Dilansir oleh Digital Marketer, copywriting adalah aktivitas atau pekerjaan menulis
teks iklan atau materi publisitas.
Lalu, apakah seorang penulis buku seperti novel atau komik bisa
disebut copywriter? Tentu tidak, mereka disebut novelis dan komikus.
menulis konten yang jelas dan benar untuk keperluan perusahaan yang sesuai
dengan tone of voice atau brand voice.
berdiskusi dengan klien untuk memahami apa pesan yang ingin mereka
sampaikan, brand voice, dan target audiens mereka.
mengusulkan konsep copy dengan cara yang menarik kepada klien dan melaksanakan
proyek sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
mengubah brief dari tim kreatif atau tim lainnya menjadi sebuah copy yang persuasif
dan menarik
berkolaborasi dengan departemen PR dan marketing untuk mengembangkan
ide marketing campaign
mendengarkan feedback dari klien untuk menyunting dan memodifikasi copy agar
sesuai dengan kebutuhan mereka
Jenis-jenis Copywriter
1. Website copywriter
Ketika mengakses suatu website, kamu pasti membaca beberapa informasi dan teks di
dalamnya, bukan?
Apa yang kamu rasakan jika teks tersebut tidak bisa membantumu memahami
perusahaan atau produk yang mereka tawarkan dengan jelas? Sedikit menjengkelkan,
bukan?
Oleh karena itu, website copywriter adalah profesi yang tidak bisa disepelekan. Kamu
bisa menjelajahi beberapa situs untuk mempelajari strategi copywriting yang mereka
gunakan.
2. Ads copywriter
Salah satu jenis copywriting yang paling banyak dibutuhkan adalah copywriting untuk
iklan.
Teks yang dimuat di dalam iklan harus mampu mempengaruhi target audiensmu
untuk melakukan sesuatu yang diharapkan. Baik itu mengklik tombol, mengunjungi
profil, atau membeli produk.
Konten-konten yang kamu lihat di media sosial adalah hasil karya social media
copywriter.
Mereka harus mampu membuat konten yang engaging namun sesuai dengan tone of
voice dan brand personality.
4. Technical copywriter
Jadi, kamu harus mampu mengubah suatu panduan yang sangat teknis menjadi
sesuatu yang mudah dipahami dan dicerna oleh pembaca.
5. Niche copywriter
Sesuai namanya, niche copywriter adalah mereka yang memiliki spesialisasi di satu
bidang saja.
Misalnya copywriter di industri kecantikan atau kesehatan. Artinya, kamu perlu
memiliki pengalaman beberapa tahun terlebih dahulu supaya bisa menguasai keahlian
yang dibutuhkan di industri tersebut.
Oleh karenanya, pekerjaan dan tanggung jawab copywriter bisa dikatakan tidak
semudah yang orang-orang awam pikirkan.
Bekerja yang berhubungan dengan iklan tentu menuntut kreativitas yang tinggi. Bisa
dikatakan bahwa posisi ini memerlukan orang-orang yang kreatif dan bertalenta.
Pemasaran yang dimaksud bukan menjual produk atau sales, tetapi lebih mengarah
kepada bagaimana kamu bisa memproduksi iklan yang dapat memasarkan produk.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa pekerjaan ini berhubungan dengan citra
perusahaan dan brand tertentu. Maka, kamu dituntut untuk memberikan konten
yang ‘outside the box’ dan one of a kind.
Kedua faktor tadi akan menentukan apakah konten yang kamu ciptakan cukup
persuasif hingga calon konsumen tertarik memberli produk/jasa dari perusahaan.
Nah, apakah kamu mampu menghadapi rangkaian tantangan di atas? Jika merasa
mampu, ini saatnya kamu melamar kerja sebagai copywriter.
Sebelum kamu membuat konten iklan untuk suatu produk atau jasa, kamu
perlu melakukan pengamatan.
Tahap observasi ini dilakukan untuk mengetahui konten seperti apa yang sesuai
dengan sasaran brand dan isu apa yang sedang tren.
Dengan melakukan observasi terlebih dulu, konten yang akan kamu buat bisa sesuai
dan kemungkinan besar bisa tepat sasaran, serta memenuhi ekspektasi.
Konten yang dibuat oleh copywriter menuntut kreativitas dan harus bisa menjual.
Oleh sebab itu, kekuatan utama dan dasar fundamental dalam pekerjaan ini adalah
membuat copy (kata-kata).
Pekerjaan yang dilakukan copywriter, berhubungan dengan target sasaran dan klien,
yang mana keduanya memiliki latar beragam.
Untuk itu, sebagai copywriter kamu dituntut untuk bisa fleksibel dan luwes guna
mampu menyesuaikan diri dengan profil atau identitas yang sedang kamu
representasikan.
Hal tersebut tentunya membutuhkan penempatan diri kamu saat membuat konten.
Misal, kamu akan membuat konten untuk produk/jasa yang target pasarnya adalah
anak kecil umur 5-10 tahun.
Saat menulis iklan, kamu harus bisa memposisikan diri kamu sebagai anak kecil.
Begitu juga jika kamu dituntut untuk menulis iklan dengan target pasar orang dewasa.
Itu lah mengapa kemampuan observasi juga menjadi poin penting yang harus
copywriter punya. Melalui pengamatan yang cermat, kamu bisa mempelajari profil
yang akan kamu representasi.
Sehingga nantinya, kamu akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam membuat
tulisan. Selain itu, kamu akan berhubungan dengan klien di mana ada ketentuan atau
keinginan mereka yang berbeda-beda.
Tuntutan klien harus bisa kamu kabulkan atau kamu juga bisa melakukan negosiasi
dengan konsep atau konten yang kamu akan buat.
Namun perlu dipahami bahwa, menyesuaikan keinginan klien dengan konsep kamu,
serta ketentuan atau ekspektasi biro/agensi iklan bukanlah hal yang mudah, ya.
Penulisan konten iklan untuk media sosial Twitter misalnya, tentu berbeda dengan
penulisan untuk konten iklan Instagram.
Pertama, jumlah karakter di Twitter memiliki batasan karakter, di mana konten iklan
yang akan kamu desain harus jelas dan langsung bisa dipahami.
Selanjutnya, konten di Instagram memiliki bentuk yang beragam seperti IG Feed dan
IG Story, sehingga konten yang di post juga akan berbeda.
Lain halnya lagi dengan penulisan konten iklan untuk blog. Format dan gaya
penulisannya akan berbeda.
Melalui jumlah kata yang tidak terbatas, kamu bisa memanfaatkan peluang tersebut
untuk membuat konten iklan yang komprehensif. Misal, konten yang bersifat
deskriptif.
Namun, kamu juga perlu tahu kalau pekerjaan ini tidak begitu mengandalkan latar
belakang pendidikan resmi guna menunjukkan bahwa kamu pantas.
Copywriting merupakan keahlian yang bisa dipelajari dan diasah. Jadi, apabila tidak
memiliki gelar sarjana, kamu tidak perlu khawatir, ya! Walaupun umumnya,
perusahaan akan lebih menyukai mereka yang memiliki gelar sarjana.
Untuk menyiasati hal tersebut, kamu yang belum/tidak memiliki gelar sarjana,
sebaiknya memamerkan keahlianmu melalui kumpulan portofolio yang bisa kamu
tampilkan di situs formal, media sosial, atau blog personal.