Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Materialisme adalah aliran filsafat yang menganggap bahwa satu-satunya realitas yang
ada adalah materi atau bahan, dan bahwa semua fenomena, termasuk kesadaran, pikiran, dan
nilai-nilai, dapat dijelaskan dengan cara yang bersifat materi. Aliran ini telah berakar
sepanjang sejarah filsafat, tetapi menjadi lebih menonjol pada abad ke-17 dan ke-18
bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran rasionalis. Latar belakang
materialisme dapat ditelusuri hingga pemikiran-pemikiran awal di Yunani kuno, terutama
dalam karya-karya para filsuf primitif seperti Demokritus dan Epicurus. Mereka memandang
dunia sebagai kumpulan atom-atom yang bergerak dalam ruang hampa, dan segala sesuatu,
termasuk pikiran dan perasaan, dijelaskan sebagai hasil dari interaksi antara atom-atom ini.

Pada abad ke-17, materialisme semakin berkembang seiring dengan kemajuan dalam ilmu
pengetahuan, khususnya revolusi ilmiah yang dipelopori oleh tokoh seperti Galileo Galilei,
Johannes Kepler, dan Isaac Newton. Pandangan mereka tentang alam semesta yang diatur
oleh hukum-hukum fisika mendukung pandangan materialis, karena fenomena-fenomena
alam dapat dijelaskan secara mekanis dengan menggunakan konsep materi dan energi. Salah
satu perwakilan materialisme yang paling terkenal adalah filsuf Prancis abad ke-18, Denis
Diderot, yang merupakan tokoh utama dalam gerakan pencerahan. Diderot dan sesama
pencerah lainnya mengadvokasi pandangan materialis dalam bentuk atheisme dan
skeptisisme terhadap agama dan otoritas tradisional.

Pada abad ke-19, materialisme terus berkembang, terutama di kalangan pemikir-pemikir


radikal seperti Karl Marx dan Friedrich Engels. Mereka mengembangkan materialisme
dialektika, sebuah kerangka pemikiran yang menggabungkan pandangan materialis dengan
dialektika Hegelian. Marx dan Engels melihat materi sebagai basis yang menentukan dari
realitas sosial, dan memandang sejarah sebagai perjuangan kelas yang mendorong perubahan
sosial. Meskipun materialisme telah mengalami penolakan dan kritik dari berbagai aliran
filsafat, agama, dan tradisi intelektual lainnya, pandangan ini terus memengaruhi banyak
bidang, termasuk ilmu pengetahuan, politik, dan budaya modern. Materialisme menjadi dasar
bagi berbagai pendekatan ilmiah dan humaniora, serta menjadi landasan bagi beberapa
ideologi politik seperti sosialisme dan komunisme.

Filsafat materialisme menekankan pada pentingnya pengalaman empiris dan pengetahuan


yang dapat diamati secara langsung. Dalam konteks pendidikan, filsafat materialisme dapat
membantu siswa untuk memahami dunia nyata melalui pengalaman langsung dan observasi,
sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam memecahkan
masalah. Filsafat materialisme dapat membantu siswa untuk memahami hubungan antara
benda-benda fisik dan dunia nyata (Nel Noddings, 2019). Filsafat materialisme juga
dijelaskan sebagai pandangan yang menekankan pada pentingnya faktor material dalam
sejarah dan perkembangan manusia (Ernie Thomson, 2004). Implementasi filsafat
materialisme dalam pendidikan abad 21 dapat membantu siswa untuk memahami hubungan
antara benda-benda fisik dan dunia nyata, serta meningkatkan pemahaman mereka tentang
sejarah dan perkembangan manusia.

Anda mungkin juga menyukai