Anda di halaman 1dari 2

RESUME PEMBELAJARAN

PESERTA PELATIHAN HANDLING CYTOTOXICS


(PENANGANAN OBAT KANKER)
BAGI TENAGA KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
GELOMBANG 8, TANGGAL 21 – 30 NOVEMBER 2022

RESUME PEMBELAJARAN

Pelatihan Handling Cytotoxics (Penanganan Obat Kanker)


Kegiatan Bagi Tenaga Kefarmasian Di Rumah Sakit

Gelombang 8 (21 – 30 November 2022)


MPD 1 (Kebijakan, Standar dan Prosedur Dalam
Nama Mata Pelatihan (Materi)
Penanganan Obat Kanker)
Nama Peserta Donius Septiawan
Nomor Urut Peserta 14
Asal Institusi Peserta Siloam Hospital Bangka Belitung

(Resume Materi Pelatihan)

Pelayanan Farmasi mencakup pengerjaan atau penyiapan sediaan suntik, diantaranya adalah
Handling cytotoxics, total parenteral nutrition dan intravena admixture. Pengelolaan obat suntik
(baik kanker maupun non kanker) harus terjamin kualitasnya (steril dan stabil), untuk itu perlu
dilaksanakan Pelayanan IV Admixture (PIVAS) sesuai standar yang ditetapkan. Prinsip
pengerjaan sediaan suntik adalah dengan teknik aseptis. Teknik Aseptis adalah teknik
menyiapkan sediaan steril dengan menjaga kesterilan produk (mencegah kontaminasi) dari
awal hingga teradministrasi pada pasien. Pengerjaan dengan teknik aseptis memperhatikan
Alat Pelindung Diri (APD), teknik spesifik dalam menggunakan syringe, jarum suntik,
perlakuan steril pada vial dan ampul, dan peletakan tangan pada titik kritis. Penerapan teknik
aseptis dalam penyiapan obat menjadi salah satu upaya tenaga farmasi dalam mencegah
infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang terjadi pada pasien saat berada di rumah sakit.

Obat suntik yang disiapkan oleh tenaga farmasi salah satunya adalah Sitostatika (kemoterapi
atau obat kanker). Obat Sitostatika termasuk ke dalam golongan high alert, yaitu obat yang
diwaspadai karena memiliki resiko tinggi menyebabkan bahaya yang tidak diinginkan jika tidak
digunakan secara tepat. Obat high alert disimpan pada lemari khusus dan diberi penandaan
khusus. Obat high alert lain diantaranya adalah insulin, heparin, elektrolit konsentrat, obat
dengan nama dan rupa mirip (NORUM) atau look alike sound alike (LASA).

Kemoterapi adalah salah satu dari tindakan dasar penanganan kanker. Pengobatan kanker
secara garis besar dilakukan dengan bedah/operasi, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal,
dan imunoterapi. Pengobatan dengan kemoterapi adalah pengobatan sistemik yang bersifat
toksik terhadap sel secara keseluruhan (berdampak pada organ tubuh lain), sehingga
menimbulkan efek samping antara lain kerontokan pada rambut, mual muntah, nyeri,
mempengaruhi kesuburan dan bahkan bersifat karsinogenik, teratogenic, mutagenic dan
seabgainya. Akibatnya paparan obat kemoterapi juga membahayakan petugas/ operator.
Maka diperlukan prosedur yang sesuai dengan standar yang telah diatur oleh kebijakan
pemerintah.
Kebijakan tentang pelayanan kesehatan diatur oleh pemerintah dalam bentuk undang –
undang, PP, PMK dan turunannya. PMK RI No 71 Tahun 2013 pasal 33 menjelaskan tentang
monitoring serta evaluasi terhadap mutu pelayanan kesehatan dan efisiensi biaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. PP RI no 47 Tahun 2021 menyatakan juga bahwa
Rumah Sakit berkewajiban memberikan pelayanan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit. Untuk melaksanakan PIVAS maka diperlukan fasilitas, SDM yang kompeten dan SPO
sesuai standar yang ditetapkan.

Akreditasi adalah salah satu upaya menjamin standar mutu pelayanan rumah sakit. Seluruh
pekerjaan kefarmasian mulai dari manajemen kefarmasian, farmasi klinik dan produksi farmasi
menjadi poin penilaian dalam akreditasi guna menjaga mutu dan keamanan. Salah satu poin
pentingnya adalah tentang standar dalam kegiatan dispensing obat. Dalam instrumen
penilaiannya disebutkan bahwa dalam praktik penyiapan obat sitostatika (kemoterapi) harus
dilakukan oleh tenaga farmasi yang kompeten (ditunjukkan secara dokumen berbentuk
sertifikat pelatihan terkait), fasilitas dispensing, hingga pelabelan obat yang sesuai standar
kefarmasian. Salah satu unsur penting dalam pemberian label adalah mencantumkan BUD
(beyond use date) obat yang diracik/ direkonstitusi atau expired date obat jadi. Kemudian
pelaksanaan double check saat penyiapan obat, hingga verifikasi saat pemberian obat.

Pekerjaan kefarmasian yang sesuai standar dan ketentuan perundang – undangan adalah
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan tujuan utama Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dalam Undang – Undang.

Anda mungkin juga menyukai