Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS WEBSITE SATAYAGATRA BADAN


KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
NASIONAL (BKKBN) DENGAN METODE PIECES

Logo

Disusun oleh:
Nama (NIM)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS …
UNIVERSITAS …
2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
1.3 Manfaat...................................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI.........................................................3
2.1 Sejarah Instansi......................................................................................3
2.2 Visi dan Misi.........................................................................................10
2.2.1 Visi.....................................................................................................10
2.2.2 Misi....................................................................................................10
2.3 Struktur Instansi..................................................................................11
2.4 Deskripsi Tugas Struktur Organisasi.................................................11
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTEK........................................................13
3.1 Hasil Kerja Praktek.............................................................................13
3.2 Pembahasan..........................................................................................14
3.2.1 Metode PIECES...............................................................................14
3.2.2 Performa (Performance).................................................................15
3.2.3 Informasi (Information)..................................................................16
3.2.4 Ekonomi (Economy)........................................................................19
3.2.5 Pengendalian (Control)....................................................................20
3.2.6 Efisiensi (Efficiency)........................................................................22
3.2.7 Layanan (Service)............................................................................23
BAB IV PENUTUP..............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur Instansi Satyagatra BKKBN……………………….………


10Hasil test dengan Pingdom………………………………………….16
Gambar 4.2. Daftar berita website Satyagatra BKKBN..
………………………...16
Gambar 4.3. Daftar kegiatan website Satyagatra BKKBN...
………………….......17
Gambar 4.4. Halaman artikel atau berita website Satyagatra BKKBN..
………....18
Gambar 4.5. Informasi kontak website Satyagatra BKKBN. ……………………
18
Gambar 4.6. Hasil test Sucuri Sitecheck pada website Satyagatra
BKKBN……..20
Gambar 4.7. Tampilan pengendalian request website Satyagatra
BKKBN……....20
Gambar 4.8. Daftar artikel website Satyagatra
BKKBN……………………….....21
Gambar 4.9. Daftar layanan website Satyagatra
BKKBN………………………...22

ii
iii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah Kerja Praktek oleh Mahasiswa Teknik Informatika Universitas …
yang dilaksanakan di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), dalam hal ini mahasiswa Universitas … mendapatkan informasi
tentang instansi salah satunya tentang teknologi informasi website Satyagatra
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang
digunakan. Teknologi informasi merupakan salah satu elemen yang berkembang
dengan cepat di era globalisasi ini. Peran teknologi informasi semakin luas dengan
berkembangnya beberapa media informasi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan informasi yang baik salah satunya website.
Informasi teknologi berkembang pesat di era globalisasi. Perannya semakin
luas dengan hadirnya berbagai media informasi yang memenuhi kebutuhan
manusia akan informasi yang baik, salah satunya website.
Website merupakan kumpulan halaman yang menampilkan informasi dalam
bentuk teks, gambar, animasi, suara, video, atau gabungan dari semuanya. Website
beragam bermunculan dengan berbagai corak dan ragamnya, mulai dari website
sederhana dengan halaman statistik HTML hingga website dinamis yang
menggunakan teknik pengembangan kompleks (Bekti, 2015).
Website Satyagatra BKKBN bertujuan untuk membagikan informasi
berbasis data tentang Kependudukan, Keluarga Berencana, dan pembangunan
keluarga. Informasi yang disebarkan berupa berita dan artikel, dan website
tersebut dapat diakses melalui alamat url https://satyagatra.bkkbn.go.id.
Penyebaran informasi yang luas melalui website Satyagatra BKKBN tentu harus
diimbangi dengan kemudahan akses bagi pengunjung. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis website berdasarkan aspek-aspek yang relevan, salah satunya
dengan menggunakan metode PIECES.
Metode PIECES adalah metode analisis yang digunakan untuk memperoleh
pokok-pokok permasalahan yang lebih spesifik. Dalam menganalisis suatu sistem,
biasanya dilakukan terhadap beberapa aspek, antara lain kinerja, informasi,

1
ekonomi, keamanan aplikasi, efisiensi, dan pelayanan pelanggan. Analisis ini
disebut dengan PIECES Analysis (Kinerja, Informasi, Ekonomi, Pengendalian,
Efisiensi dan Pelayanan).
Salah satu alat yang dapat mendukung analisis dengan metode PIECES
adalah Pingdom. Pingdom merupakan alat pengukur kinerja website yang
memungkinkan pengguna untuk memenuhi kinerja dan ketersediaan situs web
secara terus-menerus.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memilih judul "Analisis
Website Satyagatra Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Dengan Metode PIECES". Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana kinerja website Satyagatra BKKBN yang dinilai oleh
masyarakat. Dengan menggunakan metode PIECES, analisis yang mendalam
dapat dilakukan terhadap berbagai aspek situs web tersebut. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan berharga untuk meningkatkan
pengalaman pengguna serta visibilitas online Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional di tingkat lokal.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan pengetahuan di bidang Teknologi Informasi.
2. Untuk mengetahui tingkat performa website Satyagatra BKKBN dengan
metode PIECES.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kerja praktek ini adalah untuk menambah referensi dan
dapat menambah informasi dalam upaya analisis website yang dapat membantu
meningkatkan performa website.

2
2 BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI

2.1 Sejarah Instansi


Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) merupakan lembaga
pemerintah non kementrian yang berkedudukan di bawah Presiden dan
bertanggungjawab kepada Presiden. BKKBN bertugas melaksanakan
pengendalian penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana. Dalam
melaksanakan tugasnya, BKKBN mempunya fungsi :
1. Perumusan kebijakan nasional
2. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria
3. Pelaksanakaan advokasi dan koordinasi
4. Penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi
5. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi
6. Pembinaan, pembimbingan dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk
dan penyelenggaraan keluarga berencana.

Periode Perintisan (1950-an – 1966)

Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan


Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter
Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri berkembang menjadi Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood
Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga- keluarga 2 yang
sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau
menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat
perkawinan.

3
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan
pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah air.
Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah
kependudukan menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari
berbagai perspektif. Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut
berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Setelah
simposium Kontrasepsi di Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres
Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1967.

Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB Nasional

Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan


sebagai berikut:
PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pemerintah
yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga berencana yang akan
dijadikan program pemerintah PKBI mengharapkan agar Keluarga Berencana
sebagai Program Pemerintah segera dilaksanakan. PKBI sanggup untuk
membantu pemerintah dalam melaksanakan program KB sampai di
pelosokpelosok supaya faedahnya dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat.
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi
Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan
atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga
sebagai hak asasi manusia. Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang
DPRGR, Presiden Soeharto pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh
perhatian secara serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan
konsepsi keluarga berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral
Pancasila”. Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra
membentuk 3 Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program
KB dijadikan Program Nasional.

4
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan
Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang
isinya antara lain:
a) Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
b) Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas
unsur Pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11 Oktober
1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang
Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga
Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan
beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha
KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana
Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968.
Lembanga ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah.

Periode Pelita I (1969-1974)

Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana


Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala
BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian, pada tahun
1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan Organisasi dan
tata kerja BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.
Untuk melaksanakan program keluarga berencana di masyarakat dikembangkan
berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan situasi
serta kondisi masyarakat. Pada Periode Pelita I dikembangkan Periode Klinik
(Clinical Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap ide keluarga
berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan melalui kesehatan yang
paling tepat.

5
Periode Pelita II (1974-1979)

Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai


lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan
umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional dan
kependudukan yang mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah serta mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan.
Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi pada
kesehatan ini mulai dipadukan dengan sector-sektor pembangunan lainnya, yang
dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning). Dalam kaitan ini
pada tahun 1973-1975 sudah mulai dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai
pilot project.

Periode Pelita III (1979-1984)

Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang


didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi
masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan
mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah peserta
KB baru. Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi operasional yang
baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan
mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan
fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan
pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang
dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.

Periode Pelita IV (1983-1988)

Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono Suyono
sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang dilantik
sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan baru antara

6
lain melalui Pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah
dan masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi aktif
tersebut ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain
sebagai dinamisator juga sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula
strategi pembagian wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program. Pada
periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28
Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari
di Taman Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan
kampanye LIngkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat
pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.

Periode Pelita V (1988-1993)

Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono
Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas
petugas dan sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian
diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis
kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka untuk
pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu
ada 16 jenis kontrepsi.
Pada periode ini ditetapkan UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan
Kependudukan, maka kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan
untuk mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia
perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan
peningkatan kesejahteraan keluarga.

Periode Pelita VI (1993-1998)

Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan Keluarga”


yang bertujuan untuk menggalakan partisipasi masyarakat dalam erakan KB

7
nasional. Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai
dengan 19 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri
Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN
setingkat Kementerian.
Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan
merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan berselang dengan terjadinya
erakan reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI mengalami perubahan menjadi
Kabinet Reformasi Pembangunan Pada tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono
Suyono menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan
Kemiskinan, sedangkan Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus Oka
sekaligus menjadi Menteri Kependudukan.

Periode Pasca Reformasi

Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan yang


telah ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program
untuk meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan
dan kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan
kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan
kesejahteraan keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan sebagai
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000.
Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan
keluarga berencana nasional di daerah mengalami masa-masa kritis. Sesuai
dengan Keppres Nomor 103 Tahun 2001, yang kemudian diubah menjadi Keppres
Nomor 09 Tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan 7 Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen menyatakan
bahwa sebagian urusan di bidang keluarga berencana diserahkan kepada
pemerintah kabupaten dan kota selambat-lambatnya Desember 2003.
Hal ini sejalan dengan esensi UU Nomor 22 Tahun 1999 (telah diubah
menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004). Dengan demikian tahun 2004

8
merupakan tahun pertama Keluarga Berencana Nasional dalam era desentralisasi.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, yang telah disahkan pada tanggal 29 Oktober 2009,
berimplikasi terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi BKKBN.
Undang-Undang tersebut mengamanatkan perubahan kelembagaan BKKBN
yang semula adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN adalah
“Penduduk Tumbuh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan pembangunan
yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN mempunyai tugas dan
fungsi untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 Undang-Undang
tersebut di atas.
Dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga
berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Daerah yang selanjutnya disingkat BKKBD di tingkat
provinsi dan kabupaten dan kota yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
memiliki hubungan fungsional dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2). Peran dan
fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN
Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan Kepala
BKKBN Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pendidikan
dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana, sehingga perlu dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang Pembangunan 8
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi
penyesuaian untuk beberapa kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya.
Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian.
Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar

9
Parawansa. Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada
tahun 2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang
kemudian terjadi kekosongan.
Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen
Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh
Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada
tahun 2006. Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik
sebagai Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember 2006. Sebagai tindak lanjut
dari UU 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarha Sejahtera, di mana BKKBN kemudian direstrukturisasi menjadi badan
kependudukan, bukan lagi badan koordinasi, maka pada tanggal 27 September
2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN).
Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Fasli Jalal
sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).

2.2 Visi dan Misi


2.2.1 Visi
Visi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Jakarta
untuk subbidang data dan informasi adalah “Menjadikan lembaga yang handal
dan terpercaya dalam mengelola data dan informasi kependudukan, Keluarga
Berencana dan pembangunan keluarga yang akurat dan valid serta bisa
dipertanggungjawabkan” 
2.2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi sebagaimana tersebut di atas, maka cara-cara yang
akan ditempuh atau misi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Provinsi Bali untuk subbidang data dan informasi seperti tersebut di bawah ini.
1. Pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan pemanfaatan data dan Informasi
kependudukan, Keluarga Berencana dan pembangunan keluarga

10
2. Menyediakan data keluarga by name by address berbasis teknologi
informasi (IT)
3. Penyebarluasan data dan informasi kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga

2.3 Struktur Instansi

Gambar 1.1. Struktur Instansi BKKBN.

2.4 Deskripsi Tugas Struktur Organisasi


1. Sekretaris
Tugas Pokok : Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
kerja di lingkungan BKKBN.
2. Bidang Pengendalian Penduduk
Tugas Pokok : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di
bidang pengendalian penduduk.
3. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Tugas Pokok : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di
bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

11
4. Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Tugas Pokok : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di
bidang keluarga keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga.
5. Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi
Tugas Pokok : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di
bidang advokasi dan penggerakan serta komunikasi, informasi dan edukasi
pengendalian penduduk, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,
serta keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga.
6. Bidang Pelatihan dan Pengembangan
Tugas Pokok : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di
bidang pelatihan, penelitian dan pengembangan pengendalian penduduk,
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi serta keluarga sejahtera dan
pemberdayaan keluarga.

12
3 BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTEK

3.1 Hasil Kerja Praktek


Didalam pelaksanaan kegiatan, peraturan yang berlaku pada perusahaan
wajib dipatuhi serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas yang diberikan
oleh atasan maupun pegawai yang bersangkutan. Setiap tugas atau perintah yang
diberikan oleh pimpinan instansi harus dilaksanakan dan dipatuhi sebagai bentuk
loyalitas kepada instansi serta dapat menambah wawasan kepada mahasiswa
selaku pelaksana kerja praktek sebagai tambahan ilmu yang belum pernah
didapatkan sebelumnya selama mengikuti kegiatan perkuliahan. Adapun Kegiatan
Rutin dan Non Rutin yang telah dilaksanakan.
1. Kegiatan Rutin Adapun kegiatan rutin yang dilaksanakan selama kerja
praktek di Dinas Pariwisata antara lain :
a. Update berita rutin di website Satyagatra BKKBN sebagai salah
satu media penyebaran informasi untuk meningkatkan dan
memperluas jangkauan pengguna.
b. Mengikuti kegiatan apel wajib yang dilaksanakan setiap hari senin
sebagai bentuk loyalitas kepada instansi oleh mahasiswa kerja
praktek.
2. Kegiatan Non Rutin Selain kegiatan rutin penulis juga melakukan kegiatan
non rutin yang dilaksanakan selama kerja praktek di Dinas Pariwisata Kota
Palembang antara lain :
a. Mengikuti kegiatan dan mendukung event yang diadakan BKKBN
sebagai loyalitas kepada instansi oleh mahasiswa kerja praktek.
b. Mengikuti kegiatan rapat di BKKBN dalam membantu
meningkatkan jangkauan informasi melalui website.

13
3.2 Pembahasan
3.2.1 Metode PIECES
Dalam metode PIECES, terdapat enam variabel evaluasi yang digunakan,
yaitu Performa, Informasi/Data, Ekonomi, Pengendalian/Keamanan, Efisiensi,
dan Layanan. Berikut adalah penjelasan singkat dari masing-masing variabel:
1. Performa (performance): Evaluasi dilakukan untuk menentukan apakah
proses atau prosedur yang sedang berlangsung dapat meningkatkan
kinerjanya. Kinerja diukur berdasarkan throughput, yaitu jumlah
pekerjaan/output/deliverables yang dapat dilakukan/dihasilkan dalam
waktu tertentu, dan response time, yaitu waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan serangkaian kegiatan guna menghasilkan
output/deliverables tertentu.
2. Informasi (information): Evaluasi bertujuan untuk menentukan apakah
prosedur yang ada masih dapat ditingkatkan agar kualitas informasi yang
dihasilkan menjadi lebih baik. Kualitas informasi yang lebih baik
mencakup aspek-aspek seperti relevansi, akurasi, kehandalan,
kelengkapan, dan keterpakaian waktu penyajian.
3. Ekonomi (economy): Evaluasi dilakukan untuk menentukan apakah
prosedur yang ada masih dapat meningkatkan manfaatnya (nilai gunanya)
atau menurunkan biaya penyelenggaraannya.
4. Pengendalian/Keamanan (Control): Evaluasi bertujuan untuk menentukan
apakah prosedur yang ada masih dapat ditingkatkan untuk meningkatkan
kualitas pengendalian dan kemampuannya dalam mendeteksi
kesalahan/kecurangan.
5. Efisiensi (Efficiency): Evaluasi dilakukan untuk menentukan apakah
prosedur yang ada masih dapat diperbaiki guna mencapai peningkatan
efisiensi operasional.
6. Layanan (Service): Evaluasi bertujuan untuk menentukan apakah prosedur
yang ada masih dapat diperbaiki dalam kemampuannya untuk mencapai
peningkatan kualitas layanan yang diberikan kepada pengguna.

14
3.2.2 Performa (Performance)
Analisis kinerja bertujuan untuk mengetahui seberapa baik sebuah sistem
beroperasi, apakah telah sesuai dengan harapan atau telah mencapai tujuan yang
diinginkan. Kinerja suatu sistem diukur berdasarkan jumlah produksi dan waktu
tanggap. Salah satu aspek yang sering diabaikan oleh pengembang web adalah
kecepatan loading sebuah website. Banyak website yang memiliki desain menarik
namun memerlukan waktu loading yang cukup lama. Untuk mengatasi hal ini,
diperlukan alat untuk menguji dan mengukur kinerja website yang telah dibuat.
Sebagai bagian dari analisis kecepatan loading website Satyagatra BKKBN,
penulis menggunakan alat bernama Pingdom dari situs
https://tools.pingdom.com/.
Salah satu keunggulan Pingdom terletak pada analisisnya yang stabil
dengan tingkat konsistensi pengukuran yang baik. Selain itu, Pingdom juga
memberikan penilaian (grade) beserta skornya. Semakin cepat loading website
kita, semakin tinggi pula nilai grade dan skornya. Penilaian dilakukan secara
kualitatif dengan huruf A, B, C, D, E, atau F, sementara skornya dinyatakan secara
kuantitatif dengan angka. Selain itu, hasil analisis Pingdom juga menyertakan data
tentang waktu loading halaman, total ukuran halaman, dan total jumlah
permintaan. Semakin kecil angkanya, semakin cepat kecepatan blog kita. Hasil
pengukuran waktu loading pada website Satyagatra BKKBN menggunakan
Pingdom dapat dilihat pada gambar.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran Pingdom menggunakan Grade
Kecepatan Halaman dengan metode kinerja, yang merupakan bagian dari metode
PIECES. Hasil yang diberikan untuk website Satyagatra BKKBN adalah nilai
dengan skor 90. Kecepatan dalam mengakses website tersebut adalah 751ms
dengan total Ukuran Halaman: 2,4 Kb dan Request: 2. Berdasarkan hasil
pengukuran ini, dapat disimpulkan bahwa kecepatan loading website Satyagatra
BKKBN belum masuk dalam kategori baik karena masih mendapatkan nilai A.

15
Gambar 4.1. Hasil test dengan Pingdom.

3.2.3 Informasi (Information)


Penilaian terhadap kualitas informasi yang disajikan oleh website
Satyagatra BKKBN mengungkapkan beberapa kekurangan yang perlu
diperhatikan lebih lanjut. Meskipun website ini menyediakan sejumlah informasi
yang lengkap dan akurat, terutama terkait dengan profil lembaga, namun terdapat
ketidaklengkapan dalam konten tersebut. Dalam website Satyagatra BKKBN,
pengguna dapat dengan mudah menemukan informasi tentang kegiatan, program,
atau proyek yang sedang dilakukan oleh Satyagatra BKKBN. Lengkapnya
informasi-informasi ini dapat menambah kemampuan website untuk memenuhi
kebutuhan pengguna yang memerlukan informasi yang terperinci atau mendalam
tentang aktivitas instansi tersebut.

16
Gambar 4.2. Daftar berita website Satyagatra BKKBN.

Dalam gambar 4.2 ditampilkan daftar informasi yang disajikan oleh


website Satyagatra BKKBN. Pada website tersebut terdapat 4 jenis informasi yang
disampakaian yaitu Berita PPKS, Kegiatan PPKS, Info Tips Keluarga, dan Ruang
Baca. Namun meskipun memiliki menu informasi yang lengkap, daftar informasi
yang disajikan belum cukup up-to-date. Hal tersebut dibuktikan dengan tanggal
publikasi yang cukup lampau.

Gambar 4.3. Daftar kegiatan pada website Satyagatra BKKBN.

17
Selain itu, berita yang disajikan tidak selalu terkini, sehingga kurang
memenuhi standar kebaruan. Informasi yang tidak diperbaharui secara teratur
dapat mengurangi daya tarik dan nilai informatif situs web bagi pengguna yang
menginginkan informasi terkini dan relevan. Hal ini juga dapat mengurangi
kepercayaan pengguna terhadap keandalan dan kredibilitas informasi yang
disajikan oleh situs web.
Meskipun demikian, berita yang saat ini tersedia masih relevan dengan
kebutuhan pengguna, sehingga tetap memberikan manfaat bagi mereka yang
mencari informasi terkait lembaga pembangunan ini. Kesesuaian informasi
dengan kebutuhan pengguna adalah faktor penting dalam menilai kualitas suatu
situs web, dan kenyataan bahwa berita yang disajikan masih relevan menunjukkan
bahwa situs web ini masih memberikan nilai dengan menyediakan informasi yang
bermanfaat.

Gambar 4.4. Halaman artikel atau berita website Satyagatra BKKBN.

Diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas informasi yang


disajikan oleh situs web Satyagatra BKKBN. Ini termasuk meng-update konten
secara teratur untuk menjaga kebaruan dan relevansi informasi, serta menyediakan
informasi yang lebih komprehensif tentang kegiatan dan program yang sedang
dilaksanakan. Dengan melakukan perbaikan ini, situs web dapat lebih efektif

18
dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna dan meningkatkan kepercayaan
publik terhadap lembaga Satyagatra BKKBN.

3.2.4 Ekonomi (Economy)


Analisis ekonomi merupakan bagian dari evaluasi yang
mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana dalam
menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dalam analisis ini, layanan bantuan
dalam bentuk file dan website telah dinilai baik, seperti yang terlihat dari
kemudahan pengguna dalam menghubungi Satyagatra BKKBN melalui menu
kontak di situs web. Hal ini berarti pengguna tidak perlu khawatir dan tidak perlu
mengeluarkan biaya besar untuk mencari informasi atau bantuan, karena layanan
tersebut tersedia secara langsung di situs web. Dari hasil analisis situs web ini,
disimpulkan bahwa situs ini telah menyediakan menu untuk layanan publik, di
mana pengunjung dapat mengirim pesan melalui menu yang tersedia untuk
mencari informasi terkait instansi.

Gambar 4.5. Informasi kontak website Satyagatra BKKBN.

Kemudahan akses ke layanan bantuan dan informasi melalui situs web


dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran, karena
masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari informasi
atau mendapatkan bantuan. Selain itu, dengan menyediakan menu khusus untuk

19
layanan publik, situs web ini memfasilitasi interaksi antara masyarakat dan
instansi, sehingga memperkuat hubungan antara keduanya. Hal ini dapat
membantu dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan dan
program yang dilaksanakan oleh Satyagatra BKKBN.
Dalam konteks ekonomi, meningkatnya efisiensi dan efektivitas
penggunaan dana publik menjadi sangat penting. Dengan menyediakan layanan
bantuan dan informasi secara mudah dan murah melalui situs web, Satyagatra
BKKBN dapat lebih efisien dalam menggunakan anggaran yang dimilikinya.
Selain itu, penggunaan teknologi informasi untuk menyediakan layanan publik
juga dapat membantu mengurangi biaya operasional yang terkait dengan
penyediaan layanan secara konvensional.
Dengan demikian, analisis ekonomi terhadap situs web Satyagatra
BKKBN menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi telah memberikan
kontribusi positif dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana
publik. Namun, tetap diperlukan upaya untuk terus memperbaiki dan
mengembangkan situs web agar dapat memberikan layanan yang lebih baik dan
lebih efisien bagi masyarakat.

3.2.5 Pengendalian (Control)


Pengendalian dalam sebuah sistem merupakan hal yang sangat penting
untuk mengurangi dan mencegah potensi kerugian bagi sebuah instansi atau
organisasi. Dengan adanya kontrol, masalah atau hambatan dalam tugas atau
kinerja dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Pada tahap pengendalian, penulis akan
melakukan analisis keamanan website dengan menggunakan alat penilaian Sucuri
Sitecheck. Melalui alat ini, dapat ditentukan apakah website Satyagatra BKKBN
aman untuk dikunjungi oleh pengguna.
Penggunaan alat penilaian keamanan seperti Sucuri Sitecheck dapat
membantu dalam menentukan langkah proaktif mencegah potensi serangan atau
kerusakan yang dapat terjadi pada website. Dengan memastikan bahwa website
Satyagatra BKKBN terbebas dari malware dan tidak terdaftar dalam daftar hitam,
instansi ini dapat meminimalkan risiko terhadap reputasi dan integritas informasi
yang disampaikan kepada pengguna. Oleh karena itu, pengendalian melalui

20
analisis keamanan website menjadi aspek penting dalam menjaga stabilitas dan
kepercayaan terhadap instansi atau organisasi secara keseluruhan.

Gambar 4.6. Hasil test Sucuri Sitecheck pada website Satyagatra BKKBN.

Dari hasil analisis yang terlihat dalam gambar, disimpulkan bahwa website
Satyagatra BKKBN aman untuk dikunjungi karena tidak ada tanda-tanda malware
dan situs tersebut tidak terdaftar dalam daftar hitam. Namun meskipun begitu
website BKKBN Jakart terdeteksi bahwa tidak memiliki TLS didalamnya. TLS
merupakan protokol komunikasi yang mengenkripsi data antara server, aplikasi,
pengguna, dan sistem. Meskipun begitu, website Satyagatra BKKBN masih tetap
memiki protokol enkripsi data yang terbaru yaitu SSL.

21
Gambar 4.7. Tampilan pengendalian request website Satyagatra BKKBN.

3.2.6 Efisiensi (Efficiency)


Analisis efisiensi merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi
operasional suatu sistem. Suatu sistem dianggap efisien atau berhasil apabila:
1. Mencapai tujuan yang diinginkan,
2. Tidak memakan banyak waktu dan tenaga kerja karyawan secara
berlebihan,
3. Informasi yang disajikan selalu terkini.
Dalam hal ini website Satyagatra BKKBN memiliki efisiensi yang sangat
baik dengan penerapan fitur search. Dengan fitur search yang dihadirkan,
pengguna dapat menemukan artikel atau berita dengan mudah dan cepat.

Gambar 4.8. Daftar artikel website Satyagatra BKKBN.

Peningkatan efisiensi dalam pengelolaan website yang dilakukan dengan


pemberian fitur search sudah cukup tepat untuk mencapai tujuan efisiensi. Dengan
adanya efisiensi tersebut pengguna dapat mengakses informasi yang dibutuhkan
dengan waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan tanpa adanya efisiensi
website. Namun fitur search yang dihadirkan saat ini hanya mampu melakukan
pencarian pada jenis informasi saja, dan belum spesifik ke judul dan topik
informasi.

22
3.2.7 Layanan (Service)
Analisis pelayanan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan
yang dihasilkan oleh suatu sistem. Sistem yang diterapkan saat ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja layanan dalam menyampaikan informasi kepada pengguna
tanpa terbatas oleh ruang dan waktu, serta memastikan informasi dapat diterima
dengan optimal.

Gambar 4.9. Daftar layanan website Satyagatra BKKBN.

23
4 BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada instansi Satyagatra


BKKBN serta pembahasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya,
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dilihat dari performa atau pengukuran kinerja, waktu loading website
Satyagatra BKKBN masih belum mencapai kategori yang sangat baik,
dengan mendapatkan grade A.
2. Informasi yang disajikan oleh website cukup lengkap dan relevan dengan
tujuan website Satyagatra BKKBN, namun publikasi informasi masih
kurang terkini.
3. Pengendalian pada website Satyagatra BKKBN terbilang aman dengan
label “Low Risk” dari alat Sucuri Sitecheck untuk dikunjungi oleh
pengguna, berdasarkan hasil pengukuran kontrol.
4. Efisiensi dalam penggunaan sistem masih terbilang cukup optimal dengan
adanya fitur pencarian, namun fitur tersebut terbatas pada jenis informasi
sehingga belum menghasilkan output sesuai harapan.
5. Struktur menu pada website mudah dipahami, berdasarkan hasil
pengukuran layanan.
Perlu diperhatikan bahwa meskipun terdapat beberapa kekurangan, website
tersebut masih memberikan manfaat kepada pengguna dan dapat ditingkatkan
untuk meningkatkan kualitas pelayanannya secara keseluruhan.

24
5 DAFTAR PUSTAKA

Akgül, Y., Uymaz, A. O., & Baba, A. (2023). Accessibility, usability, readability,
and security analysis of company websites.

Bekti, B. H. (2015). Mahir membuat website dengan Adobe Dreamweaver CS6,


CSS dan JQuery. Yogyakarta: ANDI.

Firsky, R. S. (2023). Analisa website donasi Rumah Tahfizh menggunakan metode


PIECES. Analisa Website Donasi Rumah Tahfizh Menggunakan Metode
PIECES, 3(6), 642-651.

Huda, N. (2018). Analisa kinerja website PLN menggunakan metode PIECES.


Jurnal Sistemasi, 8(6).

Laksono, C., & Wibowo, S. (2014). Analisis Website KPU Provinsi Jawa Tengah
Dengan Metode PIECES. Academia. edu.

Ragil, W. (2017, January 17). Metode Analisa Sistem. Diakses pada 4 September
2020, dari Metode PIECES: https://pelajarindo.com/pengertian-
analisispieces-contoh/

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.

Yason, S., & Yunus, A. (2022). Analisis performa website Sclean menggunakan
Pingdom Tools dan Page Speed Insights. Kharisma Tech, 17(1), 113-124.

25
BKKBN. (2024, March 24). Sejarah BKKBN. Diakses pada 24 Maret 2024, dari
Sejarah BKKBN: http://www.BKKBN.go.id.

26

Anda mungkin juga menyukai