Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 7 RESUME MICRO ECONOMIC

Nama anggota :
Muhamad Taufiq Rahman (021123393)
Nadya Berliana Guritno (021123287)
Firda Aulia Sapitriani (021123284)
Ninda Suci Dwi Utami (021123256)
e. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang
Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika
pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasannya. Sebaliknya
bila pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat
kepuasannya, disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang menurun. Salah satu faktor
yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang

1). Kurva Harga-Konsumsi (Price-Consumption Curve)


Perubahan harga salah satu barang menyebabkan rasio harga berubah. Akibatnya barang yang
harganya turun atau naik menjadi relatif lebih murah atau mahal dibanding barang lainnya.
Prubahan ini menyebabkan pendapatan nyata berubah walaupun pendapatan nominal (money
income) tidak berubah. Perubahan-perubahan di atas dapat digambarkan dalam kurva yang
disebut Kurva Harga-Konsumsi (Price Consumption Curve).

2). Penurunan Kurva Permintaan (Demand Curve)


Dari Diagram 4.9 disimpulkan bahwa pada saat harga barang X makin murah (P3 P2 <P ₁),
ceteris paribus, permintaan terhadap X makin bertambah (OX3 > OX2 > OX ₁). Karena itu
dari kurva PCC dapat diturunkan kurva permintaan individu (individual demand curve).

Kurva permintaan ini diturunkan dalam batasan tiga asumsi:


a). Konsumen berada pada kondisi keseimbangan,
b). Pendapatan nominal tidak berubah
c). Harga nominal barang lain tidak berubah
3). Permintaan Individu dan Permintaan Pasar
jumlah konsumen dalam pasar barang X hanya dua, yaitu A dan B yang dicerminkan oleh
kurva permintaan D, dan D (perhatikan Diagram 4.11). Permintaan pasar (D,) diperoleh
dengan cara menjumlahkan secara horizontal Da dan D.

f. Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal


Suatu faktor lain yang dapat mengubah keseimbangan konsumen adalah perubahan
pendapatan nominal. Karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser
sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya.
1) Kurva Pendapatan-Konsumsi (Income-Consumption Curve)
Jika titik-titik keseimbangan tersebut di atas kita hubungkan maka terbentuk Kurva
Pendapatan-Konsumsi (Income-Consumption Curve), seperti pada Diagram 4.12. Income-
Consumption Curve (ICC) dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik
keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat pendapatan nominal, di mana harga nominal
barang tidak berubah. Kemiringan ICC adalah positif, karena umumnya permintaan terhadap
suatu barang meningkat bila pendapatan meningkat (barang normal). Sudut kemiringan ICC
dapat memberikan indikasi apakah suatu barang merupakan barang kebutuhan pokok atau
barang mewah.

2) Kurva Engel (Engel Curve)


Namun klarifikasi lebih jelas untuk mengetahui apakah suatu barang merupakan barang
kebutuhan pokok atau barang mewah dilakukan dengan menggunakan kurva Engel (Engel
Curve). Kurva ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya, Christian Lorenz Ernst Engel
(statistian Jerman abad 19), yang mencoba melihat hubungan antara tingkat pendapatan
dengan tingkat konsumsi. Bila kurva permintaan individu diturunkan dari Price-
Consumption Curve (PCC), kurva Engel diturunkan dari Income-Consumption Curve (ICC)
a. adalah kurva Engel untuk barang yang merupakan kebutuhan pokok, seperti bahan
makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak terhadap
perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus meningkat, permintaan terhadap barang
tersebut perubahannya makin kecil dibanding perubahan pendapatan. Jika dikaitkan dengan
konsep elastisitas, maka elastisitas pendapatan dari barang kebutuhan pokok makin kecil bila
tingkat pendapatan nominal makin tinggi.
b. adalah kurva Engel untuk barang yang termasuk barang mewah, Kenaikan permintaan
terhadap barang tersebut lebih besar dibanding- kan dengan kenaikan tingkat pendapatan.
Atau dapat dikatakan bahwa per- mintaan terhadap barang mewah mempunyai derajad
elastisitas yang besar.
Untuk barang inferior/Giffen, kurva Engel memiliki korelasi yang negatif, yakni menurun
dari kiri atas ke kanan bawah (coba pikirkan mengapa demikian).

g. Efek Substitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan (Income


Effect)
Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan terhadapnya
bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total interaksi antara kekuatan
pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga, terhadap keseimbangan konsumen.
Dengan perkataan lain, jika harga suatu barang turun, maka ada dua komponen yang
dipengaruhi:
1) Harga relatif barang menjadi murah, sehingga bila konsumen bergerak pada tingkat
kepuasan yang sama (kurva indiferensi awal) dan pendapatan nyata dianggap tetap, maka
konsumen akan menambah jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi relatif lebih
murah dan mengurangi jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi relatif lebih mahal.
Inilah yang disebut sebagai efek substitusi (substitution effect).
2) Pendapatan nyata berubah menyebabkan jumlah permintaan berubah. Jika perubahan ini
dilihat dari sisi harga barang lain dan pendapatan nominal dianggap tetap, kita akan melihat
efek pendapatan (income effect).
Efek Total:
Turunnya harga barang X telah menyebabkan keseimbangan konsumen bergeser dari titik A
ke C.Pertambahan jumlah yang diminta sebesar X, X, unit, merupakan efek total
(penjumlahan efek substitusi dan efek pendapatan).

Efek Substitusi:
Turunnya harga X membuat harga X relatif lebih murah daripada harga Y (slope BL lebih
datar daripada BL). Jumlah X yang diminta menjadi OX, (karena harga X sekarang relatif
lebih murah). Pertambahan permintaan terhadap X sebesar X,X, merupakan efek substitusi.

Efek Pendapatan:
Peningkatan jumlah X yang diminta sebesar X2X3 merupakan efek pendapatan. Karena jika
pendapatan nominal naik (BL₂ sesekali bergeser ke atas, BL3 menyentuh IC ₂) jumlah X
yang diminta meningkat sebesar X2X, unit.

Efek Total Efek Substitusi + Efek Pendapatan

X1X3 X1X2 + X2X3

Efek total dari kenaikan harga X adalah penurunan permintaan sebesar 0X1-0X3. Jika
konsumen harus melakukan penyesuaian keseimbangan dengan asumsi tingkat pendapatan
dan tingkat kepuasan adalah sama seperti kondisi awal (IC₁), maka keseimbangan konsumen
tercapai di titik B yang merupakan persinggungan BL₂ (garis terputus-putus) dengan IC ₁.
Perubahan rasio harga (harga relatif) telah mengurangi jumlah X yang diminta sebanyak
X1X2. Ini merupakan efek substitusi. Sedangkan penurunan pendapatan nominal (yang
disebabkan kenaikan harga X) telah menurunkan jumlah X yang diminta sebesar X2X3. Ini
merupakan efek pendapatan.

Permintaan Rumah Di Indonesia


Tabel di atas menunjukkan bahwa pembangunan perumahan di Indonesia
pertumbuhan nya sangat pesat. Pada periode 1980-1990 tingkat pertumbuhan nya mencapai
11,0% per tahun. Angka pertumbuhan tersebut adalah 8 kali angka pertambahan penduduk,
dan dua kali angka pertumbuhan ekonomi (PDB rill) pada periode yang sama. Pada periode
1990-1995 meningkat menjadi 25,3% per tahun. Angka pertumbuhan ini sekitar 16 kali lipat
angka pertambahan penduduk dan hampir 4 kali pada periode yang sama. Krisis ekonomi
berlangsung sejak akhir 1997 telah menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi hanya
0,56% pada periode 1995-2000. Pada tahun 1998 bahkan pertumbuhan ekonomi mencapai
angka minus 13%. Sangat rendahnya pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan pertumbuhan
pembangunan perumahan selama periode 1995-2000 menurun menjadi -21,0% per tahun.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perumahan merupakan komoditas yang
sangat sensitif terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita. Hasil regresi sederhana antara
pembangunan perumahan dengan PDB per kapita selama periode 1979-1996 menunjukkan,
jika PDB per kapita bertambah 1%, maka rumah yang dibangun oleh Perumnas dan Non
Perumnas akan bertambah sebesar 2,3%. Hasil regresi tersebut merupakan petunjuk awal
bahwa perumahan merupakan komoditas yang elastisitas pendapatannya relatif besar. Dalam
arti, jika pendapatan per kapita meningkat 1%, maka permintaan terhadap rumah bertambah
lebih besar dari 1%.
Bila kita perhatikan angka pendapatan per kapita Indonesia selama periode 1980-
2000, mungkin akan timbul pertanyaan : Bagaimana mungkin pertambahan permintaan
perumahan di Indonesia begitu tinggi, mengingat bahwa angka PDB per kapita selama
periode tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan dana yang dibutuhkan untuk
membangun rumah. Misalnya, PDB per kapita pada tahun 1995 hanya sekitar Rp 2 juta. Jika
satu keluarga di Indonesia terdiri dari 5 jiwa, maka pendapatan per keluarga pada tahun 1995
adalah sekitar Rp 10 juta, atau masih lebih kecil dari Rp 1 juta per bulan. Tingkat pendapatan
ini terlalu kecil dibanding dana yang dibutuhkan untuk membangun rumah yang mencapai
puluhan juta per unit.
Jawaban atas pertanyaan tersebut ada pada tabel 4.20 di atas : tingginya pertambahan
permintaan rumah. Selama periode 1980-1990 tingkat pertumbuhan kredit perumahan
mencapai 17,5% per tahun, yang kemudian meningkat pusat menjadi 36,8% per tahun selama
periode 1990-1995. Krisis ekonomi telah menurunkan pertumbuhan kredit perumahan
menjadi -29,0% selama periode 1995-2000.

Bagaimana kredit perumahan dapat menstimulir/mendorong permintaan perumahan?


Jawabannya adalah sebagai berikut: yang pertama, kredit perumahan akan meningkatkan
pendapatan. Yang kedua, elastisitas pendapatan dari permintaan permintaan perumahan yang
lebih besar dari satu telah menyebabkan efek pendapatan yang besar. Artinya pertambahan
permintaan perumahan akan melebihi angka 1%. Jika pendapatan akibat pemberian kredit
meningkat 1%.

Anda mungkin juga menyukai