1
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Masa nifas dimulai setelah kelahiranplasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003).
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (masa
nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas
adalah involusi dan laktasi (Saifuddin, 2006).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas
(puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi
pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.
B. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu,
faktorjanin, dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah
jumlahkehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di
luarrahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan
2
jumlahkehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas
dantelah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn,2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas
adalahkeadaan kelahiran atau partus. Pada primipara
robekanperineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang
padapersalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk
meneranbila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson
telahterjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar
padasaat ia merasakan dorongan dan memang ingin
mengejang(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran
secaralebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari4000
gram (Rayburn, 2001).Makrosomia disertai dengan meningkatnya
resiko traumapersalinan melalui vagina seperti distosia bahu,
kerusakanfleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan
kerusakanjaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan
robekanpada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak
hubungansumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang
panggulibu (Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janinmemanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter padawaktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatikasebesar 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antaraglabella dan dagu,
3
sedang pada presentasi dahi bagianterendahnya antara glabella
dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi
sebagian(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi
mukayang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya
adalahdaerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendahadalah
diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,merupakan diameter
antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan
kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutubbawah
dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkanposisi janin,
presentasi bokong dapat dibedakan menjadiempat macam yaitu
presentasi bokong sempurna,presentasi bokong murni, presentasi
bokong kaki, danpresentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).
4
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan
denganjalan melakukan pengurangan volume atau merubah
strukturorgan tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi
peluangyang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh
bayitersebut (Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang
berlangsungsangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat
disebabkanoleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau
kuat,atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak
adanyarasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari
adanyaproses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005).
5
C. Pathway post partum Letting go phase
Lokhea
Port of the entri Duktus & alveoli Payudara
Vol. Cairan turun Anemia akut keluar
kontraksi bengkak
Perrifer
hipoksia Invasi bakteri
ASI keluar ASI tidak
Kuman keluar
Resiko Daya tahan
mudah masuk Ibu tidak tahu
Syok tubuh turun
bagaimana cara menyusui bayinya
hipovolemik Intoleransi
Kelemahan
aktivitas
umum
Kurang
Defisit Pengetahuan
perawatan diri 6
D. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3, yaitu :
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote purperium, Waktu 1-6 minggu post partum. Remote puerpartum
merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan.
E. Gejala Klinis
d. Perubahan fisik
1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil.Proses involusi terjadi karena
adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
Diameter Bekas
Berat
Involusi TFU Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembek
plasenta
lahir
1 minggu Pertengahan
pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
8 minggu Normal 30 gr
3) Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari
darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi
tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar
mulai hari pertama sampai hari ketiga.
a) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4) Dinding Perut Dan Peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh
ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
5) Sistem Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun
secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48
jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering
kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan (V Ruth B, 1996: 230).
6) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari
aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
7) Sistem Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi
oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara
dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun
pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk
bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen
dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan
pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi
yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron
merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron
merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting
susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras
dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau
areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %,
lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak
badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya
cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi
UNPAD, 1983: 318 )
8) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
9) Perubahan Psikologi
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk
klien dengan post partum adalah sebagai berikut :
a. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan
memungkinkannya mengisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik
dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.
H. Komplikasi
a. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama
24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
b. Infeksi
c. Gangguan psikologis
d. Depresi post partum
e. Post partum Blues
f. Post partum Psikosa
g. Gangguan involusi uterus
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
dan SMRS)
c) Pola Eliminasi
Kaji pasien mengenai :
● Aktivitas menyenangkan
muskuloskeletal, neurologi)
e) Pola Istirahat - Tidur
Kaji pasien mengenai :
mengantuk)
f) Pola Persepsi - Kognitif
Kaji pasien mengenai :
● Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman,
komprehensif)
ketidaknyamanan)
g) Pola Konsep Diri - Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
psikologi
kerja
● Pentingnya keluarga
reproduksi
psikologi
payudara, rektum)
j) Pola Toleransi Terhadap Stres - Koping
Kaji pasien mengenai :
keefektifannya
kelompok budaya/etnik
● Pentingnya agama/spiritualitas
● Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum, apakah baik, sedang atau
buruk.
● Kesadaran
● Tekanan darah
● Tinggi badan
● Inspeksi
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah
lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan
kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan
sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
● Palpasi
● Vulva Hygiene
● Keadaan Perineum
● Kedaan Anus
Untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.
3. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan HB, terjadi
anemia atau tidak.
Nyeri
1. Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
tindakan (I.08238) (I.08238)
Penyebab : keperawatan
selama … Observasi Observasi
● Agen
x24 jam
pencedera ● Identifikasi ● Mengetahui
diharapkan
fisiologis lokasi, lokasi, durasi,
tingkat
(mis. infamasi, karakteristik, karakteristik,
nyeri
iskemia, durasi, frekuensi, frekuensi nyeri
(L.08066)
neoplasma) kualitas,
menurun
intensitas nyeri
● Agen dengan
pencedera kriteria
● Identifikasi skala ● Mengetahui
kimiawi (mis. hasil :
nyeri skala nyeri
terbakar,
● Kemampuan
bahan kimia ● Identifikasi ● Mengetahui
menuntaskan
iritan) respons nyeri respon nyeri non
aktivitas
● Agen non verbal verbal
meningkat
pencedera ● Identifikasi ● Mengetahui
● Keluhan nyeri
fisik (mis. faktor yang faktor yang
menurun
abses, memperberat dan memperberat dan
amputasi, ● Meringis memperingan memperingan
terbakar, menurun nyeri nyeri
terpotong,
● Sikap protektif ● Identifikasi ● Mengetahui
mengangkat
menurun pengetahuan dan pengetahuan dan
berat,
keyakinan keyakinan pasien
prosedur ● Gelisah
tentang nyeri tentang nyeri
operasi, menurun
trauma, ● Identifikasi ● Mengetahui
● Kesulitan tidur
latihan fisik pengaruh budaya apakah budaya
menurun
berlebihan) terhadap respon berpengaruh
● Menarik diri nyeri terhadap respon
menurun nyeri pasien
Gejala dan
Tanda ● Berfokus pada ● Identifikasi ● Mengetahui
Mayor diri sendiri pengaruh nyeri pengarah nyeri
Subjetif : menurun pada kualitas pada kualitas
● Mengeluh hidup hidup pasien
● Diaforesis
nyeri menurun ● Monitor ● Mengetahui
keberhasilan keberhasilan
● Perasaan
Objektif : terapi terapi
depresi
komplementer komplementer
● Tampak (tertekan)
yang sudah sebelumnya
meringis menurun
diberikan
● Bersikap ● Perasaan takut ● Monitor efek
nonfarmakologis ● Membantu
● Frekuensi nadi ● Perineum
untuk pasien dalam
meningkat terasa tertekan
mengurangi rasa proses
menurun
● Sulit tidur nyeri (mis. mengurangi rasa
● Uterus teraba TENS, hipnosis, nyeri yang
membulat akupresur, terapi dialami
menurun musik,
biofeedback,
● Ketegangan
terapi pijat,
otot menurun
aromaterapi,
● Pupil dilatasi teknik imajinasi
menurun terbimbing,
kompres
● Muntah
hangat/dingin,
menurun
terapi bermain)
● Mual menurun
● Kontrol
membaik ● Fasilitasi
istirahat dan
● Proses berpikir ● Membantu agar
tidur
membaik pola tidur pasien
● Pertimbangkan membaik
● Fokus
jenis dan sumber
membaik ● Agar pemberian
nyeri dalam
tindakan lebih
● Fungsi pemilihan
efektif untuk
berkemih strategi
meredakan nyeri
membaik meredakan nyeri
● Perilaku
Edukasi
membaik
● Jelaskan Edukasi
● Nafsu makan
penyebab,
membaik ● Memberi
periode, dan
pemahaman
● Pola tidur pemicu nyeri
tentang nyeri
membaik ● Jelaskan strategi
meredakan nyeri
● Agar pasien
mengetahui
strategi
● Anjurkan meredakan nyeri
memonitor nyeri
● Agar pasien
secara mandiri
dapat melakukan
● Anjurkan secara mandiri
menggunakan
● Agar pasien tidak
analgetik secara
mengalami
tepat
overdosis
● Ajarkan teknik
nonfarmakologis
● Agar pasien tidak
untuk
ketergantungan
mengurangi
obat untuk
nyeri mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi Kolaborasi
karakteristik ● Untuk
● Identifikasi
● Monitor tanda-
● Monitor
efektifitas
analgesik ● Untuk
mengetahui
efektifitas
analgesik
Terapeutik
● Diskusikan jenis
Terapeutik
analgesik yang
disukai untuk ● Agar pengobatan
● Pertimbangkan
penggunaan
infus kontinu, ● Untuk membantu
efektifitas
analgesik untuk ● Untuk
mengoptimalkan mengoptimalkan
respons pasien respons pasien
● Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik ● Untuk
dan efek yang
mengetahui
tidak diinginkan
perkembangan
respons pasien
Edukasi
● Jelaskan efek
mengetahui efek
terapi dan efek
Kolaborasi samping obat
● Kolaborasi
dengan Kolaborasi
pemberian dosis ● Untuk
dan jenis
mengoptimalkan
analgesik, sesuai
respons pasien
indikasi
Risiko
2. Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
tindakan (I.14539) (I.14539)
Faktor Risiko : keperawatan
selama … Observasi Observasi
● Penyakit
x24 jam
kronis (mis. diharapkan
● Monitor tanda ● Untuk
diabetes tingkat
dan gejala mengetahui
melitus) infeksi
infeksi lokal dan tanda dan gejala
(L.14137)
● Efek prosedur sistemik infeksi lokal dan
menurun
invasif sistemik pada
dengan
pasien
● Malnutrisi kriteria
hasil :
● Peningkatan Terapeutik Terapeutik
● Kebersihan
paparan ● Batasi jumlah ● Agar tidak terjadi
tangan
organisme pengunjung infeksi silang
meningkat
patogen
● Untuk
lingkungan ● Kebersihan
● Berikan mengurangi
● Ketidak- badan
perawatan kulit edema yang
meningkat
adekuatan pada area edema dialami oleh
pertahanan ● Demam pasien
tubuh primer : menurun
● Mencegah
- Gangguan
● Kemerahan penyebaran
peristaltik
menurun ● Cuci tangan infeksi
- Kerusakan
integritas sebelum dan nosocomial
● Nyeri menurun
kulit sesudah kontak
Pemberian Obat
(I.02062)
Observasi
Pemberian Obat
(I.02062) ● Untuk
mengetahui
Observasi kemungkinan
alergi, interaksi,
● Identifikasi
dan kontra-
kemungkinan
indikasi obat
alergi, interaksi,
pasien
dan kontra-
indikasi obat ● Untuk
memastikan
oerder obat
● Verifikasi order
pasien
obat sesuai
dengan indikasi ● Agar pasien tidak
diberikan obat
yang
● Periksa tanggal
kedaluwarsa
kedaluwarsa obat
● Untuk
mengetahui
tanda vital dan
nilai
● Monitor tanda
laboratorium
vital dan nilai
pasien sebelum
laboratorium
pemberian obat
sebelum
pemberian obat, ● Untuk
● Untuk
memastikan
Terapeutik prosedur
pemberian obat
● Perhatikan
aman dan akurat
prosedur
pemberian obat ● Agar tidak terjadi
● Lakukan prinsip
enam benar
(pasien, obat,
dosis, rute, ● Agar pasien tidak
waktu,
overdosis atau
dokumentasi)
underdosis
● Perhatikan
jadwal
pemberian obat
jenis hipnotik,
● Agar obat yang
narkotika, dan
antibiotik diberikan tepat
● Hindari
pemberian obat
yang tidak diberi
label dengan ● Agar tidak salah
benar dalam
● Buang obat yang memberikan obat
pada pasien
tidak terpakai
atau kedaluwarsa ● Agar pasien
nyaman
● Tandatangani
pemberian
narkotika, sesuai ● Untuk
protokol mengetahui
perkembangan
● Dokumentasikan
respons pasien
pemberian obat
terhadap obat
dan respons
yang diberikan
terhadap obat
Edukasi
● Agar pasien
mengetahui
faktor yang dapat
● Jelaskan faktor
meningkatkan
yang dapat
dan menurunkan
meningkatkan
efektifitas obat
dan menurunkan
efektifitas obat
meningkatkan
● Hematokrit ● Distensi vena
intake cairan
meningkat jugularis
pasien
menurun
Edukasi
● Suara napas
Edukasi
● Anjurkan
tambahan
memperbanyak ● Untuk
menurun
asupan cairan meningkatkan
● Kongesti paru
oral intake cairan
menurun
pasien
● Anjurkan
● Perasaan lemah
menghindari ● Untuk
menurun
perubahan posisi menghindari
● Rasa haus mendadak terjadinya syok
menurun hipovolemik
● Konsentrasi Kolaborasi
Kolaborasi
urine menurun ● Kolaborasi
hepatojugular (I.02050)
Manajemen Syok
membaik
Hipovolemik
Observasi
● Berat badan (I.02050)
● Monitor status
membaik
kardiopulmonal Observasi
● Hepatomegali
(frekuensi dan
● Untuk
membaik
tekanan nadi,
mengetahui
● Oliguria frekuensi napas,
status
membaik TD, MAP)
kardiopulmonal
● Intake cairan ● Monitor status pasien
membaik oksigenasi
(oksimetri nadi,
● Status mental ● Untuk memantau
AGD)
membaik status oksigenasi
● Monitor status pasien
● Suhu tubuh
cairan (masukan
membaik dan haluaran,
● Untuk
turgor kulit,
mengetahui
CRT)
status cairan
pasien
● Periksa tingkat
kesadaran dan
respon pupil ● Untuk
memeriksa
tingkat kesadaran
● Periksa seluruh
dan respon pupil
permukaan tubuh
pasien
terhadap adanya
DOTS ● Untuk
Terapeutik
● Pertahankan
● Untuk
mempertahankan
● Berikan oksigen
jalan napas
untuk
pasien
mempertahankan
saturasi oksigen ● Untuk
>94% mempertahankan
saturasi oksigen
● Persiapkan
pasien >94%
intubasi dan
ventilasi
mekanis, jika
● Untuk
perlu
mempersiapkan
● Lakukan intubasi dan
penekanan ventilasi pada
langsung (direct pasien
pressure) pada
● Untuk
perdarahan
mengurangi
eksternal
terjadinya
● Berikan posisi perdarahan
syok (modified secara eksternal
Trendelenberg)
nasogastrik mengambil
untuk sampel urin
dekompresi pasien
lambung
● Untuk
● Ambil sampel melakukan
darah untuk dekompresi
pemeriksaan lambung pasien
darah lengkap
dan elektrolit
● Untuk
melakukan
Kolaborasi pemeriksaan
darah lengkap
● Kolaborasi
dan elektrolit
pemberian infus
cairan kistaloid
1-2 L pada Kolaborasi
dewasa ● Untuk
● Kolaborasi memberikan
pemberian infus infus cairan
cairan kistaloid kistaloid pada
20 mL/kgBB pasien dewasa
pada anak ● Untuk
● Kolaborasi memberikan
pemberian infus cairan
tranfusi darah, kistaloid pada
jika perlu pasien anak
● Untuk
memberikan
tranfusi darah
pada pasien
Edukasi Edukasi
● Anjurkan ● Untuk
melakukan meningkatkan
perawatan diri kemandirian
secara konsisten pasien
sesuai melakukan
kemampuan perawatan diri
Dukungan Dukungan
Perawatan Perawatan
Diri : Diri :
BAB/BAK BAB/BAK
(I.11349) (I.11349)
Observasi Observasi
● Identifikasi ● Untuk
kebiasaan mengetahui
BAK/BAB kebiasaan
sesuai usia BAK/BAB
pasien
● Monitor ● Untuk
Terapeutik Terapeutik
● Dukung ● Untuk
penggunaan meningkatkan
toilet/commode/ kemampuan
pispot/urinal toileting
secara konsisten
● Untuk
● Jaga privasi meningkatkan
selama eliminasi rasa nyaman
● Untuk menjaga
● Ganti pakaian kebersihan
pasien setelah pasien
eliminasi, jika
perlu
Edukasi Edukasi
BAK/BAB terjadinya
secara rutin gangguan
eliminasi
● Anjurkan ke ● Untuk
kamar meningkatkan
mandi/toilet, jika kemampuan
perlu toileting pasien
Dukungan Dukungan
Perawatan Perawatan
Diri : Diri :
Makan/Minu Makan/Minu
m (I.11351) m (I.11351)
Observasi Observasi
● Monitor ● Untuk
kemampuan mengetahui
menelan kemampuan
menelan pasien
Terapeutik Terapeutik
● Siapkan ● Untuk
● Sediakan ● Untuk
Edukasi Edukasi
● Jelaskan posisi ● Untuk memantu
Kolaborasi Kolaborasi
Dukungan Dukungan
Perawatan Perawatan
Diri : Mandi Diri : Mandi
(I.11352) (I.11352)
Observasi Observasi
Terapeutik Terapeutik
● Sediakan ● Untuk
● Pertahankan ● Untuk
kebiasaan mempertahankan
kebersihan diri kebersihan diri
pasien
Edukasi Edukasi
Observasi Observasi
● Identifikasi ● Untuk
● Identifikasi ● Untuk
Terapeutik Terapeutik
● Jadwalkan ● Untuk
pendidikan menentukan
kesehatan sesuai jadwal
dengan pendidikan
kesepakatan kesehatan
bersama pasien
● Berikan
kesempatan ● Untuk
● Libatkan sistem
Edukasi
Edukasi
● Berikan
● Untuk
konseling
menyusui memberikan
konseling
menyusui pada
pasien
● Jelaskan manfaat
● Agar pasien
menyusui bagi
ibu dan bayi mengetahui
manfaat
menyusui bagi
ibu dan bayi
● Ajarkan 4
● Agar pasien
(empat) posisi
menyusui dan mengetahui
antepartum melakukan
dengan perawatan
payudara
mengkompres antepartum
dengan kapas
yang telah diberi
minyak
● Identifikasi mengetahui
keadaan
keadaan
emosional pasien
emosional ibu
saat akan
saat akan
dilakukan
dilakukan
konseling
konseling
menyusui ● Untuk
● Identifikasi mengetahui
keinginan dan
keinginan dan
tujuan pasien
tujuan menyusui
dalam menyusui
Terapeutik
Daftar Pustaka