Anda di halaman 1dari 6

Al Quran Perantara Cinta

Matahari yang semula tersenyum di langit kini telah menghilang digantikan sang
rembulan. Adzan magrib pun berkumandang di seluruh masjid-masjid.

Aisyah, Aisyah cepat ke mushola nanti telat mengaji! teriak umminya,


sehingga membuyarkan lamunan Aisyah.
Iya ummi, Sebentar jawab Aisyah yang segera berangkat menuju mushola
dengan sepeda kesayangannya.
Alhamdulillah sampai juga. ucap aisyah.
Aisyah.., tunggu aku teriak indah memanggil aisyah. Aisyah pun menghentikan
langkahnya masuk ke mushola.
Eh indah, ayo cepet sekalain wudhu bareng ajak Aisyah.
Setelah menaruh mukena, mereka bersiap untuk wudhu.

Aduh!!. ucap Aisyah yang terjatuh karena bertabrakan dengan seseorang.


Afwwan ukhti saya nggak lihat
Iya akhi saya juga minta maaf, saya juga nggak lihat ucap Aisyah meminta maaf
seraya berdiri dan meninggalkan laki-laki itu.
Subhanallah cantiknya ciptaan-Mu ini ya Allah ucap soleh (laki-laki yang
bertabrakan dengan Aisyah tadi)

Cie.. cie.. yang baru ketemu orang ganteng ucap indah yang membuat pipi
Aisyah menjadi merah.
Ih apaan sih, tadi kan nggak sengaja. lagi pula kan yang ganteng nggak cuma dia
doang. udahlah cepet wudhu. jelas Aisyah dengan agak ngambek.
Iya, iya jangan ngambek. rayu indah.
Iya nggak ngambek kok.
Setelah selesai berwudhu iqamah pun dikumandangkan mereka segera memakai
mukena dan sholat dengan khusyuk mengikuti imam.

Setelah salat mereka pun bersiap mengaji di uztad mereka. Tak disangka ternyata
Aisyah bertemu dengan laki-laki yang bertabrakan dengannya tadi. ternyata dia
adalah anak baru di sini.
Tak beberapa lama kemudian uztad yang mengajar mereka memulai pelajaran
dengan bacaan Al-fatihah.
Setelah itu sang uztad memperkenalkan cowok tampan itu.

Assalamualaikum wr wb. Perhatian semuanya, perkenalkan ini adalah santri saya


pada saat di paondok Al-Aziz. sekarang dia akan belajar mengaji bersama kita di
sini. jelas uztad.
Soleh perkenalkan diri kamu. perintah uztad.
Assalamualaikum, nama saya Muhammad Soleh Ibrahim, saya dari pondokan Al-
Aziz dan sekarang saya akan belajar di sini. semoga kalaian tidak keberatan ada
saya di sini. Wassalamu alaikum wr wb.
Aisyah yang sedari tadi memperhatikannya hanya bisa diam dan tersenyum simpul
kepadanya.
Pada saat mengaji soleh dan Aisyah mendapat giliran yang sama dan lebih
hebatnya lagi surat yang dibaca sama. sehingga membuat hati mereka bergetar.
Setelah selesai mengaji Aisyah ingin segera pulang tetapi ada yang
menghentikannya. teman-teman Fatimah yang mengejeknya dengan Sholeh.

Cie.. Aisyah sama Sholeh baru ketemu udah pas kayak jodoh aja. ejek riki
teman laki-laki Aisyah.
Iya nih kayak jodoh yang dipertemukan Al-Quran. tambah indah.
Ihhhh, apaan sih kalin ini mungkin cuma kebetulan bantah Aisyah.
Lagi pula kalian nggak ada kerjaan? senengnya kok ngejek orang terus.
ngambek Aisyah.
Maaf ucap riki dan indah yang saling bersamaan.
Iya deh aku maafin. ucap Aisyah sambil pergi meninggalkan mereka. mereka
pun pergi pulang ke rumah masing-masing.

Udara malam yang segar dengan bintang-bintang yang bertaburan dan bulan yang
bercahaya di langit malam. Aisyah hanya bisa termenung dan berbaring mengingat
kejadian di mushola tadi. tidur.

Astagfirullah ucap Aisyah yang bangun karena kaget.


Alaram rupanya. ucap Aisyah saat tahu itu adalah alarm dari handphonenya. iya
Aisyah memang sengaja masang alarm jam 03:00 pagi karena ia ingin sholat
tahajjud.
Aisyah pun segera berwudu dan sholat tahajjud. Aisyah mencurahkan segala isi
hatinya kepada Allah karena kejadian di mushola yang membuat hatinya gundah.
ya Allah ya rabbi yang maha pemilik hati ini, aku berserah kepadamu atas isi
hatiku ini. jika dia jodohku yang tertulis di lauhul mahfudz maka satukanlah kami.
jika tidak maka hilangaknlah rasa ini dan jangan biarkan ada yang tersakiti.
Amin. kurang lebih itulah doanya kepada sang pencipta.

Aisyah udah bangun belum nak panggil ummi Aisyah.


Udah ummi, ummi boleh masuk. ucap Aisyah mempersilahkan umminya
masuk.
Emmm Aisyah ummi langsung aja ya. ummi mau ngasih tau kamu kalau nanti
pagi ada yang mau ke sini, dia mau mengkhitbah kamu.
Hah..? mau khitbah aku?, kok ummi nggak ngasih tau dulu ke aku, aku kan yang
mau dikhitbah bukan ummi!. seharusnya ummi kasih tau dulu. marah Aisyah.
Maaf nak, tapi ummi dan abi yakin kalau dia yang terbaik untukmu. abi pun
berencana menerimanya. jelas ummi.
Tapi ummi ini nggak adil.
Ummi yakin dia yang terbaik untukmu.
Ummi pun pergi dan meninggalkan aisyah yang menangis di kamar.

Adzan subuh pun berkumandang Aisyah segera sholat dan berdoa Ya Allah
kenapa harus begini? Ini pertama kalinya aku mencintai dan kenapa harus berakhir
dengan tangisan. Ya Allah jika jodoh yang dipilihkan orangtuaku yang terbaik
maka hilangkanlah rasaku untuk soleh. tapi jika soleh memang jodihku
persatuknlah kami dengan caramu ya Allah. amin.
Pagi pun tiba Aisyah sudah selesai bersiap-siap tinggal menunggu panggilan dari
umminya.
Aisyah terus berdoa di hatinya akan harapannya kepada soleh, hingga doanya itu
dibuyarkan umminya yang memanggilnya.
Aisyh, ayo turun keluarga yang akan mengkhitbahmu sudah datang jelas ummi.
Iya ummi. jawab Aisyah singkat.

Aisyah turun dan menyusuri anak tangga. Betapa terkejutnya dia saat dia tau kalau
yang akan mengkhitbahnya adalah soleh.
Subhanallah maha suci Allah yang menciptakan segalanya kau
mempertemukanku dengan perantara Al-Quranmu. kau mempersatukanku dengan
caramu. Allahu alam. Al-Quran perantara cintamu.
Ketika Copet Bertasbih
Kedua kaki bersepatu tengah berlari begitu kencang di sebuah tempat yang begitu
ramai. Jelas saja ramai, namanya juga pasar. Kedua kaki itu berlari dengan diikuti
banyak kaki di belakangnya yang juga tak kalah kencang larinya. Tiba-tiba, si
pemilik kaki itu menabrak seseorang.
Aduh, sorry-sorry!! ucap pemilik kaki yang rupanya seorang perempuan.
Astaghfirullahaladzim ucap pemuda yang ditabraknya. Perempuan itu
memberikan sebuah tas pada pemuda tersebut, kemudian lari begitu saja. Pemuda
itu tampak kebingungan ditambah lagi dengan banyak warga menghampirinya
yang mengira bahwa ia adalah pencopet. Ia berusaha membela diri. Untung saja
sang pemilik tas segera datang.

Disuatu sore, tampak perempuan mengenakan kaos hitam pendek, celana jeans
panjang sobek-sobek, sebuah sepatu yang sering ia kenakan, rambut terurai
sepunggung, tengah nongkrong di pinggir jalan seorang diri. Perempuan sama
seperti yang di pasar. Debbyna namanya. Ia melihat seorang lelaki mengenakan
celana dan baju koko panjang serta peci di kepalanya, tengah berdiri di pinggir
jalan menunggu kendaraan umum lewat. Mata Debbyna tertuju pada sebuah benda
yang sedikit terlihat pada saku celana. Dompet. Debbyna mendekat, mengawasi
keadaan sekitar, mengambil dompet itu dan berencana akan segera berlari. Namun
rencananya gagal total lantaran tangan lelaki itu secepat kilat memegang tangan
Debbyna. Mereka bertatapan 10 detik.

Astaghfirullahaladziiiim. ucap sang lelaki yang kemudian melepaskan


tangannya dan segera mengalihkan pandangannya sehingga ia tak lagi menatap
Debbyna. Begitupun dengan Debbyna yang kini sibuk mencari pandangan lain.
Entah mengapa ia tak jadi mengambil dompet itu.
Sorry Ini dompet lo gue balikin. ucap Debbyna sambil menunduk. Lelaki itu
mengambil dompetnya.
Gue permisi. lanjut Debbyna yang pergi menghindari lelaki bernama
Muhammad Fakhri Maulana. Fakhri hanya meneriakkan sesuatu pada Debbyna.
Assalamualaikum!!! Debbyna mendengar, namun hanya terdiam.

Hari masih tampak gelap. Debbyna buru-buru ke kamar mandi setelah terpaksa
terbangun dari tidur lelapnya. Selesai dari kamar mandi, ia berpapasan dengan
ibunya yang juga ingin ke kamar mandi.

Deb! Kamu udah bangun? Tumben. Kita sholat subuh berjamaah yuk di masjid!.
Ibu ngaco deh. jawab Debbyna. Terdengar suara begitu indah di telinga. Adzan
subuh.
Itu siapa yang adzan bu?.
Enggak tahu. Biasanya enggak gitu suaranya.. Debbyna balik lagi ke kamar
mandi.
Aku mau wudhu, terus berangkat ke masjid bareng ibu. ucapnya. Ibu Debbyna
terkejut melihat perubahan sikap anaknya.

Sholat berjamaah pun telah selesai. Debbyna masih celingukan mencari si


muadzin, sambil membawa mukena di tangannya juga mengenakan jilbab dan
pakaian tertutup. Ia menyuruh ibunya pulang terlebih dahulu. Ketika sedang
mencari si muadzin, ia mendengar suara yang sama seperti suara si muadzin,
sedang melafalkan ayat suci Al-Quran di dalam masjid. Debbyna melihatnya.
Dan rupanya pemilik suara itu adalah Fakhri.

Semenjak hari itu Debbyna sering ikut sholat berjamaah di masjid, memakai hijab,
berpakaian tertutup, dan merubah semuanya untuk menarik perhatian Fakhri.
Bahkan ia telah mengenal cukup dekat dengan Fakhri sebab mereka sering
bertemu di masjid.

Tampak Debbyna tengah berdiri di pinggir jalan. Tiba-tiba, handphone yang


dipegangnya diambil seseorang dan dibawa lari.
Ra! Kyara! Handphone gue itu! Debbyna berlari mengikutinya. Rupanya Kyara,
temannya yang juga seorang pencopet.
Debbyna? ia tak mengenali Debbyna saat memakai hijab dan pakaian tertutup.
Lo tuh gimana sih? Pencopet kok mau dicopet. ucap Debbyna seketika
menghampiri Kyara. Ia bercerita pada Kyara bahwa ia suka dengan Fakhri.
Apa??? Lo suka sama Fakhri? Lo sadar enggak sih tentang apa yang lo bilang
barusan? Lo tuh copet Deb! Sedangkan Fakhri itu anak pak ustadz. jelas Kyara.
Debbyna justru memandang ke arah lain yang cukup jauh. Ia segera pergi
mendekat ke arah yang dipandangnya, diikuti oleh Kyara.

Debbyna mengendap-endap di sebuah rumah yang di depannya terparkir sebuah


mobil. Rumah pak ustadz. Mereka mendengarkan obrolan antara pak ustadz,
Fakhri, dan tamu mereka.
Perjodohan?? ucap Kyara. Air mata Debbyna menetes. Ia berlari. Namun sial ia
menabrak kotak sampah. Selain itu, suara dari Kyara memanggil Debbyna juga
terdengar oleh Fakhri. Bahkan Fakhri sempat melihat Debbyna berlari. Awalnya,
ia berusaha mengejar namun sia-sia.

Debbyna tak pernah lagi muncul di hadapan Fakhri, tak pernah ikut sholat
berjamaah di masjid, dan mengenakan hijab serta pakaian tertutup. Ia kembali
pada Debbyna yang dulu. Debbyna yang tidak menutup aurat, juga Debbyna yang
merupakan seorang pencopet. Ia berpikir bahwa usahanya selama ini untuk
berubah karena Fakhri hanyalah sia-sia.

Pagi ini, tampak Debbyna tengah berlari dari kejaran warga akibat perbuatannya
mencopet di pasar. Sebuah suara menghentikan langkahnya.
Debbyna! Stop!!!. Fakhri. Fakhri mendekati Debbyna dan mengambil dompet
yang berada di tangan Debbyna. Ia menyerahkan pada yang kehilangan, dan
membubarkan warga. Ia kembali mendekati Debbyna.
Aku tahu, berduaan tidak diperbolehkan. Tapi ada sesuatu yang ingin aku
bicarakan padamu. Aku kecewa. Aku kira kamu udah berubah. Debbyna yang aku
kenal, adalah yang sering ikut sholat berjamaah di masjid, yang selalu menutup
aurat, dan yang pasti bukan seorang pencopet. Kamu bukan Debbyna yang aku
kenal. Assalamualaikum. ucap Fakhri kemudian pergi.

Perkataan Fakhri pagi itu, membuat Debbyna merenung. Ia sadar bahwa


perbuatannya salah. Seharusnya ia berubah bukan karena Fakhri, tapi karena
kemauan dia sendiri untuk menjadi lebih baik. Semenjak hari itu, Debbyna
kembali menutup auratnya, shalat berjamaah di masjid bukan karena ingin
bertemu Fakhri tapi untuk ibadah, bahkan ia tak pernah mengajak Fakhri
mengobrol saat bertemu, ia juga menjadi guru ngaji di masjid itu, dan satu lagi
Debbyna bukan lagi pencopet tapi mantan pencopet.

Tampak Debbyna tengah merapikan kerudungnya di depan cermin. Ia segera ke


luar dari kamar, menemui 2 orang tamu. Rupanya pak ustadz dan Fakhri. Maksud
kedatangan mereka adalah untuk melamar Debbyna. Masalah perjodohan waktu
itu, rupanya Fakhri menolak. Dan masalah Debbyna adalah mantan pencopet, pak
ustadz tahu sebab Fakhri telah bercerita. Debbyna tersenyum manis sebagai
jawaban dari lamaran itu.

Anda mungkin juga menyukai