KAK Acute Flacid Paralysis AFP PAKEM 2023 FIK
KAK Acute Flacid Paralysis AFP PAKEM 2023 FIK
A. Pendahuluan
Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly
tahun 1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah menyepakati
pencapaian Eradikasi Polio atau Pembasmian Polio. Sertifikasi bebas polio
ditentukan oleh kinerja Surveilans AFP dan surveilans virus Polio liar. Pada tahun
2002, kineja surveilans AFP telah mencapai standar sertifikasi bebas polio dengan
AFP rate lebih besar dari 1,2 per 100.000 anak usia dibawah 15 tahun dengan
kinerja specimen adekuat 82,3%.
B. Latar belakang
Surveilans AFP bertujuan untuk memantau adanya penyebaran virus polio
liar di suatu wilayah, sehingga upaya-upaya pemberantasannya menjadi terfokus
dan efisien. Sasaran utama surveilans AFP adalah kelompok yang rentan terhadap
penyakit poliomyelitis, yaitu anak berusia kurang dari 15 tahun.
Dalam surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus poliomyelitis yang
mudah diidentifikasikan, yaitu penyakit poliomyelitis paralitik. Ditemukannya
kasus poliomyelitis paralitik di suatu wilayah menunjukkan adanya penyebaran
virus polio liar di wilayah tersebut.
Untuk meningkatkan sensitifitas surveilans AFP, maka pengamatan dilakukan
pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya flaccid (layuh),
seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Penyakit-penyakit ini (yang
mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomyelitis) desebut kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP) dan pengamatannya disebut sebagai Surveilans AFP (SAFP).
Puskesmas berperan sebagai koordinator surveilans AFP di masyarakat yang
bertanggung jawab untuk menemukan sedini mungkin dan melakukan tata
laksana semua kasus AFP yang berada di wilayah kerjanya, dengan tugas utama :
1. Mengkoordinasikan kerjasama dengan unit yang potensi menemukan
kasus AFP, seperti posyandu, kader PKK, klinik swasta, pesantren,
sekolah dan sektor terkait lainnya
2. Menyebarluaskan kepada masyarakat informasi mengenai
a. Pengertian kasus AFP secara sederhana
1
b. Surveilance AFP dan manfaat melaporkan kasus AFP segera/dini
c. Peran serta masyarakat dalam surveilans AFP
Tujuan Khusus :
1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di wilayah kerja puskesmas.
2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di wilayah kerja puskesmas.
3. Mengumpulkan dua specimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14hari
setelah kelumpuhan dan dengan tenggang waktu pengumpulan specimen I
dan II ≥ 24jam
4. Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus polio liar melalui
pemeriksaan specimen tinja semua kasus AFP yang ditemukan dalam
wilayah kerja puskesmas.
2
g. Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus AFP di
masyarakat.
2. Penyelidikan Epidemiologi
Tujuan dari penyelidikan Epidemiologi yaitu
- Memastikan apakah kasus yang dilaporkan benar-benar kasus AFP
- Mengumpulkan specimen tinja sedini mungkin dari penderita AFP
- Mencari kasus tambahan
- Memastikan keadaan paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari.
Petugas membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dalam
melaksanakan kegiatan ini.
4. Pengiriman laporan
Laporan W2 dikirim ke Dinas Kesehatan setiap minggunya, laporan W1
dikirim ke Dinas Kesehatan setiap ditemukan kasus dalam waktu max 24
jam dari ditemukannya kasus di wilayah.
E. Sasaran
Semua anak usia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid
(layuh), terjadi secara akut (mendadak), bukan disebabkan oleh ruda paksa.
3
F. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
4
Pelaporan segera, pelaporan KLB. Puskesmas melaporkan adanya kasus
AFP ke Dinas Kesehatan Kota dalam waktu 24 jam setelah kasus tersebut
dikonfirmasikan secara klinis. Laporan dapat disampaikan melalui formulir W1
atau telepon.
dr. Salwah
Ahmad Gojali
NIP. 19730727200701 2011 Nip. 197403042014071001