Anda di halaman 1dari 6

l'asdiqa' walzawjat 'iilaa aljana..

"Kita mau kemana mas?" Tanya Safira.

"Ketempat yang seharusnya saya membawamu dari dulu, fira" Firza mengatakannya
sambil menyetir.

Dalam hati sungguh bertanyatanya kenapa bisa mas Firza berubah. Tapi Safira hanya
mampu menyimpan tanda tanya dalam hati, dia takakan pernah berani untuk
menanyakannya.

Safira teringat ketika Firza menghentikannya ketika dia ingin pergi ke cafe,
flashback on.

"Nona, hari ini Nona tidak ada jadwal apa-apa, jadi hari ini Nona memutuskan untuk
ke mana?", tanya asisten pribadi Safira. Sambil berjalan menuruni tangga Safira
menjawab, "saya akan pergi ke cafe, sudah lama saya tidak mengecek perkembangan di
sana. Jadi tolong siapkan keperluan saya".

Sang asisten menjawabnya dengan senyuman, dia pun memutuskan untuk kembali naik ke
atas dan menyiapkan semua keperluan Safira. Sementara di bawah, seluruh pegawai
menunduk takzim, " Selamat pagi tuwan" serentak mereka mengucapkannya ketika
melihat Virzha keluar dari lift.

" Selamat pagi juga, tolong siapkan makanan di meja makan sekarang! Saya hari ini
akan sarapan di rumah dan silakan Panggil Nona Safira.

"Ya, saya akan menyiapkannya Tuwan" ucapnya, sambil berlalu pergi.

Di meja makan, Safira sudah tahu kalau hari ini suaminya akan makan di rumah "mas,
mau makan apa?" Walaupun pertanyaan itu terucap pelan dari bibir istrinya Firza
masih mendengarnya.

" tatapannya Virzha tak lepas dari wajah Safira, meskipun Safira menunduk itu tetap
saja terlihat jika tatapan itu dari samping.

"Sajikan saja apa yang ada, dan saya ingin kamu ikut dengan saya setelah ini! Kalau
bisa batalkan semua janji yang kamu sudah buat". Safira tahu ketika Virzha telah
berucap dengan nada rendah itu berarti perintahnya mutlak dan tak dapat dibantah.

Flashback off.

Hening, tidak ada yang mencoba memulai pembicaraan di mobil. Sampai pada akhirnya
Firza berkata, " Apapun yang terjadi setelah ini, apapun yang akan kamu ketahui
setelah ini, Saya harap kamu bisa menerima dan ikhlas atas semua ketentuannya".

Mobil terhenti di depan gerbang pesantren, ketika mobil sudah berhenti di parkira,
mereka samasama terdiam.

"Turun" ujarnya. Firza turun terlebih dahulu lalu Safirapun mengikutinya.

Lalu tibatiba tangan Firza mengandang Safira, saat benarbenar memasuki wilaya
pesanteren mereka benarbenar disambut. Para santri sangat bahagia, "gus Ali hadir,
seperyi itulah bisik bisuk para santri,
Tala’al Badru ‘alaina.
Min tsaniyatil wada’.

Wa jabassyukru ‘alaina.

Mada ‘a lillahida’.

Lantunan sholawat Thola'al Badru terus mengalun di seluru penjuru pesantren.

Aku hanya bisa tetdiam, walau kenyataannya banyak hal yang ingin aku tanyakan,
kurasahkan gengamman tangan mas Firza makin erat pada tangan kananku "Duduk! Fira,"
ia membawaku duduk didepan , "Tunggu di sini, dan dengarkan saja, Saya tahu banyak
pertanyaan dalam hatimu, saya berjanji setelah semua acara ini saya akan jawab
semua pertanyaanmu".

Saat dalam hati aku masih bertanya-tanya apa maksud semua ini, Apa tujuan Mas Firza
membawaku kepesantren? , untuk apa berpura-pura menjadi sepasang suami istri yang
bahagia jika tidak ada keluarga besar di sini. Tibatiba aku mendengarnya mengucap
salam.

"Assalamualaikum. Mohon perhatiannya semua.. saya yakim seluruh santri tahu kunci
sukses ketika nyantri adalah taat, menerima dan legowo atas semua yang
diperintahkan oleh gurunya..

kalian semua itu nyantri, apa pantas membicarakan tentang Putra kyainya? Tentang
privasinya? Kalian harusnya bisa berfikir, kalau hal itu tidak seharusnya
dilakukan.

Tiba-tiba layar proyektor itu menyala, silakan kalian dengarkan, saya tahu siapa
pelakunya tapi saya hanya menunjukkan apa yang mereka bicarakan. Dan saya harap
yang bersalah benar-benar akan mengaku Jika dia bersalah dan menemui saya setelah
acara ini berakhir".

Terdapat sekumpulan para santri, aku ada gosip baru, aku dengar dulu pertunangan
Gus Ali pernah batal karena mempelai wanitanya Menghabiskan malam dengan pria lain,
padahal yang akan dijodohkan dengannya adalah Putri Kyai ternama." Caca mengucapkan
itu dengan bahagia seolah-olah berita yang dibawanya adalah berita baik.

"Ia ca, aku jadi ragu, kalau sebenarnya Gus Ali hanya memiliki satu istri, Siapa
yang tahu kalau ternyata di luar sana dia memiliki dua istri dan setiap malam
bergantian Menghabiskan malam bersama istrinya. Bisa jadi kan itu adalah alasannya
dia tidak mau tinggal disini.

Hai, hai, semuanya nona cantik ini datang, aku juga tahu, kalau istrinya gus Ali
itu buta, Mungkin aja dia tidak mau membawanya ke pesantren karena malu. Coba kalau
aku yang jadi istrinya, pasti dia bangga mengajakku kemana-mana karena aku kan
cantik, imut. Wah, sal, Berhentilah membanggakan dirimu masih lebih cantik aku
kali, ujar Nabila dengan berjalan ke arah mereka.
Aku pernah menyuruh sepupu untuk mengikuti Gus Ali, katanya rumahnya sangat mewah
dan setiap malam tempat yang dikunjunginya selalu rumah yang sama, Jadi tidak
mungkin jika istrinya dua. Ucap nabilah.

Bodoh, bisa jadi istri yang serumah dengannya adalah istri yang dicintai sementara
istri pertamanya pasti disuruh tinggal di jalanan Karena malu mengakuinya. Ucap
salsa.
Ayo aku tantang kalian, jika nanti gus Ali ke pesantren Siapa yang berhasil
menjebaknya untuk Menghabiskan malam bersama dialah yang akan mendapatkannya, dan
aku yakin akulah yang akan berhasil karena disini aku yang paling cantik". Kita
lihat aja nanti Salsa, dan mereka menyetujui tantangan yang diberikan oleh Salsa.

Ketika proyektor itu mati, wajah Firza benar-benar memerah, tapi dia benar-benar
berusaha untuk mengendalikan amarahnya karena masih banyak yang harus disampaikan
pada para santri.

Sementara disisi lain, Safira benar-benar bertanya-tanya Apa tujuan suaminya


menunjukkan ini padanya, takjau dari tempat Safira duduk.

Ada sepasang suwami istri, Genggaman di tangan istrinya semakin mengeras, "lepas
mas, saya tidak terima tunanetra direndahkan serendah itu, jika saya diposisi
wanita itu apakah mas hanya menyuruh saya diam? Tolong ridhoi saya untuk melangkah
ke depan dan membersamai istri Tuan Virza, Tolong Mas Walaupun saya tidak mengenal
wanita itu sebagai sesama tunanetra Jika dia memang ada di sini mendengar hinaan
itu pasti terasa sakit".

"Tidak, Saya tidak meridhoimu, Jangan pernah kegabah dalam bertindak seluruh
Pesantren ini tidak ada yang tahu yang mana istri Virzha, semua buktinya ada pada
saya jadi kalau kamu mau bertindak sekarang justru akan menimbulkan masalah baru".

"Saya harap hal ini tidak akan pernah terjadi lagi, jika hukum masalah ghibah
kalian saja tidak bisa menerapkannya meskipun kalian tahu ghibah itu dosa dan
dilarang, Apa gunanya kalian di pesantren ini mempelajari kitab Al Hikam? Saya
sendiri yang selama ini mengajar kitab Al Hikam. Dan sebagai hukumannya mulai
sekarang di pesantren ini pembelajaran kitab Al Hikam akan diadakan seminggu dua
kali, berlaku untuk semua Santri, dan wajib menghafalkan pasal yang telah diajarkan
di pembelajaran sebelumnya".

Firza berjalan turun dan menghampiri Safira, "berdiri! Fira, saya memerintah
sebagai suamimu, atau setelah kita kembali ke rumah kamu ingin mendapatkan kajian
hukum istri patuh pada perintah suami" Tanpa disangka-sangka Virzha menggenggam
tangan Safira erat.

" untuk para santri mohon perhatian, dia Safira istri saya satu-satunya, bukan
karena kekurangannya sehingga saya tidak pernah mempublikasinya ataupun membawanya
ke pesantren, tapi seorang suami yang baik adalah yang bisa melindungi kehormatan
istrinya termasuk dari tatapan orang-orang yang hanya bisa memandangnya rendah.
Saya yang mengucap akad atas namanya jadi hanya saya yang berhak menentukan dia
sempurna atau tidak bagi saya. Tolong hormati dia seperti kalian semua menghormati
saya". Dalam ucapan Virzha di setiap katanya mengandung ketegasan dan tidak ada
keraguan.

" silakan dilanjutkan acaranya, dan silakan menampilkan apa yang ingin ditampilkan
sebagai persembahan untuk acara ini. Tapi untuk yang merasa dia bersalah temui saya
di kantor pribadi pesantren atau saya sendiri yang akan menemuinya di hadapan semua
orang" saat mereka berjalan turun genggaman Virzha di tangan Safira semakin erat.

Persembahan santri.

Uhibbuki mitsla maa anti Uhibbuki kaifa maa Kunti.


Wa mahmaa kaana mahmaa shooro, Antii habiibatii anti.

Zaujatii, Antii habiibatii anti.

Halaalii anti laa akhsyaa 'azuulan himmuhuu maqti..

Laqod adzinaz zamaanu lanaa biwushlin ghoiri munbatti.

Saqoitil hubba fii qolbii bihusnil fi'li wassamti.

yaghiibus sa'du in ghibti wa yashful 'aisyu in ji'ti.

Nahaarii kaadihun hattaa idzaa maa 'udtu lilbaiti.

Laqiituki fanjalaa 'annii dhonaaya idzaa maa tabassamti.

Tadhiiqu biyal hayaatu idzaa bihaa yauman tabarromti..

Fa as'aa jaahidan hattaa uhaqqiqo maa tamannaiti.

Hanaa'ii anti faltahna'ii bidif-il hubbi maa 'isyti..

Faruuhanaa qodi'talafaa kamitslil ardhi wannabti.

Fa yaa amalii wa yaa sakanii wa yaa unsii wa mulhimati.

Yathiibul 'aisyu mahmaa dhooqotil ayyamu in thibti..

Takdir tak ada yang tahu, bertemu dengan siapa dan berpisah dengan siapa, jika
belum waktunya Tidak akan pernah terjadi, walau jarak yang memisahkan hanyalah Dua
Kursi.

Di dalam kantor pesantren, suasana terasa mencekam, Virzha mengutus seseorang untuk
membawa bukti.
" putar semua video yang mereka lakukan selama tidak di pesantren, video itu
diputar. Safira hanya bisa terdiam. Silakan saya berikan kalian kesempatan untuk
pembelaan diri" ucap Virza.

Gus, wanita seperti istri anda Emangnya apa yang bisa dia lakukan? selain
merepotkan hidup anda. Dia tidak akan pernah bisa membuat anda bahagia dengan
kecantikannya. Coba kalau Anda menikah dengan saya pasti akan bahagia, wanita
tunanetra tidak akan pernah bisa memiliki standar sama seperti kami yang tidak
buta. Apa yang bisa dibanggakan dari wanita yang selama hidup hanya bisa menjadi
beban. Mungkin saja Anda tidak mencintainya tapi berpura-pura Mencintainya. Gus.
Ucap Salsa.

" selain wanita ini Apakah kalian semua juga ingin membuktikan diri bahwa kalian
tidak bersalah? Atau keputusan akan saya, berhenti gus.

" Maafkan saya sebelumnya karena memotong ucapan Anda, tapi apakah saya diizinkan
untuk menyampaikan pendapat saya bahwa para tunanetra itu tidak rendah seperti yang
dia tuduhkan.
" izin diberikan". Genggaman di tangan Safira semakin erat, walau ekspresi Virzha
memang tenang

" untuk kali ini Tolong jangan mencegah Saya lagi, lepaskan tangan saya mas,".
Plak, plak, " tamparan itu masih tidak terasa menyakitkan, untuk wanita sepertimu.
Kamu menganggap para tunanetra rendah tapi sekarang saya tanya lebih rendah mana
kami yang menurutmu tidak bisa membahagiakan suami, atau kamu wanita yang dengan
terang-terangan menggoda seorang Gus yang Bahkan kamu ketahui dia sudah menikah
apalagi cara yang kamu gunakan bener-bener murahan.

Tangan wanita itu sudah hampir menampar Salsa tapi, " tidak nona, Saya tidak apa-
apa dan saya percaya dengan suami saya jadi biarkan dia yang memutuskan segalanya."
Safira mengucapkannya dengan penuh ketenangan.

" baiklah jika memang itu yang Nona mau saya tidak akan berkata apa-apa, tapi
Bolehkah saya mengenal anda?" Tanyanya.

Safira hanya tersenyum dan berkata, "boleh.

Firza tak pernah menyangka istrinya sesantai itu, "caca, Nabila, Salsa." Saya
mencintai istri saya atau tidak bukan urusan kalian. Wanita cantik adalah wanita
yang hatinya bersih, pikirannya murni, akhlaknya baik, dan dia sabar menerima
segala perilaku suaminya dan menjalaninya dengan senyuman walau sudah berulang kali
Tersakiti. Hari ini saya Muhammad Ali Firza Al Fatih, menyatakan Saya bangga
mengakui Safira adalah istri saya. Dan saya menerima segala kekurangan dan segala
kelebihannya, jadi jangan pernah memandang dia yang memiliki kekurangan hanya dari
luarnya saja karena bisa jadi dia memiliki apa yang tidak orang lain miliki" Virzha
menarik tangan Safira dan menggenggamnya Setelah dia menyelesaikan kata-
katanya."Merujuk pada Pasal 310 KUHP, pencemaran nama baik adalah perbuatan
menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal yang
dimaksudkan agar hal itu diketahui umum. Pencemaran nama baik bisa dilaporkan, baik
secara lisan maupun tertulis. Yang kalian lakukan Sudah mencemarkan nama baik istri
saya, karena kalian seorang santri Saya memutuskan untuk memberikan hukuman pada
kalian keluar dari pesantren ini, Saya harap kalian bisa mengambil pelajaran dari
Kejadian ini. Dan yang tidak bersangkutan silakan keluar dari tempat ini kecuali
kalian berdua.

Dindalem, "kenapa mas? Kenapa harus berpura-pura mengenalkan saya di hadapan para
santri? Kenapa harus pura-pura nyatanya acara itu tidak dihadiri seluruh keluarga
besar". Safira berusaha bertanya walau nyatanya dadanya semakin terasa sesak.

Kedua tangan safira berada dalam genggaman Firza, Firza merangkum wajahnya Safira
dengan satu tangannya yang lain. " dengarkan saya Fira, saya memang terlambat
menyadarinya. Saya tahu kamu selalu merasa sakit ketika saya meminta untuk
bersandiwara di hadapan seluruh keluarga besar, kamu menangis ketika memeluk orang
tuamu, di malam yang sunyi ketika kamu Berdoa kamu menangis atas semua sikap saya.
Di hadapan Allah saya telah berdosa karena membuat istri saya menangis. Saya memang
seorang pengacara dan membantu seseorang mendapatkan keadilan tapi saya tidak mampu
adil pada istri saya sendiri,. Silakan Jika kamu ingin menghukum saya atas semua
rasa sakitmu, istriku. Ana uhibbuka Fillah, Zaujati, Maafkan saya pernah menyakiti
hatimu, saya sadar Kamulah pemilik hati saya, separuh tulang rusuk saya.

shukran lisabrik zawjati, Saya berjanji tidak akan membiarkan ada air mata yang
keluar dari mata indahmu, saya bukan suami sempurna tapi saya akan berusaha
membuatmu bahagia, ya Habibati.

Tidak akan ada yang bisa menggantikan posisimu, Ketika saya mengucap akad atas
namamu berarti segala hal Tentangmu telah menjadi tanggung jawab saya, kekuranganmu
ataupun kelebihanmu Saya menerima dengan lapang dada, kamu akan tetap menjadi
satusatunya dalam kehidupan saya, Yaa Zawjatii.
Izinkan saya untuk mencium keningmu, istriku.

Ehem, ehem, silahkan pending dulu ya izin cium keningnya fir,.

Anda mungkin juga menyukai