PENDAHULUAN
Penelitian ini dilakukan di PT. Meritindo Sejahtera Jakarta sebagai distributor Alat
Tulis Kantor yang berlokasi di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat. Berdasarkan data awal yang
diperoleh, diketahui bahwa tingkat aktivasi pelanggan sebagai sumber omzet perusahaan
terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Berikut data aktivasi pelanggan per tahun PT.
Meritindo Sejahtera Jakarta:
Data di atas adalah grafik perkembangan pelanggan aktif PT. Meritindo Sejahtera
Jakarta. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa pelanggan yang aktif berbelanja di PT.
Meritindo Sejahtera Jakarta mengalami penurunan yang cukup signifikan setiap tahunnya,
dari total pelanggan pada tahun 2013 yang mencapai 3742 pelanggan yang berupa reseller
PT. Merintindo Sejahtera Jakarta terus mengalami penurunan hingga mencapai 2221 pada
tahun 2018. Hal ini disinyalir karena kinerja pelayanan karyawan kepada pelanggan masih
belum optimal. Mempertahankan pelanggan utama membutuhkan kerja keras dari seluruh
elemen di perusahaan agar kinerja pelayanan perusahaan dapat dipertahankan. Selain
persaingan bisnis yang semakin ketat, tentunya faktor kepemimpinan transformasional dan
stress akibat pekerjaan harus diperhatikan oleh perusahaan agar motivasi karyawan menjadi
terpicu.
Banyak faktor yang menyebabkan kinerja pelayanan perusahaan kepada pelanggan
menurun, sehingga banyak pelanggan utama yang beralih ke perusahaan pesaing. Namun
dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengamati 3 faktor utama sebagai
bahan penelitian, yaitu faktor kepemimpinan transformasional, stres kerja, motivasi karyawan
dalam bekerja. Ketiga faktor tersebut dimungkinkan atau diduga menyebabkan faktor kinerja
pelayanan perusahaan kepada pelanggan menurun.
Faktor kepemimpinan transformasional adalah penggunaan kekuasaan dan pengaruh
untuk mengarahkan kegiatan bunga atau bawahan ke arah pencapaian tujuan. Pengarahan
tersebut dapat berupa
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti adalah
bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja, bagaimana pengaruh
stres kerja terhadap kinerja karyawan PT.Meritindo Sejahtera Jakarta, Bagaimana pengaruh
motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. Meritindo Sejahtera Jakarta, bagaimana
pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja karyawan PT. Merintindo
Sejahtera Jakarta dan bagaimana pengaruh stres kerja terhadap motivasi kerja karyawan PT.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
transformasional, stres kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja pelayanan serta pengaruh
motivasi kerja terhadap kinerja pelayanan PT. Meritindo Sejahtera Jakarta.
Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang manajemen Sumber Daya Manusia, terutama dalam kajian yang berkaitan dengan
stres kerja dan kinerja karyawan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi penelitian-penelitian lainnya.
2) Manfaat Praktis
Dari aspek praktis kegunaan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
transformasional, stres kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja pelayanan serta pengaruh
motivasi kerja terhadap kinerja pelayanan PT. Meritindo Sejahtera Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Layanan
Konsep kinerja adalah nilai dari sekumpulan perilaku karyawan yang memberikan
kontribusi, baik secara positif maupun negatif terhadap pemenuhan tujuan organisasi
(Colquitt, LePine dan Wesson, 2009) [1]. Kinerja merupakan fungsi dari tingkat kemampuan
dan motivasi seseorang. Hal ini menggambarkan bahwa kinerja sangat erat kaitannya dengan
kemampuan dan motivasi seseorang dalam bekerja, (Slocum dan Hellriegel, 2009) [2].
Sedangkan menurut Bernardin dan Russel (1998) [3], Kinerja didefinisikan sebagai catatan
hasil yang dihasilkan pada suatu fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode
waktu tertentu". Jadi menurut pendapat Bernardin dan Russel (2009), kinerja cenderung
dilihat sebagai hasil dari suatu proses kerja yang pengukurannya dilakukan dalam kurun
waktu tertentu. Kinerja merupakan suatu jasa yang bersifat intangible, artinya tidak dapat
dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dikonsumsi (Tjiptono, 2012:29) [4].
Kinerja pelayanan merupakan hasil dari perbedaan antara harapan dan hasil yang diperoleh
perusahaan sebagai akibat dari kinerja karyawan (Dhar, 2015) [5]. Berdasarkan hal tersebut
kinerja pelayanan merupakan hasil dari berbagai faktor yang mempengaruhi karyawan untuk
mendapatkan hasil/mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Motivasi Kerja
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu: movere yang berarti sebab, alasan
dasar, pikiran dasar dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu
memberikan pengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Motif terkadang diartikan
sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan, gerak hati dalam diri seseorang. Motif diarahkan
pada tujuan.
Ada banyak teori tentang motivasi. Di antaranya yang dikemukakan oleh Kinicki dan
Kreitner (2008)[6] yang mendefinisikan bahwa termotivasi berarti tergerak untuk melakukan
sesuatu. Seseorang yang tidak merasakan dorongan atau inspirasi untuk bertindak dengan
demikian ditandai sebagai tidak termotivasi, sementara seseorang yang diberi energi atau
diaktifkan untuk mencapai tujuan dianggap termotivasi. Jadi motivasi dapat dijelaskan
sebagai sesuatu yang memberikan dorongan kepada individu untuk melakukan sesuatu
pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan inspirasi atau keinginan individu tersebut. Individu
yang memiliki motivasi seperti mendapatkan energi untuk melakukan pekerjaan sedangkan
bagi individu yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan dianggap tidak memiliki motivasi.
Motivasi merupakan bagian dari perilaku individu yang berperan dalam memberikan
dorongan untuk mengambil/melakukan sesuatu (keputusan). Tekanan dalam dunia bisnis
semakin meningkat diberbagai sektor sehingga kinerja individu menjadi hal yang sangat
penting terutama terkait dengan motivasi karyawan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disintesiskan bahwa motivasi kerja adalah suatu
dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dengan indikator
seperti pemahaman pelayanan, daya tanggap, pemecahan masalah, kecepatan pelayanan,
adaptasi situasi, inisiatif, sikap pelayanan, penampilan diri dan kepatuhan.
Motivasi juga dapat didefinisikan untuk mencapai sesuatu yang sulit. Untuk
menguasai, memanipulasi, atau mengatur objek fisik, manusia, atau ide. Untuk melakukan
hal ini secepat dan semandiri mungkin. Untuk mengatasi rintangan dan mencapai standar
yang tinggi. Untuk unggul dari diri sendiri. Untuk menyaingi dan melampaui orang lain.
Untuk meningkatkan harga diri dengan pelatihan bakat yang sukses, (Kinicki dan Kreitner,
2008) [7]. Jadi motivasi adalah dorongan untuk menyelesaikan sesuatu yang sulit. Untuk
menjadi ahli, memanipulasi atau mengelola tujuan, kemanusiaan atau ide. Untuk melakukan
Tersedia Online: https://dinastirpub.org/DIJEMSS Halaman
90
Volume 1, Edisi 1, Oktober 2019 E-ISSN : 2686-6331, P-ISSN : 2686-6358
sebebas mungkin. Untuk melampaui tantangan dan mencoba standar baru. Untuk melampaui
diri sendiri. Untuk menyaingi dan mengungguli yang lain. Untuk meningkatkan harga diri
dengan melatih keberhasilan bakat.
Menurut Siswanto (2009) [8], motivasi adalah setiap perasaan atau kehendak dan
keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut terdorong
untuk bersikap dan bertindak; pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang menimbulkan tingkah
laku individu; setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan terjadinya s u a t u perubahan
tingkah laku p a d a diri seseorang; dan proses yang menentukan gerakan atau tingkah laku
individu ke arah tujuan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disintesiskan bahwa motivasi kerja adalah suatu
dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dengan indikator
seperti menanamkan idealisme, memberikan inspirasi, memberikan dukungan intelektual dan
kebijaksanaan.
Transformasional
Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam menggerakkan
sebuah organisasi. Graffeo (2019) [9] menyatakan bahwa esensi dari kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mengubah sebuah ide menjadi sebuah hasil yang memiliki dampak yang
signifikan, sehingga dari pernyataan tersebut organisasi dapat bergerak maju disaat
mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berbagai faktor dimana salah satunya adalah
kepemimpinan. Pemimpin ibarat nahkoda bagi kapal yang mencoba mengarungi samudera
yang luas, sehingga sebagai pemimpin harus mengetahui kemana tujuan dari organisasi yang
akan dituju.
Menurut Banks (2016)[10] kepemimpinan transformasional memiliki 4 dimensi yaitu
idealized influence yaitu kecenderungan individu untuk mendorong orang lain agar serupa
atau sesuai dengan dirinya, inspirational motivation yaitu suatu kondisi dimana individu
memberikan suatu ide atau inspirasi agar orang lain mengikutinya, intellectual stimulation
mencirikan yaitu perilaku dimana individu memberikan tantangan untuk berargumentasi atau
mengambil resiko lain kepada karyawannya dan individual consideration yaitu perilaku
dimana individu berusaha untuk memenuhi dan memahami kebutuhan karyawannya.
Menurut Mickahail (2019) [11] kepemimpinan transformasional adalah pemimpin
yang kreatif yang akan terus mencari cara untuk membangun tenaga kerja yang lebih
beragam dan inklusif yang mendukung inovasi dan kreativitas. Para pemimpin perlu
menunjukkan wawasan, ketangkasan, integritas, dan keberanian untuk membangun rasa
hormat dari para pengikutnya dan mengembangkan budaya organisasi yang diperkuat oleh
tenaga kerja yang beragam. "
Mengacu pada pengertian pemimpin transformasional di atas, dapat dijelaskan bahwa
pemimpin yang kreatif akan terus mencari cara untuk membangun tenaga kerja yang
memiliki berbagai latar belakang yang berbeda dan inklusif serta mendukung inovasi dan
kreativitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharyono dan Ali H yang
berjudul "Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Prestasi Kerja
Pegawai Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Batang Hari".
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa kepemimpinan
transformasional adalah pemimpin yang dapat mendorong orang lain untuk menjadi serupa
atau sesuai dengannya, motivasi inspirasional adalah situasi dimana individu memberikan ide
atau inspirasi sehingga orang lain mengikutinya, stimulasi intelektual mencirikan perilaku
dimana individu memberikan tantangan untuk beragumen atau mengambil resiko lain kepada
karyawan dan pertimbangan individu adalah perilaku dimana individu berusaha untuk
Tersedia Online: https://dinastirpub.org/DIJEMSS Halaman
92
Volume 1, Edisi 1, Oktober 2019 E-ISSN : 2686-6331, P-ISSN : 2686-6358
Penelitian yang dilakukan oleh Zareen dkk. (2015) [20] dengan judul "Impact of
transactional, transformational and laissez-faire leadership styles on motivation: Sebuah
studi kuantitatif terhadap karyawan perbankan di Pakistan". Menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional kepemimpinan transformasional berpengaruh positif
terhadap motivasi. Carl Deschamps.et.al (2016)
[21] dengan judul "Kepemimpinan Transformasional dan Perubahan: Bagaimana Pemimpin
Mempengaruhi Motivasi Pengikutnya Melalui Keadilan Organisasi". Bahwa kepemimpinan
Transformasional dapat mempengaruhi para pengikut untuk bertindak dan berbuat dalam
mempengaruhi tujuan organisasi. Dikatakan dalam hasil penelitiannya bahwa Kepemimpinan
Transformasional secara positif mempengaruhi motivasi individu pengikutnya.
Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Kantor Manajemen It Center Manado". Dalam
penelitiannya Masie, et.al (2018) menemukan adanya pengaruh yang signifikan dari faktor
stres kerja karyawan terhadap kinerja karyawan. Dikatakan bahwa faktor stres kerja
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja seorang
karyawan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriah dan Sofi.et.al
(2016)[27] dengan judul "Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Simpatindo Multi Media Bandung" Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masie, et.al (2016)
menegaskan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian
yang dilakukan oleh Usailan Qomar (2017)[28] dengan judul "Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Kabupaten Musi
Banyuasin". mengkonfirmasi bahwa stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Wibawa (2016) [29]
mengkonfirmasi bahwa stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Transformasional
kepemimpinan
H3
(X1)
H1
Motivasi kerja Kinerja
(M) (Y)
H5
H2
H4
Stres
Pekerjaan
Hipotesis Penelitian
1) H1: Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
motivasi kerja karyawan di PT. Meritindo Sejahtera Jakarta
2) H2: Stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan di
PT. Meritindo Sejahtera Jakarta
3) H3: Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pelayanan di PT.
Meritindo Sejahtera Jakarta
4) H4: Stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pelayanan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei.
Penelitian survei yang dimaksud adalah untuk menjelaskan hubungan sebab akibat atau
korelasi yang biasa disebut dengan analisis jalur (path analysis).
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Meritindo
Sejahtera Jakarta sebanyak 199 orang karyawan yang beralamat di ITC Cempaka Mas,
Jakarta Pusat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, teknik ini
dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti akan menggunakan teknik analisis data
dengan menggunakan Lisrel yang membutuhkan sampel penelitian yang cukup banyak. Alat
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan SEM
(structural equation modeling).
Tabel 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran CFA Orde 1
Estimasi Kritis Estimasi
Variab Variabel Nilai
Faktor Faktor Keputusa Membangun Keputusa
el Laten Manifes n Kritis n
Memuat Memuat Keandalan (CR)
MIT1 0.63 0.5 Valid
MIT2 0.77 0.5 Valid
Motivasi
MIT3 0.73 0.5 Valid 0,91 0,5 - 0,70 Dapat
(Motiv) diandalka
MIT4 0.47 0.5 Jatuhkan.
n
MIT5 0.56 0.5 Valid
SP1 0.56 0.5 Valid
SP2 0.59 0.5 Valid
SP3 0.69 0.5 Valid
Kinerja SP4 0.66 0.5 Valid
Layanan SP5 0.67 0.5 Valid 0,88 0,5 - 0,70 Dapat
(Serper) SP6 0.56 0.5 Valid diandalka
n
SP7 0.54 0.5 Valid
Stres Kerja
WK1 Saya selalu gelisah ketika ada yang tidak beres
Emosi saya sering memuncak ketika mereka tidak lagi mampu
WK2 menahannya
beban kerja
WK3 Kelelahan fisik menyebabkan konsentrasi saya dalam bekerja
menurun
Motivasi
MT1 Saya selalu termotivasi dengan melihat bagaimana atasan saya
bekerja
MT2 Saya merasa sangat cukup dengan gaji yang diberikan
perusahaan saat ini
MT3 Saya selalu berusaha untuk mencapai target yang ditetapkan oleh
perusahaan
MT5 Saya bersedia ditugaskan oleh perusahaan di mana saja
KINERJA LAYANAN
SP1 Saya sangat paham dengan SOP perusahaan saya
SP2 Saya memiliki pemahaman yang sangat luas tentang pelanggan
perusahaan
SP3 Saya memahami kebutuhan pelanggan perusahaan
SP4 Saya selalu cepat dalam menangani keluhan pelanggan
SP5 Saya selalu memberikan solusi terbaik kepada pelanggan
Kepuasan pelanggan untuk layanan perusahaan selalu menjadi
SP6 prioritas saya
konsentrasi
Saya selalu beradaptasi dengan karakter pelanggan perusahaan
SP7 untuk
kepuasan pelanggan perusahaan
NILAI STANDAR
INDIKATOR MENGHITU
UNTUK KESIMPULAN
GOFI NG HASIL
KESESUAIAN
(GOODNESS OF FIT)
RMSEA ≤ 0.08 0.020 Dipasang
NFI ≥ 0.05 0.90 Dipasang
NNFI ≥ 0.90 0.93 Dipasang
Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh bahwa secara keseluruhan hasil estimasi
GOF (goodness of fit) dikategorikan Fit, sehingga dapat disimpulkan bahwa model fit.
Artinya, matriks kovarians sampel tidak jauh berbeda dengan matriks kovarians yang
diestimasi. Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah model yang dihasilkan sudah
fit atau belum. Dari output cetak yang dihasilkan oleh estimasi pengukuran 2ndCFA pada
program Lisrel, analisis kesesuaian model secara keseluruhan dapat dilihat dari angka-angka
statistik sebagai berikut:
a.Nilai Chi-square sebesar 478,82, dengan nilai df sebesar 300 sedangkan nilai p = 1,00 >
0,05. Dilihat dari hasil tersebut, dimana perbandingan antara nilai Chi-square dengan df < 2
dan nilai P > 0.05, maka dapat diartikan bahwa hasil ini menunjukkan kecocokan yang
sangat baik karena syarat model telah terpenuhi, jika perbandingan nilai Chi Square dengan
df < 2 dan p > 0.05 maka syarat kecocokan model telah terpenuhi.
b. Nilai NFI sebesar 0,90 telah memenuhi persyaratan kecocokan model karena nilai NFI
lebih besar dari nilai yang disyaratkan yaitu ≥. 0.05, berdasarkan nilai NFI dapat
disimpulkan bahwa kecocokan model secara keseluruhan baik, Normed Fit Index (NFI)
yang tinggi mengindikasikan kecocokan yang baik. Ketika FT = FI, NFI sama dengan nol,
dan FT sama dengan 0 dan NFI sama dengan satu, hal ini menunjukkan bahwa model target
adalah yang paling cocok untuk model independen.
c.Nilai NNFI sebesar 0.93 menunjukkan bahwa model fit dimana persyaratan yang ditentukan
bahwa nilai NNFI harus ≥ 0.90. Nilai NNFI sebesar 0.93 merupakan nilai batas antara nilai
0.90 ≤ NNFI < 0.95 dan biasanya dapat diinterpretasikan untuk menunjukkan ambang batas
kecocokan yang dapat diterima. Nilai NNFI 0.93 berada pada rentang nilai kecocokan
antara 0.90 ≤ NNFI < 0.97 dapat diinterpretasikan sebagai ukuran kecocokan yang dapat
diterima.
d. Nilai CFI (Comparative Fit Index) yang dihasilkan sebesar 0,94. Nilai ini masih dalam
rentang nilai yang disyaratkan yaitu 0 sampai 1. Nilai CFI yang tinggi mengindikasikan
model yang lebih fit.
e.Selanjutnya nilai RMSEA sebesar 0,020 yang berarti kecocokan model baik atau good fit
dan interval kepercayaan 90% dari RMSEA (0,020; 0,081) atau mendekati nol, dan nilai
RMSEA masih dalam rentang interval sehingga RMSEA memiliki akurasi yang baik. Nilai
RMSEA yang baik adalah ≤ 0.05 close fit dan 0.05 < RMSEA ≤ 0.08 good fit. Sedangkan
jika nilai RMSEA antara 0,08 sampai 0,10 adalah marginal fit dan > 0,10 menunjukkan
poor fit. P-Value untuk test of close fit (RMSEA < 0.05) = 0.00 < 0.50, maka overall fit
model tidak baik, p-value yang diinginkan untuk test of close fit adalah ≥ 0.50.
f. Nilai IFI (Incremental Fit Index) yang dihasilkan adalah 0,94 dimana nilai ini lebih besar
dari nilai yang disyaratkan oleh model fit yaitu ≥ 0,90. Nilai IFI dapat dianalogikan dengan
nilai R². Nilai nol menunjukkan model yang kurang baik sedangkan nilai satu menunjukkan
model yang paling baik.
g. Nilai RFI (Relative Fit Index) adalah ukuran kecocokan model yang membandingkan hasil
dari model target atau model yang diusulkan dengan model dasar (nol) per degree of
freedom (df). Nilai IFI ≥ 0.90 merupakan indikasi model fit yang baik. Sedangkan nilai
0,80 ≤ NNFI
Nilai < 0,90 sering dikatakan sebagai nilai cutoff. Dari hasil pengolahan data ini
menghasilkan nilai IFI sebesar 0,93 yang berarti bahwa model mengindikasikan adanya
kesesuaian yang baik.
h. Nilai Std.RMR sebesar 0,34 sehingga model ini dapat disimpulkan fit. Nilai Std.RMR ≤
0,05 menunjukkan kemampuan model yang baik dalam hal mencocokkan/fit data (good fit),
sedangkan 0,05 < Std.RMR
≤ 0,1 termasuk kecocokan yang dapat diterima (acceptable fit). Tetapi StdRMR > 0.1
menunjukkan kemampuan model yang buruk untuk mencocokkan/memperbaiki data (poor
fit)
i. Nilai GFI sebesar 0,93 bahwa model cocok dimana syarat model dikatakan cocok dengan
uji GFI adalah ≥ 0,90.
j. Nilai AGFI berkisar antara 0 dan 1. Nilai AGFI ≥ 0,90 menunjukkan kemampuan model
yang baik dalam mencocokkan atau fit dengan data (good fit). Dilihat dari hasil output di
atas dengan nilai AGFI sebesar 0,94 dapat diartikan bahwa model ini fit atau kecocokan
data adalah fit.
Pengujian hipotesis
Untuk menguji hipotesis perlu dilihat persamaan struktural model SEM dari penelitian
yang terdapat pada Gambar 1 dan Gambar 4. Dimana model SEM tersebut terdiri dari 2
model persamaan struktural sebagai berikut:
Untuk menguji signifikansi koefisien pengaruh antar variabel laten, dapat melihat nilai Z
pada tabel two tailed test pada α = 0,05 maka nilai probabilitas Z = 1-(α
/ 2) = 1- (0.05 / 2) = 0.975. Dilihat dari tabel Z nilai 0,975 diperoleh nilai
1.96. Nilai Z sebesar 1,96 ditetapkan sebagai nilai kritis untuk pengujian signifikansi.
Pengaruh Langsung (DCE), Tidak Langsung (ICE) dan Pengaruh Total (TCE)
Uji pengaruh langsung dan tidak langsung dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh langsung atau tidak langsung (DCE) variabel independen yang mempengaruhi
variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui pengaruh langsung (DCE)
variabel Kepemimpinan Transformasional (LTRAN) terhadap Motivasi (MOTIV) sebesar
0,46 dengan nilai T-value 2,24, pengaruh langsung variabel Kepemimpinan Transformasional
(LTRAN) terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER) sebesar 0,30 dengan nilai T-value 1,69.
Pengaruh langsung Stres Kerja (WORKST) terhadap Motivasi (MOTI) sebesar 0.30 dengan
T-Value 1.62, pengaruh langsung Stres Kerja (WORKST) terhadap Kinerja Pelayanan
(SERPER) sebesar 0.16 dengan T-value 1.02 dan pengaruh langsung Motivasi (MOTI)
terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER) sebesar 0.16 dengan nilai T-value sebesar 4.04.
Sedangkan pengaruh tidak langsung (ICE) Kepemimpinan Transformasional (LTRAN)
terhadap Kinerja Pelayanan melalui Motivasi sebesar 0,244. Pengaruh tidak langsung (ICE)
variabel Stres Kerja (WorkST) terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER) melalui Motivasi
sebesar 0,17, total pengaruh langsung dan tidak langsung (DCE+ICE) sebesar 2,18.
Hipotesis Pertama
Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kepemimpinan Transformasional (LTRAN)
terhadap motivasi kerja (MOTIV) karyawan di PT. Meritindo Sejahtera Jakarta.
Nilai koefisien pengaruh langsung Kepemimpinan Transformasional (LTRAN)
terhadap Motivasi Kerja (MOTIV) karyawan PT. Meritindo Sejahtera Jakarta adalah sebesar
0,46, sedangkan nilai kesalahan (se pk) sebesar 0,20. Apabila nilai koefisien regresi variabel
laten LTRAN terhadap MOTIV sebesar
0,46 dibagi dengan nilai kesalahan (se pk) 0,20, maka diperoleh nilai T sebesar 2,3 atau nilai
T yang dihasilkan oleh output diagram jalur penuh adalah 2,24. Karena nilai T > dari nilai
kritis 1,96, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien pengaruh langsung Kepemimpinan
Transformasional (LTRAN) terhadap Motivasi Kerja (MOTI) adalah signifikan, dengan
error variance = 0,5 dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0,55. Dengan demikian,
hipotesis pertama yang menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan Kepemimpinan
Transformasional (LTRAN) terhadap Motivasi Kerja (MOTIV) dapat diterima.
Hipotesis Kedua
Terdapat pengaruh positif dan signifikan Stres Kerja (Work Stress) terhadap Motivasi
Kerja (MOTIV) karyawan di PT. Meritindo Sejahtera Jakarta.
Koefisien pengaruh langsung Stres Kerja (WorkST) terhadap Motivasi Kerja
(MOTIV) sebesar 0,30, sedangkan nilai error (se pk) sebesar 0,19. Jika nilai koefisien regresi
variabel laten Stres Kerja (WorkST) terhadap Motivasi Kerja (MOTIV) sebesar 0,30 dibagi
nilai error (sepk) sebesar 0,19, maka diperoleh nilai T sebesar 1,57 atau sesuai dengan nilai
P-Value yang dihitung pada output diagram sebesar 1,62. Karena nilai T < 1,96, maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien pengaruh langsung variabel Stres Kerja terhadap Motivasi
Kerja adalah tidak signifikan, dengan error variance sebesar 0,45 dan nilai koefisien
determinasi R² sebesar 0,55.
Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan
antara Stres Kerja (Work Stress) terhadap Motivasi (Motivation) tidak dapat diterima.
Hipotesis Ketiga
Terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Kerja (MOTIV) terhadap Kinerja
Pelayanan (SERPER) pada PT. Meritindo Sejahtera Jakarta
Nilai koefisien pengaruh langsung Motivasi Kerja (MOTIV) terhadap Kinerja
Pelayanan (SERPER) sebesar 0,53, sedangkan nilai kesalahan (se pk) sebesar 0,13. Jika nilai
koefisien regresi variabel laten Kinerja Pelayanan (SERPER) terhadap Motivasi Kerja
(MOTIV) sebesar 0,53 dibagi dengan nilai kesalahan (sepk) sebesar 0,13, maka diperoleh
nilai T sebesar 4,08 atau sesuai output path diagram sebesar 4,04. Karena nilai T > 1,96,
maka dapat disimpulkan bahwa koefisien pengaruh langsung variabel Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Pelayanan adalah signifikan, dengan error variance sebesar 0,18 dan nilai
koefisien determinasi R² sebesar 0,81. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan
adanya pengaruh positif dan signifikan Motivasi Kerja (MOTIV) terhadap Kinerja Pelayanan
(SERPER) dapat diterima.
Hipotesis Keempat
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara stres kerja (WorkST) terhadap kinerja
pelayanan (SERPER)
Nilai koefisien pengaruh langsung Stres Kerja (WORKST) terhadap Kinerja
Pelayanan (SERPER) sebesar 0,16, sedangkan nilai kesalahan (se pk) sebesar 0,13. Jika nilai
koefisien regresi variabel laten Kinerja Pelayanan (SERPER) terhadap Motivasi Kerja
(MOTIV) adalah
0,53 dibagi dengan nilai kesalahan (sepk) sebesar 0,15, maka diperoleh nilai T sebesar 3,53.
Karena nilai T > 1,96, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien pengaruh langsung variabel
Stres Kerja (WorkST) terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER) adalah signifikan, dengan
error variance sebesar 0,18 dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0,81. Dengan demikian,
hipotesis ketiga yang menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan Stres Kerja (Work
Stress) terhadap Kinerja Pelayanan (Service Performance) dapat diterima.
Hipotesis Kelima
Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kepemimpinan Transformasional (LTRAN)
terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER)
Nilai koefisien pengaruh langsung pada Kepemimpinan Transformasional (LTRAN)
terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER) adalah sebesar 0,30, sedangkan nilai kesalahan (sepk)
sebesar 0,17. Jika nilai koefisien regresi variabel laten Kepemimpinan Transformasional
(LTRAN) terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER) sebesar 0,30 dibagi dengan nilai error
(sepk) sebesar 0,17, maka diperoleh nilai T sebesar
1,76 adalah. Karena nilai T < 1,96, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien pengaruh
langsung variabel Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pelayanan adalah tidak signifikan,
dengan error variance sebesar 0,18 dan koefisien determinasi R² sebesar 0,8. Dengan
demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan
Kepemimpinan Transformasional (LTRAN) terhadap Kinerja Pelayanan (SERPER) tidak
dapat diterima.
Diskusi
diterimanya seperti pendapat yang dikemukakan (Dhar, 2015), "kinerja pelayanan merupakan
hasil dari
perbedaan antara harapan dan hasil yang diperoleh perusahaan sebagai akibat dari kinerja
karyawan".
Berdasarkan hal tersebut kinerja pelayanan merupakan hasil dari berbagai faktor yang
mempengaruhi karyawan untuk mendapatkan hasil/mencapai tujuan bersama yang
dipengaruhi oleh kecakapan, pengetahuan individu karyawan dan keterampilan dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kasus yang terjadi pada PT. Meritindo Sejahtera
Jakarta, dimana hasil penelitian menunjukkan tidak signifikannya pengaruh kinerja terhadap
pelayanan harus dilihat sejauh mana perusahaan telah meningkatkan keterampilan,
pengetahuan karyawan tentang pekerjaannya. Penurunan pelanggan pada PT. Meritindo
Sejahtera Jakarta dalam kurun waktu tertentu patut diduga kurangnya penampilan karyawan
dalam melaksanakan tugas sebagai salah satu penyebabnya.
Pengaruh stres kerja berpengaruh terhadap motivasi pada karyawan PT. Meritindo
Sejahtera Jakarta
Hasil penelitian diperoleh koefisien pengaruh langsung Stres Kerja (Stres Kerja)
terhadap Motivasi Kerja (MOTIV) sebesar 0,30, dengan nilai T sebesar 1,57. Karena nilai T
< 1,96, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien pengaruh langsung variabel Stres Kerja
terhadap Motivasi Kerja tidak signifikan. Dengan demikian, hasil penelitian yang
menyatakan adanya pengaruh positif dan signifikan Stres Kerja (Stres Kerja) terhadap
Motivasi Kerja (MOTIV) tidak dapat diterima. Hasil ini juga menolak hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Loghan: 2015) dan Rivai (2016). stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan
yang menciptakan ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses
berfikir, kondisi seorang karyawan". Istijanto berpendapat bahwa, "stres muncul ketika
karyawan tidak mampu memenuhi tuntutan pekerjaan. Ketidakjelasan tentang apa yang
menjadi tanggung jawab pekerjaan, kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas, tidak
adanya fasilitas pendukung untuk melaksanakan pekerjaan, tugas pekerjaan yang saling
bertentangan, merupakan pemicu stres namun ada juga seorang karyawan secara individu
akan semakin terpicu dengan kondisi tersebut. Adanya ketegangan, tekanan bagi seorang
individu karyawan merupakan tantangan tersendiri yang harus diatasi dan memotivasi
munculnya motivasi untuk maju lebih baik. Seperti hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa
tekanan kerja atau ketidakmampuan kerja belum tentu mendorong hilangnya motivasi untuk
bekerja lebih baik bagi seorang karyawan tetapi motivasi akan muncul jika seorang pemimpin
perusahaan memberikan dukungan dan kesempatan untuk berkembang bagi seluruh individu
karyawan yang ada di perusahaan. Seperti hasil penelitian di PT. Meritindo Sejahtera Jakarta
bahwa stres kerja dapat mendorong karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerja yang
lebih baik.
yang menjadi sumber stres kerja antara lain fisik, perilaku, karakter, kepribadian, emosional,
intelektual, dan interpersonal.
Saran
1) Untuk mendapatkan perbandingan dan memperkuat teori pengaruh antar variabel yang
diteliti, maka perlu dilakukan penelitian atau tinjauan ulang dengan menggunakan objek
penelitian yang berbeda atau p a d a industri yang sama dengan lokasi yang berbeda
seperti di daerah lain di Jakarta.
2) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan lebih
luas, serta menambahkan referensi dan review penelitian yang lebih baru agar hasil
penelitian lebih akurat.
3) Pada penelitian selanjutnya, variabel penelitian dapat ditambahkan seperti kepuasan
kerja, pengembangan karir, kompensasi yang dapat diteliti serta apakah variabel-variabel
tersebut dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja.
REFERENSI
1. COLQUITT, Lepine; WESSON, Perilaku Organisasi. Meningkatkan Kinerja dan
Komitmen di Tempat Kerja. Florida: McGraw-Hill Irwin, 2009.
2. SLOCUM, John W.; HELLRIEGEL, Don. Prinsip-prinsip perilaku organisasi. Mason,
OH: South-Western Cengage Learning, 2009.
3. MUIZU, Wa Ode Zusnita; KALTUM, Umi; SULE, Ernie T. Pengaruh kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan. PERWIRA-Jurnal Pendidikan Kewirausahaan Indonesia,
2019, 2.1: 70-78.
4. TJIPTONO, Fandy; CHANDRA, Gregorius. Manajemen Jasa Meningkatkan Pelayanan
Prima. Edisi 1. Jakarta: Andi, 2012.
5. Suharyono, S. Alu, H. (201). Pengaruh Motivasi, Disiplin dan Gaya Kepemimpinan
Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Batang Hari". Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
6. DHAR, Rajib Lochan, MITTAL, Swati; Kepemimpinan transformasional dan kreativitas
karyawan: memediasi peran efikasi diri kreatif dan memoderasi peran berbagi
pengetahuan. Management Decision, 2015, 53.5: 894-910.
7. KINICKI, A.; KREITNER, R. Perilaku organisasi: Konsep-konsep kunci keterampilan dan
praktik. New York: McGraw / Irwin, 2008.
8. Eriyanto. (2011). Analisis isi: Pengantar metodologi untuk penelitian komunikasi dan
ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
9. Siswanto, HB (2009). Pengantar manajemen (edisi ke-5). Jakarta: Bumi Aksara.
10. MICKAHAIL, HYNES, Rilla;, Bethany K. Kepemimpinan, budaya, dan inovasi. Dalam:
Kepemimpinan yang Efektif dan Kreatif dalam Tenaga Kerja yang Beragam. Palgrave
Macmillan, Cham, 2019. p. 65-99.
11. GIBSON, Kerry; CARTWRIGHT, Claire; READ, John. 'Dalam hidup saya, antidepresan
telah ...': analisis kualitatif tentang beragam pengalaman pengguna dengan
antidepresan. BMC psikiatri, 2016, 16.1: 135.
12. ERIANTO, Feri. PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI
JAWA BARAT
PERKEBUNAN PERKEBUNAN. 2015. PhD Tesis. Universitas Pendidikan
Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia.
13. RIVAI, Veithzal. Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan. 2016.
14. Robbins, Stephen, P dan Timothy A. Judge, (2008). Perilaku Organisasi Jilid I & II, Edisi
Bahasa Indonesia, Alih Bahasa
Tim Indeks, PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
15. HASIBUAN, Malayu SP. Manajemen dasar, pengertian, dan permasalahan. 2019.
16. Semaksiani. Astria, et.al (2019); Pengaruh Beban Kerja dan Stres Kerja Terhadap
Motivasi Produktivitas Kerja (Studi Kasus Empiris Pada Perusahaan Penghasil Tinta).
DOI: 10.36348/SB.2019.v05i10.00X. Scholars Bulletin Singkatan Judul Utama: Sch
Bull ISSN 2412-9771 (Cetak) | ISSN 2412-897X (Online) Penerbit Middle East
Publishers Scholars, Dubai, Uni Emirat Arab Laman web jurnal:
http://scholarsbulletin.com/
17. TUCUNAN, Roy Johan Agung; SUPARTHA, Wayan Gede; RIANA, I. Gede. Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional pada Motivasi dan Kinerja Karyawan. E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 2014, 3.9: 533-550.
18. PRADITA, Mokhamad Yanuar. Pengaruh kompensasi, gaya kepemimpinan dan
karakteristik tenaga pemasar terhadap motivasi dan kinerja tenaga pemasar di pt. bank
rakyat indonesia (persero) tbk. Cabang Jombang. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 2017,
4.2.