Pakaian Adat
Macam pakaian adat yang pertama Mamikos bahas berasal dari Aceh yang bernama Ulee
Balang. Busana yang dikenakan pria disebut Linto Baro, sedangkan busana perempuan dinamai
Daro Baro.Busana adat ini terdiri dari 3 bagian, yakni atas, tengah dan bawah. Pada bagian atas
ada penutup kepala atau mahkota yang disebut meukeutop.
Meukeutop ini berbentuk lonjong ke atas serta dilengkapi dengan lilitan berbahan dasar
kain sutera yang bernama tengkulok.
Di bagian tengah ada meukasah atau baju yang tertutup pada bagian kerah dan disulam
atau dijahit dengan benang emas.
Lalu, pada bagian bawah ada celana cekak musang yang dikenal dengan nama sileuweu.
Sileuweu adalah celana panjang berwarna hitam yang terbuat dari kain katun yang
ditenun.
Sebut saja ada selendang, mahkota atau penutup kepala, gelang, kalung dan masih banyak lagi
aksesori lainnya. Pakaian ini biasanya hanya digunakan saat upacara pernikahan saja.
Ada baju adat asal Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Ulos dan memiliki perpaduan
warna yang sangat indah serta penuh dengan makna filosofis.Warna yang paling dominan dari
pakaian adat satu ini adalah merah, hitam, dan putih.
Ketiga warna tersebut memiliki pemaknaan akan sebuah simbol nilai yang ingin disampaikan
dalam sebuah pesan yang tak langsung.
Indikasi tersebut sangat tampak dari beberapa kelengkapan yang dikenakan pada pakaian adat
yang didominasi perhiasan bercitra keemasan.Pakaian adat satu ini termasuk salah satu jenis kain
songket yang dulunya hanya dapat dipergunakan para kaum bangsawan saja. Tak hanya itu,
dalam pakaian adat ini juga terdapat unsur Hindu Buddha lo.
Dari rangkaian macam pakaian adat yang Mamikos bahas mari beranjak ke Kepulauan Riau
yang memiliki baju adat bernama Teluk Belanga.Bagi laki-laki baju adat ini disebut Teluk
Belanga, sementara untuk perempuan namanya adalah Kebaya Labuh.
Model pakaiannya berkerah serta berkancing, yang biasanya adalah kancing emas atau kancing
permata.Lengan bajunya identik agak lebar, agak longgar dan memiliki panjang hingga menutup
pergelangan tangan.
Berikutnya ada baju adat Riau bernama Kebaya Laboh dan Kurung Cekak Musang yang
biasanya hanya dikenakan pada acara-acara formal, seperti acara pemerintahan atau kunjungan
kerajaan.Bagi para wanita memakai Kebaya Laboh, sementara untuk pria adalah baju Kurung
Cekak Musang.
Inspirasi baju adat berikutnya ada Baju Kurung yang terbuat dari bahan beludru, saten atau
santung berwarna merah, emas, biru dan warna lain, serta memakai sulaman benang emas.Motif
bajunya bermacam-macam mulai dari bunga tanjung, bunga teratai, bunga kangkung, bunga
pucuk paku atau pakis, dan bunga pucuk rebung. Untuk paduan busananya adalah kain songket
Jambi dengan motif serupa.
9. Paksian (Bangka Belitung)
Paksian merupakan busana pengantin khas dari kota Pangkal Pinang. Pakaian untuk mempelai
wanita dikenal sebagai Baju Kurung Merah yang terbuat dari bahan sutra atau beludru yang
dulunya disebut baju Seting.
Kain yang dipakai biasanya adalah kain besusur, kain lasem, atau disebut juga kain cual. Bagian
kepalanya memakai mahkota yang dinamakan Paksian.Sementara mempelai laki-laki akan
memakai sorban yang disebut sungkon. Pakaian ini konon dipengaruhi oleh budaya Tiongkok
dan Arab.
Pangsi adalah setelan busana berupa baju kemeja polos yang sedikit longgar serta celana yang
juga longgar dan memiliki panjang tidak melebihi mata kaki.Pakaian adat Indonesia satu ini
umumnya dipakai laki-laki dan merupakan pakaian khas dari beberapa suku di Indonesia, antara
lain Betawi dan Sunda.
Baju Sadariah
Baju Demang
Pakaian adat Yogyakarta jadi macam pakaian adat berikutnya yang Mamikos bahas. Nama
busana adat DI. Yogyakarta memiliki nama Kesatriaan Ageng.Pakaian adat Indonesia satu ini
terdiri dari beberapa bagian baju antara lain adalah Surjan sebagai atasan, celana panjang hitam
untuk bawahan, kain batik di pinggang yang dililitkan sampai atas lutut dan hiasan kepala.
Seperti yang sudah terbaca dari namanya, pakaian adat Jawa Timur ini asalnya dari Madura.
Pesa’an Madura adalah pakaian khas yang dipakai oleh kaum pria.Busana ini terdiri dari kaus
bergaris merah dan putih, baju luar lengan panjang warna hitam, serta celana longgar yang juga
berwarna hitam.
17. Payas Agung (Bali)
Payas Agung merupakan pakaian adat Bali yang biasanya dipakai saat pelaksanaan upacara
pernikahan atau potong gigi.Pakaian adat ini mempunyai kesan yang mewah dan spesial, maka
tak mengherankan jika Payas Agung tidak dipakai di semua aktivitas.
Selain baju adat Payas Agung, masih ada beberapa baju adat dari Bali lainnya yakni Baju Safari,
Payas Madya, Payas Alit, dan Kebaya Bali.
Pakaian adat Indonesia asal Provinsi Nusa Tenggara Timur ini memiliki beberapa suku yang
masing-masing memiliki pakaian adatnya.Salah satu suku di NTT adalah Suku Dawan yang
mempunyai baju adat bernama Amarasi. Baju adat Amarasi khusus dikenakan pria yang terdiri
dari selimut kain tenun ikat dan Baju Bodo.
Pakaian Upak Nyamu merupakan busana adat tradisional yang bahannya terbuat dari kulit kayu
nyamu yang dipipihkan.Karena prosesnya tersebut, makanya kulit kayu nyamu ini bisa
digunakan sebagai bahan pembuat pakaian dan ewah (cawat).Busana yang terbuat dari kulit
nyamu ini sesekali dibentuk seperti rompi, kadang juga dibentuk baju tanpa lengan.
22. Ta’a dan Sapei Sapaq (Kalimantan Utara)
Pakaian Ta’a adalah pakaian yang dipakai perempuan, sementara Sapei Sapaq adalah pakaian
yang dipakai oleh laki-laki.Pakaian Ta’a berupa kain sarung yang diberi anyaman manik kecil
berwarna-warni dan memiliki motif khusus.Sementara Sapei Sapaq adalah baju berbentuk
khusus yang terdapat hiasan manik motif tertentu serta gigi dan taring macan.
Bagajah Gamuling Baular Lulut adalah baju adat yang berupa busana pengantin klasik yang
sudah berkembang sejak zaman kerajaan Hindu dan berasal dari Kalimantan Selatan.Nantinya
pengantin wanita hanya akan memakai kemben yang disebut Udat.
24. Kustin (Kalimantan Timur)
Kustin adalah pakaian adat asal Kalimantan Timur dari Suku Kutai dan berasal dari bahasa kutai
yang artinya adalah busana.Kustin juga dimaknai sebagai pakaian kebesaran yang bahan
dasarnya terbuat dari beludru hitam dan dipakai saat upacara pernikahan masyarakat yang strata
ekonominya menengah ke atas.
Nama pakaian adat Sulawesi Barat dan khususnya berasal dari suku Mandar ini disebut dengan
nama Pattuqduq Towaine yang dipakai oleh wanita.
Pattuqduq Towaine ini terdiri dari beberapa komponen antara lain adalah: atasan berupa rawang
boko, sarung khas Mandar bernama Lipaq Saqbe untuk bawahan, dilengkapi dengan sarung
lainnya yaitu Lipaq Aqdi Diratter Duattdong.Lalu, untuk aksesorisnya ada beberapa aksesoris
yang dikenakan, yakni hiasan kepala, kalung, ikat pinggang disebut dengan kliki dan gelang.
Pakaian adat suku Kaili yang dikenakan oleh wanita disebut dengan Nggembe.Pakaian adat yang
dikenakan wanita ini memiliki bentuk unik dan menarik. Umumnya busana yang akan dipakai
wanita memiliki beberapa pilihan warna.
Pilihan warnanya antara lain adalah warna merah atau warna kuning yang dikombinasikan
dengan corak warna hitam atau cokelat. Model baju ini adalah baju terusan yang longgar serta
berlengan pendek.Terdapat hiasan berupa manik-manik yang semakin mempercantik busana ini.
Baju Nggembe ini berbentuk segi empat serta memiliki kerah baju yang bulat.
Bawahan pakaian adat ini disebut Buya Sabe Kumbaja yang berupa rok panjang dan mekar.
Bawahan ini terbuat dari sarung yang ditenun dan berasal dari Donggala.Sarung tenun tersebut
nantinya diikatkan pada pinggang wanita, yang sisa ikatannya akan dibiarkan terjuntai sebagai
hiasan.
27. Laku Tepu (Sulawesi Utara)
Laku tepu merupakan pakaian adat Sulawesi Utara khas suku Sangihe yang dikenakan oleh laki-
laki dan perempuan. Ciri khas dari busana ini adalah dari bentuknya yang berupa terusan
panjang.
Baju yang dipakai pria akan mencapai lutut dan telapak kaki, serta dilengkapi dengan ikat kepala
bernama paporong.
Pakaian Babu Nggawi ini dari atasan yang sering disebut Lipa Hinoru. Sementara untuk
bawahannya mengenakan Roo Mendaa dengan bentuk rok panjang hingga mata kaki.Warna Lipa
Hinoru selalu disesuaikan dengan warna Roo Mendaa. Contohnya jika mengenakan Lipa Hinoru
berwarna merah, maka Roo Mendaanya juga akan berwarna merah.
Baju Bodo merupakan busana tradisional perempuan Suku Makassar, Sulawesi. Baju Bodo juga
dikenal sebagai salah satu busana tertua yang ada di dunia.
Pakaian adat Sulawesi Selatan ini memiliki bentuk segi empat, dan biasanya berlengan pendek.
Pakaian ini umumnya dipakai untuk acara adat dan resmi seperti upacara pernikahan.Tetapi di
masa kini, Baju Bodo mulai direvitalisasi melalui acara lain seperti lomba menari atau
menyambut tamu agung dan penting.
Hal itu membuat perempuan Gorontalo yang mengenakan pakaian adat tersebut terlihat sangat
glamor dan tetap memesona.Berbeda dengan pakaian adat perempuan yang mengenakan banyak
aksesoris, pakaian Mukuta jauh lebih simpel. Hanya terdapat 3 aksesoris saja yang dikenakan
oleh laki-laki atau pengantin pria.
Menurut sejarah, konon pakaian adat ini dikenakan oleh para sultan kerajaan di Maluku Utara.
Secara visual, bentuk dan bagian dari Manteren Lamo ini terdiri dari jas warna merah dengan
bordir emas di tepiannya.
Pakaian adat Pummi adalah rok mini yang terbuat dari anyaman daun sagu. Rumbai-rumbai
pummi dilepas begitu saja sehingga terurai di sekeliling pinggul dan paha pemakainya.
Lazimnya, Pummi ini dipakai oleh laki-laki. Untuk perempuan akan memakai Tok yang adalah
cawat atau celana dalam.Tok ini merupakan Pummi yang terdapat rumbai-rumbai di bagian
depan yang dikumpulkan kemudian ditarik ke bagian belakang pinggul melalui celah paha
sehingga menyerupai cawat.