Anda di halaman 1dari 5

Rasaku Tak Bertuan

Oleh: Rinjani A.Tri

Karena cinta tak harus memiliki, seperti halnya matahari yang mencintai bumi dan ia
tahu bahwa mendekat, akan membuat yang dicintainya hancur. Kadangkala kita harus
mengikhlaskan sesuatu, menerima keadaan agar tetap terlihat baik baik saja. - Adifa Syifa
Maryam

****

Perkenalkan, namaku Adifa Syifa Maryam, orang orang biasa memanggilku Difa.
Sedang kuliah semester akhir dengan jurusan ekonomi. Impianku hanya dua, yang pertama
adalah lulus kuliah tepat waktu dan yang kedua adalah terus bersama dengannya, Farhan
Resmana. Dia adalah seseorang yang aku cintai sejak tujuh tahun lalu tepatnya ketika aku
duduk di bangku SMA.

Farhan Resmana, lelaki berusia 23 tahun yang saat ini sudah bekerja di perusahaan
papanya. Pria dengan rahang yang tegas, rambut sedikit ikal, hidung mancung,
berperarawakan atletis adalah ciri cirinya. Tingkahnya yang menyebalkan menjadi alasanku
mencintainya. Aneh, bukan? Dimana orang lain mencintai seseorang karena sifat baiknya,
aku malah mencintainya karena sikap buruknya.

“ Darrrrrrrrrr,” teriak seseorang mengagetkanku yang membuatku terjingkat dari


tempat dudukku.

“ Astagfirullah,” refleks ku seraya mengelus dada, ku lirikkan mataku pada


seseorang yang membuatku kaget lalu aku berdecak kesal dan menatapnya tajam.

“ Assalamualaikum Difa jelek, “ katanya seraya menampilkan gigi.

“ Waalaikumussalam Farhan cengeng,” balasku.

“ Difa kok lo tega sih manggil gue Farhan cengeng,padahal gue kan gak cengeng
tahu,” protesnya.

“ Masa? Terus yang dulu sering nangis pas digangguin temen sekelas siapa?” ejekku
menahan tawa karena melihat ekspresi sebal darinya.
“ itukan dulu, sekarang gue udah berani sama dia, kalo gue ketemu dia gue balas tuh
orang. Lihat aja .” gerutunya.

Aku tak kuasa untuk tidak tertawa atas ekspresi gerutuan nya yang menggemaskan,
karena bagiku mengganggunya adalah hal yang menyenangkan. Melihatnya tertawa lepas
denganku, melihatnya baik baik saja membuatku merasa cukup. Meski terkadang terlintas
untuk aku bersikap egois dengan memilikinya.

****

Kita sedang berada di restoran ,tempat dimana Farhan mengajakku bertemu.

“ Caffe Moulatte jam 4 sore, ada yang ingin aku bicarakan, penting!” Seperti itulah
pesan yang ia kirimkan padaku pagi tadi .

Kami sudah memesan makanan dan telah menghabiskan separuh makanan yang
dipesan.

“ Difa liat deh orang yang lagi jalan ke arah sini ,” bisiknya antusias.

“ Mana? “ balasku seraya mengedarkan pandangan.

“ Itu tuh itu Difa, masa lo gak liat sih? Apa jangan jangan mata lo minus? “ katanya
sambil mengarahkan dagu pada seseorang.

Ku arahkan pandanganku pada sesorang yang menjadi objek keantusiasan Farhan.


Aku tersenyum pada seseorang yang sedang melangkah pada posisi yang aku dan Farhan
tempati.

“ Sayang, “ sapa wanita itu pada Farhan.

DEG.....

Sayang katanya?

“ Halo sayang,ayo duduk disini,” balas Farhan seraya menarik kursi di sampingnya.

“Mengapa perasaan ku tidak enak, tuhan? Jangan bilang wanita itu kekasihnya “
lirihku dalam hati.

“ Woy Difa!” bentak Farhan membuatku tersadar dari lamunanku.


“ Emm ... iya kenapa ada apa?” jawabku gugup karena tatapan tajam yang diberikan
Farhan padaku.

“ Difa perkenalkan dia Shelfie anastasya pacar gue, dan Shelfie perkenalkan dia
Adifa Maryam sahabatku. “ Farhan mengenalkan aku padanya dan dia padaku.

DUARRR...

Bagaikan petir di siang hari ketika Farhan memperkenalkan orang itu.

“ Shelfi, “ Wanita itu mengulurkan tangan padaku dan aku hanya menatap tangan itu
namun setelahnya aku tersadar karena deheman seseorang.

“ Eh iya, namaku Adifa panggil saja Difa,” kataku mencoba tersenyum dan dia
membalas senyumku.

" Sebenernya ini yang mau gue omongin sama lo, gue mau ngenalin dia ke lo, gue
kenal sama di-"

“ Oh iya Han, mendadak gue inget kalo ayah nyuruh gue pulang cepat. Jadi gue buru
buru harus pulang,” potongku cepat berusaha untuk segera pergi dari sini.

“ Kok gitu? Yaudah gapapa deh,lo hati hati di jalan ya” katanya memperingatkan.

“ Oke.”

Aku melangkahkan kakiku keluar dari restoran itu. Aku tak menyangka dengan apa
yang aku dengar barusan. Pacar katanya, dia yang aku cintai mempunyai kekasih,dia yang
aku sayangi ternyata mencintai orang lain, dia yang selalu aku impikan untuk menjadi
milikku ternyata telah menjadi milik orang lain.

Shelfie anastasya perempuan beruntung yang mendapat cinta dari seorang Farhan
Resmana. Rasanya aku tidak sanggup untuk bertemu dulu dengan Farhan, aku butuh waktu
sendiri.

Dua minggu sudah aku menghindari Farhan,setiap kali berpapasan aku akan
berusaha menghindar tapi apabila aku terciduk mengindar pasti aku akan memberikan
padanya alasan untuk bisa menghindarinya.
Hari ini aku akan ke kampus untuk memberikan skripsiku pada dosen
pembimbingku. Di perjalanan aku berpapasan dengan Farhan, tentu saja aku akan
menghindar. Tapi sepertinya takdir tuhan berkata lain,karena Farhan sempat melihatku yang
berjalan terburu buru lalu mencekal tanganku.

“ Fa?” katanya.

“ Lepas Han, gue mau ketemu dosen dulu,” elakku seraya berusaha melepaskan
cekalan tangannya.

“ Enggak akan sebelum lo jelasin ke gue kenapa sikap lo akhir akhir ini berubah ke
gue, udah dua minggu lo menghindar saat ketemu gue. Sebenernya ada apa? Ayo lo harus
jelasin!” katanya.

“ Lo aja yang ngerasa gitu tapi gue enggak ko. Gue rasa gue bersikap biasa aja ke
lo,” kataku masih berbohong.

“ Mau sampe kapan lo bohong? Gue bareng bareng sama lo udah 20 tahun. Gue tau
lo bohong, jadi jelasin sekarag ke gue,” katanya marah.

“ Gue gak bohong,”

“ Lo bohong,Difa. Ayo bilang ke gue,” desaknya

“ Iya gue bohong, gue menghindar dari lo, gue mau ngejauh dari lo, gue benci sama
lo, gue benci lo,” desisku menahan air mata yang siap mengalir.

“ Apa maksud lo? Kenapa lo kayak gini, Difa? Apa penyebabnya? Gue punya salah
sama lo?” katanya bingung.

“ Kalo gue bilang gue cinta sama lo, gue sayang sama lo dan gue marah karena lo
punya pacar, apa lo percaya?” ucapku berapi api.

Setelah aku mengatakan itu,dia langsung melepas cekalan di tanganku. Ekspresi tak
percaya kini terpampang jelas di mukanya.

“ Ga mungkin, bercanda lo ga lucu Adifa Syifa Maryam. Hahahaha,” ucapnya tak


percaya.
“ Tapi sayangnya gue ga bohong. Gue cinta sama lo sejak SMA. Gue pun berharap
kalo gue Cuma bercanda,” ucapku lirih sambil menundukkan kepala.

“ Ga mungkin Difa, lo ga boleh cinta sama gue, Gue ga bisa.” katanya sambil
mengacak rambutnya.

Setelah itu, Farhan mengajakku duduk di bangku taman dekat kampusku. Dapat
kulihat dia sedang menenangkan diri, ekspresi kecewa, menyesal dan tak percaya terlihat
jelas. Dia mengusap wajahnya lalu menghembuskan napas kasar.

“ Gue tau kok, Han. Tenang aja,gue juga lagi masa usaha buat lupain lo. Gue emang
cinta sama lo,tapi gue ga akan maksa buat lo jadi milik gue. Gue harap setelah apa yang gue
bilang tadi,ga buat semuanya berubah termasuk persahabatan kita. Kita harus tetep jadi
sahabat, Han. “ lirihku mencoba bersikap dewasa, karena jika aku bersikap egois, maka
semua akan menghancurkan hubungan aku dan Farhan.

“ Gue minta maaf, Difa,” ucapnya merasa bersalah.

“ Sokay, iam fine. Cukup jadi sahabat gue yang selalu ada dalam keadaan apapun,
Han. Karena cinta ga harus dimiliki, kan? “ balasku berusaha terlihat baik.

“ Gue akan tetap jadi sahabat lo, gue akan selalu ada buat lo,Difa” katanya lalu
setelahnya memelukku.

“ Udah, apaan sih lebay banget, awas gue mau ketemu dosen, "ucapku bercanda.

“ Yaudah sana, ” usirnya.

“ Oke byeeee.”

Aku berjalan melewatinya. Jujur ketika aku mengatakan bahwa aku sedang
melupakannya itu bohong, hanya saja aku tidak ingin membuat yang jauh semakin jauh.
Mungkin saja memang takdirku bukan dia tap orang lain. Sekarang aku belajar
mengikhlaskan, dan sekarang aku mengerti bahwa tidak semua hal yang kamu mau bisa
didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai