KEBAKARAN
BAHASAN MATERI:
1. EVAKUASI DARURAT BANGUNAN
2. TANGGUNG JAWAB UMUM MANAJEMEN PERUSAHAAN.
3. PETUGAS PERAN KEBAKARAN / FIRE WARDEN
4. TUJUAN PEMBENTUKAN PETUGAS PERAN KEBAKARAN/FIRE WARDEN
5. TUGAS PRO-AKTIF & TANGGUNG JAWAB PETUGAS PERAN KEBAKARAN
6. TUGAS RE-AKTIF FIRE & TANGGUNG JAWAB PETUGAS PERAN KEBAKARAN
7. KLASIFIKASI BAHAYA KEBAKARAN BANGUNAN
8. DURASI & JARAK TEMPUH EVAKUASI KEBAKARAN BANGUNAN
9. JUMLAH KOMPOSISI PETUGAS PERAN KEBAKARAN / CHIEF FIRE WARDEN
10. PERSYARATAN MINIMUM PETUGAS PERAN KEBAKARAN / FIRE WARDEN
11. PERALATAN PETUGAS PERAN KEBAKARAN / FIRE WARDEN
12. KEPALA PETUGAS PERAN KEBAKARAN / CHIEF FIRE WARDEN
13. TANGGUNG JAWAB PEKERJA / PENGHUNI BANGUNAN DALAM KEADAAN DARURAT
14. PERSIAPAN & RENCANA EVAKUASI DARURAT PADA BANGUNAN
15. TITIK KUMPUL AMAN / ASSEMBLY POINT
16. LANGKAH-LANGKAH EVAKUASI DARURAT
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
“PETUGAS PERAN KEBAKARAN “
Persyaratan:
• Pendidikan Minimal SLTP
• Telah mengikuti kursus teknis tingkat dasar 1
Catatan :
Petugas peran kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk
mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran di unit
kerjanya
1.EVAKUASI DARURAT BANGUNAN
Evakuasi Darurat : Evakuasi yang HARUS dilakukan oleh semua orang untuk menghindari ancaman
BAHAYA yang akan dan sedang terjadi , dapat mengancam jiwa , kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan .
1. Kebakaran
2. Kebocoran gas
3. Ledakan / Ancaman Bom
4. Gedung Runtuh
5. Tumpahan Bahan Beracun Berbahaya ( B3)
6. Bencana Alam ( Longsor, Gempa, Banjir ,Tsunami, dll)
MITIGASI BENCANA
METIGASI BENCANA
Serangkaian upaya kegiatan untuk mengurangi resiko bencana, melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana atau Kegiatan sebelum
bencana terjadi
RESIKO BENCANA
Risiko bencana : Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
2. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN PERUSAHAAN
b) Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja;
CATATAN:
Untuk bisa mencapai tujuan pembentukan Petugas Peran Kebakaran/Fire Warden.
• Wajib mempunyai Struktur Organisasi yang jelas untuk penanganan keadaan darurat serta tugas &
tanggung jawab masing-masing Petugas Peran Kebakaran.
• Tugas dan tanggung jawab bisa ditentukan melalui salah satu proses yaitu Fire Risk Asessment pada
bangunan tersebut.
SECARA UMUM TUGAS POKOK PETUGAS PERAN KEBAKAN/FIRE WARDEN ADALAH:
Definisi dari tugas Pro-Aktif adalah memastikan kondisi bangunan yang menjadi tanggung jawab nya
sebagai Fire Warden terhindar dari Kondisi & Tindakan berbahaya yang bisa menyebabkan peristiwa
kebakaran
Memastikan sistem proteksi kebakaran aktif & fasif yang dibutuhkan saat kebakaran & evakuasi
darurat bangunan tersedia dan siap digunakan.
PASTIKAN PERALATAN & PRASARANA EVAKUASI PADA BANGUNAN TERSEDIA & SIAP DIGUNAKAN
SETIAP SAAT.
1. Memastikan ketersediaan peralatan Fire Warden termasuk APD dalam kondisi siap
pakai pada awal shift ( sebelum mulai bekerja).
2. Melakukan koordinasi dengan Petugas Peran Kebakaran & Chief Fire Warden yang
bertugas pada saat itu dan lakukan test komunikasi ( Telp / Radio)
3. Melakukan identifikasi resiko Bahaya Kebakaran secara terus menerus yang mungkin
terjadi di tempat kerja .Menghentikan atau melaporkan kondisi / Tindakan bahaya
kepada manajemen perusahaan.
4. Memastikan alat pemadam api tersedia, sudah dites, dan dalam kondisi layak pakai, Tidak
terhalang oleh barang apapun agar mudah di jangkau dan digunakan saat terjadi keadaan
darurat kebakaran
5. Membantu memastikan sumber kebakaran dibatasi dan dikontrol melalui pemantauan orang
yang merokok di area dilarang merokok dan memeriksa izin kerja pengelasan , grinding dan
pemotongan (hot work)
6. Memastikan jalur evakuasi seperti koridor, tangga, dan pintu keluar sesuai evacuation
plan .Tidak terhalang, terutama oleh bahan mudah terbakar.
7. Memastikan pintu keluar darurat kebakaran (fire door) dalam kondisi baik,dapat dibuka/
ditutup dengan cepat , tidak terganjal,tidak terhalang.
8. Memastikan semua pintu akses keluar diberi tanda dengan jelas dan berfungsi dengan
baik.Lampu emergency exit, dll.
DILARANG KERAS !
MENGGUNAKAN JALUR TANGGA DARURAT SEBAGAI GUDANG
9. Mencatat rata-rata jumlah penghuni diruangan / bangunan yang menjadi tanggung
jawab nya setiap hari.
10. Membantu implementasi dan meningkatkan procedure tanggap darurat yang efektif di
area yang menjadi tanggung jawabnya.
POOR HOUSE KEEPING LEAD TO FIRE INSIDEN!
➢ Sangat umum ditemukan penyimpanan cairan mudah terbakar disimpan dengan tidak aman .
Contohnya digudang, workshop dan bahkan dikantor.
➢ Peralatan listrik yang terpasang melebihi kemampuan dari kabel power dan instalasi yang tidak
standar serta pemeliharaan yang buruk.
POOR HOUSE KEEPING LEAD TO FIRE INSIDEN!
11. Meningkatkan kesadaran dengan staff yang lain tentang bahaya kebakaran yang
mungkin terjadi di bangunan tersebut.
12. Terlibat aktif dalam kegiatan sosialisasi keadaan darurat , peningkatan kesadaran
karyawan didaerah kerja yang menjadi tanggung jawab nya.
6. TUGAS RE- AKTIF FIRE WARDEN
Tugas Re-Aktif adalah Tindakan yang harus segera dilakukan oleh Fire Warden / Petugas Peran
kebakaran saat terjadi keadaan darurat pada bangunan.
Tindakan Reactive contoh nya seperti memadamkan titik api awal, mengaktifkan alarm sistem, evakuasi
penghuni, dll.
Durasi Evakuasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengevakuasi penghuni bangunan jika terjadi
darurat kebakaran.
Masing-masing bangunan mempunyai jumlah waktu yang berbeda berdasarkan dari resiko atau
klasifikasi kebakaran pada bangunan tersebut. Klasifikasi kebakaran bangunan telah diatur
didalam Kepmen 186 Tahun 1999 ( Ringan, Sedang 1,Sedang II ,Sedang III , Berat )
Durasi Evakuasi berdasarkan Klasifikasi bahaya kebakaran bangunan :
1. Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Ringan : 3 menit.
2. Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Sedang : 2.5 menit.
3. Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Berat : 2 menit.
Catatan.
• Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu masuk-keluar utama untuk menyelamatkan
diri apabila terjadi kebakaran.
• Pintu darurat tersebut harus membuka keluar dan tidak diperkenankan untuk dikunci.
• Petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas dalam keadaan gelap.
9.JARAK TEMPUH EVAKUASI DARURAT KEBAKARAN
JARAK TEMPUH EVAKUASI adalah Panjang jarak tempuh yang dibutuhkan untuk evakuasi
penghuni bangunan dari tempat kejadian kebakaran menuju pintu KELUAR .
Jarak tempuh telah diatur oleh Instruksi Mentri Tenaga Kerja No.11 Tahun 1997 (Pengawasan
Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran)
Masing-masing jarak tempuh evakuasi diatur sesuai Klasifikasi Kebakaran bangunan tersebut
#PASAL 6
• (1) Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, sekurang- kurangnya 2
(dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima) orang.
• (2) Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 huruf b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya
kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih,
atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat.
• (3) Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf c, ditetapkan
sebagai berikut:
✓ a. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I, sekurang-kurangnya 1
(satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus) orang;
✓ b. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-
kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.
PETUGAS PERAN KEBAKARAN /TINGKAT “D”.
Kepmenaker No . 186 tahun 1999
Persyaratan:
• Pendidikan Minimal SLTP
• Telah mengikuti kursus teknis tingkat dasar 1
10. PERSYARATAN MINIMUM
PETUGAS PERAN KEBAKARAN / FIRE WARDEN
3. Mr.Ridwan hp…?
SKILL PETUGAS PERAN KEBAKARAN / FIRE WARDEN
Dalam melaksanakan tugas nya fire warden harus dilengkapi dengan peralatan untuk
mendukung proses saat melakukan evakuasi, Antara lain:
1. APD ( Helm, Rompi ) sebagai pelindung dan identitas diri.
2. Lampu senter , Dibutuhkan sebagai penerang saat ruangan gelap
3. Terompet tangan, Jika alarm gagal berbunyi, Peluit, dll
4. Megaphone sebagai pengeras suara .
5. Alat Tulis
12.KEPALA PETUGAS PERAN KEBAKARAN
CHIEF FIRE WARDEN
Dalam struktur organisasi Petugas Peran Kebakaran / Fire Warden. Harus di siapkan
dengan sistem hirarki komando yang jelas.
Dalam satu bangunan kita bisa memiliki beberapa FIRE Warden atau yang disebut
FLOOR WARDEN yang bertugas pada suatu Gedung sesuai dengan tugas nya.
Untuk mengkoordiner Floor Warden dalam menjalan kan tugas nya maka diperlukan
CHIEF FIRE WARDEN / KEPALA PETUGAS PERAN KEBAKARAN.
1. Ditunjuk sebagai koordinator pengawas kebakaran di gedung Tersebut yang akan
berkoordinasi dengan semua Fire Warden /Floor Warden
2. Bertanggung jawab mengkoordinasi proses evakuasi & melaporkan situasi dan
kondisi insiden/kecelakaan, kondisi jumlah korban, dan orang yang telah
dievakuasi kepada pejabat tertinggi di gedung tersebut ( On Scene Commander )
3. Mengenakan helm PUTIH dan rompi warna KUNING.
Dalam menjalankan tugas sebagai kepala Petugas Peran Kebakaran / Chief Fire Warden ,harus segera
menjalankan fungsi nya dengan menjalankan tugas-tugas berikut ini.
Ketika mendapat informasi /mendengar alarm kebakaran berbunyi :
1. Komunikasi segera dengan Fire Warden untuk tindakan awal .
2. Periksa Sumber alarm atau api dengan mengecek Fire Alarm Kontrol panel , koordinasi dengan
department terkait.
3. Mengenakan helm PUTIH dan membawa perbekalan lain.
4. Pastikan Komunikasi dengan pihak manajemen atau On Scene Commander ( OSC ) untuk update
situasi , Jika dibutuhkan Evakuasi dan Menghubungi Damkar terdekat.
5. Memerintahkan Pengawas Kebakaran untuk memadamkan api, jika aman.
6. Memastikan semua orang telah berkumpul di masing-masing sektor atau area berkumpul.
7. Jika sistem alarm tidak aktif, bunyikan sumber suara lain agar mudah dipahami.
8 ). Memastikan sakelar utama LISTRIK telah dimatikan.
9 ). Memastikan keselamatan setiap orang (penghuni dan tamu).
10 ).Memastikan semua ruangan telah di periksa dan pintu telah ditutup. Termasuk ruang
fasilitas umum.
11) .Memastikan tidak ada orang yang masuk ke gedung yang telah dievakuasi selainTim
DAMKAR
12) .Verifikasi dengan Fire Warden AKTUAL JUMLAH PENGHUNI DI ASSEMBLY POINT YANG
BERHASIL DIEVAKUASI. Termasuk daftar hadir.
13) .Membantu Tim DAMKAR dengan memberikan informasi terkini segera setelah team
DAMKAR tiba di TKP. Lokasi, kondisi api,proses evakuasi, Sumber daya di TKP.
14 ) .Memberi tahu semua penghuni bila kondisi sudah aman untuk kembali masuk kebangunan
(state safe return). Setelah mendapat info dari team Damkar,Security dan Manajemen .
13. TANGGUNG JAWAB PEKERJA / PENGHUNI BANGUNAN
Ketika alarm berbunyi / terjadi kebakaran:
1. Jika Anda adalah orang pertama yang mengetahui lokasi keadaan darurat, segera hubungi Petugas
Peran Kebakaran.
2. Jangan Panik.! Padamkan api menggunakan APAR jika Anda terlatih dan Aman
3. Matikan sumber listrik jika anda paham dan aman
4. Aktifkan Alarm kebakaran / Informasikan ke orang sekitar untuk evakuasi jika di minta evakuasi.
5. Segera hentikan kegiatan Normal, bertindak segera untuk menyelamatkan diri
6. Perintahkan rekan kerja dan pastikan tamu yang ada segera menuju lokasi berkumpul yang aman
7. Jika Anda adalah orang terakhir yang ada di ruangan, Anda bertanggung jawab menutup pintu/jendela
8. Patuhi semua instruksi Petugas Peran Kebakaran & Bertanggung jawab atas keselamatan tamu yang
didampingi.
CATATAN:
JIKA AMAN, TUTUP PINTU ATAU JENDELA UNTUK MENGHINDARI PENYEBARAN KEBAKARAN
MELALUI ASAP / GAS PANAS.
14. PERSIAPAN & RENCANA EVAKUASI DARURAT
TARGET NYA:
TIDAK ADA SATU ORANG PUN YANG TERTINGGAL DALAM BANGUNAN
SAAT EVAKUASI DARURAT.
15. TITIK KUMPUL AMAN / ASSEMBLY POINT
Terdapat 4 ( empat ) Poin Penting yang Harus Diketahui Pengurus dan Pekerja Tentang Titik Kumpul :
Berikut beberapa hal dasar yang perlu Anda pertimbangkan ketika memilih lokasi titik kumpul di
tempat kerja:
1. Aksesibilitas
Pertama, lokasi titik kumpul harus mudah dijangkau, bebas hambatan, dan berada pada jarak yang
aman dari bahaya, termasuk memperhitungkan kemungkinan bahaya runtuhan gedung, bahaya
kebakaran, dan bahaya lainnya.
Mengacu Permen PUPR No.14 Tahun 2017, jarak minimum titik kumpul dari bangunan gedung adalah
20 meter untuk melindungi pengguna bangunan gedung dan pengunjung bangunan gedung dari
keruntuhan atau bahaya lainnya.
Pastikan juga lokasi titik kumpul tidak menghalangi kendaraan penanggulangan keadaan darurat, baik
mobil pemadam kebakaran atau ambulans. Hindari menentukan lokasi titik kumpul di area yang
terdapat banyak instalasi listrik, lalu lintas ramai, atau medan berbahaya.
2. Luas Area
Titik kumpul juga harus cukup besar untuk menampung seluruh orang yang berada di tempat kerja
(termasuk karyawan, kontraktor, atau tamu perusahaan) agar tidak berdesak-desakan atau
membatasi pergerakan jika terjadi ledakan atau keadaan darurat sekunder.
Menurut Permen PUPR No.14 Tahun 2017, titik kumpul dapat berupa jalan atau ruang terbuka.
Tempat parkir yang luas dan ruang terbuka lainnya dapat dijadikan sebagai titik kumpul yang aman.
Menjadikan lobi atau dekat area pintu keluar bukanlah solusi yang tepat.
3.Keamanan
Titik kumpul juga harus cukup jauh dari bahaya langsung lainnya, sehingga tidak ada orang yang
berada dalam bahaya tambahan selama keadaan darurat. Ini dapat mencakup area di dekat sungai,
pohon besar, pagar, atau penghalang lainnya.
Hal ini tentu harus diimbangi dengan kemudahan untuk menjangkau titik kumpul. Salah satu
tantangan yang sering dihadapi saat menentukan titik kumpul adalah menemukan lokasi pada jarak
yang aman dan mudah diakses oleh pekerja berusia lanjut atau penyandang disabilitas.
4. Tanda / Sign Titik Kumpul
Titik kumpul harus ditandai dengan jelas menggunakan rambu K3 titik kumpul. Rambu K3 titik
kumpul harus dipasang cukup tinggi sehingga tidak tertutup oleh pejalan kaki atau kendaraan
yang melintas dan cukup besar untuk dilihat dalam kondisi pencahayaan yang buruk.
Tinggi sekitar 225cm
Dari permukaan tanah
16. SIMULASI EVAKUASI DARURAT BANGUNAN
1. Lakukan simulasi evakuasi darurat minimal setiap 3 bulan sekali. Setiap bulan akan lebih baik
dengan lokasi dan scenario yang berbeda
2. Semua personel yang ada di area harus diberi pengarahan tentang rencana evakuasi sebelum
melakukan latihan evakuasi.
3. Latihan ini mencakup evakuasi pada semua gedung perkantoran yang ada di area tersebut.
4. Evaluasi (tanya-jawab) antara team Fire Emergency service dan Petugas Peran Kebakaran/Fire
Warden dilakukan segera setelah drill / simulasi rampung.
5. Petugas Peran Kebakaran dari semua area harus menggelar pertemuan setiap semester untuk
mendiskusikan dan menambah wawasan/keterampilan mereka.
6. Simulasi juga bisa dilakukan dengan cara tanpa memberitahu penghuni bangunan kecuali
atasan sebagai pengambil kebijakan.
EVALUASI HASIL SIMULASI
1. Evaluasi semua aturan jika ada perubahan layout bangunan dan Jumlah penghuni.
2. Evaluasi jika ada perubahan letak penyimpanan bahan berbahaya.
3. Evaluasi jika ada temuan dan laporan dari penghuni saat melakukan inspeksi.
4. Evaluasi semua temuan saat melakukan Simulasi.
5. CATAT & FOLLOW UP SEMUA HASIL temuan.
CATATAN:
1. MENCATAT APA YANG SALAH SAAT SIMULASI UNTUK DIPERBAIKI / FOLLOW UP.