Anda di halaman 1dari 10

Jenis-Jenis Pelatihan apoteker

Pelatihan PKPO 2022 – Pelatihan PKPO – Pelatihan Manajemen Farmasi


Rumah Sakit
Latar Belakang Pelatihan PKPO
Pelayanan pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah salah satu kegiatan di
RS  yang  menunjang  pelayanan  kesehatan  yang  bermutu.  Hal  ini  tercantum 
dalam Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  Nomor  72  Tahun  2016
tentang standar  Pelayanan  Kefarmasian  Di  Rumah  Sakit. Pengaturan  Standar 
Pelayanan Kefarmasian   di   Rumah   Sakit   bertujuan   untuk   meningkatkan  
mutu   pelayanan keefarmasian,  menjamin  kepastian  hukum  bagi  tenaga 
kefarmasian dan melindungi masyarakat  dan  pasien  dari  penggunaan  obat  yang 
tidak  rasional  dalam  rangka keselamatan pasien (patient safety) (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).
Pelayanan  farmasi  merupakan  salah  satu  sumber  pendapatan  utama  dari  sebuah
rumah  sakit.  Hal  tersebut  mengingat  bahwa  50%  dari  seluruh pemasukan  rumah
sakit  berasal  dari  pengelolaan  perbekalan  farmasi.  Oleh  karena  itu,  perbekalan
farmasi   harus   dikelola   secara   cermat   dan   penuh   tanggung   jawab,   sehingga
pendapatan rumah sakit tidak mengalami penurunan (Suhadi, 2018).
Selanjutnya   di   dalam   Standar   Nasional   Akreditasi   Rumah   Sakit  
(SNARS), dijelaskan  bahwa  standar  penilaian  tentang  kefarmasian  yang 
paripurna  diatur didalam Bab 6 Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat
(PKPO) yaitu meliputi prinsip  efektif  dalam  perancangan,  pelaksanaan 
peningkatan  mutu  terhadap  proses seleksi,  pengadaan,  penyimpanan,  peresepan 
atau  permintaan  obat  atau  instruksi pengobatan,    penyalinan    (transcribe),   
pendistribusian,    penyiapan    (dispensing) pemberian,   pendokumentasian,   dan  
pemantauan   terapi   obat.   Instalasi   farmasi bertanggung jawab terhadap
pengadaan, distribusi dan pengawasan seluruh produk obat  yang  digunakan  di  RS, 
baik  untuk  pasien  rawat  jalan  maupun  pasien  rawat inap.  Kebijaksanaan  dan 
prosedur  yang  mengatur  fungsi  ini  harus  disusun  oleh instalasi   farmasi  
dengan   masukan   dari   para   stakeholder   yaitu   staf   RS   yang berhubungan 
ataupun  dari  jajaran  manajerial  dan  komite  yang  ada  di  RS  (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit, 2018).
Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat merupakan komponen yang penting
dalam pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, paliatif, dan rehabilitatif terhadap
penyakit dan berbagai kondisi, serta mencakup sistem dan proses yang digunakan
rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Pelayanan kefarmasian
dilakukan secara multidisiplin dalam koordinasi para staf di rumah sakit. Rumah sakit
menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan mutu
terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, peresepan atau permintaan obat atau
instruksi pengobatan, penyalinan (transcribe), pendistribusian, penyiapan
(dispensing), pemberian, pendokumentasian, dan pemantauan terapi obat. Praktik
penggunaan obat yang tidak aman (unsafe medication practices) dan kesalahan
penggunaan obat (medication errors) adalah penyebab utama cedera dan bahaya yang
dapat dihindari dalam sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Oleh karena itu,
rumah sakit diminta untuk mematuhi peraturan perundang-undangan, membuat
sistem pelayanan kefarmasian, dan penggunaan obat yang lebih aman yang senantiasa
berupaya menurunkan kesalahan pemberian obat.
Tujuan Pelatihan PKPO
1. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk; menjamin mutu, manfaat,
keamanan, serta khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan; menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian; melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety); menjamin sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang
lebih aman (medication safety);menurunkan angka kesalahan penggunaan obat.
2. Peserta diharapkan dapat memahami penggunaan obat di rumah sakit sesuai
dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku dan diorganisir untuk
memenuhi kebutuhan pasien
3. Peserta diharapkan mengetahuI obat dengan cara seleksi yang benar, digunakan
untuk peresepan atau pemesanan, ada di stok atau siap tersedia.
4. Peserta diharapkan memahami cara penyimpanan obat dengan baik dan aman.

Target Pelatihan PKPO

Dokter, perawat, apoteker, terapi rehabilitasi, staff pelayanan kesehatan rumah sakit,
Staff Rumah Sakit yang berkaitan dengan Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan
Obat (PKPO)

Outline Pelatihan PKPO

1. Organisasi dan Manajemen


2. Seleksi dan Pengadaan Obat
3. Pengaturan Penyimpanan dan Pengawasan Penggunaan Obat
4. Regulasi Peresepan/Permintaan Obat dan Instruksi Pengobatan
5. Persiapan dan Penyerahan Obat
6. Pemberian (Administration) Obat
7. Pemantauan (Monitoring) Efek Obat dan Efek Samping Obat
Metode Pelatihan PKPO
1.Ceramah
2.Diskusi
3.Simulasi
4.Penyusunan Program
Pelatihan PPRA 2022 – Pengendalian Resistensi Antimikroba – Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba
Pendahuluan
Penggunaan obat yang tidak rasional sudah menjadi masalah dunia, berkisar 50
persen obat-obatan diresepkan, didistribusikan, dijual dan diambil  pasien  secara 
tidak  tepat.  Diperkirakan  sepertiga  populasi  dunia  tidak  memiliki  akses  ke 
obat-obatan  esensial.  Penggunaan  obat  yang  tidak  rasional  yang  jadi  fokus 
perhatian adalah  penggunaan antibiotik yang tidak sesuai baik dari jenis obat, dosis,
lama pemberian dan penggunaan yang berlebihan pada penyakit non infeksi bakteri.
Kondisi  ini  memicu  terjadinya  resistensi  terhadap  antibiotik (WHO, 2002).
Resistensi antimikroba merupakan permasalahan global sehingga WHO mengimbau
tentang perlunya mengkaji berbagai faktor terkait dan strategi untuk mengendalikan
kejadian resistensi. Arus globalisasi menyebabkan kejadian penyakit di suatu negara
akan berdampak ke negara lainnya. Oleh karena itu upaya kesehatan global secara
kolektif penting dilakukan, namun demikian kesehatan adalah tanggung jawab
nasional karena setiap negara mempunyai masalah resistensi yang berbeda, demikian
juga solusi untuk mengatasi tersebut (Smith, 2002).

Mengingat  pentingnya  masalah  resistensi  antimikroba,  Kementerian  Kesehatan 


menetapkan  kebijakan  Program  Pengendalian  Resistensi  Antimikroba (PPRA) di
Rumah Sakit (RS) melalui Permenkes No. 8 Tahun 2015. Diharapkan dengan
Permenkes  tersebut  menciptakan  kesadaran,  pemahaman dan komitmen bersama
tentang adanya masalah resistensi antimikroba, yang ditindaklanjuti dengan  gerakan 
terpadu  nasional  antara  rumah  sakit, profesi kesehatan, masyarakat, perusahaan
farmasi, dan pemerintah daerah di bawah koordinasi Kementerian  Kesehatan. 
Kegiatan  pengendalian  resistensi antimikroba sangat penting untuk menekan
pembiayaan penggunaan antibiotik terutama terkait dengan penerapan paket INA-
DRG bagi peserta JKN dengan tetap menjaga mutu pelayanan kesehatan khususnya 
penanganan  kasus  infeksi  di  rumah  sakit.

pelatihan ini diselenggarakan untuk memenuhi harapan para profesional kesehatan di


rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada penderita penyakit infeksi dalam
rangka pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit.

TUJUAN Pelatihan PPRA 2022


1. Memahami kebijakan dan peran pimpinan rumah sakit dalam program
pengendalian resistensi antimikroba (PPRA)
2. Memahami Prinsip dasar pengendalian resistensi antimikroba
3. Memahami dan mampu menerapkan prinsip dasar pengendalian infeksi dengan
benar (universal precaution) dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba.
4. Memahami farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotic
5. Memahami dan mampu menerapkan penggunaan antibiotik secara bijak untuk
tujuan profilaksis dan terapi
6. Memahami dan mampu menerapkan manajemen sampling pemeriksaan
mikrobiologi yang benar dan mampu menginterpretasikan kegunaan klinis hasil
pemeriksaan mikrobiologi.
7. Memahami peran farmasis dalam pengendalian penggunaan antibiotik.
8. Memahami dan mampu melakukan audit kuantitas dan kualitas penggunaan
antibiotic
9. Memahami dan mampu menyusun pedoman penggunaan antibiotik (antibiotic
guidelines) dengan standar internasional.
10. Mengetahui model penerapan PPRA ”pilot study” di Departemen/SMF.
11. Mampu menyusun ”Plan of Action” Program Pengendalian Resistensii
Antimikroba di Rumah Sakit.

MATERI Pelatihan PPRA 2022


1. Kebijakan dan peran pimpinan rumah sakit dalam program pengendalian
resistensi antimikroba (PPRA)
2. Prinsip dasar pengendalian resistensi antimikroba (prinsip dasar munculnya
bakteri resisten, strategi mencegah dan mengatasi muncul serta menyebarnya
bakteri resisten).
3. Prinsip dasar pengendalian infeksi dengan benar (universal precaution).
4. Farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik (PK/PD).
5. Penggunaan antibiotik untuk tujuan profilaksis pada pembedahan.
6. Penggunaan antibiotik untuk tujuan terapi pada kasus infeksi.
7. Manajemen sampling pemeriksaan mikrobiologi dan interpretasi kegunaan klinis
hasil pemeriksaan mikrobiologi.
8. Peran farmasis dalam pengendalian penggunaan antibiotik.
9. Audit kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik.
10. Penyususnan pedoman penggunaan antibiotik dengan standar internasional
11. Model penerapan PPRA ”Pilot study” di Departemen/ SMF
12. Diskusi kasus-kasus infeksi
13. Praktek menyusun pedoman penggunaan antibiotic
14. Praktek menyusun POA – PPRA Rumah Sakit

METODE Pelatihan PPRA 2022


1. Ceramah
2. Diskusi
3. Simulasi
4. Penyusunan Program
Pelatihan Aseptic Dispensing 2022 – Pelatihan Dispensing Sediaan Steril –
Pelatihan Teknik Aseptik Dispensing
Pendahuluan
pelatihan aseptic/asepsis adalah sebuah penanganan ataupun perlakuan yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme dalam aktifitas medis yang bisa penyebabkan terjadinya infeksi.
Bertujuan untuk menghindari, mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme pada sebuah
permukaan benda hidup atau benda mati yang meliputi: antisepis, desinfeksi, dan sterilisasi. Dalam
aktifitas medis perlakuan ini sangat penting terutama dalam tindakan operasi ataupun bedah.

Pada umumnya untuk membantuk praktisi medis, saat ini sudah banyak beredar bahan/material
antiseptik yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
berbahaya, berbagai macam sifatnya dari yang bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non
sporosidal. Mengingat teknik aseptik ini merupakan salah satu hal yang sangat penting

Tujuan Pelatihan Aseptik


1. Memberikan Pemahaman Kepada Peserta Dalam Pelaksanaan Teknik Aseptis Yang Benar Sesuai
Dengan Standar Kesehatan Yang Berlaku Di Regulasi Kesehatan.
2. Mengetahui Jenis-Jenis Teknik Aseptik Dalam Praktek Keperawatan
3. Memahami Penatalaksanaan Cara Kerja Teknik Aseptik
4. Menerapkan Penatalaksanaan Cara Kerja Teknik Aseptik

Materi Pelatihan Dispensing Sediaan Steril


1. Sejarah Dan Perkembangan Teknik Aseptis Dalam Praktek Medis
2. Metode Dan Teknik Aseptis Dalam Tindakan Medis
3. Aspetis Dalam Praktek Keperawatan
4. Aseptic Dispensing Service Dan Contoh Sediaan Aseptis
5. Karakteristik Lingkungan Pelaksanaan Aseptis
6. Penatalaksanaan Pembuatan Sediaan Secara Aseptis
7. Simulasi Praktek Melalui Pemutaran Video

Metode Pelatihan Aseptik DIspensing


1. Ceramah
2. Diskusi
3. Simulasi
4. Penyusunan Program
Pelatihan Manajemen Farmasi Rumah Sakit – Pelatihan Manajemen Farmasi –
Pelatihan Manajemen Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengantar Pelatihan manajemen Farmasi Rumah Sakit
Manajemen Farmasi Rumah Sakit (MFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu departemen atau unit di
suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh  Asisten Apoteker yang
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional,
tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi
penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup
pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan.

Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan Farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran Rumah Sakit. Untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi
dan epidemiologi disesuaikan dengan aggaran Rumah Sakit  yang tersedia. Tugas utama Instalasi
Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua
perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk penderita rawat
tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Oleh karena itu,
diperlukan manajemen layanan yang baik agar mampu memenuhi persayaratan dalam akreditasi
internacional oleh Joint Commission International (JCI).

Adapun yang menjadi pedoman dalam perencanaan pengadaan obat yaitu DOEN, formularium Rumah
Sakit, standar terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran
yang tersedia, siklus penyakit, data pemakaian periode yang lalu serta pengembangan. Oleh karena
itu, DIKLAT & TRAINING CENTER INDONESIA (Konsultan & training Center)  mengadakan
Training Manajemen Farmasi Rumah Sakit Menuju Akreditasi Internasional (JCI) dengan ruang
lingkup materi meliputi: Pengantar: Mengelola Layanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Perencanaan
dan Pengadaan Obat, Penyimpanan dan Distribusi Obat, Pencatatan dan Pelaporan, Pelayanan
Kefarmasian, Pelayanan Resep dan Informasi Obat, Konseling, dan Pelayanan Kefarmasian
Residensial (Home Pharmacy Care)

Tujuan Pelatihan Manajemen Farmasi Rumah Sakit


Tujuan umum dari Training Manajemen Farmasi ini adalah untuk meningkatkan kualitas tenaga
pengelola obat sehingga ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan,
serta pelayanan kefarmasian yang bermutu dalam rangka mewujudkan penggunaan obat yang rasional
dapat tercapai.
Adapun tujuan khususnya antara lain :
1. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran
2. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan
3. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran
4. Estimasi kebutuhan obat dalam rumah sakit lebih tepat
5. Pemanfaatan dana yang tersedia dapat lebih optimal
6. Mampu melaksanakan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan dengan baik dan benar
7. Mampu melakukan pendistribusian obat secara benar
8. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan secara akurat

Materi Pelatihan Manajemen Farmasi Rumah sakit

1. Pengelolaan Obat Publik, meliputi : Perencanaan dan pengadaan, Penyimpanan, Distribusi,


Pencatatan dan Pelaporan, Supervisi dan evaluasi.
2. Pelayanan Kefarmasian, meliputi : Pelayanan resep, Pelayanan informasi obat, Konseling,
Pelayanan kefarmasian residential.
3. Penggunaan Obat Rasional, meliputi : Konsep POR (Policy, Organisation and Rules) untuk
perencanaan kebutuhan obat, Pemantauan dan evaluasi POR

Sasaran peserta Pelatihan Manajemen farmasi Rumah Sakit

Team Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Klinik, Lab, RS), Apoteker, Asisten Apoteker, Dokter, Perawat,
Bidan, HRD Rumah Sakit dan semua pihak yang terlibat dalam Manajemen Farmasi.

Metode pelatihan

Training ini menggunakan metode interaktif, dimana peserta dikenalkan kepada konsep, diberikan
contoh aplikasinya, berlatih menggunakan konsep, mendiskusikan proses dan hasil latihan.
Disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi interaktif dan presentasi kelompok.
Pelatihan Manajemen Farmasi Rumah Sakit – Training Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Menuju Akreditasi JCI – Pelatihan Manajemen Farmasi

Pendahuluan pelatihan manajemen farmasi

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan 
Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi, menyebutkan bahwa  
pelayanan farmasi rumah sakit adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab   kepada pasien yang berkaitan dengan obat dengan maksud mencapai hasil
yang pasti     untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi farmasi rumah
sakit adalah salah satu unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab
sepenuhnya pada pengelolaan  semua  aspek  yang  berkaitan dengan  obat  yang 
beredar  dan  digunakan di rumah sakit. Pengelolaan obat merupakan salah satu segi
manajemen rumah sakit yang  sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan, karena  ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat
akan memberi dampak negatif  terhadap rumah sakit,  baik  secara  medik,  sosial 
maupun secara ekonomi (Siregar, 2004).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu departemen
atau unit di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh
asisten apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang
terdiri dari pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi;
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan;
pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup
pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program
rumah sakit secara keseluruhan

Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang
beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk penderita rawat tinggal, rawat
jalan mau pun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Oleh karena itu,
diperlukan manajemen layanan yang baik agar mampu memenuhi persayaratan dalam
akreditasi international oleh Joint Commission International (JCI).

Tujuan Pelatiahan Manajemen farmasi

Memahami Prinsip Dasar Farmasi Rumah Sakit


Materi Pelatihan Manajemen Farmasi

1. Mengelola Layanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit,


2. Perencanaan dan Pengadaan Obat, Penyimpanan dan Distribusi Obat
3. Pencatatan dan Pelaporan
4. Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan Resep dan Informasi Obat,
5. Konseling, dan Pelayanan Kefarmasian Residensial (Home Pharmacy Care)

Metode Pelatihan manajemen Farmasi

1. Ceramah
2. Diskusi
3. Simulasi
4. Penyusunan Program

Anda mungkin juga menyukai