TUGAS AKHIR
122 03 52/1732/2018
TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat,
penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa semuanya tidak akan
terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, dan bantuan, dari semua pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Ir. Nur Indrianti, M.T., D.Eng., IPM, selaku Dosen Pembimbing I
Tugas Akhir yang telah memberikan ide penelitian dan meluangkan waktu,
2. Ibu Yuli Dwi Astanti, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II Tugas
3. Bapak Dr. Sadi S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
4. Ibu Ir. Dyah Rachmawati L., M.T., selaku Sekertaris Jurusan Teknik
“Veteran” Yogyakarta.
iii
5. Ibu-ibu dan Bapak-bapak selaku pemiliki dan tenaga kerja dari para IKM
selama penelitian.
KKN, beberapa teman dari keluarga Marching Band UPN, dan teman
Tugas Akhir yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
kesempurnaan Tugas Akhir ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….......... i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………....... ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………....... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….......... v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….......... viii
ABSTRAK ……………………………………………………………………….. ix
ABSTRACT ……………………………………………………………………….. x
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….. III-1
3.1 Objek Penelitian ………………………………..………. III-1
3.2 Pengumpulan Data ……………………….…………….. III-1
3.3 Kerangka Penelitian ……………………………………. III-3
3.4 Pengolahan Data ……………………………………….. III-5
3.5 Analisis Hasil …………………………………………... III-6
3.6 Kesimpulan dan Saran …………………………………. III-6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tiga pilar keberlanjutan ..………………………………… II-1
Gambar 2.2 Diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang
sesuai ……………………………………………………... II-20
Gambar 3.1 Kerangka penelitian ….…………………………………... III-4
Gambar 4.1 Matriks SWOT klaster 1 …………………………………. IV-26
Gambar 4.2 Matriks SWOT klaster 2 …………………………………. IV-27
Gambar 4.3 Matriks SWOT klaster 3 …………………………………. IV-28
Gambar 4.4 Grafik kinerja kinerja setiap klaster …………………...... IV-35
Gambar 4.5 Grafik kinerja beserta usulan alternatif strategi klaster 1 .. IV-37
Gambar 4.6 Grafik kinerja beserta usulan alternatif strategi klaster 2 .. IV-43
Gambar 4.7 Grafik kinerja beserta usulan alternatif strategi klaster 3 .. IV-49
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pelaku dan peran dalam segitiga pengembangan klaster … II-10
Tabel 2.2 Interpretasi reliabilitas instrumen ………………………... II-12
Tabel 2.3 Mapping penelitian mengenai klaster pada suatu industri
olahan ……………………………..……………………… II-21
Tabel 3.1 Variabel yang digunakan ……….………………………... III-2
Tabel 4.1 Hasil rekapitulasi penilaian kuesioner kinerja secara
ekonomi ………………………………………………….. IV-2
Tabel 4.2 Hasil rekapitulasi penilaian kuesioner kinerja secara
lingkungan ……………………………………………….. IV-3
Tabel 4.3 Hasil rekapitulasi penilaian kuesioner kinerja secara sosial IV-3
Tabel 4.4 Hasil uji validitas butir kuesioner penelitian …………….. IV-4
Tabel 4.5 Rangkuman standarisasi data …………………………….. IV-6
Tabel 4.6 Standarisasi atau normalisasi data dengan Zscore ..……... IV-7
Tabel 4.7 Pusat klater iterasi 1 …………………….………………... IV-9
Tabel 4.8 Jarak IKM terhadap pusat klaster iterasi 1 ..……………... IV-12
Tabel 4.9 Perhitungan pusat klaster 1 iterasi 2 ……....……………... IV-13
Tabel 4.10 Pusat klaster iterasi 2 ..……………................................... IV-14
Tabel 4.11 Jarak IKM terhadap pusat klaster iterasi 2 ......................... IV-17
Tabel 4.12 Profil masing-masing klaster ............................................. IV-18
Tabel 4.13 Rangkuman identifikasi rata-rata klaster …........................ IV-17
Tabel 4.14 Identifikasi faktor internal klaster 1 ................................... IV-19
Tabel 4.15 Identifikasi faktor internal klaster 2 ................................... IV-22
Tabel 4.16 Identifikasi faktor internal klaster 3 ................................... IV-22
Tabel 4.17 Identifikasi faktor eksternal ……….................................... IV-24
Tabel 4.18 Anggotan klaster …………………..................................... IV-30
Tabel 4.19 Rangkuman rata-rata masing-masing klaster ..................... IV-31
viii
ABSTRAK
Batik adalah warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO.
Industri Batik sangat berkembang di Indonesia. Salah satunya adalah Sentra Industri
Batik Tulis Wukirsari yang berlokasi di Kabupaten Bantul dan terdiri dari 13 Industri
Kecil Menengah (IKM) batik tulis. Hingga saat ini belum dilakukan klasterisasi terhadap
sentra tersebut. Klasterisasi penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan daya
saing, terlebih lagi jika dilihat dari dimensi sustainability. Oleh karena itu penelitian ini
dimaksudkan untuk melakukan klasterisasi berdasarkan dimensi sustainability, yaitu
ekonomi, lingkungan, dan sosial, dan membuat usulan strategi untuk masing-masing
klaster.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode K-Means, sedangkan strategi
pengembangan disusun berdasarkan analisis SWOT. Dimensi yang diperhatikan dalam
penelitian ini terdiri dari 16 variabel, yaitu 9 variabel ekonomi, 3 variabel lingkungan,
dan 4 variabel sosial.
Hasil penelitian menunjukkan adanya 3 klaster dengan karakteristik yang
berbeda. Usulan strategi pengembangan disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing klaster. Klaster 1 terdiri dari 8 IKM batik tulis dengan karakteristik jenis IKM
mikro. Keberlanjutan klaster 1 berdasarkan penilaian variabel kinerja sebesar 18,75%.
Klaster 2 terdiri dari 4 IKM batik tulis dengan karakteristik jenis IKM kecil.
Keberlanjutan klaster 2 berdasarkan penilaian variabel kinerja sebesar 56,25%. Klaster
3 terdiri dari 1 IKM batik tulis dengan karakteristik jenis IKM menengah. Keberlanjutan
klaster 3 berdasarkan penilaian variabel kinerja sebesar 93,75%.
Kata kunci: IKM batik tulis, keberlanjutan, klasterisasi, K-Means, SWOT, Wukirsari
ix
ABSTRACT
x
BAB I
PENDAHULUAN
UNESCO. Hal ini mempertegas bahwa batik menjadi bagian dari Indonesia yang
diterima luas di pasar global. Menurut Kemenperin (2017) nilai ekspor batik
sampai dengan semester I tahun 2017 mencapai USD39,4 juta. Data ini
Kabupaten Bantul memiliki dua sentra batik yang kapasitas produksinya sudah
melebihi 3.000 meter per tahun. Salah satu sentra batik di Kabupaten Bantul
adalah Sentra Industri Batik Tulis Wukirsari. Sentra Industri Batik Tulis
Wukirsari memiliki 13 IKM. Produk yang dihasilkan dari sentra ini berupa kain
batik dengan jenis corak batik klasik dan modern. Konsumen terbesar sentra ini
adalah wisatawan asing, lokal, dan penggemar batik tulis. Sentra memiliki
Sentra Industri Batik Tulis Wukirsari diketahui bahwa diketahui kondisi saat ini
masih memiliki kesamaan dan perbedaan kinerja setiap IKM dan kinerja tidak
I-1
I-2
ada saat ini di Sentra Industri Batik Tulis Wukirsari, setiap IKM hanya menunggu
yang dilakukan secara garis besar hanya mengikuti pameran, menyebar brosur dan
Dalam dimensi sosial, kemampuan setiap IKM dalam melakukan tanggung jawab
dilengkapi dengan IPAL. Akan tetapi, beberapa IKM masih melakukan produksi
rekonsiliasi dari tuntunan ekonomi, dan sosial, yang dibatasi lingkungan. Maka
dari itu IKM yang ada di Sentra Industri Batik Tulis Wukirsari belum mencapai
usaha yang hampir sama dalam klaster. Klaster dapat memunculkan strategi
pengembangan demi meninkatkan kinerja dan daya saing IKM. Maka dari itu
untuk mencari solusi untuk meningkat kinerja dan daya saing berdasarkan dimensi
sustainability dengan klasterisasi dirasa sesuai, karena hingga saat ini klasterisasi
fungsi klasterisasi dapat mengelompokan IKM yang ada di Sentra Industri Batik
klaster.
UKM Bantul.
I-4
1.3.2 Asumsi
Dalam penelitian ini asumsi yang digunakan adalah dalam dimensi sosial,
untuk meningkatkan kinerja dan daya saing IKM. Manfaat lainnya adalah untuk
Sistematika penulisan pada skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
Bab ini membahas tentang dasar teori yang akan digunakan sebagai
Bab ini berisi uraian mengenai data yang akan dibutuhkan, tahapan
Bab ini menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran
sustainability.
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengurangi kemampuaan generasi yang akan
datang dalam memenuhi kebutuhannya. Pada KTT Dunia tahun 2005, ditetapkan
tuntutan ekonomi. Ketiga hal tersebut disebut tiga pilar keberlanjutan. Hubungan
ketiga pilar tersebut dibatasi oleh limit lingkungan. Ekonomi bergantungan pada
pada ekosistem yang memberikan bentuk, dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Ott dan
dkk., 2017)
globalisasi. Sampai saat ini belum ada definisi yang baku mengenai sustainability
terutama dalam konteks perusahaan. Oleh karena itu pengkuran dan interpretasi
terhadap konstruk tersebut tergantung pada tujuan dan kepentingan para peneliti
(Supriyadi, 2013).
daya manusia dan alam yang dubutuhkan dimasa yang akan datang. Pengukuran
dimensi yakni lingkungan, sosial, dan ekonomi (Figge and Hahn, 2004, dalam
Supriyadi, 2013).
trade dan ethical trade dalam berbisnis. Sosial menekankan pentingnya praktik
bisnis suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja. Secara lebih
pembayaran upah yang wajar, lingkungan kerja yang aman dan jam kerja yang
dapat ditoleransi. Bukan hanya itu, konsep ini juga meminta perusahaan
mengelola dengan baik penggunaan energi, terutama atas sumber daya alam yang
tidak dapat diperbarui. Mengurangi hasil limbah produksi dan mengolah kembali
limbah agar menjadi aman bagi lingkungan, mengurangi emisi karbon ataupun
Statistik dan menurut UU No. 20 Tahun 2008 memiliki konsep pendefinisian IKM
yang berbeda-beda.
II-4
Menurut Badan Pusat Statistik (2018) Perusahaan atau usaha industri suatu
barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan
serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Industri
Kecil adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 5 sampai 19 orang.
Industri Mikro adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 1 sampai 4
apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
II-5
usaha; atau
2.3 Klasterisasi
melalui ekspor barang dan jasa. Penggunaan klaster (cluster) sebagai alat
deskriptif untuk hubungan ekonomi regional memberikan yang lebih kaya, dan
representasi yang lebih berarti dari penggerak industri lokal dan dinamika regional
geografis terkonsentrasi dan saling berhubungan oleh arus barang dan jasa, yang
ekonomi lainnya. Klaster (cluster) termasuk pekerjaan dengan nilai tambah tinggi
II-6
dan rendah. Kelompok usaha adalah konsentrasi geografis dari bisnis yang saling
bersaing, secara nasional dan global. Dalam studi perkotaan, istilah aglomerasi
digunakan. Klaster (cluster) juga merupakan aspek yang sangat penting dari
industri meliputi kesamaan usaha yang terkonsentrasi pada suatu lokasi, adanya
dukungan sarana transportasi, adanya bahan baku industri dan pasar produk serta
dan untuk mengembangkan strategi jangka pendek dan jangka panjang untuk
tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Selain itu, infrastruktur lokal dan upaya
merupakan hasil dari lokasi geografis bersama dan tujuan bersama. Meskipun
mungkin tidak mewakili sebagian besar pekerjaan di wilayah ini, industri ini
II-7
adalah mesin ekonomi dari bagian ekonomi lainnya. Pekerja, penemu, komunitas,
(cluster) industri adalah untuk mengurangi kompetisi di antara mitra bisnis di desa
sendiri. Semua analisis klaster (cluster) bergantung pada evaluasi pola kerja lokal
interdepensi dan peran yang berbeda-beda. Tetapi pelaku aktif yang turut
menentukan tidak hanya mereka. Pelaku lain yang juga punya pengaruh adalah
asosiasi profesi, asosiasi tenaga kerja, perbankan dan institusi jasa pendukung
(Hartanto, 2004).
ditentukan oleh interaksi di antara segitiga ini. Semakin kuat mereka berperan
Uji validitas adalah uji statistik menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian menggunakan kuesioner
mengukur apa yang ingin diukur. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji
Instrumen yang berbentuk test, maka pengujian isi dapat dilakukan dengan
ahli, maka selanjut diuji cobakan, dan dianalisis dengan analisis item.
instrumen dengan skor total, atau dengan mencari daya pembeda skor tiap
item.
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-
Uji relibilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas dapat mengukur sejauh mana alat
ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Reabilitas dapat mengukur sejauh mana alat
variabel yang bersangkutan menjadi skor standar. Skor standar merupakan suatu
alat untuk menilai besarnya harga suatu variabel (gejala) terhadap rata-ratanya
yang dinyatakan dengan suatu standar deviasi. Dengan demikian skor standar ini
semakin besar pula perubahan variabel itu dari rata-ratanya, dan semakin kecil
angka standarnya berarti semakin kecil pula perubahan variabel itu dari rata-
……………………...………………………………….…(2.1)
dengan:
Z : skor standar
M : rata-rata
σ : standar deviasi
K-Means merupakan salah satu metode data klasterisasi non hirarki yang
karakteristik yang sama dikelompokkan ke dalam satu klaster (cluster) yang sama
pendeteksian lokasi pusat tiap klaster (cluster) dan proses pencarian anggota dari
masing kelompok.
Lokasi centroid setiap kelompok yang diambil dari rata-rata (mean) semua
nilai data pada setiap fiturnya harus dihitung kembali. Jika M menyatakan jumlah
data dalam sebuah kelompok, i menyatakan fitur ke-i dalam sebuah kelompok,
∑ .……………...………………………..…………...(2.2)
( ) ‖ ‖ √∑ | | …...…....….(2.3)
D adalah jarak antara data x2 dan x1, dan | . | adalah nilai mutlak.
sebagai berikut:
mengandung outlier.
II-15
SWOT merupakan salah satu instrument analisis yang ampuh apabila digunakan
dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus
dihadapi. Jika para penentu strategi perusahaan mampu melakukan kedua hal
tersebut dengan tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menentukan strategi
a. Faktor kekuatan
dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam
itu antara lain ialah kekuatan pada sumber keuangan, citra positif, keunggulan
b. Faktor kelemahan
Jika berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu bisnis,
dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang
produk yang tidak atau kurang diminati oleh para pengguna atau calon
c. Faktor peluang
d. Faktor ancaman
yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis. Jika tidak diatasi, ancaman
akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa
o masuknya pesaing baru di pasar yang sudah dilayani oleh satuan bisnis,
o menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang
dimiliki dan kelemahan yang menonjol dapat dinilai dan dikaitkan dengan
diterapkan dalam paling sedikit tiga bentuk untuk membuat keputusan yang
kunci dalam suatu perusahaan menggunakan kerangka berpikir yang logis dalam
organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk
ancaman,
tidak mustahil, karena perspektif yang berbeda, dilihat oleh manajer yang
Oleh karena itulah dikatakan bahwa kerangka berpikir yang logis dan
alternatif untuk tiba pada pilihan yang dipandang paling tepat akan menjadi lebih
sistematik antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak dan kekuatan dan
II-19
kelemahan internal di lain pihak. Maksud utama penerapan pendekatan ini adalah
untuk mengidentifikasi dan mengenali satu dari empat pola yang bersifat khas
dalam keselarasan situasi internal dan eksternal yang dihadapi oleh satuan bisnis
keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai
SWOT.
yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan dapat
kuantitatif misalkan neraca, laba rugi, dan lain-lain. Setelah mengetahui berbagai
faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks internal
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat
II-20
strategi yang sesuai dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Marimin, 2004).
Penelitian terdauhulu ini menjadi salah satu acuan dalam penelitian ini.
Penetilian terdahulu ini adalah penelitian yang relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan. Penelitian terdahulu ini mengenai klaster pada suatu industri
olahan. Perbedaan dari penelitian ini dan penelitian terdahulu adalah klaster
dibentuk berdasarkan variabel ekonomi saja sedangkan pada penelitian ini klaster
Tabel 2.3 Mapping penelitian mengenai klaster pada suatu industri olahan
No. Penelitian Judul Masalah Objek Metode Variabel Kesimpulan
Klaster 1 memiliki 3 anggota UKM
Kapasitas keripik apel dengan peningkatan keahlian
produksi per dan teknologi produksi dan
Strategi Pengembangan bulan, lama pengembangan peningkatan keterampilan
Pembentukan klaster industri
Mustaniroh, S.T., Klaster Keripik Apel 8 UKM operasi, nilai dan pengetahuan tenaga kerja. Klaster 2
pada olahan apel terutama K-Means
Amalia, F., Effendi, dengan K-Means keripik investasi, rata- memiliki anggota sbanyak 3 UKM
1. pada produk keripik apel clustering
M., & Effendi, U. Klastering dan apel di rata penjualan per dengan peningkatan keahlian dan
untuk meningkatkan daya dan AHP
(2016) Analytical Hierarchy Kota Batu bulan, jumlah teknologi produksi dan peningkatan akses
saing UKM
Process tenaga kerja, dan permodalan. Klaster 3 terdiri dari 2
jumlah asset unit anggota UKM dengan peningkatan
usaha keahlian dan teknologi produksi dan akses
pemasaran.
Didapatkan tiga kelompok usaha kecil
menengah, yaitu 15 IKM termasuk usaha
kecil, 9 IKM termasuk usaha menengah,
22 IKM termasuk usaha rumah tangga.
Umur IKM, Berdasarkan supplier 19 IKM termasuk
jumlah karyawan, usaha kecil, 9 IKM termasuk usaha
46 UKM modal, penjualan menengah, 18 IKM termasuk usaha
Cluster Industri Kecil K-meansdan
Hidayat. R., & Pengelompokan berdasarkan batik di per tahun, laba rumah tangga. Berdasarkan subkontrak 13
2. Menengah Berdasarkan analisis
Akhmad., S. (2014) kinerja bisnis kabupaten per tahun, IKM termasuk usaha kecil, 10 IKM
Kinerja Supply Chain diskriminasi
Bangkalan supplier, termasuk usaha sedang, dan 23 IKM
subkontrak, termasuk usaha rumah tangga.
pemasaran Berdasarkan pemasaran 18 IKM termasuk
usaha kecil, 18 IKM termasuk usaha
sedang, 10 IKM termasuk usaha rumah
tangga. Faktor penentu keberhasilan pada
pemilihan kualitas bahan baku
II-21
II-22
II-22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah Sentra Industri Batik Tulis Wukirsari di
Yogyakarta. Sentra Industi Batik Tulis Wukirsari didirikan pada tahun 2007.
Sentra ini memiliki 13 kelompok IKM batik tulis, yaitu Sungsang Batik, Sekar
Khedaton, Giri Indah, Giri canting, Sri Kuncoro, Berkah Lestari, Sari Sumekar,
Suka Maju, Bima Sakti, Sidomulyo, Sidomukti, Sungging Tumpuk, dan Sekar
Arum.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
meliputi:
III-1
III-2
2. Data sekunder
meliputi:
o modal awal,
dalam diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.
III-4
Mulai
Perumusan Masalah
Bagaimana susunan klaster di Sentra Industri Batik Tulis
Wukirsari berdasarkan dimensi sustainability dan usulan strategi
pengembangan untuk meningkatkan kinerja dan daya saing.
Tujuan Penelitian
Menyusun klaster di Sentra Industri Batik Tulis Wukirsari
berdasarkan dimensi sustainability dan mengusulkan strategi
pegembangan untuk meningkatkan kinerja dan daya saing.
Studi Literatur
1. Industrial sustainability
2. Industri Kecil dan Menengah (IKM)
3. Klasterisasi
4. Uji validitas dan reliabilitas
5. Normalisasi data
6. Metode K-means
7. Analisis SWOT
8. Penelitian Terdahulu
Pengumpulan Data
Observasi langsung, wawancara, kuesioner, referensi terkait,
dan data perusahaan
Pengolahan Data
A. Klasterisasi
1. Melakukan uji validitas dan reliabilitas.
2. Normalisasi data dengan menghitung Z score.
3. Menyusun klaster menggunakan metode K-Means.
4. Mengidentifikasi permasalahan setiap klaster.
B. Penyusunan usulan alternatif strategi pengembangan
1. Identifikasi faktor eksternal dan internal setiap klaster.
2. Memunculkan usulan strategi pengembangan
menggunakan matriks SWOT.
Analisis Hasil
Analisis hasil klaster berdasarkan dimensi sustanaibility untuk
menyusun usulan alternatif strategi pengembangan setiap klaster
dan analisis usulan alternatif strategi pengembangan.
Selesai
sebagai berikut:
A. Klasterisasi
2. Normalisasi data
3. Klasterisasi
berikut:
terdekat.
ditentukan.
hasil pengolahan data mengenai penyusunan klaster di Sentra Industri Batik Tulis
batik tulis. Klaster yang telah terbentuk dilakukan analisis untuk menyusun usulan
penelitian ini yang perlu ditambah dan diperbaiki akan dijadikan sebagai
mengenai data apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini. Dalam
data.
dalam penelitian. Data yang diperoleh merupakan data yang didapatkan melalui
pengumpulan data primer dan sekunder dengan pihak IKM batik tulis Wukirsari.
sebagai penilaian kondisi setiap IKM batik tulis Wukirsari. Hasil kuesioner
klaster.
Variabel yang digunakan untuk klasterisasi IKM yaitu terdiri dari modal
awal (A11), pertumbuhan penjualan (A12), kapasitas produksi per tahun (A21),
pertumbuhan penambahan tenaga kerja (A22), jumlah tenaga kerja terampil (A23),
IV-1
IV-2
lingkungan (B1), daur ulang limbah (B2), sistem manajemen lingkungan (B3),
kerja (C3), dan kesehatan lingkungan kerja (C4). IKM batik tulis Wukirsari terdiri
dari Giri Indah (1), Sekar Khedaton (2), Sungging Tumpuk (3), Bima Sakti (4),
Sidomukti (5), Sari Sumekar (6), Sidomulyo (7), Sungsang Batik (8), Sri Kuncoro
(9), Giri canting (10), Suka Maju (11), Berkah Lestari (12), dan Sekar Arum (13).
lingkungan, dan sosial, serta kendala yang sedang dihadapi. Sehingga pada
kuesioner ini diharapkan mampu melihat sejauh mana pencapaian kinerja dari
setiap IKM batik tulis Wukirsari. Hasil rekapitulasi penilaian kuesioner bagian
kinerja secara ekonomi, lingkungan dan sosial dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel
kerja yang didapatkan dari data jumlah tenaga kerja pertahun periode 2013-2017.
dimulai dari uji validitas dan uji reliabilitas, melakukan standarisasi data,
analisis SWOT.
4.2.1 Klasteriasi
Uji validitas pada butir kuesioner penelitian dengan software SPSS 25.0
dapat dilihat pada (Lampiran B). Signifikansi uji validitas dengan taraf signifikan
5%. Nilai rtabel diperoleh dari Tabel Distribusi Nilai rtabel Signifikansi 5% dan 1%
dapat dilihat pada (Lampiran B). Jumlah data atau n sama dengan 13 maka nilai
rtabel sebesar 0,553. Apabila nilai rhitung lebih dari nilai rtabel dinyatakan valid. Hasil
uji validitas butir kuesioner penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Dari Tabel 4.4 semua butir kuesioner penelitian nilai rhitung lebih dari nilai
rtabel maka butir semua butir kuesioner dinyatakan valid. Hasil penilaian kuesioner
Uji reliabilitas pada butir kuesioner penelitian dengan software SPSS 25.0
dapat dilihat pada (Lampiran B). Signifikansi uji reliabilitas dengan taraf
signifikan 5%. Nilai rtabel diperoleh dari Tabel Distribusi Nilai rtabel Signifikansi
5% dan 1% dapat dilihat pada (Lampiran B). Jumlah data atau n sama dengan 13
maka nilai rtabel sebesar 0,553. Apabila nilai rhitung atau cronbach’s alpha lebih dari
nilai rtabel dinyatakan kuseioner penelitian konsisten. Apabila nilai rhitung berada
alpha sebesar 0,853. Maka dari itu nilai cronbach’s alpha sebesar 0,853 lebih
dari rtbael sebesar 0,553, maka kusioner konsisten atau reliable. Hasil nilai rhitung
atau cronbach’s alpha per butir kuesioner dapat dilihat pada (Lampiran B). Hasil
terlebih dahulu dilihat kesamaan satuan atau dimensinya. Data-data dari hasil
Persamaan (2.1). Rangkuman standarisasi data dapat dilihat pada Tabel 4.5
IV-6
perhitungan Zscore.
Contoh perhitungan stadarisasi dengan Persamaan (2.1) pada nomor IKM 1, kode
variabel A11.
Hasil perhitungan Zscore nomor IKM 1, kode variabel A11 adalah -0,679. Hasil
IV-7
IV-8
atau klaster yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 3 (tiga). Selanjutnya
menentukan secara acak atau random pusat dari klaster atau centeroid sebanyak
jumlah klaster yang digunakan. Secara acak atau random pusat klaster yang
dipilih pada iterasi 1 adalah IKM nomor 3 menjadi pusat klaster 1, nomor 5
menjadi pusat klaster 2, dan nomor 8 menjadi pusat klaster 3 dapat dilihat pada
Tabel 4.7.
IV-9
IV-9
IV-10
Pusat klaster yang telah ditentukan secara acak atau random akan menjadi
pusat untuk menghitung jarak kinerja setiap IKM. IKM nomor 3 dipilih menjadi
pusat klaster 1, IKM nomor 5 dipilih menjadi pusat klaster 2, dan IKM nomor 8
dilakukan berdasarkan jarak kinerja terdekat antara IKM dengan pusat klaster atau
D2 = (( ) ) (( ) ( )) ( ( )) +
( ( )) ( ( )) ( ( ))
( ( )) ( ( )) (( ) ( ))
( ( )) ( ) (( ) )
( ( )) ( ( )) ( ( ))
( ( ))
D2 = √
D = 5,454
IV-11
D2 = (( ) ( )) (( ) ) ( )
( ( )) ( ) ( )
( ) ( ) (( ) )
( ( )) ( ( )) (( ) )
( ( )) ( ) ( ) ( )
D2 = √
D = 3,852
D2 = (( ) ) (( ) ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) (( ) )
( ) ( ) (( ) )
( ) ( ) ( )
( )
D2 = √
D = 6,342
Pada IKM nomor 1 jarak terkecil terhadap pusat klaster yang dimiliki adalah pada
pusat klaster 2 sebesar 3,852, sehingga IKM nomor 1 masuk ke dalam klaster 2.
Hasil perhitungan dan hasil pengelompokan IKM lain dapat dilihat seperti pada
Tabel 4.8.
IV-12
variabel setiap klaster. Tabel 4.9 akan menjelaskan pusat klaster 1 iterasi 2. IKM
yang termasuk ke dalam klaster 1 dilakukan perhitungan rata-rata, dan IKM yang
bukan termasuk ke dalam klaster 1 akan bernilai 0. Hasil rata-rata akan menjadi
pusat klaster yang dapat dilihat pada Tabel 4.10. Perhitungan dan hasil
perhitungan pusat klaster 2, dan pusat klaster 3 pada iterasi 2 dapat dilihat pada
(Lampiran C).
IV-13
IV-13
IV-14
IV-14
IV-15
Pusat klaster yang telah didapatkan akan menjadi pusat untuk menghitung
jarak setiap IKM pada iterasi 2. Pengelompokan atau alokasi kelompok akan
dilakukan berdasarkan jarak kinerja terdekat antara IKM dengan pusat klaster atau
D2 = (( ) ( )) (( ) ( )) ( ( ))
( ( )) ( ( )) ( ( ))
( ( )) ( ( )) (( ) ( ))
( ( )) ( ( )) (( ) ( ))
( ( )) ( ( )) ( ( ))
( ( ))
D2 = √
D = 4,365
IV-16
D2 = (( ) ) (( ) ( )) ( )
( ( )) ( ) ( ) (
) ( ) (( ) )
( ) ( ) (( ) )
( ) ( ) ( ) ( )
D2 = √
D = 2,530
D2 = (( ) ) (( ) ) ( )
( ) ( ) ( ) (
) ( ) (( ) )
( ) ( ) (( ) )
( ) ( ) ( ) ( )
D2 = √
D = 6,342
IKM nomor 1 jarak terkecil yang dimiliki terhadap pusat klaster adalah pada pusat
klaster 2 sebesar 2,530, sehingga IKM nomor 1 masuk ke dalam klaster 2. Hasil
perhitungan dan hasil pengelompokan IKM lain dapat dilihat seperti pada Tabel
4.11.
IV-17
yang telah dilakukan tidak merubah pengelompokan IKM, maka dari itu iterasi
Iterasi berhenti di pusat klaster iterasi 2. Maka dari pusat klaster iterasi 2
dapat mengubah kembali data-data Zscore menjadi satuan awal dalam hasil
rekapitulasi kuesioner. Tabel 4.12 adalah tabel profil masing-masing klaster yang
IV-18
IV-19
Contoh perhitungan mengubah Zscore menjadi satuan awal pada rata-rata kode
= [( ) ( )]
= Rp7.250.000,-
Contoh perhitungan mengubah Zscore menjadi satuan awal pada nilai maksimal kode
Rata-rata A11 klaster 1 = nilai maksimal + [(pusat klaster iterasi 2)x(standar deviasi)]
= [( ) ( )]
= Rp25.788.462,-
Berdasarkan Tabel 4.12 akan mempermudah dalam mengidentifikasi setiap klaster. Tabel
4.13 adalah hasil identifikasi setiap klaster berdasarkan pengolahan data yang didapatkan
klaster dapat dilihat pada (Lampiran D). Faktor eksternal yang berupa peluang
dan sosial didapatkan dari referensi-referensi yang menjadi isu peluang atau
ancaman bagi IKM batik tulis. Hasil identifikasi faktor internal klaster 1, klaster 2,
dan klaster 3 dapat dilihat pada Tabel 4.14, Tabel 4.15, dan Tabel 4.16. Hasil
(opportunity), dan ancaman (threat) yang akan dihadapi IKM batik tulis dapat
dimiliki setiap klaster IKM batik tulis Wukirsari. Dari matriks ini akan terbentuk
Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3 adalah diagram matriks SWOT dengan
Strength Weaknesess
1. Bahan baku kualitas terbaik 1. Kurangnya kemampuan mempromosikan produknya
2. Kurangnya kemampuan menggunakan teknologi dan internet
2. Mempunyai showroom bersama di Desa Wukirsari 3. Kurangnya tenaga kerja terampil (pembatik)
3. Menggunakan pewarna alami dari tumbuh- 4. Jam kerja pembatik tidak disiplin
tumbuhan 5. Kurangnya distribusi produk ke luar showroom
4. Selalu menerima tenaga kerja dari masyarakat 6. Penggunaan pemutih dalam pencucian
7. Kurangnya pemanfaatan daur ulang limbah
sekitar 8. Pengelolaan limbah belum terpadu
9. Kurangnya IPAL
10. Rendahnya kenyamanan lingkungan kerja
11. Rendahnya kesehatan lingkungan kerja
Opportunity Strategi SO Strategi WO
1. Meratanya SKKNI pada semua IKM batik (Kemnaker RI, Membuat agenda/tracking event pameran Bantuan Pemerintah Daerah dalam sosialisasi atau pelatihan
2018) internet marketing ( W1, W2,W5, O2, O3)
membangun jaringan dengan pihak lain untuk Kerjasama Pemerintah Daerah, ormas, dan BLH dalam
2. Produk lokal IKM mendominasi marketplace (Mega, 2018)
3. Peningkatan ekspor produk IKM (Rini, 2018) program pameran (S1, O3) sosialisasi, bantuan, dan pelatihan mengenai pengelolaan limbah
4. Adaya kerja sama pihak lain atau BLH dalam pengelolaan batik terpadu (W6, W7, W8, W9, O4, O5)
limbah terpadu (Mahfudloh dkk., 2017) Bantuan Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi mengenai
5. Menjadikan adaya PERDA tentang pengelolaaan limbah dan SKKNI mengenai sertifikasi tenaga kerja batik (W3, W4, O2, O6,
sanksi bagi pelaku pencemaran (Mahfudloh dkk., 2017) O7)
6. Menjadikan lapangan kerja baru (Purwaningsih dkk., 2016) Membuat struktur organisasi & membuat jadwal kerja secara
7. Jumlah pembatik Bantul meningkatkan (Purwaningsih dkk., professional (W4, O1, O3, O6)
2016) Bantuan pemerintah pembuatan IPAL skala rumah tangga (W9,
O4, O5)
Threat Strategi ST Strategi WT
1. Ketatnya persaingan dalam pasar kerja global (Kemnaker RI, Bantuan Pemerintah Daerah mengadakan pelatihan Bantuan pemerintah untuk meningkatkan teknologi produksi
2018) tepat guna (W2, T2, T3)
2. Munculnya batik dari negara lain (Khamdi, 2016)
membatik yang lebih inovatif (S1, T2) Bekerja sama sebagai pelengkap produk pihak lain (W1, W5, T1,
3. Cuaca buruk menghambat produksi (Sugiarti,2013) Kampanye ormas atau BLH mengenai limbah (S3, T2)
4. Melemahnya kesadaran mengenai pengelolaan limbah T4, T5) Bantuan pemerintah daerah dan perguruan tinggi mengenai
(Mahfudloh dkk., 2017) sosialisasi K3 dalam membatik (W10, W11, T6)
5. Kondisi lingkungan semakin menurun (Mahfudloh dkk., Sosialisasi dan pelatihan mengenai daur ulang limbah (W7, T4,
2017) T5)
6. Regenerasi pembatik rendah (Sugiarti, 2013) Bekerja sama dengan pihak lain dalam distribusi limbah (W8,
W9, T4, T5)
Gambar 4.1 Matriks SWOT klaster 1
IV-26
IV-27
Strength Weaknesess
1. Bahan baku kualitas terbaik 1. Jam kerja pembatik tidak disiplin
2. Mempunyai showroom bersama di Desa Wukirsari
3. Mempunyai jumlah tenaga kerja terampil di atas rata-rata 2. Kurangnya pemanfaatan daur ulang limbah
4. Sudah lumayan mampu mempromosikan produknya 3. Pengelolaan limbah belum terpadu
5. Sudah lumayan mampu menggunakan tekologi dan internet 4. Rendahnya kenyamanan lingkungan kerja
6. Menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan
7. Selalu menerima tenaga kerja dari masyarakat sekitar
8. Menyediakan beberapa peralatan kesehatan membatik sesuai
standar prosedur kerja
Opportunity Strategi SO Strategi WO
1.Meratanya SKKNI pada semua IKM batik (Kemnaker RI, Membuat agenda/tracking event pameran & Kerjasama Pemerintah Daerah, ormas peduli
2018)
2.Produk lokal IKM mendominasi marketplace (Mega, 2018)
membangun jaringan dengan pihak lain untuk program lingkungan, dan BLH dalam sosialisasi, bantuan,
3.Peningkatan ekspor produk IKM (Rini, 2018) pameran (S1, S3, S4, O4) dan pelatihan mengenai pengelolaan limbah batik
4.Adaya kerja sama pihak lain atau BLH dalam pengelolaan Bantuan Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi terpadu (W3, O4, O5)
limbah terpadu (Mahfudloh dkk., 2017) mengenai SKKNI mengenai sertifikasi tenaga kerja Membuat jadwal kerja secara professional (W1, O1,
5.Menjadikan adaya PERDA tentang pengelolaaan limbah dan batik (S3, S7, O2, O7, O8) O3)
sanksi bagi pelaku pencemaran (Mahfudloh dkk., 2017)
Bantuan Pemerintah Daerah dalam sosialisasi atau
6.Menjadikan lapangan kerja baru (Purwaningsih dkk., 2016)
7. Jumlah pembatik Bantul meningkatkan (Purwaningsih dkk., pelatihan internet marketing (S4, S5, O2, O3)
2016)
Threat Strategi ST Strategi WT
1. Ketatnya persaingan dalam pasar kerja global (Kemnaker RI, Bantuan Pemerintah Daerah mengadakan pelatihan Bantuan pemerintah daerah dan perguruan tinggi
2018)
2. Munculnya batik dari negara lain (Khamdi, 2016)
membatik yang lebih inovatif (S1, T1, T2, T6) mengenai sosialisasi K3 dalam membatik (W4, T8)
3. Cuaca buruk menghambat produksi (Sugiarti,2013) Kampanye ormas atau BLH mengenai limbah (S6, T4, Sosialisasi pelatihan mengenai daur ulang limbah
4. Melemahnya kesadaran mengenai pengelolaan limbah T5) (W2, T4, T5)
(Mahfudloh dkk., 2017) Bantuan pemerintah untuk meningkatkan teknologi Bekerja sama dengan pihak lain dalam distribusi
5. Kondisi lingkungan semakin menurun (Mahfudloh dkk., produksi tepat guna (W5, T2, T3) limbah (W3, T4, T5)
2017)
6. Regenerasi pembatik rendah (Sugiarti, 2013)
Gambar 4.2 Matriks SWOT klaster 2
IV-27
IV-28
Strength Weaknesess
1. Bahan baku kualitas terbaik 1. Kurangnya distribusi produk ke luar showroom
2. Mempunyai inovasi produk
3. Mempunyai showroom bersama di Desa Wukirsari dan pribadi di 2. Pengelolaan limbah belum terpadu
jalan utama
4. Mempunyai jumlah tenaga kerja terampil di atas rata-rata
5. Sudah lumayan mampu mempromosikan produknya
6. Sudah lumayan mampu menggunakan tekologi dan internet
7. Menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan
8. Selalu menerima tenaga kerja dari masyarakat sekitar
9. Menyediakan beberapa peralatan kesehatan membatik sesuai
standar prosedur kerja
Opportunity Strategi SO Strategi WO
1. Meratanya SKKNI pada semua IKM batik (Kemnaker RI, Membuat agenda/tracking event pameran & Kerjasama Pemerintah Daerah, ormas peduli
2018)
membangun jaringan dengan pihak lain untuk program lingkungan, dan BLH dalam sosialisasi, bantuan,
2. Produk lokal IKM mendominasi marketplace (Mega, 2018)
3. Peningkatan ekspor produk IKM (Rini, 2018) pameran (S1, S2, S3, S4, O4) dan pelatihan mengenai pengelolaan limbah batik
4. Adaya kerja sama pihak lain atau BLH dalam pengelolaan Bantuan pemerintah dan perguruan tinggi mengenai terpadu (W2, O4, O5)
limbah terpadu (Mahfudloh dkk., 2017) SKKNI mengenai legalisasi tenaga kerja batik (S4, S8,
5. Menjadikan adaya PERDA tentang pengelolaaan limbah dan O1, O3, O6, O8)
sanksi bagi pelaku pencemaran (Mahfudloh dkk., 2017) Bantuan Pemerintah Daerah dalam sosialisasi atau
6. Menjadikan lapangan kerja baru (Purwaningsih dkk., 2016)
7. Jumlah pembatik Bantul meningkatkan (Purwaningsih dkk.,
pelatihan internet marketing ( S6, O2, O3)
2016)
Threat Strategi ST Strategi WT
1. Ketatnya persaingan dalam pasar kerja global (Kemnaker Kampanye ormas atau BLH mengenai limbah (S7, Bekerja sama sebagai pelengkap produk pihak
RI, 2018) T4, T5) lain (W1, T1, T2)
2. Munculnya batik dari negara lain (Khamdi, 2016)
Bantuan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam
3. Cuaca buruk menghambat produksi (Sugiarti,2013)
4. Melemahnya kesadaran mengenai pengelolaan limbah teknologi produksi tepat guna (S6, T3, T6) distribusi limbah (W1, T4, T5)
(Mahfudloh dkk., 2017) Bantuan Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi
5. Kondisi lingkungan semakin menurun (Mahfudloh dkk., mengenai sosialisasi K3 dalam membatik (S9, T1,
2017) T6)
6. Regenerasi pembatik rendah (Sugiarti, 2013)
Gambar 4.3 Matriks SWOT klaster 3
IV-28
IV-29
IKM batik tulis Wukirsari salah satu sentra batik tulis yang ada di
Kabupaten Bantul berskala mikro. Dalam penelitian ini, IKM yang digunakan
sebanyak 13 IKM batik tulis. IKM batik tulis tersebut terdiri dari Giri Indah (1),
Sekar Khedaton (2), Sungging Tumpuk (3), Bima Sakti (4), Sidomukti (5), Sari
Sumekar (6), Sidomulyo (7), Sungsang Batik (8), Sri Kuncoro (9), Giri canting
(10), Suka Maju (11), Berkah Lestari (12), dan Sekar Arum (13). Variabel yang
digunakan untuk klasterisasi IKM yaitu terdiri dari modal awal (A11),
penambahan tenaga kerja (A22), jumlah tenaga kerja terampil (A23), kegiatan
(A41), teknologi produksi (A42), penggunaan material ramah lingkungan (B1), daur
ulang limbah (B2), sistem manajemen lingkungan (B3), tanggung jawab sosial (C1),
Metode klasterisasi IKM batik tulis Wukirsari yang dipilih adalah metode
non-hirarki yaitu, metode K-Means. Jumlah klaster dalam metode ini dapat
hasil klasterisasi hingga iterasi ke-2 dimana pusat klaster tidak lagi berubah dan
tidak ada IKM yang berpindah antar klaster dapat dilihat pada Tabel 4.18.
IV-30
Dari Tabel 4.18 terlihat jumlah anggota klaster 1 sebanyak 8 IKM, yaitu
Sekar Khedaton (2), Sungging Tumpuk (3), Bima Sakti (4), Sari Sumekar (6),
Sidomulyo (7), Sri Kuncoro (9), Giri canting (10), dan Sekar Arum (13). Jumlah
anggota klaster 2 sebanyak 4 IKM, yaitu Giri Indah (1), Sidomukti (5), Suka Maju
(11), dan Berkah Lestari (12). Jumlah anggota klaster 3 sebanyak 1 IKM, yaitu
minimal, dan maksimal dapat dilihat pada Tabel 4.12 untuk dapat merangkum
(3), Bima Sakti (4), Sari Sumekar (6), Sidomulyo (7), Sri Kuncoro (9), Giri
canting (10), dan Sekar Arum (13). Dari Tabel 4.19 klaster 1 berisi IKM yang
hampir semuanya penilaian variabel di bawah rata-rata IKM yang diteliti kecuali
limbah sama dengan rata-rata IKM yang diteliti. Dari ciri-ciri di atas bisa diduga
IKM yang termasuk klaster 1 adalah IKM yang daya saing dan kinerjanya kurang
penilaian kinerja klaster 1 yang sama dengan rata-rata IKM yang diteliti sebesar
lingkungan tercemar oleh limbah hasil produksi batik rendah. Dimensi sosial
tanggung jawab sosial di Desa Wukirsari. Maka dari itu dibutuhkan usulan
digunakan agar IKM dapat menyamakan kinerja dan daya saing dengan klaster 2
mendatang.
Klaster 2 memiliki 4 anggota yaitu Giri Indah (1), Sidomukti (5), Suka
Maju (11), dan Berkah Lestari (12). Dari Tabel 4.19 klaster 2 berisi IKM yang
beberapa penilaian variabel di atas rata-rata IKM yang diteliti, beberapa penilaian
penambahan tenaga kerja di bawah rata-rata IKM yang diteliti. Dari ciri-ciri di
atas bisa diduga IKM yang termasuk klaster 2 adalah IKM yang lumayan
mempunyai daya saing secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. IKM yang
memang dibawah rata-rata tetapi dengan tenaga kerja terampil yang dipunya
Tabel 4.19 persentase penilaian kinerja klaster 2 yang berada di atas rata-rata IKM
klaster 2 kepedulian terhadap tenaga kerja, dan tanggung jawab sosial di Desa
Wukirsari lebih baik dibandingkan dengan klaster 1. Maka dari itu dibutuhkan
usulan strategi pengembangan klaster 2 dengan kriteria seusai variabel yang telah
digunakan agar IKM dapat menyamakan kinerja dan daya saing dengan klaster 3
mendatang.
Klaster 3 memiliki 1 anggota yaitu Sungsang Batik (8). Dari Tabel 4.19
klaster 3 berisi IKM yang semua penilaian variabel di atas rata-rata IKM yang
diteliti, kecuali satu penilaian variabel sama dengan rata-rata IKM yang diteliti,
yaitu saluran distribusi dan wilayah pemasarannya. Dari ciri-ciri di atas bisa
diduga IKM yang termasuk klaster 3 adalah IKM yang mempunyai daya saing
secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. IKM yang termasuk kedalam klaster 3
hanya kurang dalam variabel saluran distribusinya, hal ini memungkin IKM
4.19 persentase penilaian kinerja klaster 3 yang berada diatas rata-rata IKM yang
jawab sosial di Desa Wukirsari lebih baik dibandingkan dengan klaster 1 dan 2.
Usulan strategi pengembangan klaster 3 dengan kriteria seusai variabel yang telah
digunakan tetap dibutuhkan agar IKM dapat menyamakan kinerja dan daya saing
dengan IKM sejenis yang berada di luar klaster dalam memenuhi kebutuhan
(weaknesess) dari setiap klaster yang dapat dilihat pada Gambar 4.4. Faktor
eksternal didapatkan dari isu peluang (opportunity), dan ancaman (threat) agar
kinerja keberlanjutan klaster lebih baik dan memiliki daya saing yang tinggi.
ini dikarenakan penilaian kinerja yang terlihat dalam klasterisasi setiap klaster
IV-35
IV-36
pengembangan. Klaster 1 adalah IKM yang secara daya saing dan kinerja masih
kurang dari klaster 2 dan klaster 3. Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat usulan
IV-37
IV-38
tetapi taraf kecil pun seperti pameran yang berada di pusat perbelanjaan
atau hotel terdekat secara rutin. Hal ini berguna untuk memperkenalkan
marketing
Semakin tambah tahun semakin kuat ekonomi digital pada saat ini.
(DISPERINDAG, 2018).
terpadu
jumlah limbah batik yang dihasilkan agar kapasitas IPAL yang belum
batik akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja.
dalam mengelola IKM, tidak adaya struktur organisasi yang pasti. Hal
IV-40
kehadiran yang fluktuatif, jam kerja yang tidak terlalu dipatuhi, kondisi
lingkungan kerja yang kurang nyaman, dan cara bekerja yang tidak
kerja dibidang lain. Hal ini akan membuka lapangan kerja baru kepada
itu IPAL skala rumah tangga sangat dibutuhkan. Tenaga kerja yang
melakukan proses produksi di rumah tidak ada alasan lagi untuk tidak
lebih inovatif
ancaman masuknya kain batik dari negara lain, seperti Cina, Malaysia,
limbah
lingkungan. Hal ini agar merubah sedikit demi sedikit paradigma IKM
generasi mendatang.
10. Bekerja sama dengan pihak lain sebagai pelengkap produk lain
produknya. Produk batik tulis dari klaster 1 dapat lebih dipasarkan dan
K3 dalam membatik
IV-42
aman.
12. Bantuan Pemerintah Daerah, ormas, dan BLH sosialisasi dan pelatihan
Daur ulang limbah dapat meningkat kinerja IKM batik tulis sampai
ke tahap zero waste dan zero defect. Hal ini akan memperlihatkan
13. Bekerja sama dengan pihak lain dalam penanganan dan distribusi
limbah
Bekerja sama dengan pihak lain adalah alternatif apabila klaster 1 tidak
pengembangan. Klaster 2 adalah IKM yang secara daya saing dan kinerja berada
di tengah antara klaster 1 dan klaster 3. Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat usulan
IV-43
IV-44
1. Membuat agendan event dan membangun jaringan dengan pihak lain untuk
program pameran
tetapi taraf kecil pun seperti pameran yang berada di pusat perbelanjaan
atau hotel terdekat secara rutin. Hal ini berguna untuk memperkenalkan
marketing
marketing.
Semakin tambah tahun semakin kuat ekonomi digital pada saat ini.
IKM.
IV-45
tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan
(DISPERINDAG, 2018).
terpadu
batik yang dihasilkan agar kapasitas IPAL yang belum mampu mencukupi
batik akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja.
mengelola industri batik, tidak adaya struktur organisasi yang pasti. Hal ini
IV-46
kehadiran yang fluktuatif, jam kerja yang tidak terlalu dipatuhi, kondisi
lingkungan kerja yang kurang nyaman, dan cara bekerja yang tidak efisien
pertumbuhan industri produk khas lokal dan membuka lapangan kerja baru
inovatif
ancaman masuknya kain batik dari negara lain, seperti Cina, Malaysia, dan
inovatif agar mampu bersaing dan mengikuti trend permintaan yang ada,
limbah
lingkungan. Hal ini agar merubah sedikit demi sedikit paradigma IKM
mendatang.
kerja dan kesehatan kerja akan menjadi baik. Kepuasan konsumen dengan
K3 dalam membatik
10. Bantuan Pemerintah Daerah, ormas, dan BLH sosialisasi dan pelatihan
Daur ulang limbah dapat meningkat kinerja IKM batik tulis sampai
ke tahap zero waste dan zero defect. Hal ini akan memperlihatkan
11. Bekerja sama dengan pihak lain dalam penanganan dan distribusi limbah
Bekerja sama dengan pihak lain akan membantu IKM dalam penanganan
pengembangan. Klaster 3 adalah IKM yang secara daya saing dan kinerja berada
di atas klaster 1 dan klaster 2. Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat usulan alternatif-
IV-49
IV-50
1. Membuat agendan event dan membangun jaringan dengan pihak lain untuk
program pameran
tetapi taraf kecil pun seperti pameran yang berada di pusat perbelanjaan
atau hotel terdekat secara rutin. Hal ini berguna untuk memperkenalkan
marketing
marketing.
Semakin tambah tahun semakin kuat ekonomi digital pada saat ini.
IKM.
tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan
(DISPERINDAG, 2018).
terpadu
Hal ini juga berguna untuk meminimalkan jumlah limbah batik yang
batik akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja.
IV-52
kerja dan kesehatan kerja akan menjadi baik. Kepuasan konsumen dengan
meningkat.
limbah
lingkungan. Hal ini agar merubah sedikit demi sedikit paradigma IKM
mendatang.
IKM dapat bekerja sama dengan pihak lain yang membutuhkan batik
tulis sebagai pelengkap. Banyak produk lain seperti kebaya, souvenir, tas,
batik tulis dari klaster 3 dapat lebih dipasarkan dan dikenal konsumen.
IV-53
K3 dalam membatik
Daur ulang limbah dapat meningkat kinerja IKM batik tulis sampai ke
tahap zero waste dan zero defect. Hal ini akan memperlihatkan
5.1 Kesimpulan
2. Strategi yang diusulkan untuk masing klaster secara garis besar adalah:
V-1
V-2
5.2 Saran
bobot prioritas agar terlihat prioritas dari setiap usulan strategi yang dapat
Agusta, Y., 2007, K-means – penerapan, permasalahan, dan metode terkait, Jurnal
Sistem dan Informatika, Vol. 3, pp. 47-60.
Ekawati, R., dan Yulis, N., 2013, Klasifikasi usaha kecil dan menengah (UKM)
sektor industri dengan metode fuzzy c-means clustering wilayah kota
cilegon, Seminar Nasional IENACO, ISSN: 2337-4349, pp. 1-7.
Felisia, dan Limijaya, A., 2014, Triple bottom line dan sustainability, Bina
Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar, Vol. 18, No. 1, pp. 14-
27
Haji, V.A.P., Soedwiwahjono dan Hardian, A., 2017, Kesesuain klaster industri
anyam bambu terhadap indikator keberlanjutan di desa walen kecamatan
simo kabupaten boyolali, Jurnal Asritektural, Vol. 15, No. 1, pp. 206-214.
Hidayat, R. dan Akhmad, S., 2014, Cluster industri kecil menengah berdasarkan
kinerja supply chain, Jurnal Rekayasa Sistem Industri, Vol. 3, No. 2, pp.
36-45.
KEMENPERIN, 2017, Bidik pasar jepang, AS, dan eropa, nilai ekspor batik
lampaui USD 39 Juta, http://kemenperin.go.id/artikel/18193/Bidik-Pasar-
Jepang,-AS,-dan-Eropa,-Nilai-Ekspor-Batik-Lampaui-USD-39-Juta,
diakses 14 Maret 2018.
Khamdi, M., 2016, Persaingan industri batik bergeser ke sumber daya manusia,
http://industri.bisnis.com/read/20161010/87/591106/persaingan-industri-
batik-bergeser-ke-sumber-daya-manusia, diakses 4 Agustus 2018
Mahfudloh, dan Lestari, H., 2017, Strategi penanganan limbah industri batik di
Kota Pekalongan, Jurnal Universitas Diponegoro, pp. 1-15.
Mega, S., 2018, Pemerintah ingin marketplace didominasi produk IKM lokal,
https://www.koranbernas.id/pemerintah-ingin-marketplace-didominasi-
produk-ikm-lokal/, diakses tanggal 4 Agustus 2018
Mustaniroh, S.A., Amalia, F., Effendi, M., dan Effendi, U., 2016, Strategi
pengembangan klaster keripik apel dengan K-Means clustering dan
Analytical Hierarchy Process, Jurnal Teknologi dan Manajemen
Agroindustri, Vol. 5, No. 2, pp. 67-74.
Prasetyo, E., 2012, Data Mining – Konsep dan Aplikasi Menggunakan MATLAB,
ANDI, Yogyakarta.
Purwaningsih, R., Yudha, M.C., dan Susanto, N., 2016, Peniliaian keberlanjutan
UKM batik kota semarang dengan metode product service system, Jurnal
Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, pp. 31-42
Singarimbun, M., dan Effendi, S., 1989, Metode Penelitian Survai, LP3 ES,
Jakarta.
Sugiarti, 2013, Analisis SWOT sebagai upaya meningkatkan kinerja produksi
menuju usaha yang berkelanjutan, Jurnal Politeknik Negeri Semarang, Vol.
2, No. 1, pp. 32-40.
Ummi, N., Meutia, dan Ismail, T., 2017, Strategi pengembangan klaster bisnis
UKM banten berbasis kekhasan lokal dengan pendekatan diamond cluster,
analisis SWOT dan analytical hierarchy process, Conference on
Management Behavioral Studies, ISSN No. 2541-3406, pp. 118-127.
LA-1
LA-2
Tingkat pertumbuhan =
n = periode waktu
Sekar Arum
Tahun Penjualan (Rupiah)
2013 120.000.000
2014 125.000.000
2015 150.000.000
2016 180.000.000
2017 200.000.000
Pertumbuhan 0,108
LA-4
Tingkat pertumbuhan =
dengan:
n = periode waktu
Sekar Arum
Tenaga Kerja
Tahun
(Orang)
2013 30
2014 30
2015 30
2016 30
2017 30
Pertumbuhan 0,000
LAMPIRAN B
(Uji Validitas dan Reliabilitas dengan SPSS 25)
LB-1
LB-2
A_3_1 A_3_2 A_4_1 A_4_2 B_1 B_2 B_3 C_1 C_2 C_3 C_4 SKOR_TOTAL
A_3_1 Pears on Correlation 1 .610 * .666 * 0,362 0,526 .571 * 0,442 0,323 .650 * .568 * .820 ** .907 **
Sig. (2-tailed) 0,027 0,013 0,224 0,065 0,042 0,131 0,281 0,016 0,043 0,001 0,000
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
A_3_2 Pears on Correlation .610 * 1 0,550 0,426 0,372 0,308 0,250 0,272 .659 * 0,442 .682 * .703 **
Sig. (2-tailed) 0,027 0,051 0,147 0,211 0,306 0,411 0,368 0,014 0,131 0,010 0,007
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * **
A_4_1 Pears on Correlation .666 0,550 1 0,380 0,534 0,169 0,252 0,357 0,455 .631 0,462 .763
Sig. (2-tailed) 0,013 0,051 0,201 0,060 0,580 0,407 0,231 0,118 0,021 0,112 0,002
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
A_4_2 Pears on Correlation 0,362 0,426 0,380 1 0,419 0,253 .602 * 0,533 0,403 .611 * 0,430 .614 *
Sig. (2-tailed) 0,224 0,147 0,201 0,154 0,404 0,029 0,061 0,172 0,026 0,142 0,025
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
B_1 Pears on Correlation 0,526 0,372 0,534 0,419 1 0,508 .665 * .638 * 0,208 0,187 0,489 .679 *
Sig. (2-tailed) 0,065 0,211 0,060 0,154 0,076 0,013 0,019 0,496 0,541 0,090 0,011
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * * *
B_2 Pears on Correlation .571 0,308 0,169 0,253 0,508 1 .569 0,307 0,503 0,296 .569 .613
Sig. (2-tailed) 0,042 0,306 0,580 0,404 0,076 0,043 0,308 0,080 0,326 0,042 0,026
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * * * *
B_3 Pears on Correlation 0,442 0,250 0,252 .602 .665 .569 1 0,528 0,178 0,203 .646 .624
Sig. (2-tailed) 0,131 0,411 0,407 0,029 0,013 0,043 0,063 0,561 0,505 0,017 0,023
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
C_1 Pears on Correlation 0,323 0,272 0,357 0,533 * 0,307 0,528 1 -0,069 0,411 0,457 *
.638 .558
Sig. (2-tailed) 0,281 0,368 0,231 0,061 0,019 0,308 0,063 0,824 0,163 0,117 0,047
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
C_2 Pears on Correlation .650 * .659 * 0,455 0,403 0,208 0,503 0,178 -0,069 1 0,531 0,535 .655 *
Sig. (2-tailed) 0,016 0,014 0,118 0,172 0,496 0,080 0,561 0,824 0,062 0,060 0,015
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
C_3 Pears on Correlation .568 * 0,442 .631 * .611 * 0,187 0,296 0,203 0,411 0,531 1 0,531 .706 **
Sig. (2-tailed) 0,043 0,131 0,021 0,026 0,541 0,326 0,505 0,163 0,062 0,062 0,007
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * * * **
C_4 Pears on Correlation .820 .682 0,462 0,430 0,489 .569 .646 0,457 0,535 0,531 1 .860
Sig. (2-tailed) 0,001 0,010 0,112 0,142 0,090 0,042 0,017 0,117 0,060 0,062 0,000
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
SKOR_TO Pears on Correlation .907 ** .703 ** .763 ** .614 * .679 * .613 * .624 * .558 * .655 * .706 ** .860 ** 1
TAL Sig. (2-tailed) 0,000 0,007 0,002 0,025 0,011 0,026 0,023 0,047 0,015 0,007 0,000
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
LB-2
LB-3
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.853 11
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
A_3_1 40.54 67.269 .814 .848
A_3_2 46.00 115.000 .663 .841
A_4_1 44.62 93.590 .656 .833
A_4_2 47.38 120.756 .585 .850
B_1 46.54 116.936 .642 .844
B_2 46.62 117.090 .565 .846
B_3 44.23 109.192 .536 .841
C_1 45.23 112.526 .469 .846
C_2 46.15 111.308 .588 .840
C_3 24.15 108.141 .640 .835
C_4 46.23 104.526 .827 .824
LB-4
2. Tabel distribusi nilai r signifikansi 5% dan 1% untuk uji validitas dan uji
reliabilitas
LAMPIRAN C
(Perhitungan Pusat Klaster 2 & 3 Iterasi 2)
LC-1
LC-2
LC-2
LC-3
LC-3
LAMPIRAN D
(FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL)
LD-1
LD-2
LD-2
LD-3
Sudah lumayan mampu Berdasarkan hasil identfikasi, klaster 2 mampu melakukan Mampu mempromosikan produk kepada
mempromosikan kegiatan promosi di atas rata-rata IKM yang diteliti. konsumen luas. Konsumen dari klaster 2 tidak
produknya Kegiatan promosi yang dilakukan penyebaran brosur, hanya wisatawan yang datang ke showroom
pamphlet, mengikuti pameran, dan penggunaan sosial media tetapi konsumen lain yang berada di luar
seperti facebook, instagram, whatsapp,dan memberikan jangkauan showroom.
potongan harga
Sudah lumayan mampu Berdasarkan hasil identifikasi, klaster 2 dalam penggunaak Mampu menggunakan teknologi dan internet.
menggunakan tekologi teknologi dan internet beradata di atas rata-rata IKM yang
dan internet diteliti. Kegiatan yang dilakukan menggunakan teknologi
dan internet untuk komunikasi dengan pelanggan, mencari
informasi seputar bisnis, dan kegiatan promosi.
LD-3
LD-4
LD-4
LD-5
Mempunyai jumlah Berdasarkan hasil identifikasi klaster 3 memiliki Tenaga kerja terampil (pembatik) dapat memenuhi
tenaga kerja terampil di tenaga kerja terampil berada di atas rata-rata IKM kapasitas produksi yang diinginkan
atas rata-rata yang diteliti sebesar 30 pembatik
Sudah lumayan mampu Berdasarkan hasil identfikasi, klaster 2 mampu Mampu mempromosikan produk kepada
mempromosikan melakukan kegiatan promosi di atas rata-rata IKM konsumen luas. Konsumen dari klaster 3 tidak
A42 yang diteliti. Kegiatan promosi yang dilakukan hanya wisatawan yang datang ke showroom tetapi
produknya
penyebaran brosur, pameran, dan penggunaan sosial konsumen lain yang berada di luar jangkauan
media seperti facebook, dan whatsapp, memberikan showroom.
potongan harga
Sudah lumayan mampu Berdasarkan hasil identifikasi, klaster 2 dalam Mampu menggunakan teknolo internet
menggunakan tekologi penggunaak teknologi dan internet beradata di atas
rata-rata IKM yang diteliti. Kegiatan yang dilakukan
LD-5
dan internet
komunikasi dengan pelanggan, manajemen data, dan
kegiatan promosi.
LD-6
Menyediakan beberapa IKM yang berada di klaster 3 telah menggunakan Mencegah terjadinya keluhan terhadap tenaga
peralatan kesehatan beberapa peralatan K3 dalam membatik seperti kerja
membatik sesuai celemek, dan masker, serta tersedia beberapa obat-
standar prosedur kerja obatan.
LD-6
LD-7
Jam kerja tenaga kerja tidak Jam kerja pada klaster 1 fleksibel Jam kerja sesuai dengan keinginan dan
disiplin kemampuan pembatik. Tidak ada
jadwal khusus dalam produksi.
Kurangnya distribusi produk ke Berdasarkan hasil identifikasi, klaster 1 IKM yang berada di klaster 1 hanya
luar showroom dalam saluran distribusi berada di bawah mendistribusikan produknya ke
rata-rata IKM yang diteliti. showroom bersama yang ada di Desa
Wukirsari
LD-7
LD-8
Pengelolaan limbah belum Berdasarkan hasil identifikasi, IKM yang Limbah hanya ditampung dalam IPAL dan tempat
terpadu berada di klaster 1 dalam sistem manajemen sampah. Tidak dilakukan penanganan khusu untuk
lingkungan berada di bawa rata-rata IKM limbah.
yang diteliti.
Kurangnya IPAL Berdasarkan hasil wawancara, showroom IPAL berada jauh dari lokasi produksi IKM yang
bersama memilki IPAL, akan tepapi IKM berada di klaster 1
yang berada di klaster 1 adalah IKM yang
berproduksi di rumah masing-masing. Maka
dari itu IPAL berada jauh dari jangkauan.
3 Sosial Rendahnya kenyamanan Berdasarkan hasil identifikasi, Kenyamanan Beberapa IKM yang berada di klaster 1 tidak
C1 lingkungan kerja lingkungan kerja klaster 1 berada di bawah memiliki showroom atau tempat kerja tersendiri
C2 rata-rata IKM yang diteliti. bagi pembatik, maka dari itu kenyamanan dalam
C3 membatik kurang didapatkan.
Rendahnya Kesehatan Berdasarkan hasil identifikasi, klaster 1
C4
lingkungan kerja dalam kesehatan lingkungan kerja berada Tidak menyediakan peralatan kesehatan kerja
dibawah rata-rata IKM yang diteliti. membatik.
LD-8
LD-9
LD-9
LD-10
LD-10
LD-11
Tahun 2016-2017 ekspor Peningkatan ekspor produk IKM Cuaca Indonesia yang tidak Cuaca buruk menghambat
batik mengalami anjlok (Rini, 2018) menentu produksi (Sugiarti,2013)
sebesar 61% dari US$ 149,9
Juta menjadi US$ 58,46 Juta
(Kemenperin, 2018)
2. Lingkungan Pengelolaan limbah tidak Adanya kerja sama pihak lain atau Paradigma yang salah mengenai Melemahnya kesadaran
dilakukan secara terpadu BLH dalam pengelolaan limbah pengelolaan limbah sebelum mengenai pengelolaan
karena tidak adanya terpadu (Mahfudloh dkk., 2017) membuangnya limbah (Mahfudloh dkk.,
pengetahuan mengenai hal 2017)
tersebut. Peran BLH belum
maksimal Pengelolaan limbah yang tidak Kondisi lingkungan
terpadu. semakin menurun
Belum mempunyai surat Menjadikan adanya PERDA tentang (Mahfudloh dkk., 2017)
pernyataan pengelolaan pengelolaaan limbah dan sanksi bagi
lingkungan pelaku pencemaran (Mahfudloh dkk.,
2017)
LD-11
LD-12
LD-12
LAMPIRAN E
(Surat Izin dan Kuesioner)
LE-1
LE-2
Draft Kuesioner
LE-6
LE-7
LE-8
LE-9
LE-10
LE-11
LE-12
LE-13
LE-14
LAMPIRAN F
(Dokumentasi)
LF-1
LF-2
Dokumentasi