Anda di halaman 1dari 5

Hijabmu Mahkotamu

Cerpen Karangan: Sania Verawati


Kategori: Cerpen Islami (Religi)
Lolos moderasi pada: 26 January 2019

Rinai hujan yang memusimkan di bulan November seakan akan awan menangis dan
langit pun menyelimuti
Zaman kini telah berbeda, dimana masa yang banyak dipengaruhi oleh budaya asing.
Seolah-olah manusia mudah terjerumus dengan hal hal yang negatif. Yang tak disangka
malah terjadi, sedangkan yang diharapkan tak terwujudkan.

Berawal dari 2 orang akhwat yang bersahabat bernama Maidina Fadhila dan Hanifa
Salsabila. Maidin (Maidina Fadhila) mempunyai karakter yang religius, pintar agama, dan
selalu sabar dalam hal apapun. Sedangkan Ifa (Hanifa Salsabila) sifat nya kalah jauh
dari sahabatnya, ia senang sekali bergaul dengan para ikhwan walaupun yang baru
dikenalnya pun ia sudah bisa langsung akrab dan ia selalu tebar pesona terhadap para
kaum adam tersebut.

Saat di halte, mereka sedang menunggu bus dan sambil berbincang bincang.
“Maidin, kamu lihat gak cowok geng motor yang kulitnya putih terus pake anting sebelah
dan dia sering nongkrong di kafe moccala itu? dia kece banget Mai” ucap Ifa yang
terpesona.
“Astagfirullah Ifa, istighfar. Ini bulan puasa, jaga pandanganmu dari yang bukan
makhram mu. Dosa!” tegur Maidin.
“Hmmm iya iya mai, maaf.”
“Maafnya jangan sama aku, tetapi minta ampun sama Allah” ucapnya sedikit tegas. Ifa
pun terdiam saat ditegur oleh sahabatnya.

“Ngomong-ngomong kamu habis ke salon ya Fa?”


“Iya Mai, kenapa? Aku hari ini kelihatan cantik banget ya?” ucap Ifa gede rasa.
“Kamu akan cantik jika seluruh auratmu tertutup. Kecantikanmu saat ini juga hanya
untuk di mata beberapa akhi saja dan bukan di mata Allah.” Lagi lagi Maidin mengkritik
Ifa.
“Aku mau pulang duluan, mau siap siap buka puasa. Assalamu’alaikum” ucap Maidin.
“Wa’alaikum salam.” Ifa pun terlihat sinis melihat sahabatnya saat ia di kritik seperti itu.

Tidak jauh dari tempat tersebut, langkah Maidin berhenti sejenak lalu terbenak sesuatu
yang melintas di dalam hatinya.
“Bukakanlah pintu hati Ifa, ya Allah.” Ucapnya dalam hati.

Keesokan harinya…
Maidin berkunjung ke rumah Ifa.
“Assalamu’alaikum ifa”
“Wa’alaikum salam. Eh Maidin, tumben ke rumahku” dengan senyum terpaksa
“Hehe iya. Mau silaturahmi aja.” Senyumnya yang sangat manis.
“Hmmm bilang aja mau ngekritik aku lagi.” Tak tahu kenapa ada penyakit hati yang di
dalam diri Ifa sampai ia bergumam seperti itu di dalam hatinya.
“Maidin, kita ke mall yuk. Di sana banyak barang yang lagi promo loh!” ajak Ifa.
“Maaf ya Ifa, aku gak bisa. Lebih baik kamu ikut aku ke pengajian aja. Daripada ke mall
gak ada faedahnya, udah gak dapat pahala, ngabis ngabisin duit lagi. Lagian barang
barangmu di rumah kan masih banyak yang bagus.” Maidin menolak ajakan Ifa dan ia
balik mengajak nya ke tempat pengajian, karena di bulan Ramadhan ini Maidin tidak
ingin menyia nyiakan waktunya untuk berfoya-foya.
“Hmm ya sudah kalau gitu, aku mau pergi ke mall bareng Fauzi aja.” Ifa tetap menolak
ajakan Maidin dan ia malah hendak kencan dengan seorang ikhwan lain.
“Astagfirullah. Fauzi? Siapa lagi itu Fa?” Maidin langsung menyentuh dadanya karena
terkejut sahabatnya akan berpergian berdua dengan yang bukan makhramnya.
“Dia hanya teman aku kok. Udah kamu tenang aja aku bakal aman sama dia” Ifa
merangkul bahu Maidin.
“Ya Allah, Ifa mengumbar ngumbar auratnya sehingga tidak memakai hijabnya dan ia
hendak berkencan dengan seorang ikhwan yang bukan makhramnya. Ampuni sahabatku
ya Allah.” Maidin merintih dalam hati.
“Ya udah Fa, aku berangkat ke pengajian dulu ya. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
Maidin pun keluar rumah Ifa dengan hati ikhlas.

“Pasti Maidin kaget kalau aku jalan sama cowok lain” “Maidin kenapa sih dari dulu
sampai sekarang gak henti hentinya menegur aku tentang inilah itulah, bosan
dengerinnya tiap hari. Kadang menegur aku gak menutup aurat lah, padahal kan setiap
hari sholat 5 waktuku gak pernah ketinggalan. Terus kadang melarang aku jalan sama
cowok lain lah. Huh sebal banget aku” Ifa berbicara sendiri dengan penuh amarahnya.
Ifa tak menyadari bahwa saat Maidin sudah pulang ia membicarakan sahabatnya sendiri
dan terlihat benci dengan omongan sahabatnya yang menjadi makanan sehari hari nya
Ifa. Dan juga tak peduli bahwa saat itu ia sedang berpuasa tetapi hatinya tak sabar.

Dikeramaian orang orang pada isak tangis.


“Aku kenapa?” Ifa kebingungan.
“Bu, ibu. Ifa kenapa bu? Kok tubuh Ifa di tidurkan di depan banyak orang? Dan kenapa
tubuh Ifa ditutupi kain kafan?” Ifa semakin panik. Jelas ibunya tak menjawab karena
ibunya tak bisa melihat rohnya tersebut.

Selang beberapa waktu kemudian, lalu Maidin datang untuk ke rumah Ifa.
“Nah itu Maidin, pasti dia bisa melihat aku.” Meyakini dirinya dan sambil menghampiri
Maidin.
“Maidin, kamu kenapa menangis? Kamu bisa melihat aku kan?” Ifa terus menanyakan
Maidin, sedangkan Maidin pun tak heran heran karena ia juga tak bisa melihat rohnya
Maidin.
“Kenapa semua orang tak bisa melihatku? Apa aku sudah benar benar mati?” Ifa
bersedih meratapinya.

Tak sengaja, Ifa melihat sebuah bak mandi yang berisikan rambut panjang yang
bersemir pirang di kamarnya.
“Ini rambut siapa? Seperti rambutku, tapi kenapa bau sekali dan rontok begini?” Ifa
terheran.
Lalu, ia pun bercermin untuk melihat keadaannya.
“Masya Allah, mana rambutku? Dan kenapa kepalaku menjadi botak bahkan tak ada
satupun sehelai rambut yang ada di kepalaku?” Ifa menangis dan terlihat sangat syokh.

“Sudah Ifa untuk apa kamu menangisinya. Semuanya sudah berlalu, kamu gak akan
kembali hidup di bumi lagi. Ayo Ifa sudah saatnya kamu akan dipilihkan ke pintu neraka
atau surga.” Ucap seorang bidadari kanan yang terdengar di telinga kanannya.

Saat hendak menaiki tangga, Ifa masih bingung jalur manakah yang akan ia lalui.
Apakah surga atau neraka? Jika ia memilih jalur kiri maka masuklah ia ke dalam neraka.
Tetapi jika ia memilih jalur kanan maka masuklah ia ke dalam surga atas izin Allah swt.
Roh ifa sudah mulai memilih jalur kanan dan ia pun melangkah tangga surga itu.
Lalu, saat hampir ke tangga surga yang ke 7, ia pun ternyata ditolak untuk memasuki
surga atau menghuninya.
Mengapa? Padahal ia selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan ibadah sunah lainnya
sering ia kerjakan. Tetapi dia ditolak untuk menghuni surga.
Jawabannya yaitu walaupun Ifa selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan mengerjakan
ibadah sunah lainnya tetapi pada saat di bumi apakah ia menutupi seluruh auratnya?
itulah sebabnya Ifa ditolak untuk menghuni surga.

Lalu, roh Ifa pun memilih tangga neraka karena roh tidak bakal bisa mengelak atau
membohongi walaupun Ifa memaksa hendak masuk ke surga tetapi mau bagaimana lagi
jika rohnya tetap berjalan sendiri tanpa diperintahkan kembali.

“Panas… panas…” teriakan Ifa.

“Astagifirullahaladzim” Ifa terbangun dari mimpinya.


Ifa pun menangis saat ia mendapati mimpi seperti itu.
“Ya Allah, hamba sadar. Ini sudah teguran bagiku. Maafkan hamba ya Allah” Ifa
menyadari kesalahannya.
Setelah Ifa mendapat mimpi itu, Ifa mulai berhijrah dengan bertaubat untuk berjanji
akan menutup auratnya serta menjaga pandangannya dari yang bukan makhram.

Ini adalah gambaran untuk kaum hawa agar senantiasa menutupi auratnya. Patuhilah
perintah Allah dengan anjuran menutup aurat khususnya yang sudah baligh.
Seperti halnya terdapat pada hadits Rasulullah SAW: “Tidak diterima sholat wanita
dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab). (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn
Majah)”
Maka dari itu, berhijrahlah dari sekarang. Sebab untuk apa kita menunda berhijrah
sedangkan kita tak tahu kapan ajal menjemput.
Sahabat Yang Hilang
Cerpen Karangan: Vira Ulandari
Kategori: Cerpen Pengorbanan, Cerpen Penyesalan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 7 October 2018

Lina terdiam di bawah dewi malam, dia hanya menangis mengingat kejadian malam itu. Tuhan
yang telah merenggut sahabatnya darinya. Shara gadis malang yang menyelamatkan nyawa Lina.
Tawa Shara menghantui fikiran Lina. Berkali-kali Lina mencoba melupakan Shara namun bayangan
Shara selalu menghampirinya.

Kejadian malam itu…


Pagi itu, Lina melihat Raka kekasihnya duduk berdua dengan Shara di sebuah Cafe. Mereka
terlihat sangat akrab seperti sepasang kekasih. Betapa hati Lina serasa terbakar melihat pujaan
hatinya berduaan Shara sahabatnya. Air mata Lina menetes. Hati Lina sudah tak terkontrol. Lina
pun pergi meninggalkan cafe itu menuju rumahnya sambil menangis.
“Apa yang di lakukan Shara dan Raka di cafe itu? Apakah mereka Selingkuh? Oh tuhan, mengapa
harus Shara! Mengapa?” Lina begitu terpukul dan mengunci dirinya di kamar.

Malam pun tiba, handphone Lina yang dari tadi berbunyi tak dihiraukan. Banyak pesan dan
panggilan masuk di handphonenya. Dengan berat hati Lina menggangkat telepon dari Shara.
“Halo, Lin kamu ke mana aja sih? Kok jawabnya baru sekarang? Halo Lin? Lina?” Kata Shara
dengan cemas. Lina hanya terdiam mendengar suara Shara. Lina terdengar menangis.
“Lho! Kamu nangis Lin, kamu kenapa? aku ke sana ya!” Shara menutup teleponnya dan segera
menuju rumah Lina.

“Tok!! Tok!! Tok” suara pintu rumah Lina diketok.


“Lho Shara! Kamu gak sama Lina. Tante kira kamu keluar sama Lina” ucap tante dewi ibu Lina.
“Lho tadi Shara udah bilang kok sama Lina kalo mau ke sini. Lina pergi ke mana tante?” kata
Shara panik.
“Waduh tante juga gak tau ra, tante kira Lina sama kamu. Soalnya dari tadi pagi dia ngurung diri
di kamar. Dia keluar belum lama kok. Dia masih bisa dikejar ra.” ibu Lina terlihat bingung.
“Ya udah, aku mau nyusul Lina dulu ya tante. Assalamualaikum.” jawab Shara bergegas mencari
Lina.

Sekian lama Shara mencari tapi tak menemukan Lina. Lalu Shara pergi ke taman tempat biasa
Lina dan Shara menghabiskan waktu. Ternyata benar Lina di sana sendirian dan menangis. Shara
menghampirinya. “Lin, kamu ngapain di sini sendirian malem-malem?” tanya Shara tak
dihiraukan. “Kok diem sih Lin? Kamu marah sama aku?” sekali lagi perkataan Shara tak
dihiraukan. “kamu kenapa Lin? Bilang sama aku siapa yang nyakitin kamu?” Shara benar-benar
khawatir dengan Lina yang hanya terdiam dan menangis.

Plakkk!! Sebuah tamparan melesat di pipi kanan Shara. “loe tau gak gue tadi pagi liat loe
berduaan sama Raka di cafe. Loe mau ngerebut Raka dari gue? Loe tuh kenapa sih ra gue salah
apa sama loe? Loe kok tega banget sama gue? Gue bener-bener gak nyangka sama kelakuan loe
di belakang gue! Gue kecewa sama loe ra.” Lina pun lari meninggalkan Shara tanpa
mendengarkan penjelasan Shara sedikit pun. Shara dari jauh memanggil-manggil Lina. Lina berlari
menuju jalan raya. Sebuah truk besar melaju sangat kencang dari arah kiri. Shara yang melihat
hal itu bergegas menghampiri Lina. “Lina awasss” Shara mendorong tubuh Lina dan membiarkan
tubuhnya menjadi santapan truk besar itu. Shara tergeletak dengan darah di sekujur tubuhnya.
Lina tak sadarkan diri karena kepalanya terbentur trotoar jalan.

Saat Lina membuka matanya dia sudah terbaring di rumah sakit. Raka yang saat itu menemani
Lina. Menceritakan mengapa mereka berduaan di cafe. Tak disangka ternyata Raka akan melamar
Lina. Dan dia meminta bantuan dari Shara. Dan Raka juga memberi tau Lina jika nyawa Shara tak
bisa terselamatkan. Shara meninggal di tempat. Betapa terpukulnya Lina yang kehilangan Shara
sahabatnya.

“Betapa bodohnya aku tak mempercayai kesetiaanmu. Dan betapa egoinya aku mempertaruhkan
nyawa Shara demi keselamatanku” Ucap Lina tak kuasa menahan air mata.
“sudah lah Lina, semuanya sudah terjadi. Shara sudah bahagia di sana nak. Jangan kamu
membebaninya dengan air mata. Ikhlaskan dia Lina” ujar ibu Lina menenangkan.

Anda mungkin juga menyukai