Disusun Oleh :
DINDIN SYARIEF NURWAHYUDIN
30000420410003
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Jaka Windarta, M.T.
M.S.K. Tony Suryo Utomo, M.T., Ph.D.
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas segala kemudahan dan kemampuan yang
diberikan dalam menyelesaikan makalah ini. Sungguh tidak ada kemudahan
kecuali yang Allah mudahkan, dan apabila Allah menjadikan kesulitan, jika Allah
kehendaki pasti akan menjadi mudah. Dengan rahmat beserta karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Perencanaan
Energi di Jawa Barat Menggunakan Perangkat Lunak LEAP (Long-Range Energy
Alternatives Planning)”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah PCEN 8103 Sistem Perencanaan Energi pada
Program Studi Magister Energi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tidak lepas dari dukungan banyak
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis dengan segala hormat
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Bapak Drs. H. Maulani, MH.I dan Ibu Hj. Rohayati, S.Pd.
2. Kakak dan adik Mohammad Jawahir, SH.I. dan Nyayu Ummul Hilayah.
3. Dr. Ir. Jaka Windarta, M.T. dan M.S.K. Tony Suryo Utomo, M.T., Ph.D.,
selaku dosen pengampu mata kuliah PCEN 8103 Sistem Perencanaan Energi.
4. Teman istimewa saya, Nazuwatussya’diyah, yang telah membantu dalam
pengerjaan makalah ini.
5. Seluruh rekan magister energi Universitas Diponegoro serta semua pihak yang
tidak bisa disebutkan disini.
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan rahmat-Nya atas kebaikan yang
telah diberikan oleh semua pihak. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
menjadi karya yang bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca. Oleh
karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.
Semarang, Januari 2021
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... ii
ABSTRACT ...................................................................................................................... iii
3.5 Analisis Permintaan Energi Terpakai (Useful Energy Demand Analysis) .... 16
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................. 18
v
4.2.4 Baseline Results .................................................................................. 25
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Active Oil and Gas Working Area in West Java ........................................ 4
Gambar 2.2 Target bauran energi primer RUED provinsi Jawa Barat ........................ 10
Gambar 4.7 %Saturasi lighting per rumah tangga yang tidak teraliri listrik ............... 22
Gambar 4.8 Current Accounts Energy Demand in 2019 ............................................. 23
Gambar 4.10 Energy demand by fuel in the baseline scenario every 2 years ............... 25
Gambar 4.11 Energy demand by fuel in the baseline scenario in all years .................. 26
Gambar 4.12 Transformation module properties untuk transmisi dan distribusi .......... 27
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Arah kebijakan jangka menengah DESDM Jawa Barat tahun 2018-2023 .. 6
Tabel 4.1 Jenis peralatan memasak wilayah pedesaan di Jawa Barat ........................ 21
Tabel 4.3 Permintaan energi pada skenario baseline berdasarkan bahan bakar......... 25
Tabel 4.4 Permintaan energi pada skenario baseline berdasarkan cabang energi ...... 26
Tabel 4.8 Electricity Generation in West Java: Baseline Scenario by branch .......... 30
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Positioning Jawa Barat dalam dinamika pembangunan nasional dan global khususnya
yang terkait dalam kebijakan energi Pendekatan dalam penyusunan rencana umum energi
daerah bukan hanya tentang masalah supply, demand, dan harga, tetapi
mempertimbangkan masalah global warming, sustainable development dan arah dan
kebijakan pembangunan nasional Energi tidak diposisikan hanya sebagai komoditi
ekonomi, tetapi sebagai instrumen dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan Jumlah penduduk Jawa Barat tahun 2015 sekitar 46 juta jiwa, dimana 65 %
tinggal kawasan perkotaan, merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di
Indonesia. Jawa Barat salah satu dari 3 (tiga) provinsi di Indonesia yang memberikan
kontribusi terbesar dalam perekonomian nasional, khususnya di sektor industri
manufacture dan penyediaan pangan nasional. Dengan kondisi tersebut diatas penyusunan
draft RUED-P kedepan diharapkan dapat memperkuat daya saing perekonomian Jawa
Barat, pemenuhan akan kebutuhan dasar dibidang energi dan memperkuat keberlanjutan
pembangunan Jawa Barat berbasis lingkungan dan kearifan lokal Penyusunan Rencana
Umum Energi Daerah (RUED) Jawa Barat.
Permasalahan di Jawa Barat Potensi energi fosil yang terbatas Ketergantungan dan
konsumsi energi fosil sangat tinggi (Volume Transportasi dan industri), Infrastruktur
keenergian umumnya dimiliki negara dengan aksesibilitas pengendalian sangat terbatas
(Jaringan Jamali, Pipa & Gas dll) Harga komoditas energi tidak dikendalikan pemerintah
provinsi Impact kerusakan lingkungan tanpa adanya environment recovery cost
Kewenangan pengelolaan potensi energi terbesar (panas bumi) tidak dilaksanakan
pemerintah provinsi (Agusalim, 2016).
Di mana, saat ini konsumsi listrik di Jabar 1231 KWA per kapita dan diharapkan menjadi
1.503 KWA per kapita di tahun 2023 mendatang. Energi menempati posisi vital di Jawa
Barat, mengingat sektor ini menyangkut kebutuhan dasar masyarakat luas. Meliputi
rumah tangga, industri, pemerintahan, dan lembaga (Budianto, 2019).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana perencanaan energi di Jawa Barat menggunakan perangkat lunak LEAP?
b. Bagaimana perkiraan energi per sektor pemakai yang digunakan?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami perencanaan energi di
wilayah Jawa Barat berdasarkan RUED dan KEN. Dengan pengolahan data
menggunakan perangkat lunak LEAP.
Lingkup/batasan makalah ini yaitu hanya berfokus pada kebijakan energi di provinsi Jawa
Barat dan menggunakan beberapa asumsi yang digunakan oleh penulis, yaitu:
a. Jumlah penduduk Jawa Barat per tahun 2019 yaitu 49.023.200 jiwa yang menempati
sekitar 13,231 juta rumah tangga.
b. Persentase rumah tangga urban 33,3%.
c. Persentase rumah tangga rural 33,3%.
d. Data asumsi untuk Current Accounts, skenario Baseline, dan skenario Demand Side
Management dijelaskan pada bab 4.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup hingga
sistematika penulisan lapooran.
Pada bagian ini berisi penjelasan mengenai Potensi Energi di Jawa Barat, Rencana Umum
Energi Daerah (RUED) dan Kebijakan Energi Jawa Barat, serta penjelasan mengenai
LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning).
Pada bagian ini berisi tentang bagian-bagian LEAP dan pengolahan data dengan
menggunakan perangkat lunak LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning).
2
BAB IV PEMBAHASAN
Pada tahap ini berisi ulasan mengenai data hasil yang telah dikalkulasikan menggunakan
LEAP.
BAB V PENUTUP
Pada bagian ini penulis akan menyuguhkan saran serta kesimpulan dari hasil penelitian.
Sehingga sistem bisa lebih maksimal setelah adanya proses analisis di bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini penulis memperlihatkan himpunan sumber dari makalah yang dibuat
secara detail dan jelas. Sumber yang dipilih harus berdasarkan dari apa yang dikatakan
oleh karya tulis yang menjadi acuan dengan taat sesuai cara penulisan yang benar.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi energi fosil di Jawa Barat bersumber dari Minyak dan Gas Bumi untuk minyak
bumi dengan cadangan mencapai 378,9 juta barel, dengan produksi 14,5 juta barel per
tahun dan diharapkan mampu bertahan hingga 26 tahun ke depan jika tidak ditemukan
cadangan baru. Kemudian cadangan Gas Bumi di Jawa Barat mencapai 2.976,7 BCF
dengan produksi tahunan 190,7 BCF dan diperkirakan mampu bertahan selama 15 tahun
ke depan. Potensi energi terbarukan di Jawa Barat belum dimanfaatkan secara maksimal,
seperti energi panas bumi dari potensinya sebesar 5.294 MW yang baru dimanfaatkan
sebesar 1.164 MW. Jawa Barat memiliki potensi yang kuat dalam berkontribusi
menjadikan Indonesia pengguna panas bumi terbesar di dunia. Pemanfaatan energi panas
bumi untuk pembangkit listrik pada lapangan yang sudah berproduksi, dapat dikatakan
optimal. Namun demikian, masih ada beberapa lokasi sumber daya panas bumi lainnya
yang masih dapat dikembangkan dan dimanfaatkan. Potensi energi baru terbarukan
lainnya adalah potensi Mini dan Mikro Hidro 647 MW dan eksploitasi baru 18,3 MW,
Energi Matahari dengan potensi 9.099 MW namun baru dimanfaatkan hingga 0,3 MW,
dan Bioenergi dari potensi 2.551 MW baru dimanfaatkan sebesar 109,3 MW dan
beberapa potensi energi baru terbarukan lainnya yang masih dalam tahap pengembangan
seperti Energi Angin dan Energi Laut (Gambar 2.1) (Thamrin et al., 2020).
Gambar 2.1 Active Oil and Gas Working Area in West Java
(Sumber: Energy and Mineral Resources Offices; Thamrin et al., 2020)
4
2.2 Arah Kebijakan Energi di Jawa Barat
Berdasarkan sumber yang dikutip dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (DSDM)
Provinsi Jawa Barat yang dan dituangkan kedalam peraturan gubernur Jawa Barat nomor
15 tahun 2019 mengacu kepada Permendagri Nomor 86 Tahun 2017, bahwa rumusan
pernyataan strategi dan arah kebijakan Perangkat Daerah dalam lima tahun mendatang
harus dapat menunjukkan relevansi dan konsistensi antar pernyataan visi dan misi dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode berkenaan dengan
tujuan, sasaran, strategi, dan arah kebijakan Perangkat Daerah. Untuk mencapai visi
‘Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi’, misi yang
terkait dengan urusan pemerintahan energi dan sumber daya mineral adalah misi
’Mempercepat pertumbuhan dan pemerataan pembangunan yang berkelanjutan’, dengan
sasaran ‘Meningkatnya infrastruktur energi listrik yang mendukung pertumbuhan
ekonomi dan akses listrik terhadap rumah tangga hingga ke pelosok’ dan sasaran
‘Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan pengendalian dampak perubahan iklim
untuk kesejahteraan masyarakat’. Adapun hasil perumusan tujuan, sasaran, strategi dan
arah kebijakan jangka menengah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2018-
2023 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
5
Tabel 2.1 Arah kebijakan jangka menengah DESDM Jawa Barat tahun 2018-2023
VISI : Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi
MISI III : Mempercepat Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan Berbasis Lingkungan dan
Tata Ruang yang Berkelanjutan Melalui Peningkatan Konektivitas Wilayah & Penataan Daerah
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Terwujudnya Menurunnya 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan kualitas dan
penurunan emisi emisi gas rumah ketersediaan dan kuantitas survei potensi energi
gas rumah kaca kaca sektor pemanfaatan air, bio energy, surya, angin, arus,
sektor energi energi energi baru gelombang, beda suhu laut dan
terbarukan EBT lainnya
2. Meningkatkan EBT dalam bauran
energi
3. Membangun & mengembangkan
pasokan & pemanfaatan EBT
berbasis potensi setempat
4. Menyusun FS & DED pada
daerah dengan potensi EBT skala
tertentu;
5. Memperluas wilayah konversi
BBM ke listrik, gas alam dan bio
energy pada sektor rumah tangga
6. Menyusun kebijakan & skema
terhadap kewajiban pemanfaatan
sejumlah EBT dikaitkan dengan
bangunan, keberadaan
infrastruktur energi tertentu;
7. Mendorong pembangunan
digester biogas dan PLTS
kawasan urban dan perkotaan
2. Meningkatkan 1. Menyusun Peraturan Daerah
konservasi energi dalam rangka menerapkan
dan konservasi secara konsisten Konservasi
sumber daya Energi, termassuk kedalamnya
energ dalam rangka substitusi BBM
ke BBG dan atau listrik di
berbagai sektor
2. Melakukan Pengaturan
pemakaian energi efisien &
ramah lingkungan pada
kawasan pengguna energi
terintegrasi
3. Melakukan gerakan Konservasi
Energi secara masif pada
seluruh sektor pengguna
4. Melaksanakan program audit
dan manajemen energi;
Melakukan sosialisasi dan
edukasi hemat energi melalui
media elektronik & sosial guna
6
VISI : Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi
MISI III : Mempercepat Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan Berbasis Lingkungan dan
Tata Ruang yang Berkelanjutan Melalui Peningkatan Konektivitas Wilayah & Penataan Daerah
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
meningkatkan kesadaran
masyarakat
2. Terwujudnya Meningkatnya 1. Meningkatkan 1. Melakukan sinkronisasi data
PeningkatanPen Penggunaan akses elektrifikasi TNP2K
ggunaan Listrik Listrik yang dan daya untuk 2. Mengoptimalkan mekanisme
yang cukup cukup menunjang pengaduan Subsidi Listrik Tepat
produktivitas Sasaran (SLTS)
masyarakat 3. Memberikan bantuan listrik bagi
masyarakat miskin dan tidak
mampu
4. Melakukan pemetaan Masyarakat
Berlistrik
5. Memberikan fasilitasi
peningkatan daya listrik bagi
masyarakat untuk meningkatkan
produktivitas
6. Memberikan fasilitasi
pelaksanaan CSR Bidang
Ketenagalistrikan
7. Melakukan inventarisasi data
ketenagalistrikan
8. Melakukan pengembangan sistem
informasi ketenagalistrikan
secara berkelanjutan
2. Melakukan 1. Melakukan pemenuhan
Penataan kewajiban perizinan usaha
pengusahaan penyediaan dan usaha jasa
ketenagalistrikan penunjang ketenagalistrikan
2. Melaksanakan pemenuhan
pelaporan usaha bidang
ketenagalistrikan
3. Memberikan fasiltasi
penyelenggaraan rencana usaha
ketenagalistrikan
4. Memenuhi tingkat mutu
pelayanan pada wilayah usaha
penyediaan ketenagalistrikan
5. Melaksanakan pembinaan dan
pengawasan penyediaan tenaga
listrik pada bangunan dalam
kawasan terbatas
6. Melaksanakan sinergitas dan
kolaborasi dengan stakeholder
terkait dalam mendorong
peningkatan konsumsi listrik.
7
VISI : Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi
MISI III : Mempercepat Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan Berbasis Lingkungan dan
Tata Ruang yang Berkelanjutan Melalui Peningkatan Konektivitas Wilayah & Penataan Daerah
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
3. Meningkatkan 1. Inventarisasi dan pemetaan
keamanan infrastruktur instalasi tenaga
ketenagalistrikan listrik
melalui SLO dan 2. Meningkatkan jumlah instalasi
tenaga teknik tenaga listrik tersertifikasi laik
bersertifikat operasi
3. Melakukan sosialisasi,
pembinaan dan pengawasan
instalasi tenaga listrik
4. Meningkatkan jumlah tenaga
teknik ketenagalistrikan
bersertifikat
5. Meningkatkan pemenuhan
kompetensi dan jumlah
inspektur ketenagalistrikan
3. Terwujudnya Terwujudnya 1. Melakukan 1. Melakukan pembinaan terhadap
Konservasi Air Konservasi Air penataan pemegang Izin air tanah yang
Tanah Tanah perizinan air dikeluarkan oleh gubernur
tanah dan 2. Melakukan Penertiban pengambil
dukungan data air tanah tanpa izin melalui
penetapan NPA kerjasama dengan instansi yang
oleh Gubernur berwenang
3. Melaksanakan pemberian izin
pengambilan air tanah
berdasarkan potensi dan kuota
4. Menerbitkan IPAT secara selektif
5. Melakukan uji petik data NPA
2. Melakukan 1. Membangun sumur pantau pada
pemantauan muka lokasi yang menjadi aset
air tanah secara pemprov
real time 2. Mendorong pihak swasta untuk
membangun sumur pantau
3. Mengoperasikan sistem
pemantauan air tanah secara
real time
4. Menjaga keberlanjutan sumur
pantau eksisting
5. Mengembangkan sistem
aplikasi berbasis web/mobile
untuk memudahkan aparatur
maupun masyarakat
memperoleh informasi air tanah
8
VISI : Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi
MISI III : Mempercepat Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan Berbasis Lingkungan dan
Tata Ruang yang Berkelanjutan Melalui Peningkatan Konektivitas Wilayah & Penataan Daerah
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
3. Optimalisasi 1. Membangun sumur imbuhan
pengimbuhan air pada lokasi yang menjadi aset
tanah pemprov
2. Mendorong pihak swasta untuk
membangun sumur imbuhan
3. Menjaga keberlanjutan sumur
imbuhan eksisting
4. Membangun sistem basis data air
tanah di Jawa Barat
4. Terwujudnya Meningkatnya 1. Meningkatkan 1. Melakukan penilaian teknis
Good Mining persentase usaha pengelolaan terhadap kegiatan usaha
Practice pertambangan pengusahaan pertambangan
yang tertib sumber daya 2. Melakukan pemberian
administrasi dan pertambangan Pertimbangan Teknis terhadap
teknis pemohon izin usaha
pertambangan
3. Memberikan sanksi terhadap
pelanggaran teknis
pertambangan
2. Melaksanakan 1. Meningkatkan kapasitas Kepala
Pembinaan Teknis Teknik Tambang
Terhadap Pelaku 2. Melakukan Sosialisasi kebijakan
Usaha Peraturan Hukum Bidang
Pertambangan Pertambangan
3. Melaksanakan Bimbingan Teknis
Kepala Teknis Tambang
3. Inventarisasi 1. Melakukan pemutakhiran data
Data dan potensi pertambangan dan
Pengembangan kebutuhan pembangunan
Usaha 2. Melaksanakan rekonsiliasi data
Pertambangan pendapatan dan pajak bidang
pertambangan
3. Menetapkan harga patokan
mineral bukan logam dan
batuan
5. Terwujudnya Terpenuhinya 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan penyertaan
Pemenuhan dukungan tingkat aparatur dalam diklat structural
Dukungan manajemen keikutsertaan 2. Meningkatkan penyertaan
Manajemen perkantoran aparatur dalam aparatur dalam pelatihan teknis
Perkantoran diklat/bimbingan
teknis
9
VISI : Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi
MISI III : Mempercepat Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan Berbasis Lingkungan dan
Tata Ruang yang Berkelanjutan Melalui Peningkatan Konektivitas Wilayah & Penataan Daerah
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
2. Meningkatkan 1. Meningkatkan kesesuaian
kualitas Sistem pelaporan kinerja dan keuangan
Pelayanan Dinas Energi Dan Sumber Daya
Perencanaan dan Mineral
Pelaporan Dinas 2. Meningkatkan akurasi, kecepatan
Energi Dan dan kecermatan dalam
Sumber Daya pengelolaan dan pelaporan
Mineral keuangan Dinas Energi Dan
Sumber Daya Mineral
3. Meningkatkan kesesuaian
Perencanaan Daerah dan
Perencanaan Dinas Energi Dan
Sumber Daya Mineral
4. Meningkatkan ketersediaan data
dan informasi pada Dinas Energi
Dan Sumber Daya Mineral
3. Menyediakan 1. Memenuhi kebutuhan prasarana
sarana dan aparatur
prasarana untuk 2. Melakukan pemeliharaan
membantu prasarana aparatur
pelaksanaan tugas 3. Memenuhi kebutuhan
aparatur prasarana pendukung untuk
membantu operasional Dinas
Gambar 2.2 Target bauran energi primer RUED provinsi Jawa Barat (Perda Jabar DESDM, 2019)
10
2.4 Perangkat Lunak LEAP (Long-range Energy Alternative Planning)
LEAP adalah perangkat yang sangat komprehensif dalam merencanakan energi. Banyak
variabel yang bisa menjadi input variabel seperti pendapatan (PDRB), populasi,
teknologi, hingga proyeksi permintaan (Suhono, 2010). Untuk selengkapnya bagian-
bagian perangkat lunak LEAP akan dibahas pada bagian bab 3.
LEAP juga dapat didefinisikan sebagai alat pemodelan dengan skenario terpadu yang
komprehensif berbasis pada lingkungan dan energi. LEAP mampu merangkai skenario
untuk berapa konsumsi energi yang dipakai, dikonversi dan diproduksi dalam suatu
sistem energi dengan berbagai alternatif asumsi kependudukan, pembangunan ekonomi,
teknologi, harga dan sebagainya. Hal ini memudahkan untuk pengguna aplikasi ini
memperoleh fleksibilitas, transparansi dan kenyamanan (Suhono, 2010).
LEAP bukan hanya merupakan sebuah alat hitung dan analisis, tetapi juga dapat
menyesuaikan keinginan pengguna dengan menentukan model perhitungan lain berbasis
ekonometri. Pengguna dapat melakukan kombinasi dan mencocokkan metodologi ini
seperti yang diperlukan dalam suatu analisis. Sebagai contoh, pengguna dapat
membuat top-down proyeksi permintaan energi di satu sektor yang didasarkan pada
beberapa indikator makroekonomi (harga, PDB), sekaligus menciptakan dengan rinci
perkiraan bottom-up berdasarkan analisis pengguna akhir (end-use) di sektor lain
(Suhono, 2010).
LEAP mendukung untuk proyeksi permintaan energi akhir maupun permintaan pada
energi yang sedang digunakan secara detail termasuk cadangan energi, transportasi, dan
lain sebagainya. Pada sisi penawaran, LEAP mendukung berbagai metode simulasi untuk
pemodelan baik perluasan kapasitas maupun proses pengiriman dari pembangkit. Di
dalam LEAP terdapat database Teknologi dan Lingkungan Database (TED) berisi data
mengenai biaya, kinerja dan faktor emisi lebih dari 1000 teknologi energi. LEAP dapat
digunakan untuk menghitung profil emisi dan juga dapat digunakan untuk membuat
skenario emisi dari sektor non-energi (misalnya dari produksi semen, perubahan
penggunaan lahan, limbah padat, dll) (Suhono, 2010).
LEAP memiliki fitur yang dirancang untuk membuat dan menciptakan skenario,
mengelola dan mendokumentasikan data dan asumsi, serta melihat laporan hasil dengan
mudah dan fleksibel. Sebagai contoh, struktur data utama LEAP secara intuitif
ditampilkan sebagai hirarki “pohon” (tree) yang dapat diedit dengan “menyeret dan
menjatuhkan” (drag and drop) atau copy dan paste setiap “cabang” (branch) yang ada.
11
Tabel standar neraca energi dan diagram Reference Energy System (RES) secara otomatis
digenerasi dan terus disinkronisasi bersamaan dengan pengguna (user) mengedit
pohon. Hasil tampilan adalah laporan yang digenerasikan dengan sangat kuat sehingga
mampu menghasilkan ribuan laporan dalam bentuk diagram atau tabel (Suhono, 2010).
LEAP dirancang untuk dapat bekerja secara terhubung dengan produk Microsoft Office
(Word, Excel, PowerPoint) sehingga mudah untuk impor, ekspor dan menghubungkan ke
data serta model yang dibuat di tempat lain. Perancang program aplikasi ini adalah dari
Stokholm Environment Institute (SEI) dan memiliki komunitas yang saling berinteraksi
yaitu COMMEND (Community for Energy Environment and Development).
Administrator dan moderatornya adalah Dr. Charles Heaps. Dalam forum tersebut kita
bisa menanyakan seputar LEAP kepada sesama member atau kepada Dr. Charles Heaps
(Suhono, 2010).
12
BAB 3
METODOLOGI
Pada makalah ini, metode perencanaan kebutuhan energi di wilayah Jawa Barat dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak LEAP (Long-range Energy Alternatives
Planning). Adapun tampilan awal dari LEAP ditunjukkan oleh Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Tampilan perangkat lunak LEAP (Wijaya, M. E. dan Ridwan, 2011)
Bagian-bagian menu yang ada pada tampilan windows sangat mudah dimengerti dan
dapat disesuaikan bahasanya sesuai yang tersedia pada Operating System Windows yang
digunakan. LEAP memiliki beberapa terminologi umum, di antaranya sebagai berikut.
a. Area : sistem yang sedang dikaji (contoh : negara atau wilayah)
b. Current Accounts : data yang menggambarkan Tahun Dasar (tahun awal) dari jangka
waktu kajian.
c. Scenario : sekumpulan asumsi mengenai kondisi masa depan
13
d. Tree : diagram yang merepresentasikan struktur model yang disusun seperti tampilan
dalam Windows Explorer. Tree terdiri atas beberapa Branch. Terdapat empat Branch
utama, yaitu Driver Variable, Demand, Transformation, dan Resources. Masing-
masing Branch utama dapat dibagi lagi menjadi beberapa Branch tambahan (anak
cabang).
e. Branch : cabang atau bagian dari Tree, Branch utama ada empat, yaitu Modul
Variabel Penggerak (Driver Variable), Modul Permintaan (Demand), Modul
Transformasi (Transformation) dan Modul Sumber Daya Energi (Resources).
f. Expression : formula matematis untuk menghitung perubahan nilai suatu variabel.
g. Saturation : perilaku suatu variabel yang digambarkan mencapai suatu kejenuhan
tertentu. Persentase kejenuhan adalah 0% ≤ X ≤ 100%. Nilai dari total persen dalam
suatu Branch dengan saturasi tidak perlu berjumlah 100%.
h. Share : perilaku suatu variabel yang mengambarkan mencapai suatu kejenuhan 100%.
Nilai dari total persen dalam suatu Branch dengan Share harus berjumlah 100%.
LEAP terdiri dari 4 modul utama yaitu Modul Variabel Penggerak (Driver Variable)
yang dalam versi baru disebut juga Key Assumptions, Modul Permintaan (Demand),
Modul Transformasi (Transformationn) dan Modul Sumber Daya Energi (Resources).
Proyeksi penyediaan energi dilakukan pada Modul Transformasi dan Modul Sumber
Daya Energi. Sebelum memasukkan data ke dalam Modul Transformasi untuk diproses,
terlebih dahulu dimasukkan data cadangan sumber energi primer dan sekunder ke Modul
Sumber Daya Energi yang akan diakseskan ke Modul Transformasi. Demikian juga data
permintaan dengan beberapa skenario yang telah dimasukkan ke dalam Modul
Permintaan, diakseskan ke Modul Transformasi. Struktur model LEAP ditunjukkan oleh
Gambar 3.3.
14
Gambar 3.3 Struktur Model LEAP
Modul variabel penggerak (Driver Variable) yang cabangnya dinamakan dengan cabang
“Key Assumptions” digunakan untuk menampung parameter- parameter umum yang
dapat digunakan pada Modul Permintaan maupun Modul Transformasi. Parameter umum
ini misalnya adalah jumlah penduduk, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), jumlah
rumah tangga, intensitas energi, tingkat aktivitas dan sebagainya. Modul Variabel
Penggerak bersifat komplemen terhadap modul yang lain. Pada model yang sederhana
dapat saja modul ini tidak digunakan.
15
dihitung sebagai hasil perkalian antara aktivitas energi dengan intensitas energi (jumlah
energi yang digunakan per unit aktivitas). Metode ini terdiri atas dua model analisis yaitu
Analisis Permintaan Energi Final (Final Energy Demand Analysis) dan Analisis
Permintaan Energi Terpakai (Useful Energy Demand Analysis).
Permintaan energi dihitung sebagai hasil perkalian antara aktivitas total pemakaian energi
dengan intensitas energi pada setiap cabang teknologi (technology branch). Dalam bentuk
persamaan matematika perhitungan permintaan energi menggunakan final energy demand
analysis adalah :
𝐸𝐶
𝐸𝐼 = (3.2)
𝑎𝑐𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙
Aktivitas total teknologi adalah hasil dari activity level pada semua cabang teknologi
yang akan mempengaruhi demand branch.
dimana 𝐴! adalah level aktivitas pada cabang tertentu 𝑏, 𝑏 ! adalah induk dari
cabang 𝑏, 𝑏 !! induk cabang 𝑏 ! , dan seterusnya.
Pada metode ini, intensitas energi ditentukan pada cabang Intensitas Energi Gabungan
(Aggregate Energy Intensity Branch), bukan pada cabang Teknologi (Technology
Branch). Pada tahun dasar, ketika digunakan 2 metode sekaligus (yakni Final Energy
Demand dan Useful Energy Demand), maka intensitas energi untuk tiap cabang teknologi
adalah ditunjukkan seperti pada Persamaan (3.4).
16
dimana 𝑈𝐸!,! adalah useful energy intensity cabang 𝑏 pada tahun dasar, 𝐸𝐼!",! adalah
final energy intensity cabang intensitas energi gabungan pada tahun dasar, 𝐹𝑆!,! adalah
fuel share cabang 𝑏 pada tahun dasar, dan 𝐸𝐹𝐹!,! adalah efisiensi cabang 𝑏 pada tahun
dasar.
Intensitas energi terpakai dari cabang intensitas energi gabungan adalah penjumlahan dari
intensitas energi terpakai pada setiap cabang teknologi. Dalam persamaan matematika
ditulis seperti Persamaan (3.5).
! ``
Bagian aktivitas (activity share) yakni bagian aktivitas suatu teknologi pada suatu cabang
teknologi terhadap aktivitas teknologi cabang intensitas energi gabungan ditunjukkan
oleh Persamaan (3.6).
𝑈𝐸!,!
𝐴𝑆!,! = (3.6)
𝑈𝐸!",!
17
BAB 4
PEMBAHASAN
18
Gambar 4.1 Jumlah Penduduk di Jawa Barat per 2019
Adapun jumlah persentase rumah tangga di Jawa Barat ditunjukkan pada Gambar 4.2,
untuk daerah urban diasumsikan dengan menghitung dari banyaknya kota per banyaknya
wilayah di Jawa Barat yaitu 9 28 ×100% ≈ 33,3%. Jadi, sejumlah 33,3% dari total
populasi tinggal di daerah perkotaan, dan jumlah rumah tangga untuk daerah rural
dihitung dari banyaknya kabupaten per banyaknya wilayah di Jawa Barat yaitu
19 28 ×100% ≈ 66,7%. Jadi, sejumlah 66,7% dari total populasi tinggal di daerah
pedesaan.
19
Data utama dari Current Accounts tersebut adalah sebagai berikut:
20
Gambar 4.4 Persentase intensitas energi untuk keperluan memasak di perkotaan
• Hanya 25% dari rumah tangga di pedesaan yang memiliki akses untuk terhubung
dengan jaringan listrik.
• 20% dari rumah tangga teraliri listrik memiliki lemari pendingin, dengan konsumsi
21
rata-rata 500 KWh per tahun.
• Semua rumah tangga teraliri listrik menggunakannya untuk penerangan, dengan
konsumsi 335 KWh per rumah tangga. Sejumlah 20% dari rumah tangga ini juga
menggunakan lampu minyak tanah sebagai penerangan tambahan dengan konsumsi
minyak tanah sekitar 10 liter per tahun. Dengan saturasi per rumah tangga ditunjukkan
pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 %Saturasi lighting per rumah tangga yang teraliri listrik
• Peralatan listrik lainnya (seperti TV, radio, kipas angin, dll.) mengkonsumsi listrik
sebesar 111 KWh per rumah tangga dalam setahun.
• Rumah tangga yang tidak teraliri listrik, sepenuhnya mengandalkan minyak tanah
untuk penerangan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7. Konsumsi rata-rata
sebanyak 69 liter per rumah tangga dalam setahun.
Gambar 4.7 %Saturasi lighting per rumah tangga yang tidak teraliri listrik
22
4.2.2 Viewing Results
Pada tahap ini hasil yang terlihat hanya untuk satu tahun dasar: 2019. Hasil dapat dilihat
dalam format grafik pada Gambar 4.8 atau Tabel 4.2.
Jumlah level dalam tabel disesuaikan untuk menghitung subtotal kategori, dengan
meningkatkan Level untuk menampilkan total kebutuhan bahan bakar untuk setiap
penggunaan akhir untuk kategori “Pedesaan” dan “Perkotaan”, “Berlistrik”, dan “Tidak
Berlistrik” (Heaps, 2020).
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa total permintaan
energi di Jawa Barat pada tahun 2019 adalah 111,7 juta Giga Joule.
23
4.2.3 Baseline Scenario
Tahap selanjutnya yaitu membuat skenario berwawasan ke depan untuk periode 2020
hingga 2030. Pada tahap ini akan menganalisis bagaimana permintaan energi rumah
tangga kemungkinan besar akan berkembang dari waktu ke waktu dalam kondisi kebijaka
saat ini. Skenario baseline ini dideskripsikan sebagai “pengembangan bisnis seperti biasa;
PDB resmi dan proyeksi populasi; tidak ada langkah kebijakan baru” (Heaps, 2020).
Pertama masukkan perubahan demografis dasar yang diharapkan terjadi di Jawa Barat.
Jumlah rumah tangga diharapkan tumbuh dari 13,231 juta di tahun 2019 sebesar 3% per
tahun.
24
4.2.4 Baseline Results
Hasil dari skenario baseline berdasarkan bahan bakarnya dapat dilihat pada Gambar 4.9
(tipe area chart), Gambar 4.10 (tipe bar chart) untuk melihat data perkembangan per 2
tahun, dan Gambar 4.11 (tipe bar chart) untuk data perkembangan setiap tahunnya.
Sementara untuk rincian permintaan energi pada skenario baseline berdasarkan bahan
bakarnya ditunjukkan oleh Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Permintaan energi pada skenario baseline berdasarkan bahan bakar (Million GJ)
Gambar 4.9 Energy demand by fuel in the baseline scenario (Million GJ)
Gambar 4.10 Energy demand by fuel in the baseline scenario every 2 years (Million GJ)
25
Adapun untuk rincian permintaan energi pada skenario baseline berdasarkan cabang
energinya ditunjukkan oleh Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Permintaan energi pada skenario baseline berdasarkan cabang energi (Million GJ)
Berdasarkan data Tabel 4.3 dan Tabel 4.4, perencanaan permintaan energi pada skenario
baseline berdasarkan bahan bakar dan cabang energinya yaitu setiap tahunnya terus
meningkat hingga pada tahun 2030, permintaan energi di Jawa Barat mencapai 147,9 juta
Giga Joule.
Gambar 4.11 Energy demand by fuel in the baseline scenario in all years (Million GJ)
26
4.3 Transformasi Energi
Dalam bagian ini akan mengembangkan sebuah model sederhana dari pentransmisian dan
pembangkitan listrik di Jawa Barat.
Urutan modul mencerminkan aliran sumber energi dari bentuk dasar/ekstraksi (urutan
27
yang paling bawah) menuju penggunaan energi akhir (urutan yang paling atas). Oleh
karenanya, listrik harus dibangkitkan sebelum ditransmisikan dan didistribusikan. Hal
yang sama diaplikasikan untuk modul penambangan batubara yang merupakan bahan
bakar untuk pembangkitan listrik, akan diletakkan pada urutan selanjutnya (Wijaya, M. E.
dan Ridwan, 2011). Pastikan bahwa telah mengatur properties ( ) yang sesuai untuk
modul Electricity Generation. Karena akan menetapkan data rician tentang kapasitas,
biaya, efisiensi dan sistem beban kurva instalasi, maka perlu memasukkan data tersebut
dengan mencentang rincian data yang disebutkan di atas (Heaps, 2020), dan diperlihatkan
pada Gambar 4.13 di bawah ini.
Pada langkah selanjutnya, menambahkan asumsi tiga proses sebagai representasi dari
berbagai macam pembangkit tenaga listrik yang terdapat di Jawa Barat. Tabel 4.5 berikut
ini menjelaskan informasi mengenai asumsi karakteristik dasar dari ketiga pembangkit
tenaga listrik tersebut.
Pada bagian ini, mensimulasi sistem operasi base year secara khusus. Hal ini dilakukan
karena pada tahun tersebut telah memiliki data historis yang menggambarkan sistem
operasi pembangkit listrik. Untuk tahun-tahun selanjutnya tidak terdapat data operasional.
28
Oleh karena itu, kita akan mensimulasikan pembangkit listrik ter-dispatch yang berbeda
dengan membuat spesifikasi aturan dispatch dan bermacam parameter yang
memungkinkan LEAP mensimulasikan pembangkit listrik ter-dispatch tersebut melalui
merit order (Heaps, 2020; Wijaya, M. E. dan Ridwan, 2011).
Kemudian, memasukkan data berikut di LEAP dengan menambahkan dua proses baru
“New Coal Steam” dan “New Oil Combustion Turbine” di bawah Current Accounts.
29
yang telah ditabulasikan pada Tabel 4.7 dan 4.8. Hal serupa direpresentasikan oleh
Gambar 4.15, namun terdapat dua penambahan proses baru yaitu “New Coal Steam” dan
“New Oil Combustion Turbine”.
Gambar 4.14 Output Fuel pada pembangkit listrik di Jawa Barat : skenario baseline
30
4.4 Emisi
Dalam bagian ini, akan memanfaatkan faktor emisi default seperti yang disarankan oleh
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Untuk membuat tautan ini, klik
cabang teknologi kemudian pilih tab Environment. Dengan menggunakan bentuk pilihan
teknologi TED (tertera pada Gambar 4.16), kemudian pilih teknologi default IPCC Tier
1 yang sesuai untuk setiap teknologi demand-side dan pembangkitan listrik (Heaps, 2020;
Wijaya, M. E. dan Ridwan, 2011).
Kemudian, memastikan bahwa bahan bakar masukan harus untuk pilihan teknologi TED
adalam sama degan bahan bakar yang digunakan pada teknologi LEAP. Pada beberapa
situasi, teknologi IPCC Tier 1 tidak mencakup semua pilihan bahan bakar. Jika ini terjadi,
maka harus memilih kondisi terdekat (sebagai contoh: kategori “Oil Residential” IPP
dapat ditautkan dengan kategori “Kerosene Lighting” dari LEAP. Tidak perlu menambah
data beban lingkungan pada peralatan listrik demand-side manapun (misalnya penerangan
atau lemari pendingin) karena dampak lingkungannya menuju ke hulu (misalnya ke
pembangkit listrik yang aktif beroperasi) (Heaps, 2020; Wijaya, M. E. dan Ridwan,
2011).
31
pemanasan global ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.9 dan 4.10, hingga pada 2030 potensi emisi pemanasan global
mencapai 25,8 Million Metric Tonnes CO2-equivalent.
Tabel 4.9 One hundred year global warming potential of emissions from West Java baseline
scenario by branch (all GHGs)
Gambar 4.17 One hundred year global warming potential of emissions from West Java baseline
scenario by branch (all GHGs)
Tabel 4.10 One hundred year global warming potential of emissions from West Java baseline
scenario by fuel (all GHGs)
32
Gambar 4.18 One hundred year global warming potential of emissions from West Java baseline
scenario by fuel (all GHGs)
33
Skenario DSM terdiri dari empat langkah kebijakan (Heaps, 2020), yakni:
1) Refrigeration atau Lemari Pendingin: Kebijakan baru terhadap peningkatan standar
efisiensi terhadap penggunaan lemari pendingin diharapkan dapat mengurangi
intensitas energi pada sektor rumah tangga perkotaan sebesar 5% pada tahun 2024
dan sebesar 20% pada tahun 2030 dibandingkan dengan Current Accounts.
Sedangkan pada rumah tangga pedesaan, intensitasnya kemungkinan tidak berubah.
Interp(2024, BaseYearValue * 0.95, 2030, BaseYearValue * 0.8)
4) Electric System Load Factor Improvements atau Peningkatan Faktor Beban Sistem
Listrik: Berbagai program pengaturan tingkat beban (load leveling) pada
perencanaan DSM diharapkan dapat meningkatkan faktor beban sistem sekitar 64%
pada tahun 2030. Jangan memasukkan faktor beban secara manual dalam LEAP,
namun buatlah skema tahunan (yearly shape) baru dengan data yang tertera di
samping kanan.
34
Gambar 4. 21 Yearly shapes DSM load shape
Gambar 4. 22 Interpolation of system load curve through 2030 for DSM scenario
Gambar 4. 23 Interpolasi kurva beban pada tahun 2019 (Kurva beban sistem, ditandai
dengan garis hitam putus-putus) dan Kurva beban electricity generation : skenario DSM pada
tahun 2030 (ditandai dengan garis warna biru)
35
4.5.1 DSM Scenario Results
Pembangkitan energi dalam skenario DSM pada tahun 2019 adalah 6 (Thousand MW),
dengan kapasitas = 3.600 MW. Kemudian terjadi peningkatan setiap tahunnya, hingga
pada tahun 2030 mencapai 26,6 (Thousand MW), dengan kapasitas = 5.800 MW.
36
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asumsi data dan pembahasan yang tertera pada bab 4, maka dapat
disimpulkan beberapa hal berikut.
1) Total permintaan energi di Jawa Barat pada tahun 2019 adalah 111,7 juta Giga Joule.
2) Perencanaan permintaan energi pada skenario baseline berdasarkan bahan bakar dan
cabang energinya yaitu setiap tahunnya terus meningkat hingga pada tahun 2030,
permintaan energi di Jawa Barat mencapai 147,9 juta Giga Joule.
3) Hasil dari transformasi energi pada keluaran fuel setiap pembangkit listrik yang ada
di Jawa Barat untuk skenario baseline, di mana pada tahun 2030 keluaran fuel total
dari pembangkit listrik mencapai 95,3 juta Giga Joule.
4) Hasil untuk potensi emisi pemanasan global 100 tahun dari Jawa Barat dalam
skenario baseline tercatat bahwa pada tahun dasar (base year) yaitu 2019 emisi
pemanasan global adalah 6,9 Million Metric Tonnes CO2-equivalent. Potensi emisi
pemanasan global ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga pada
2030 potensi emisi pemanasan global mencapai 25,8 Million Metric Tonnes CO2-
equivalent.
5) Pembangkitan energi dalam skenario Demand Side Management (DSM) pada tahun
2019 adalah 6 (Thousand MW), dengan kapasitas = 3.600 MW. Kemudian terjadi
peningkatan setiap tahunnya, hingga pada tahun 2030 mencapai 26,6 (Thousand
MW), dengan kapasitas = 5.800 MW.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat saran yang diusulkan adalah sebagai
berikut.
1) Pengerjaan perencanaan energi ini perlu dilanjutkan dengan berbagai sektor seperti
industri dan transportasi.
2) Data yang diasumsikan sebaiknya tidak terlalu banyak, sehingga dihasil perencanaan
energi yang lebih real untuk suatu wilayah tertentu.
37
DAFTAR PUSTAKA
Agusalim, I. (2016). Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED-P) Jawa Barat. Docplayer.Info.
Budianto, A. (2019). Rasio Elektrifikasi di Jawa Barat Capai 99,9%. Ekbis.Sindonews.Com.
Heaps, C. (2020). LEAP Training Exercise English 2020. In Low Emissions Analysis Platform (LEAP)
Developer. Stockholm Environment Institute.
Kementerian ESDM. (2016). Jurnal Energi Media Komunikasi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral. Jurnal Energi, Edisi 02, 16–19.
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/FIX2_Jurnal_Energi_Edisi_2_17112016(1).pdf
Perda Jabar DESDM. (2019). Renstra Rencana Strategis Tahun 2018-2023. In Peraturan Gubernur Jawa
Barat Nomor : 15 Tahun 2019 tentang Rencana Strategis Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2018-2023.
Suhono. (2010). Kajian Perencanaan Permintaan dan Penyediaan Energi Listrik di Wilayah Kabupaten
Sleman Menggunakan Perangkat Lunak LEAP. Universitas Gadjah Mada.
Thamrin, S., Ambarwati, R., & Hidayat, S. (2020). The strategies of west java’s regional energy
management: To support national energy security. International Journal of Energy Economics and
Policy, 10(6), 376–382. https://doi.org/10.32479/ijeep.10259
Wijaya, M. E. dan Ridwan, M. K. (2011). Modul Pelatihan Perencanaan Energi (B. Suryadi (ed.); Exercise).
Stockholm Environment Institute.
38
LAMPIRAN
A. Asumsi kunci
Jumlah penduduk Jawa Barat per tahun 2019 yaitu 49.023.200 jiwa yang menempati
sekitar 13,231 juta rumah tangga. Dengan asumsi pemakaian LPG 3
kg/minggu/rumah tangga. Jumlah kendaraan bermotor diasumsikan sebanyak 19 juta
motor. Kebutuhan premium 1.109.281 Kilo Liter per kendaraan bermotor, sehingga
!!"#$%!
intensitas premium adalah = = 0,5838 kilo liter/motor. Untuk lebih jelasnya
!"#####
Dengan konversi
Parameter Asumsi Satuan BaU
Kebijakan ke BOE
Jumlah Rumah Tangga 13,231 jt RT 1,40% 0,90%
Jumlah Kendaraan 19 jt motor 5,00% 3,00%
Intensitas Listrik 9,851 MWh/RT 0,589
Intensitas LPG 0,144 Ton/RT 8,5246
Intensitas Premium 0,5838 KiloLiter/motor 5,8275
39
D. Demand Berdasarkan Intensitas Energi
Tabel L.4 Permintaan listrik berdasarkan intensitas energi
BaU 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 Total
Listrik 76,769 77,844 78,934 80,039 81,160 82,296 83,448 84,616 85,801 87,002 88,220 89,455 995,585
LPG 16,242 16,469 16,700 16,933 17,170 17,411 17,655 17,902 18,152 18,406 18,664 18,925 210,630
Premium 6,534 6,860 7,203 7,564 7,942 8,339 8,756 9,194 9,653 10,136 10,643 11,175 103,997
Total 99,545 101,174 102,837 104,536 106,272 108,045 109,858 111,712 113,606 115,544 117,527 119,555 1310,212
40
F. Elastisitas Energi
Tabel L.9 Elastisitas energi
Parameter 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Asumsi Pertumbuhan Ekonomi (%) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Skenario Dgn Kebijakan - 1,038 0,842 0,842 0,843 0,843 0,844 0,844 0,845 0,845 0,845 0,846
Skenario BaU - 1,636 1,644 1,652 1,660 1,669 1,678 1,687 1,696 1,706 1,716 1,726
Elastisitas Energi dengan kebijakan 0,346 0,281 0,281 0,281 0,281 0,281 0,281 0,282 0,282 0,282 0,282
Elastisitas Energi dengan BaU 0,545 0,548 0,551 0,553 0,556 0,559 0,562 0,565 0,569 0,572 0,575
G. Chart
Berdasarkan data pada Tabel L.7 dan L.8, maka dihasilkan grafik permintaan
energi pada Gambar L.1 untuk skenario BaU, dan pada Gambar L.2 untuk
skenario dengan kebijakan.
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0,000
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Tahun
41
SKENARIO DENGAN KEBIJAKAN (MBOE)
120,000
Permintaan Energi (MBOE)
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0,000
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Tahun
Listrik LPG Premium
42