatakan hilang.
 Suami dihukum penjara 5 tahun/lebih.
5. Hadhonah. Hadhonah artinya mengasuh dan mendidik anak yang masih kecil. Jika suami/istri
bercerai maka yang berhak mengasuh anaknya adalah :
a. Ketika masih kecil adalah ibunya dan biaya tanggungan ayahnya.
b. Jika si ibu telah menikah lagi maka hak mengasuh anak adalah ayahnya.

F Rujuk

Rujuk artinya kembali. Maksudnya ialah kembalinya suami istri pada ikatan perkawinan setelah
terjadi talak raj'i dan masih dalam masa iddah. Dasar hukum rujuk adalah QS. Al-Baqoroh: 229,
yang artinya sebagai berikut: "Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki rujuk".
1. Hukum Rujuk.
a. Mubah, adalah asal hukum rujuk.
b. Haram, apabila si istri dirugikan serta lebih menderita dibanding sebelum rujuk.
c. Makruh, bila diketahui meneruskan perceraian lebih bermanfaat.
d. Sunat, bila diketahui rujuk lebih bermanfaat dibanding meneruskan perceraian.
e. Wajib, khusus bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu.
2. Rukun Rujuk.
a. Istri, syaratnya : pernah digauli, talaknya talak raj'i dan masih dalam masa iddah.
b. Suami, syaratnya : Islam, berakal sehat dan tidak terpaksa.
c. Sighat (lafal rujuk).
d. Saksi, yaitu 2 orang laki-laki yang adil.

G Iddah

Menurut bahasa Iddah berarti perhitungan atau sesuatu yang dihitung. Sedangkan menurut
istilah syara’ adalah nama waktu untuk menanti kesucian seorang istri yang ditinggal mati atau
diceraikan oleh suami, yang sebelum habis masa itu dilarang untuk dinikahkan dengan pria lain.
Disebut juga masa tunggu bagi seorang wanita setelah dicerai atau setelah kematian suaminya,
untuk mengetahui kekosongan rahimnya disebabkan karena cerai talak, maupun karena suaminya
meninggal dunia dan wanita itu tidak boleh menikah dengan pria lain.
Masa iddah ini terbagi atas 4 macam, yaitu:
1. Iddah masa kehamilan, yaitu waktunya sampai masa kelahiran anaknya yang dikarenakan thalaq
ba’in (perceraian yang mengakibatkan tidak kembali kepada suaminya) atau talaq raj’i
(perceraian yang dapat kembali kepada suaminya) dalam keadaan hidup atau wafat. Firman
Allah Swt :

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka adalah sampai mereka
melahirkan.” (QS. Ath-Thalaq: 4)

2. Iddah muthlaqah (masa perceraian), yaitu masa iddah yang terhitung masa haidh, maka wanita
menunggu tiga quru’ (masa suci), sebagaimana firman Allah Swt :

Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.” (QS.
Al-Baqarah: 228)

3. Perempuan yang tidak terkena haidh, yakni ada dua jenis perempuan yaitu perempuan usia dini
yang tidak/belum terkena haidh dan perempuan usia tua yang telah berhenti masa haidhnya
(menopause), seperti dijelaskan Allah ‘azza wa jalla tentang masa iddah dua jenis perempuan ini:

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang tidak haidh lagi (menopause) di antara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga
bulan dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haidh.” (QS. At-Thalaq: 4)

4. Istri yang ditinggal suaminya karena wafat, Allah Swt. menjelaskan masa iddahnya sebagai
berikut :

Artinya : “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan istri-istri


(hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.” (QS. Al-
Baqarah: 234)
5. Adapun istri yang dicerai suaminya sedang dia belum dikumpuli, maka baginya tidak ada masa
iddah.
[Diringkas dari kitab Tanbihaat ‘ala Ahkam Takhtashu bil Mu’minaat karya Syaikh Sholih Al-
Fauzan ; edisi terjemah “Panduan Fiqh Praktis Bagi Wanita” penerbit Pustaka Sumayyah+
Hak Perempuan Dalam Masa Iddah.
1. Perempuan yang taat dalam iddah raj'iyyah (dapat rujuk) berhak mendapat dari suami yang
mentalaknya: tempat tinggal, pakaian, uang belanja. Sedang wanita yang durhaka tidak berhak
menerima apa-apa.
2. Wanita dalam iddah bain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhak atas tempat tinggal saja.
(Lihat QS. at-Talaq : 6)
3. Wanita dalam iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan anaknya berhak
mendapat harta warits suaminya
H Rangkuman

1. Nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup
bersama dalam suatu rumah tangga melalui aqad yang dilakukan menurut hukum syariat Islam.
2. Hukum-hukumnya nikah adalah jaiz, sunnat, wajib, makruh, haram.
3. Diantaranya rukun-rukun nikah adalah mempelai laki-laki, mempelai perempuan, wali, dua
orang saksi, sighat.
4. Secara umum tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia (pria
terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam
5. Pernikahan yang sah menjadikan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim menjadi halal.
6. Pernikahan menjadi sah apabila memenuhi rukun dan syarat nikah.

Anda mungkin juga menyukai