Anda di halaman 1dari 9

Journal of Saintech Transfer Vol.00, No.

00 (2023) 000–000

TROPICAL PUBLIC HEALTH JOURNAL


Journal homepage: https://talenta.usu.ac.id/jst/index

Identifikasi potensi bahaya kerja pada penjahit pakaian ayu andira


Kecamatan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2023
Identification of potential occupational hazards in clothing tailor ayu
andira in Padang Bulan Subdistrict Medan City 2023
Ferina Agustina1 , Umi Salmah2
1,2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
*
Corresponding Author: ferinaasinaga2@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history: In this era of globalization, there is a greater possibility of potential hazards in
Received 05 July 2023 the work environment due to the rapid development of industry in Indonesia.
Every type and place of work both in formal and informal workers has risks that
E-ISSN:
can cause occupational diseases and work accidents, thus demanding the
P-ISSN:
implementation of occupational safety and health in every workplace. Tailoring
How to cite: is a type of informal work that in the process of work faces the danger of being
Agustina, F & Salmah, U. punctured by sharp objects such as scissors and needles, awkward work
(2023). Identifikasi potensi postures, noise that will pose a risk to the safety and health of workers if proper
bahaya kerja pada penjahit control is not carried out. This study aims to identify potential hazards that occur
pakaian ayu andira Kecamatan in tailors. The study is a qualitative research with 7 who were selected by
Padang Bulan Kota Medan purposive sampling technique. Data collection methods used in-depth interviews
Tahun 2023. and observation. The results show that in the process of making patterns, cutting
materials, sewing, and installing sequins, workers face mechanical, ergonomic
and physical hazards. Mechanical hazards come from being punctured by sharp
objects such as scissors and needles. Ergonomic hazards come from awkward
working postures. Physical hazards come from noise coming from the workshop.
Suggestions given are to provide breaks, provide ergonomic work facilities,
reduce noise sources and use earplugs, keep the work area well organized.

Keywords: Potential hazard, hazard identification, hazard control

This work is licensed under a Creative


Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International.
http://doi.org/10.26594/
register.v6i1.idarticle

1.Pendahuluan

Di era globalisasi sekarang ini, setiap jenis dan tempat pekerjaan baik pada pekerja formal maupun
informal memiliki risiko yang dapat menyebabkan peyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja sehingga
menuntut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di setiap tempat kerja. Menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja telah diatur dalam UU Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003, yang menegaskan bahwa
setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja (pasal 86 ayat 2). Upaya keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bertujuan untuk meningkatkan
2
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

derajat kesehatan pekerja atau buruh dengan melakukan tindakan pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, serta melakukan tindakan pengendalian bahaya di tempat kerja.
Strategi untuk meningkatkan kualitas kesehatan kerja harus diperluas agar mencakup semua pekerja,
khususnya pekerja di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah serta di sektor ekonomi informal. Sektor
informal adalah sektor ekonomi yang terdiri atas unit usaha berskala kecil, yang memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa, dengan tujuan utama menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan
memperoleh pendapatan bagi para pelakunya. Sektor dengan tenaga kerja terbanyak adalah sektor informal
yaitu sebanyak 70,49 juta orang (58,22%) (BPS,2019). Peningkatan jumlah pekerja di sektor informal terus
terjadi. Pada Februari 2021 pekerja sektor informal sebanyak 78,14 juta orang. Jumlah ini meningkat
dibandingkan pada Agustus 2020 yaitu 77,68 juta orang (BPS,2021).
Salah satu usaha yang bergerak di sektor informal adalah penjahit. Penjahit adalah pekerjaan menjahit
pekerjaan seperti kemeja, celana, rok, jas, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Dalam pekerjaaanya,
penjahit memiliki berbagai macam potensi bahaya yang dapat menganggu aktivitas pekerja mulai dari
peralatan kerja yang digunakan dan sikap kerja. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami pekerja
yaitu masalah ergonomik seperti Low Back Pain (LBP) atau biasa disebut nyeri punggung bawah yang
disebabkan oleh posisi kerja duduk yang tidak ergonomis dengan waktu yang lama (Savira, 2020).
Toko Pakaian Ayu Andira salah satu jenis usaha sektor informal yang memiliki kegiatan utama yaitu
produksi kebaya. Untuk menjalankan pekerjaannya, tempat kerja tersebut harus mengidentifikasi setiap
potensi bahaya kecelakaan kerja yang akan dihadapi oleh para pekerjanya. Untuk mencegah terjadi
kecelakaan kerja, pihak tempat kerja diharuskan melindungi aset yang mereka punya termasuk pekerja di
tempat tersebut. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian potensi bahaya kerja merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan. Berdasarkan hal tesebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
mengidentifikasi potensi bahaya kerja pada penjahit pakaian Ayu Andira di Kecamatan Padang Bulan Kota
Medan Tahun 2023.
2.Metode
Jenis penelitian ini metode kualitatif dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjabarkan uraian
penjelasan mengenai identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dengan metode Hazard
Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022 -
April 2023. Sumber data primer berupa sumber data yang diperoleh langsung dengan mengumpulkan data
menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan dan observasi. Sumber data sekunder berupa
sumber data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu data jumlah pekerja di Toko Pakaian Ayu Andira.
3.Hasil
3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Toko Pakaian Ayu Andira yang berlokasi di Jalan Jamin Ginting KM 7,5
No. 139, Kecamatan Medan Baru, Kelurahan Padang Bulan, Medan. Toko Pakaian Ayu Andira merupakan
salah satu jenis usaha sektor informal dibidang jasa. Toko Pakaian Ayu Andira terletak di pinggir jalan raya
dan bersebelahan dengan bengkel tidak jarang pekerja merasakan kebisingan pada saat bekerja.
3.2 Karakteristik Informan
Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penentuan
informan dengan pertimbangan karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Adapun informan dalam penelitian ini
adalah 7 orang informan yang memenuhi kriteria informan. Identitas informan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Tabel Karakteristik Informan
Nama Umur Pekerjaan Masa Kerja
(Tahun)
Informan A 23 tahun Pemilik usaha 2 tahun 8 bulan
Informan B 23 tahun Membuat pola 2 tahun 8 bulan
Informan C 24 tahun Memotong bahan 8 bulan
Informan D 25 tahun Menjahit 6 bulan
Informan E 25 tahun Menjahit 2 tahun 8 bulan
Informan F 25 tahun Memasang payet 6 bulan
Informan G 25 tahun Memasang payet 2 tahun 8 bulan
3
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

3.3. Tahapan Proses Kerja Penjahitan Toko Ayu Andira


Proses membuat pola. Membuat pola pada sebuah bahan merupakan langkah awal dalam proses
pembuatan pakaian. Pada proses ini yang dibutuhkan adalah meja dengan permukaan yang datar, kursi yang
ergonomis yang disesuaikan dengan tinggi meja, penggaris, alat tulis, serta kain yang nantinya akan
dijadikan pakaian. Pola yang sudah selesai dibuat akan dipotong agar nanti potongan pola bisa diserahkan ke
pekerja di tahap berikutnya. Pada saat membuat pola dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi karena jika
terjadi kesalahan di proses awal maka akan mengakibatkan produk yang gagal.
Proses memotong bahan. Setelah melalui proses membuat pola, yang dilakukan selanjutnya adalah
meletakkan kain dengan gambar pola di atas meja yang sudah tersedia dengan permukaan yang halus.
Kemudian tinggi dari meja yang digunakan disesuaikan dengan standard tinggi pekerja sehingga tinggi meja
tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi untuk para pekerja. Alat dan bahan lainnya yang digunakan yaitu
kapur jahit untuk menandai pola-pola jahitan yang akan dipotong, jarum pentul dan meteran alat ukur untuk
menyesuaikan kembali ukurannya, dan gunting untuk memotong bahan dengan pola yang sudah ditentukan.
Pada proses ini tidak jarang para pekerja melakukannya di lantai karena lebih mudah dan bebas untuk
bergerak.
Proses penjahitan. Sebelum menjahit pakaian, pemotongan bahan kain harus dilakukan terlebih dahulu
dengan mengikuti pola baju yang diinginkan. Kemudian penjahit akan menjahit potongan-potongan kain
menjadi pakaian yang siap digunakan. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses penjahit, antara lain
kapur jahit untuk menandai bagian yang akan dijahit maupun bagian yang akan diperbaiki, jarum dan benang
untuk menyatukan bahan yang sudah dipotong di proses sebelumnya, gunting untuk memotong bahan yang
berlebih, serta mesin jahit untuk memudahkan pekerja menyatukan bahan pakaian. Dalam proses menjahit
membutuhkan 3 jenis mesin jahit, seperti 2 buah mesin jahit manual, 15 buah mesin jahit portable, dan 4
buah mesin jahit terbaru yang biasa digunakan di pabrik pakaian. Untuk mesin jahit manual digunakan oleh
murid yang sedang mengambil kursus jahit di toko tersebut.
Proses pemasangan payet. Setelah melalui proses penjahitan, dilakukan pemasangan payet di pakaian
guna memberi nilai keindahan pada pakaian. Pada proses pemasangan payet dibutuhkan alat dan bahan,
seperti jarum jahit, benang, gunting kain, jarum pentul, kapur jahit, kain, dan payet yang akan dipasang di
pakaian yang sudah dijahit. Saat proses berlangsung, para pekerja bisa melakukan pekerjaannya dengan
duduk di kursi yang telah disediakan, tetapi tidak jarang ada pekerja yang melakukan pekerjannya dengan
duduk di lantai .

3.4. Identifikasi Potensi Bahaya Kerja pada Tahap Pekerjaan Penjahitan Toko Pakaian Ayu Andira

Potensi bahaya pada proses membuat pola. Pada proses ini pekerja membutuhkan ketelitian
dikarenakan proses membuat pola merupakan proses awal sehingga jika terjadi kesalahan akan
mempengaruhi proses selanjutnya. Pada proses membuat pola berpotensi mengalami bahaya tertusuk jarum
pentul dan terkena gunting. Dalam proses ini, gunting digunakan untuk memotong pola yang sudah dibuat
agar bisa dilanjutkan di proses pemotongan bahan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, pada proses ini
berpotensi terpapar kebisingan dikarenakan proses pembuatan pola dilakukan di lantai 1, dengan posisi toko
berada di pinggir jalan raya dan di sebelah toko terdapat bengkel.
Potensi bahaya pada proses memotong bahan. Pada proses ini pekerja menghadapi bahaya terkena
gunting, tertusuk jarum pentul dan ergonomi. Dalam proses memotong bahan seringkali dilakukan di lantai
karena pekerja merasa lebih leluasa untuk memotong bahan tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan,
pada proses ini memiliki potensi bahaya yang sama seperti proses membuat pola karena dilakukan di
ruangan yang sama, yaitu berpotensi terpapar kebisingan dikarenakan proses pembuatan pola dilakukan di
lantai 1, dengan posisi toko berada di pinggir jalan raya dan di sebelah toko terdapat bengkel. . Selain itu
pekerja juga berpotensi mengalami bahaya ergonomi dikarenakan postur kerja yang janggal, dimana posisi
pekerja dalam keadaan membungkuk dengan posisi kedua lutut yang ditekuk dan tumpuan tubuh terletak
pada telapak kaki.
Potensi bahaya pada proses penjahitan. Pada proses ini pekerja memiliki potensi bahaya kerja yaitu
tertusuk jarum, tergunting, dan terjepit saat melakukan aktivitas kerja menjahit. Berdasarkan observasi yang
dilakukan, potensi bahaya kerja yang terjadi yaitu pekerja mengalami ergonomi. Selain daripada itu, terdapat
bahaya kerja yang berpotensi menimbulkan gangguan disfungsi saraf pada tangan akibat paparan getaran
dari mesin jahit yang digunakan. Disekitar proses kerja penjahitan terdapat tumpukan bahan pakaian yang
dapat mengakibatkan pekerja mengalami tersandung oleh tumpukan tersebut.
4
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

Potensi bahaya pada proses pemasangan payet. Pada proses ini pekerja menghadapi bahaya terkena
jarum, gunting, dan ergonomi. Selain itu, pekerja membutuhkan konsentrasi yang lebih dan tidak jarang juga
pekerja mengalami kelelahan mata dalam melakukan pemasangan payet. Berdasarkan observasi yang
dilakukan, pada proses ini pekerja merasa pegal dibagian leher dan punggung dikarenakan postur kerja yang
menunduk. Selain itu, tertusuk jarum dan terkena gunting merupakan hal yang sering terjadi dalam proses
pemasangan payet.

Tabel 2. Penilaian Risiko pada Tahapan Proses Kerja Pembuatan Pakaian


1. Hazard Identification 2. Risk Analysis

Aktivitas Potensi Risiko Likelihood Severity Risk


Kerja Bahaya
Membuat pola Jari Luka gores B 2 H
tergunting pada tangan
Jari Luka pada A 2 H
tertusuk jari
jarum
Postur Nyeri
kerja yang punggung B 1 M
janggal dan nyeri
pada leher
Terpapar
kebisingan Gangguan C 3 H
pendengaran
Memotong Jari
bahan tergunting Luka pada
tangan B 2 H
Jari tertusuk
jarum Luka pada jari A 2 H

Postur kerja Nyeri B 1 M


yang janggal punggung dan
nyeri pada
leher
Terpapar Gangguan C 3 H
kebisingan pendengaran

Proses Jari Luka pada B 2 H


penjahitan tergunting tangan
Jari tertusuk Luka pada jari A 2 H
jarum mesin
jahit
5
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

Postur kerja Nyeri


yang janggal punggung dan B 1 M
nyeri leher
Tersandung Nyeri pada B 2 H
tumpukan lutut
kain

Gerakan Terasa nyeri


tangan pada tangan B 1 M
berulang dan bahu

Terjepit Luka pada


mesin jahit tangan D 3 M

Pemasangan Jari Luka gores B 2 H


payet tergunting pada tangan
Jari tertusuk Luka pada jari A 2 H

Postur kerja Nyeri B 1 M


yang janggal punggung dan
nyeri leher

Keterangan:
Tingkat kemungkinan kejadian (likelihood)
A: Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi normal
B: Terjadi beberapa kali dalam periode waktu tertentu.
C: Dapat terjadi namun tidak sering.
D: Dapat terjadi kemungkinan kecil.
E: Dapat terjadi hanya dalam keadaan tertentu atau hampir tidak pernah terjadi.
Tingkat Dampak Kejadian (severity)
1: Tidak mengakibatkan cedera pada manusia dan tidak mengakibatkan kerugian.
2: Menimbulkan cedera ringan kerugian kecil, dan tidak menimbulkan dampak serius.
3: Cedera berat, dirawat dirumah sakit tetapi tidak menimbulkan cacat tetap, dan kerugian finansial.

4: Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap dan ketugian finansial besar serta menimbulkan dampak
serius.
5: Menimbulkan korban meninggal dan keurugian yang parah, serta dapat menghentikan kegiatan
selamanya.
Skala risk matrix
E: Extreme risk, risiko sangat tinggi dan membutuhkan tindakan segera.
H: High risk, risiko tinggi membutuhkan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan manajemen yang spesifik.
M: Moderate risk, risiko sedang dilakukan prosedur pemantauan dengan tanggung jawab manajemen.
L: Low risk, risiko rendah perlu dilakukan penanganan dengan prosedur rutin dan tidak melakukan tindakan
yang spesifik.

3.5. Pengendalian Risiko pada Tahapan Proses Kerja Penjahitan Toko Pakaian Ayu Andira
Pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh potensi bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi
potensi bahaya kerja pada proses produksi di Toko Pakaian Ayu Andira. Pengendalian risiko dilakukan
dengan melihat peringkat risiko untuk menemukan prioritas dan cara pengendaliannya. Dalam menentukan
pengendalian potensi bahaya harus mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi,
6
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

pengendalian teknis, pengendalian administrasi, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam proses
kerja.
Tabel 3. Form Isian HIRARC (Hazard Identifiation Risk Assessment and Risk Control)
1. Hazard Identification 2. Risk Analysis 3. Risk Control
No. Aktifitas Potensi Risiko Likelihood Severity Risk
Kerja Bahaya
1. Proses Jari tergunting Luka gores pada B 2 H Konsentrasi saat
Pembuatan Pola tangan menjahit dan
pengaturan jam kerja
Jari tertusuk Luka pada jari A 2 H Peningkatan konsentrasi
jarum dan pengaturan jam
kerja
Postur kerja Nyeri punggung B 1 M Menyediakan fasilitas
yang janggal dan nyeri pada kerja yang ergonomis
leher
Terpapar Gangguan C 3 H Mengurangi sumber
kebisingan pendengaran kebisingan dan
pemakaian tutup telinga
2. Memotong Jari tergunting Luka gores pada B 2 H Konsentrasi saat
Bahan tangan menjahit dan
pengaturan jam kerja
Jari tertusuk Luka pada jari A 2 H Peningkatan konsentrasi
jarum dan pengaturan jam
kerja
Postur kerja Nyeri punggung B 1 M Menyediakan fasilitas
yang janggal dan nyeri pada kerja yang ergonomis
leher
Terpapar Gangguan C 3 H Mengurangi sumber
kebisingan pendengaran kebisingan dan
pemakaian tutup telinga
3. Proses Jari tergunting Luka gores pada B 2 H Konsentrasi saat
Penjahitan tangan menjahit dan
pengaturan jam kerja
Jari tertusuk Luka pada jari A 2 H Peningkatan konsentrasi
jarum dan pengaturan jam
kerja
Postur kerja Nyeri punggung B 1 M Menyediakan fasilitas
yang janggal dan nyeri pada kerja yang ergonomis
leher
Gerakan tangan Terasa nyeri pada B 1 M Peregangan dan
berulang tangan dan bahu pengaturan jam kerja
Tersandung Cidera pada area B 2 H Menjaga area kerja agar
tumpukan kain kaki dan lutut tetap tertata dengan baik
Terjepit mesin Luka pada tangan D 3 M Memberi pelatihan
jahit kepada pekerja
mengenai cara kerja
aman sesuai prosedur
7
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

1. Hazard Identification 2. Risk Analysis 3. Risk Control


No. Aktifitas Potensi Risiko Likelihood Severity Risk
Kerja Bahaya

4. Pemasangan Jari tergunting Luka gores B 2 HKosentrasi saat


Payet pada tangan menjahit dan
pengaturan jam kerja
Jari tertusuk jarum Luka pada jari A 2 H Peningkatan
konsentrasi dan
pengaturan jam kerja
Postur kerja yang Nyeri B 1 M Menyediakan fasilitas
janggal punggung dan kerja yang ergonomis
nyeri pada leher

4.Pembahasan

4.1. Tahapan Proses Kerja Penjahitan Toko Pakaian Ayu Andira


Identifikasi potensi bahaya kerja pada Toko Pakaian Ayu Andira dilakukan di seluruh tahapan proses
kerja. Dari 4 tahapan kerja dalam proses pembuatan pakaian di Toko Pakaian Ayu Andira yang dimulai dari
membuat pola hingga memasang payet, diantaranya teridentifikasi beberapa jenis potensi bahaya dalam
proses produksinya, yaitu potensi bahaya fisik, potensi bahaya mekanik, potensi bahaya listrik, potensi
bahaya ergonomi, dan potensi bahaya psikologi.
Potensi Bahaya Fisik. Berdasarkan hasil obervasi dan wawancara di lapangan terdapat potensi bahaya
fisik yang ditemukan dalam proses produksi di Toko Pakain Ayu Andira, yaitu paparan kebisingan yang
berasal dari suara bengkel di samping toko dan jalan raya yang berada di depan toko. Paparan dari
kebisingan tersebut tidak berlangsung secara terus menerus tetapi sedikit mengganggu konsentrasi pekerja.
Jika paparan tersebut berlangsung secara terus menerus maka akan berpotensi menyebabkan gangguan
kesehatan terhadap pekerja seperti gagngguan komunikasi.
Potensi Bahaya Mekanik. Potensi bahaya mekanik pada proses kerja di Toko Pakaian Ayu Andira,
antara lain tertusuk jarum, baik jarum pentul dan jarum mesin jahit. Potensi tertusuk jarum terjadi pada
proses pembuatan pola, penjahitan, dan pemasangan payet. Risiko kecelakaan kerja ini dapat terjadi apabila
pekerja tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Contoh potensi bahaya mekanik yaitu ketika
jarum yang digunakan pekerja sudah berkarat maka bisa memicu peradangan, sehingga membuat jari
membengkak, kemerahan, terasa nyeri, dan hangat saat diraba. Bila infeksi sekunder, luka tersebut bisa
menjadi bernanah dan mengeluarkan bau tidak sedap. Tidak jarang dalam jarum berkarat terdapat bakteri
berbahaya, termasuk Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.
Potensi Bahaya Listrik. Toko Pakaian Ayu Andira menggunakan mesin jahit dengan tiga jenis, yaitu
mesin jahit model lama, mesin jahit portable, dan mesin jahit keluaran terbaru yang biasa digunakan di
pabrik produksi pakaian. Pada saat penggunaan mesin jahit, ditemukan potensi bahaya listrik, yaitu tersengat
arus listrik jika kondisi kabel tidak sering diperiksa. Pada arus listrik yang kecil dapat mengakibatkan
kesemutan, sedangkan pada arus listrik yang besar dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, yag
selanjutnya dapat menimbulkan korsleting listrik akibat hubungan singkat yang memicu timbulnya percikan
api. Kecelakaan kerja ini sangat jarang terjadi tetapi bisa berakibat fatal jika diabaikan dan menyebabkan
kerugian dengan finansial yang besar.
Potensi Bahaya Ergonomi. Potensi bahaya ergonomi yang ditemukan dalam tahapan proses kerja di
Toko Pakaian Ayu Andira, antara lain potensi bahaya dari sikap kerja yang tidak sesuai dan postur duduk
kerja tidak ergonomis pada tahap proses produksi dan aktivitas gerakan tangan berulang dalam waktu yang
lama pada proses penjahitan pakaian, sehingga dapat menyebabkan timbulnya rasa pegal pada tubuh,
keluhan nyeri pada leher, punggung, hingga pergelangan tangan. Dengan adanya potensi bahaya ergonomi
seringkali membuat pekerja merasa kurang nyaman terhadap posisi pada saat bekerja.
Potensi Bahaya Psikologi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pekerja didapatkan bahwa
pekerja berpotensi mengalami stress kerja yang diakibatkan oleh tuntutan pekerjaan yang berlebihan. Pada
8
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

saat hari-hari besar, seperti hari raya, tahun baru, dan hari-hari besar lainnya, banyak pelanggan yang
berlomba-lomba untuk membuat pakaian baru agar tampil menarik di hari raya sehingga terjadi peningkatan
pemesanan. Hal tersebut membuat para pekerja mendapatkan lebih banyak tekanan, baik dari atasan maupun
dari pelanggan itu sendiri.

4.2.Penilaian Risiko dan Pengendalian RIsiko pada Tahapan Proses Kerja Penjahitan Toko Pakaian Ayu
Andira

Proses membuat pola. Dari proses pekerjaan ini terdapat potensi bahaya kerja yang dapat
merugikan pekerja dan toko tempat bekerja, berupa bahaya fisik, bahaya mekanik, dan bahaya
ergonomi. Pada potensi bahaya ergonomi, untuk tingkat kemungkinan risiko diberi nilai B dan
tingkat dampak risiko diberi nilai 1. Untuk potensi bahaya mekanik, tingkat kemungkinan risiko
diberi nilai B dan tingkat dampak risiko diberi nilai 2. Untuk potensi bahaya kerja terpapar
kebisingan, tingkat kemungkinan risiko diberi nilai C dan tingkat dampak risiko diberi nilai 3.
Proses memotong bahan. Dari proses pekerjaan ini terdapat potensi bahaya kerja yang dapat
merugikan pekerja dan toko tempat bekerja, berupa bahaya fisik, bahaya mekanik, dan bahaya
ergonomi. Pada potensi bahaya ergonomi, untuk tingkat kemungkinan risiko diberi nilai B dan
tingkat dampak risiko diberi nilai 1. Untuk potensi bahaya mekanik, tingkat kemungkinan risiko
diberi nilai B dan tingkat dampak risiko diberi nilai 2. Untuk potensi bahaya kerja terpapar
kebisingan, tingkat kemungkinan risiko diberi nilai C dan tingkat dampak risiko diberi nilai 3.
Proses penjahitan. Dari proses pekerjaan ini terdapat potensi bahaya kerja yang dapat
merugikan pekerja dan toko tempat bekerja, berupa bahaya mekanik dan ergonomi. Untuk potensi
bahaya ergonomi, tingkat kemungkinan risiko diberi nilai B dan tingkat dampak risiko diberi nilai
1. Sedangkan untuk potensi bahaya mekanik, tingkat kemungkinan risiko diberi nilai B dan tingkat
dampak risiko diberi nilai 2.
Proses pemasangan payet. Pada proses ini pekerja menghadapi potensi bahaya mekanik dan
ergonomi. Untuk potensi bahaya ergonomi, tingkat kemungkinan risiko diberi nilai B dan tingkat
dampak risiko diberi nilai 1. Sedangkan untuk potensi bahaya mekanik, tingkat kemungkinan risiko
diberi nilai B dan tingkat dampak risiko diberi nilai 2.

5.Kesimpulan

Dari hasil penelitian identifikasi bahaya kerja dengan metode Hazard Identification Risk Assessment and
Risk Control pada penjahit di Toko Pakaian Ayu Andira Kota Medan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tahapan proses kerja penjahitan Toko Pakaian Ayu Andira terdiri dari proses membuat pola, proses
pemotongan bahan, proses penjahitan, dan pemasangan payet.
2. Potensi bahaya pada 4 tahapan proses kerja di Toko Pakaian Ayu Andira, menunjukan 4 potensi bahaya
di bagian proses membuat pola, 3 potensi bahaya di bagian memotong bahan, 5 potensi bahaya di bagian
proses penjahitan, dan 3 potensi bahaya di bagian pemasangan payet.
3. Penilaian Risiko berdasarkan hasil HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control)
pada proses kerja di Toko Pakaian Ayu Andira ditemukan 2 tingkatan risiko, yaitu terdapat 11 risiko
tinggi (high risk) dan 6 risiko sedang (moderate risk) yang terdapat dalam 4 proses kerja yang terjadi di
Toko Pakaian Ayu Andira. Untuk 11 risiko tinggi (high risk) tersebar dalam setiap proses kerja, yaitu
terdapat 3 risiko tinggi (jari tergunting, jari tertusuk jarum, terpapar kebisingan) pada proses pembuatan
pola, 3 risiko tinggi (jari tergunting, jari tertusuk jarum, terpapar kebisingan) pada proses memotong
bahan, 3 risiko tinggi (jari tergunting, jari tertusuk jarum mesin jahit, tersandung tumpukan kain) pada
proses penjahitan, dan 2 risiko tinggi (jari tergunting, jari tertusuk jarum) pada proses pemasangan payet.
Sedangkan untuk 6 risiko sedang (moderate risk) tersebar dalam setiap proses kerja, yaitu terdapat 1
risiko sedang (postur kerja yang janggal) pada proses pembuatan pola, 1 risiko sedang (postur kerja yang
janggal) pada proses pemotongan bahan, 3 risiko sedang (postur kerja yang janggal, gerakan tangan
berulang, terjepit mesin jahit) pada proses penjahitan, dan 1 risiko sedang (postur kerja janggal) pada
proses pemasangan payet.
Potensi bahaya pada tingkatan risiko tinggi (high risk) antara lain adalah penggunaan benda tajam,
terpapar kebisingan, dan tersandung tumpukan kain.
9
Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol.00, No.00 (2023) 000–000

Potensi bahaya pada tingkat risiko sedang (moderate risk) antara lain adalah postur kerja yang janggal,
gerakan tangan berulang, dan terjepit mesin jahit.
4. Pengendalian potensi bahaya pada setiap proses kerja guna menurunkan risiko paparan sesuai dengan
hirarki pengendalian berupa pengendalian teknis dan pengendalian administrasi.

Daftar Pustaka

Adnyani, A. L., & Indah, L. M., & Adiputra, S. H. (2017). Prevalensi gangguan fungsi pendengaran akibat
kebisingan lingkungan kerja pada pekerja kayu di Desa Mas Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar.
E-Jurnal Medika, 6(12),144-147.
Bungin, B. (2015). Analisis data penelitian kualitatif (Edisi ke-9). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hanani, A. D. (2021). Analisis potensi bahaya lingkungan kerja pada usaha penjahit y di Kota Palembang.
Jurnal Syntax Idea, 3 (2), 238-245.
Heryanawati, N. (2019). Implementasi job safety analysis (jsa) sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja
di proyek The Stature Jakarta PT. Acset Indonusa Tbk. (Skripsi, Universitas Sebelas Maret).
Hidayatulloh, F. U., & Budiani, M. S. (2019). Hubungan antara persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dengan semangat kerja karyawan bagian pengolahan pabrik gula x. Jurnal Penelitian
Psikologi, 6(5).
Ihsan, T., Edwin, T., & Irawan, R. O. (2016). Analisis risiko k3 dengan metode hirarc pada area produksi pt
cahaya murni andalas permai. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(2), 179-185.
ILO, 1991. Prevention of major industrial accident, and ILO Code of Practice, International Labpur Office,
Geneva.
Luthan, A. R. M. (2021). Identifikasi potensi bahaya kerja pada pekerja border dan konveksi di Fajar Baru
Helvetia. (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Maliga, I. (2021). Upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada sektor informal di
Kabupaten Sumbawa. Jurnal Abdimas Singkerru. 1(2), 141-147.
Monica, L. (2010). Gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota
Medan Tahun 2010. (Skripsi yang tidak dipublikasikan). Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,
Medan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Purnama, D. S. (2015). Analisa penerapan metode hirarc (hazard identification risk assessment and risk
control) dan hazops (hazard and operability study) dalam kegiatan identifikasi potensi bahaya dan
resiko pada proses inloading unit Di PT. Toyota Astra Motor. Jurnal Pasti, 9(3), 311-319.
Ramli, S. (2010). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001, Dian Rakyat. Jakarta.
Savira, A. M. W. (2020). Gambaran faktor yang berhubungan dengan low back pain (studi pada pekerja
konveksi di Desa Serut Kabupaten Tulungagung. (Skripsi, Universitas Airlangga).
Sukmawati, I. (2019). Gambaran potensi bahaya pada home industry konveksi Kota Semarang (studi kasus
di Konveksi Permata, Kalisegoro dan Fanny). (Skripsi, Universitas Negeri Semarang).
Urrohmah, D. S., & Riandadari, D. (2019). Identifikasi bahaya dengan metode hazard identification, risk
assessment and risk control (Hirarc) dalam upaya memperkecil risiko kecelakaan kerja di PT. PAL
Indonesia. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 8(1). 34-40.
Wati, I. S. (2020). Potensi bahaya pada home industry konveksi. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 4(3), 384-397.

Anda mungkin juga menyukai