Anda di halaman 1dari 12

Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam

P-ISSN: 2721-1134 | E-ISSN: 2721-091X


Volume 1, Nomor 1, Maret 2020
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/rabbani/index

EKSISTENSI PENGAJIAN DASAWISMA DALAM PENGUATAN


KARAKTER RELIGIUS DI DESA LEMBUNG KECAMATAN GALIS
KABUPATEN PAMEKASAN

Anisah Al Hanan
Kutsiyyah
Institut Agama Islam Negeri Madura
anisalhanan8@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to determine the existence of the KEYWORDS
Dasawisma recitation and the description of the Recitation, Religious
religious character of the community after Character.
attending the Dasawisma recitation in Lembung
Village, Galis District, Pamekasan Regency. This
research uses a descriptive qualitative approach,
where one of the research procedures produces
descriptive data in the form of direct speech or
writing obtained from the field. Data sources
obtained through observation, interviews and
documentation. The results of the research show
that: Dasawisma recitations went well in 2013. This
can be seen by the increase in members every year,
as well as the frequency of implementation of
Dasawisma recitations from once a month to twice
a month, with the existence of Dasawisma
recitations and through the ongoing recitation
program At every meeting such as the Yasin
reading program, tahlil, prayers and religious
lectures that are delivered, this has a positive
impact on society.

© (2020) Rahmat Dandi |1


Received: 11 Januari 2020 | Revised: 02 Maret 2020 | Accepted: 15 Maret 2020
Pages: 1-20
Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Eksistensi Pegajian Dasawisma dan Gambaran
Karakter Religius Masyarakat setelah mengikuti
pengajian Dasawisma di Desa Lembung
Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif,
dimana salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau
tulisan langsung yang diperoleh dari lapangan.
Sumber data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: pengajian Dasawisma
berjalan dengan baik tahun 2013. Hal ini bisa
dilihat dengan bertambahnya anggota pada setiap
tahunnya, juga frekuensi pelaksanaan pengajian
Dasawisma yang awalnya satu bulan sekali
menjadi satu bulan dua kali, dengan adanya
pengajian Dasawisma dan melalui program
pengajian yang berjalan pada setiap pertemuan
seperti program pembacaan yasin, tahlil, shalawat,
dan ceramah agama yang disampaikan, hal ini
membawa dampak yang positif terhadap
masyarakat.

2 | Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai sebaik-baiknya ciptaan juga
makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya, karena manusia dibekali akal
dan pikiran yang dapat digunakan agar manusia selalu senantiasa berperilaku baik
dengan berakhlak yang baik terhadap sesama manusia, lingkungan dan kepada Allah
SWT, manusia lebih mulia daripada binatang karena Allah menganugerahkan akal
pikiran sehingga dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk. Akhlak mulia
pada seseorang akan terbentuk dari beberapa faktor yang bisa dilakukan atau
ditanamkan, baik dari pendidikan, lingkungan serta kebiasaan yang sering dilakukan.
Pendidikan karakter secara sederhana dapat diartikan sebagai segala usaha/tindakan
yang dilakukan untuk memengaruhi karakter.1
Ajaran Islam mengutamakan pengajaran karakter yang baik atau akhlak mulia
bagi manusia. Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah dengan pembentukan karakter
terhadap para sahabatnya ternyata mampu menciptakan suatu masyarakat yang madani
(masyarakat yang taat hukum dan memiliki peradaban yang tinggi). 2 Akhlak adalah
sumber segala-galanya, semua yang ada dalam kehidupan tergantung pada akhlak,
artinya tidak ada kehidupan tanpa akhlak. Dalam penanaman serta pembentukan
karakter, masyarakat dan lingkungan memiliki peran yang sangat penting serta berbagai
macam kegiatan spiritual yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, bermula dari
kesadaran masyarakat untuk membentuk budaya yang religius serta membentuk
karakter yang baik dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan bagi masyarakat.
Karakter religius atau akhlak merupakan hal yang pertama kali yang harus
ditanamkan pada setiap manusia, dan yang memiliki tanggung jawab adalah orang tua
terutama seorang ibu yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Oleh karenanya
seorang ibu harus memiliki bekal yang mumpuni dalam membimbing putra-putrinya,
maka muncullah majlis ta’lim atau pengajian sebagai bekal bagi orang tua dalam
mendidik anak-anaknya. Majelis Taklim atau pengajian mampu memberikan
pengetahuan keagamaan, membentuk akhlak dan moral melalui nilai-nilai keagamaan
yang pada akhirnya diharapkan untuk mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat. Pengajian sebagai lembaga pendidikan non-formal yang

1
Dyah Sriwilujeng, Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (Jakarta: Erlangga Group,
2017), 3.
2
Helmawati, Pendidikan Karakter Sehari-hari (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2021), 4-7.

Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020 | 3


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

sifatnya tidak terlalu mengikat dengan aturan yang ketat dan tetap merupakan lembaga
pendidikan yang efektif dan efisien juga sangat baik meningkatkan kesadaran umat
Islam karena banyak digemari oleh masyarakat.3
Maka dari itu keberadaan lembaga pendidikan non formal seperti pengajian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat
untuk menanamkan dan meningkatkan karakter religius yang nantinya dapat
membentuk kepribadian yang baik pada diri mereka. Keberadaan majlis ta’lim atau
pengajian sudah tidak sulit dijumpai baik di pedesaan ataupun di perkotaan, pengajian
dijaga kelestariannya karena peranannya sangat besar terhadap bangsa sehingga terus
dikembangkan melalui inovasi-inovasi baru kemudian pengajian diharapkan mampu
memberikan banyak kontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di Desa Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan keberadaan
pengajian ini merupakan suatu lembaga pendidikan non formal yang ada di kalangan
masyarakat, keberadaannya berdiri sudah cukup lama dan berkembang. Salah satu
pengajian yang masih aktif adalah pengajian Dasawisma. Pengajian Dasawisma
merupakan program pemerintah, dimana dasawisma adalah kelompok ibu-ibu yang
dibentuk dalam lingkup rukun tangga (RT) terdiri dari 10-20 rumah yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.4
Dari hasil prapenelitian yang telah dilakukan, dalam buku adminisrtasi
Dasawisma penulis melihat adanya perkembangan jumlah anggota Dasawisma yang
cukup pesat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana anggota
pengajian Dasawisma dari yang awalnya hanya sedikit dan tidak seberapa kini semakin
bertambah mejadi sekitar 100 orang. Dengan demikian semakin bertambahnya anggota
pengajian Dasawisma ini tidak menutup kemungkinan adanya dampak yang
berpengaruh terhadap perkembangan penguatan karakter religius masyarakat di Desa
Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.
Pada pengajian Dasawisma di Desa Lembung terdapat program kesenian yaitu
majelis sholawat Al-Banjari yang dibina langsung oleh kepala desa Lembung dan diberi
nama Az-Zahroh, dimana anggotanya merupakan anggota aktif pengajian Dasawisma
yang berjumlah sekitar 20 orang. Dengan adanya program ini tidak menutup
3
Ta’rif Saridudin, “Penguatan Pendidikan Karakter Profesional-Religius Pada Jamaah Majelis Taklim
Shirotol Mustaqim Semarang,” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan 19 no.
3 (November 2021): 318, https://doi.org/10.32729/edukasi.v19i3.1002
4
Tim PKK, Buku Panduan Dasawisma (DKI Jakarta: t.p., t.t.), 6.

4 | Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

kemungkinan bahwa penguatan karakter masyarakat dapat semakin meningkat melalui


lantunan sholawat Al-Banjari juga semakin menambah kecintaan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. selain melantunkan sholawat, Al-Banjari Az-Zahroh juga
melantunkan syair-syair madura yang di dalamnya berisi peringatan dan pelajaran yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu, peristiwa, atau kejadian yang sedang terjadi.
Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian
pada masalah nyata sebagaimana adanya saat penelitian dilakukan. Pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
yang menghasilkan penemuan-penemuan ynag tidak bisa dicapai melalui prosedur-
prosedur statistika atau dengan menggunakan kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif
dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau gerakan kekerabatan.5
Untuk memahami dari kegiatan pengajian Dasawisma, peneliti harus terlibat
langsung dengan objek yang akan diteliti. Kehadiran peneliti mutlak diperlukan karena
kedudukan peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Lokasi
penelitian ini bertempat di Desa Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber data manusia dan
sumber data dokumentasi. Adapun sumber data manusia adalah pembina, pengurus, dan
beberapa anggota pengajian Dasawisma. Sementara sumber data dokumentasi yang
digunakan yaitu dokumen atau berkas yang berkaitan dengan pengaijan Dasawisma
yang dapat digunakan peneliti untuk mendukung kebutuhan penelitian ini. Prosedur
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Selanjutnya, akan dilakukan analisis data yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Pengecekan keabsahan data yaitu melalui
perpanjangan penganatan dan triangulasi, triangulasi disini yaitu triangulasi teknik dan
triangulasi sumber. Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan diantaranya, tahap
pra lapangan, tahap pelaksanaan lapangan, dan tahap pengolahan data.

5
Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta Press, 2020), 19.

Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020 | 5


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi sudah cukup dan telah dikumpulkan oleh peneliti. Maka langkah
selanjutnya adalah peneliti melakukan analisis data untuk menjawab pertanyaan pada
bab pertama serta menyajikan data dan temuan-temuan selama peneliti melakukan
penelitian di lapangan.
A. Eksistensi Pengajian Dasawisma dalam Penguatan Karakter Religius di Desa
Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan
Pengajian atau disebut juga dengan majlis taklim adalah suatu perkumpulan,
tempat dimana orang-orang berbaur untuk belajar agama Islam di bawah bimbingan
seorang guru atau ustadz. Di Indonesia, pengajian sudah ada dan berkembang sebagai
sarana pendidikan informal dengan kajian Islam yang berperan penting dalam
pemahaman dan pengamalannya dalam mempelajari Islam. Sikap religius seseorang
biasanya ditandai dengan kesenangannya dalam menghadiri kegiatan pengajian.
Semakin senang ia mengikuti pengajian, semakin besar pula keshalehan orang tersebut.6
1. Wadah Untuk Menuntut Ilmu
Salah satu kegiatan keagamaan yang ada di Desa Lembung adalah pengajian
Dasawisma. Pengajian ini sudah ada dan berkembang sejak bapak H. Hairul Anwar
menjabat sebagai Kepala Desa Lembung yang terhitung sejak tahun 2013. Pengajian
Dasawisma ini dapat dikatakan sebagai salah satu perkumpulan yang menjadi wadah
masyarakat di Desa Lembung untuk memperoleh ilmu agama dan sebagai jalan dalam
mempererat tali silaturami antar masyarakat. Dengan adanya pengajian Dasawisma ini
masyarakat dapat meningkatkan kualitas diri mereka menjadi lebih baik lagi.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Muzhakir bahwa
pengajian adalah istilah umum yang dipakai untuk menyebut segala macam kegiatan
yang dilakukan dalam proses belajar dan mengajarkan agama. Demikian juga menurut
pendapat yang diutarakan oleh Sudjoko Prasodjo, beliau mendefinisikan bahwa
pengajian ialah suatu kegiatan yang bersifat pendidikan agama kepada khalayak umum
atau masyarakat.7
6
Agus Sukaca, The 9 Golden Habits for Brighter Muslim (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2017), 136-
137.
7
Ahmad Gunawan dan Arief Teguh Nugroho, “Membangun Kesadaran Spiritual dan Mewujudkan
Kekompakan Masyarakat dengan Menghidupkan Pengajian di Tengah Masyarakat,” Jurnal Abdimas

6 | Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

Tujuan bapak Kepala Desa mengadakan program pengajian Dasawisma ini


yaitu untuk menjadikan Desa Lembung sebagai Desa qaryatun thayyibah, dimana
masyarakat di Desa Lembung diharapkan menjadi masyarakat yang memliki ilmu
agama sebagai bekal untuk kehidupan akhirat serta masyarakat yang ahli shalawat dan
memiliki sifat kecintaan (mahabbah) kepada Rasulullah SAW.
Banyak sekali keutamaan dan keuntungan yang kita dapatkan dari membaca
shalawat, menurut Ahmad bin ‘Ujabah, ada beberapa keutamaan dan keuntungan dari
membaca shalawat Rasulullah SAW., diantaranya yaitu:
1. Meninggikan darajat sebanyak sepuluh kali.
2. Mendapat sepuluh kebaikan dan menghapus sepuluh keburukan.
3. Menjadi faktor diampuninya dosa-dosa dan ditutupnya aib.
4. Menjadi jaminan mendapat syafaat Nabi SAW.
5. Mengantarkan pada maqam kejujuran.8
Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan mengenai eksistensi pengajian
Dasawisma dalam penguatan karakter religius di Desa Lembung Kecamatan Galis
Kabupaten Pamekasan, yaitu pengajian Dasawisma di Desa Lembung sudah berjalan
dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan jumlah anggota Dasawisma yang semakin
bertambah pada setiap tahunnya. Perkembangan anggota pengajian disebabkan karena
adanya rasa suka dalam diri seseorang untuk mengikuti pengajian, rasa sadar untuk
berubah menjadi lebih baik, serta untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan
antar masyarakat.
Sesuai dengan pendapat Naim yang mengatakan bahwa ada dua faktor yang
mendasari minat masyarakat dalam mengikuti pengajian. Pertama faktor internal, yaitu
karena kebutuhan, rasa suka, kewajiban, untuk mendapat pengalaman, kesadaran akan
kurangnya pengetahuan, dan harapan ke depan untuk kehidupan yang lebih baik. Kedua
faktor ekternal, yaitu keluarga, masyarakat, guru yang kompeten, kemauan untuk
membangun komunikasi, persaudaraan, silaturahmi, dan kegiatan yang ada di majelis
tersebut.9

Pelita Bangsa 2 no. 1 (April, 2021), 15.


https://jurnal.pelitabangsa.ac.id/index.php/jabmas/article/view/773
8
Ibnu Muhammad Salim, Keajaiban Shalawat (Jakarta: PT Mizan Publika, 2014), 45.
9
Moh. Fadil Ainun Naim, “Faktor Penyebab Meningkatnya Minat Belajar Ilmu Agama Ibu Rumah
Tangga di Era Milenial (Studi Kasus di Majlis Ta’lim An Nisa’ Desa Tlogorejo Kecamatan Tlogowungu
Kabupaten Pati),” Jurnal Pendidikan Indonesia 1 No. 1 (September 2020), 52.
https://doi.org/10.36418/japendi.v1i1.11

Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020 | 7


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

2. Frekuensi Pelaksanaan Pengajian Meningkat


Selain prekembangan anggota, frekuensi pelaksanaan pengajian Dasawisma
juga mengalami peningkatan, yang awalnya diadakan sebulan sekali kini berubah
menjadi sebulan dua kali yang dilaksanakan dari rumah ke rumah anggota pengajian
secara bergantian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengajian dasawisma
eksistensinya sangat baik dan sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Karena
tidak mungkin pengajian yang kurang berkualitas mampu bertahan sampai bertahun-
tahun dan anggotanya bertambah pesat.

Tempat pengajian Dasawisma dilaksanakan di rumah tinggal anggota secara


bergantian, hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh agus Sukaca dalam bukunya
yang berjudul The 9 Goldens Habits for Brighter Muslim bahwa Rasulullah pernah
menjadikan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam Al-Makzumy sebagai tempat
penyelenggaraan pengajian. Karena semakin banyak pengajian akan semakin baik.
Semakin banyak tempat yang digunakan untuk pengajian maka akan semakin baik
juga.10

B. Gambaran Karakter Religius Masyarakat di Desa Lembung Kecamatan


Galis Kabupaten Pamekasan Setelah Mengikuti Pengajian Dasawisma
Seperti yang kita ketahui bahwa karakter religius merupakan sikap seseorang
baik berupa perkataan ataupun perbuatan yang berlandaskan kepada nilai yang
terkandung dalam ajaran agama Islam.
Di Desa Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan, masyarakatnya
mayoritas sibuk terlena dengan urusan duniawi sehingga mereka lalai beribadah kepada
Allah guna mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak, faktor tersebut
membuat bapak H. Hairul Anwar selaku Kepala Desa Lembung mengadakan program
pengajian Dasawisma, dengan tujuan agar masyarakat Desa Lembung mempunyai ilmu
agama yang baik sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.
1. Semakin Taat Beribadah
Setelah mengikuti pengajian Dasawisma keadaan masyarakat di Desa
Lembung sudah mulai membaik. Mereka yang awalnya sibuk bekerja, kini sudah mulai

10
Sukaca, The 9 Goldens Habits, 129.

8 | Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

mengikuti kegiatan keagamaan seperti perogram pengajian Dasawisma. Hal ini ditandai
dengan sikap masyarakat yang taat beribadah, senang bershalawat bersama-sama, serta
semangat mencari ilmu untuk menambah wawasan melalui kegiatan pengajian, dan
berakhlak yang baik. Dengan begitu karakter religius masyarakat sudah bisa dikatakan
ada perkembangan. Berwawasan keagamaan, taat beribadah, dan berakhlak baik
merupakan salah satu ciri-ciri dari orang yang berkarakter religius.
Sesuai dengan pendapat Anggriani yang mengemukakan bahwa salah satu dari
ciri-ciri orang yang memiliki karakter religius adalah sebagai berikut :
a. Berwawasan Keagamaan
Berwawasan keagamaan dapat diartikan tingkat pemahaman seseorang
mengenai ajaran-ajaran Islam yang mendalam, teruatama mengenai ajaran
pokok dari agamanya sebagaimana yang telah terdapat dalam kitab suci Al-
Qur’an dan Hadits Nabi.
b. Taat Beribadah
Ketaatan seseorang dalam melaksanakan ibadah kepada Allah sebagaimana
yang telah diperintahkan dan dianjurkan dalam agama, baik ibadah wajib
maupun ibadah sunnah. Seperti sholat, zakat, puasa, haji, umroh, berdoa, dan
bentuk ketaatan ibadah lainnya. Ketiga, berakhlak baik, kebaikan seseorang
tidak hanya semata-mata diukur pada hubungannya dengan Sang Khaliq
(hablum minallah) seperti rajin beribadah, taat melaksankan perintah Allah,
tetapi juga harus diimbangi dengan akhlak yang mulia dengan sesama manusia
(hablum minannas). Misalnya berperilaku sopan, bertutur kata yang baik,
menjalin persaudaraan, dan lain sebagainya.11
2. Karakter Religius Semakin Baik
Dengan seringnya masyarakat mengikuti pengajian Dasawisma, seiring waktu
kerakter religius mereka perlahan menjadi lebih baik, karena dalam pengajian ada
program-program yang dilaksankan dan hal ini membawa dampak positif terhadap
kehidupan masyarakat di Desa Lembung. Program yang dilaksanakan yaitu seperti
pembacaan yasin, tahlil, sholawat, dan ceramah agama. Dengan begitu jiwa seseorang
akan menjadi lebih damai dan tentram.

11
Susy Anggriani, “Penanaman Karakter Religius Anak Usia Dini melalui Kegiatan Jum’at Berkah,”
dalam Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam, ed. Joni Prasetyo dan Supriyadi (Pekalongan:
PT. Nasya Expanding Management, 2022), 88-90.

Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020 | 9


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

Data di atas sesuai dengan pendapat Puji Rahayu mengenai salah satu fungsi
pengajian yang mengungkapkan bahwa fungsi pengajian mempunyai indikator yang
kuat dalam pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai keagamaan.
Pembacaan seperti yasin, tahlil, dan sholawat yang dilantunkan ternyata mempunyai
aspek psikologis yang tidak dapat dilihat, tetapi bisa dirasakan. Ketika bacaan-bacaan
tersebut dilakukan secara bersamaan dan senada dalam kalimat-kalimat zikir, secara
tidak sadar nyatanya bisa mengalirkan energi positif terhadap semua anggota yang
membacanya.12
Melalui pengajian seseorang juga dapat memperoleh ilmu agama, karena di
dalam pengajian terdapat seorang da’i yang bertujuan untuk menebarkan kebaikan
sebagai bentuk dari dakwah Islam kepada anggota pengajian, hal ini tentunya
memberikan dampak positif terhadap para jamaah, karena melalui ceramah jamaah bisa
mendapatkan ilmu baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Hal ini sesuai dengan salah satu dimensi religius, yaitu religious knowledge
atau bisa disebut dengan dimensi pengetahuan keagamaan, dimana dimensi ini
menjelaskan tentang seberapa dalam pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran
agamanya. Setidaknya seseorang harus mengetahui mengenai hal-hal pokok dan dasar-
dasar keyakinan yang terdapat dalam agamanya.13

Sejalan dengan pendapat para ahli yang menyampaikan bahwa Pengajian juga
sering disebut sebagai dakwah Islam karena salah satu tujuannya adalah untuk menebar
kebaikan. Dengan demikian, pengajian tersebut merupakan bagian dari dakwah Islam
yang terus mengajak setiap orang untuk melakukan perbuatan yang benar dan menjauhi
perbuatan yang salah. Keduanya harus berkesinambungan dan merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.14 Pengajian dapat dikatakan sebagai dakwah Islam karena
melalui pengajian seorang penceramah dapat menyalurkan ilmunya kepada para
jamaahnya sehingga dapat memberi manfaat kepada orang yang mengamalkan ilmu
tersebut.

12
Puji Rahayu, Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan (Semarang:
Forum Muda Cendikia, 2019), 214.
13
M. Mukhlis Fahruddin, Pola Pendidikan Karakter Religius melalui Islamic Boarding School di
Indonesia (Malang: CV. Pustaka Peradaban, 2022), 12.
14
Mahmud Yunus Daulay dan Nur Rahmah Amini, “Evaluasi Model Pengajian-Pengajian
Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah,” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 11 no. 1 (Februari 2022), 827.
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/1577

10 | Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi pengajian Dasawisma dalam
penguatan karakter religius di Desa Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan,
yaitu pengajian Dasawisma berjalan dengan baik sejak tahun 2013. Hal ini bisa dilihat
dengan bertambahnya anggota pada setiap tahunnya, juga frekuensi pelaksanaan
pengajian Dasawisma yang awalnya satu bulan sekali menjadi satu bulan dua kali.

Gambaran karakter religius masyarakat di Desa Lembung Kecamatan Galis


Kabupaten Pamekasan setelah mengikuti pengajian Dasawisma, yaitu dengan adanya
pengajian Dasawisma dan melalui program pengajian yang berjalan pada setiap
pertemuan seperti pembacaan yasin, tahlil, shalawat, dan ceramah agama yang
disampaikan, membawa dampak yang positif terhadap masyarakat, kini sudah mulai
meluangkan sebagian waktunya untuk menimba ilmu agama, sudah mulai memenuhi
kewajibannya sebagai seorang muslim, dan karakter religius masyarakat sudah semakin
membaik.

DAFTAR PUSTAKA
Anggriani, Susy. Penanaman Karakter Religius Anak Usia Dini melalui Kegiatan
Jum’at Berkah,” dalam Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam, ed.
Joni Prasetyo dan Supriyadi. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management,
2022.
Daulay, Mahmud Yunus dan Nur Rahmah Amini. “Evaluasi Model Pengajian-
Pengajian ‘Aisyiyah,” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 11 no. 1
(Februari 2022).

Fahruddin, M. Mukhlis. Pola Pendidikan Karakter Religius melalui Islamic Boarding


School di Indonesia. Malang: CV. Pustaka Peradaban, 2022.

Gunawan, Ahmad dan Arief Teguh Nugroho. “Membangun Kesadaran Spiritual dan
Mewujudkan Kekompakan Masyarakat dengan Menghidupkan Pengajian di
Tengah Masyarakat,” Jurnal Abdimas Pelita Bangsa 2 no. 1 (April, 2021).

Helmawati. Pendidikan Karakter sehari-hari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2021.

Murdiyanto, Eko. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta


Press, 2020.

Naim, Moh. Fadil Ainun. “Faktor Penyebab Meningkatnya Minat Belajar Ilmu Agama
Ibu Rumah Tangga di Era Milenial (Studi Kasus di Majlis Ta’lim An Nisa’ Desa

Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020 | 11


Rahmat Dandi, Pendidikan Karakter dalam Islam
DOI: htts://doi.org/10.19105/rjpai.v1i1.3002

Tlogorejo Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati),” Jurnal Pendidikan


Indonesia 1 No. 1 (September 2020).

PKK, Tim. Buku Panduan Dasawisma. DKI Jakarta: t.p., t.t.

Rahayu, Puji. Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu


Pengetahuan. Semarang: Forum Muda Cendikia, 2019.

Salim. Ibnu Muhammad. Keajaiban Shalawat. Jakarta: PT Mizan Publika, 2014.

Saridudin, Ta’rif. Penguatan Pendidikan Karakter Profesional-Religius Pada Jamaah


Majelis Taklim Shirotol Mustaqim Semarang,” EDUKASI: Jurnal Penelitian
Pendidikan Agama dan Keagamaan 19 no. 3 (November 2021).

Sriwilujeng, Dyah. Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta:


Erlangga Group, 2017.

Sukaca, Agus. The 9 Goldens Habits for Brighter Muslim. Yogyakarta: PT Bentang
Pustaka, 2017.

12 | Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam: Vol. 1, No. 1, Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai