Anda di halaman 1dari 3

Laporan Professional/Work Ethics Online Interview

Raelen Angelina Halim 23202010003


FBT2020 Community Development I

Profil Interviewee
Nama: Dita Soedarjo
Profesi: Chief Executive Officer Häagen-Dazs Indonesia
Jenis bisnis: Franchise, Business Owner
Lama bisnis: 6 tahun
Anggota tim: 5
Karyawan: 29 (Kantor), 100+ (Café)

Alasan Memilih Interviewee


Saya pernah menjadi relawan di organisasi non-profit Kak Dita (founder) yaitu Dignity
Social. Dignity Social menyediakan sarana belajar untuk berbagai bidang selama masa pandemi,
dengan target audiens remaja hingga dewasa. Saya ditempatkan di bidang desain grafis, serta berada
di dalam tim inti, Educator’s Team. Selama masa volunteer saya, Kak Dita banyak memberi
kesempatan saya menjadi moderator dan penanggung jawab acara. Bisnis Kak Dita berhubungan
dengan Food & Beverage yang saya rasa masih relevan dengan Food Business Technology. Oleh
karena itu dan kemudahan saya untuk menghubunginya, saya memilih Kak Dita sebagai interviewee
saya. Kak Dita juga menyambut saya dengan baik dan bersedia membantu dengan senang hati. Ia juga
menyarankan agar interview dibawakan dengan santai dan fun, seperti sesi sharing.

Summary Hasil Interview


Kak Dita bekerja sebagai CEO di Häagen-Dazs Indonesia, tipe bisnisnya adalah franchise
dari luar negeri. Pekerjaan ini diberikan kepadanya oleh ayahnya, Soetikno Soedarjo pada tahun 2015.
Kak Dita yang senang menggambar lulus kuliah jurusan fashion dan design di Los Angeles. Akan
tetapi, ayahnya merasa bidang fashion kurang menghasilkan di Indonesia. Oleh karena itu, ia mencari
pengalaman kerja di media majalah. Setelahnya, ia menerima tawaran ayahnya untuk mengambil alih
posisi pemilik Häagen-Dazs Indonesia karena kegemarannya terhadap makanan. Dalam pekerjaannya
sudah ditetapkan aturan agar sama untuk setiap cabang. Ia merasa bahagia melakukan pekerjaannya,
namun ia juga merasa kurang berpengalaman hands-on dibanding dengan entrepreneur lain yang
memulai bisnis sendiri dari nol.
Menurut Kak Dita, kehadiran di tempat kerja penting namun fleksibel. Di tempat kerjanya,
pertemuan dapat dilakukan di luar kantor seperti di kafe Häagen-Dazs. Hal ini bertujuan menjadi lebih
dekat dengan konsumen dan mendapat suasana yang lebih santai, tidak membosankan. Tepat waktu
juga penting, seperti katanya, “Es krim juga akan meleleh. Time is money.” Sebagai contoh, home
delivery di masa pandemi, ketepatan waktu akan menjamin bahwa es krim dan kue tidak dalam
keadaan meleleh saat diterima konsumen.
Salah satu karakter yang Kak Dita rasa diperlukan bagi seorang professional adalah jujur. Ia
berpendapat bahwa kita perlu jujur tentang apa yang tidak bisa kita lakukan, tidak gengsi walaupun
berada di posisi leader, karena kita akan banyak belajar dari orang lain. Ia juga memperlakukan
orang-orang yang berposisi dibawahnya seperti keluarga dan menghargai mereka. Kak Dita tidak
malu untuk meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Mengikuti training, magang, dan volunteer
adalah beberapa solusi untuk membentuk karakter yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Training juga
penting untuk mempelajari budaya di tempat kerja yang berbeda-beda.
Di Häagen-Dazs, karyawan kafe disediakan seragam kerja, sedangkan untuk pekerja kantor
ada dress code. Namun karena tidak ingin terlalu tegas, pekerja kantor hanya diharapkan mengenakan
pakaian yang sopan, tidak seperti sandal jepit atau terlalu terbuka. Dress code yang spesifik hanya ada
pada hari Senin, yaitu wajib mengenakan pakaian Batik. Dari pengalaman Kak Dita, pekerja di
Häagen-Dazs tidak akan menghakimi pakaian atau make up pekerja lain. Akan tetapi, saat principal
datang, wajib bagi pekerja untuk berpakaian tertutup, rapi, dan sopan.
Kak Dita sangat bersyukur memiliki anggota tim yang rajin dan perhatian pada detail.
Menurutnya, tidak ada pekerjaan yang tidak bergantung pada kerja sama tim. Kita bisa meminta
tolong pada anggota, dan tidak lupa mengucapkan terima kasih dan maaf sesuai keadaan. Cara
membangun teamwork antara lain retret, makan siang bersama, agar menumbuhkan rasa percaya antar
anggota dan tidak otoriter sebagai ketua. Selain itu, ia juga berpikir mengetes karyawan seperti yang
dilakukan temannya dapat membangun kepercayaan.
Kesalahan dalam komunikasi cukup sering terjadi di tempat kerja, dan dapat mengarah
kepada saling menyalahkan. Kak Dita lebih memilih berkomunikasi lewat WhatsApp, surel, atau
sarana komunikasi yang dapat menyimpan percakapan. Ia tidak suka berkomunikasi dengan telepon
karena tidak ada bukti yang dapat diperlihatkan apabila orang yang bersangkutan tidak bertindak
sesuai kata-kata yang diucapkan melalui telepon. Ia berpendapat bahwa dengan banyaknya office
politics yang terjadi, lebih baik menyiapkan bukti nyata karena bagaimana pun, kebenaran dapat
dimanipulasi untuk keperluan pribadi. Menurut Kak Dita juga, komunikasi dalam pekerjaannya sudah
sangat efektif karena sebagai international brand, terdapat prinsip dan peraturan yang jelas, tidak ada
gray area, hanya hitam dan putih, dan tidak terlalu banyak drama. Prinsip tidak dapat diubah
seenaknya walaupun demi cash flow atau mendapat exposure.
Rasa saling menghargai dianggap penting oleh Kak Dita karena dalam kelompok, kita
bergantung satu sama lain. Ia memberi contoh bahwa temannya kehilangan karyawan karena ia
bersikap terlalu ketat dan tidak pandai mengendalikan amarahnya. Dengan banyaknya kompetitor
bisnis yang ada, apabila kita mendapat tim yang dapat diandalkan, kita harus bersyukur dan berusaha
mempertahankan hubungan baik dengan cara menghargai setiap anggota. Ia berkata bahwa Häagen-
Dazs setia pada karyawan dan pelanggannya.
Kak Dita mengatakan bahwa dalam semua pekerjaan, terutama Häagen-Dazs yang merupakan
high-end, premium brand, apabila ada kekurangan dalam integritas akan cepat diketahui orang
banyak. Ketidakjujuran dapat terbukti dengan cepat di era yang sudah maju ini, terlebih dengan
adanya media sosial. Membangun integritas dapat dilakukan dengan punishment and reward, seperti
memberikan tanda terima kasih atau hadiah bagi orang-orang yang sudah melakukan pekerjaan
dengan baik.
Di tempat kerja Kak Dita, tidak banyak karyawan yang bermalas-malasan karena Häagen-
Dazs memiliki standar tinggi dalam memilih pekerjanya. Menurutnya, tidak banyak pekerjaan yang
menerima fresh graduate karena kurangnya pengalaman kerja, sehingga lebih memungkinkan untuk
teledor atau meninggalkan kewajiban. Kak Dita merasa serba salah dalam menghadapi hal ini karena
tidak boleh terlalu baik, namun tidak boleh juga terlalu memaksa. Maka dari itu, ia belum tahu solusi
untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja.
Attitude yang diperlukan dalam tempat kerja antara lain adalah percaya kepada Tuhan. Kak
Dita berpendapat bahwa kita tidak akan dapat mengerjakan semua sendiri, karena itu kita harus
bersyukur apabila mendapat tim yang baik. Konferensi dan seminar motivasi dapat membantu
mengembangkan attitude seorang pekerja.

Lessons Learned
Pengetahuan baru bagi saya adalah masih adanya keadaan yang tidak jauh berbeda dengan di
sekolah atau universitas, yaitu tidak sedikit orang yang bertindak agar menguntungkan diri sendiri.
Selain itu, loyalitas menjadi hal yang penting karena perusahaan akan menghargai pekerja yang tetap
setia di kala mengalami kesusahan. Terakhir, apabila seorang pekerja hanya kerja-pulang-kerja-
pulang, pengetahuannya tentang tempat kerjanya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, apabila
diminta untuk bekerja lembur atau meeting mendadak, kita harus mencoba melihat itu sebagai
kesempatan berkembang.
Perasaan yang muncul dari proses wawancara menurut saya adalah, saya merasa beruntung
dapat mewawancarai Kak Dita. Karena pembawaan yang tidak terlalu tegang, saya berhasil
menangkap esensi dari wawancara ini dan tidak merasa terbebani dalam pelaksanaannya, serta dapat
menerima insight baru demgan baik.
Setelah wawancara ini, saya merasa dapat meningkatkan beberapa hal. Salah satunya adalah
tidak terlalu santai dan mudah memaafkan karena akan mudah dimanfaatkan. Akan teteapi, saya juga
harus belajar untuk lebih percaya dengan kelompok saya, karena faktanya saya memang
membutuhkan bantuan orang lain. Saya merasa ingin merenggangkan sifat perfeksionis saya namun
tetap menjaga integritas saat bekerja. Saya juga akan mulai belajar mengembangkan sikap-sikap
professional mulai semester ini.

Penutup
Saya mendapati bahwa sikap-sikap yang harus saya miliki dalam dunia kerja adalah jujur,
disiplin, loyal, berintegritas, ramah, dan toleran. Saya juga perlu kemampuan bekerja sama dalam tim
serta berkomunikasi.Saya berniat untuk melatih kemampuan berkomunikasi, belajar untuk lebih sabar,
lebih disiplin dalam mengerjakan pekerjaan, dan menjadi tahan banting.

Anda mungkin juga menyukai