Anda di halaman 1dari 10

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah mengukur capaian pembangunan


manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Melalui pendekatan tiga
dimensi dasar yang mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan
kehidupan layak.Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angkaharapan
hidup waktulahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan
gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk
mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya
pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup layak.

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata Lama Sekolah adalah Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh
penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan yang
pernah dijalani.

Harapan Lama Sekolah (HLS)

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang.

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah murid kelompok
usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan
penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.
Makin tinggi APS berarti makin banyak usia sekolah yang bersekolah di suatu
daerah.

Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada suatu kelompok
tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya.

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada suatu jenjang
pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan
tersebut. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang
bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menurut United Nations Development
Programme (UNDP), adalah indeks yang mengukur capaian pembangunan manusia
berbasis pada komponen dasar kualitas hidup manusia. Komponen dasar kualitas
hidup manusia dilihat melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang diukur dari empat
indikator. Tiga dimensi dasar dan empat indikator tersebut adalah

1. Kesehatan
berupa umur panjang dan hidup sehat ( a long life and healthy life ). Indikator
yang diukur adalah (a) Angka Harapan Hidup (AHH).

2. Pendidikan berupa pengetahuan (knowledge). Indikator yang diukur


adalah (b) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan (c) Harapan Lama
Sekolah (HLS).

3. Pengeluaran
berupa standar hidup layak (decent standard aliving). Indikator yang diukur
adalah (d) Pengeluaran per Kapita Disesuaikan.

IPM Indonesia dihitung setiap tahunnya oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hingga
tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia.
1. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka harapan hidup (life expectancy) adalah rata-rata estimasi lamanya tahun
yang dapat dilalui oleh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup dihitung
melalui pendekatan tidak langsung ( indirect estimation), yaitu dengan menggunakan
pendekatan data Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Masih Hidup (AMH).

Program yang digunakan dalam melakukan penghitungan adalah program Micro


Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA) atau Mortpak. Metode yang
digunakan adalah metode Trussel dengan model West. Contoh penghitungannya
dapat dilihat di artikel Cara mendapatkan Angka Harapan Hidup, sedangkan program
pengolahannya dapat diunduh di Website MortPak - The United Nations Software
Package for Mortality Measurement.

2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) adalah jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Penghitungan
dilakukan pada penduduk yang berusia 25 tahun ke atas dimana diasumsikan
seseorang yang telah berumur 25 tahun, maka proses pendidikannya telah berakhir.
Pada kondisi normal rata-rata lama sekolah di suatu wilayah diasumsikan tidak akan
turun. Batas nilainya adalah minimum 0 dan maksimum 15 tahun. Langkah-langkah
penghitungannya adalah sebagai berikut:

1. Dari data mikro yang digunakan, seleksi penduduk yang berusia 25 tahun ke
atas.

2. Hitung lamanya sekolah setiap penduduk berumur 25 tahun ke atas tersebut.


a. Jika partisipasi sekolahnya adalah tidak/belum pernah bersekolah,
maka lama sekolahnya adalah 0.
b. Jika partisipasi sekolahnya adalah masih bersekolah atau tidak
bersekolah lagi, maka lama sekolahnya mengikuti tabel konversi
berikut.

Keterangan Lama Sekolah


Konversi ijazah terakhir +
Masih bersekolah di SD sd S1
kelas terakhir -1
Masih bersekolah di S2 atau S3 Konversi ijazah terakhir +1
Tidak bersekolah lagi tetapi tidak Konversi ijazah terakhir +
tamat di kelas terakhir kelas terakhir - 1
Tidak bersekolah lagi dan tamat di
Konversi ijazah terakhir
kelas terakhir

Konversi ijazah terakhir menjadi lama sekolah (tahun) adalah:

Ijazah Terakhir Lama Sekolah (Tahun)


Tidak punya ijazah 0
SD/SDLB/MI/Paket A 6
SMP/SMPLB/MTs/Paket B 9
SMA/SMLB/MA/SMK/PAket C 12
D1/D2 14
D3/Sarjana Muda 15
D4/S1 16
S2/S3 18
3. Hitung rata-rata lama sekolah menggunakan rumus rata-
rata :���=1�∑�=1���RLS=n1i=1∑nxidimana ���RLS adalah rata-
rata lama sekolah di suatu wilayah, ��xi adalah lama sekolah penduduk ke-
�i di suatu wilayah dan �n jumlah penduduk (�=1,2,3,...,�)(i=1,2,3,...,n).

Contoh penghitungan adalah sebagai berikut:

Tingkat/
Jenjang
Kelas Ijazah/ Konvers
Pendidika
yang STTB i Lama
Pendudu Usi Partisipas n yang
Pernah/ Tertingg Sekolah
k ke-�i a i Jekolah Pernah/
Sedang i yang (��)(xi
Sedang
Diduduk Dimiliki )
Disusuki
i
Tidak
1 25 bersekolah S1 Tamat S1 16
lagi
Masih
2 18 SMA Kelas 3 SMP 11
bersekolah
Masih
3 28 S2 Kelas 6 S1 17
bersekolah
Tidak
4 30 bersekolah SD 5 - 4
lagi
Tidak
5 45 bersekolah D3 Tamat D3 15
lagi
Tidak
6 35 bersekolah SMP 2 SD 7
lagi
Tidak
7 50 bersekolah S1 Tamat S1 16
lagi

Rata-rata lama sekolah dihitung menggunakan


rumus���=1�∑�=1���=16(16+17+4+15+7+16)=12,5RLS=n1i=1∑nxi=61
(16+17+4+15+7+16)=12,5

3. Harapan Lama Sekolah (HLS)

Harapan lama sekolah (expected years of schooling) adalah lamanya sekolah yang
diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
Penghitungan dilakukan pada penduduk yang berusia 7 tahun ke atas karena
adanya kebijakan program wajib belajar untuk usia tersebut. Batas nilai harapan
lama sekolah adalah minimum 0 dan maksimum 18 tahun.

Langkah-langkah penghitungan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah penduduk menurut umur usia 7 tahun ke atas (��)(Pi).

2. Menghitung jumlah penduduk yang masih sekolah menurut umur usia 7 tahun
ke atas (��)(Ei).

3. Menghitung rasio penduduk yang masih sekolah terhadap jumlah penduduk


menurut umur usia 7 tahun ke atas (����).(PiEi). Langkah ini
menghasilkan partisipasi sekolah menurut umur.

4. Menghitung harapan lama sekolah, yaitu dengan menjumlahkan semua


partisipasi sekolah menurut umur (7 tahun ke atas) atau secara matematis
rumus harapan lama sekolah dihitung menggunakan
rumus:���=∑�=7�����.HLS=i=7∑kPiEi.

Contoh penghitungannya adalah sebagai berikut:

Jumlah Jumlah Penduduk yang Rasio


Umur
Penduduk Bersekolah (����)(PiEi
(Tahun)
(��)(Pi) (��)(Ei) )
7 10 9 0,9
8 10 9 0,9
9 10 8 0,8
10 10 8 0,8
11 10 7 0,7
12 10 5 0,5
13 10 5 0,5
Harapan Lama Sekolah (HLS) 5,1
Harapan lama sekolah dihitung menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas). Namun untuk penduduk yang tidak tercakup dalam susenas yaitu siswa
yang bersekolah di pesantren maka dilakukan koreksi terhadap
HLS.�����=��×∑�=��������HLSat=FK×i=a∑kPitEitdimana ���
��HLSat adalah harapan lama sekolah pada umur �a di tahun �,t, ��FK adalah
faktor koreksi pesantren, ���Eit jumlah penduduk usia �i yang bersekolah pada
tahun �,t, ���Pit adalah penduduk usia �i pada thun �t dan �i adalah
usia (�,�+1,...,�).(a,a+1,...,n).

Faktor koreksi pesantren dihitung


dari��=Jumlah santri sekolah dan mukimJumlah penduduk umur 7 tahun ke atas+
1FK=Jumlah penduduk umur 7 tahun ke atasJumlah santri sekolah dan mukim+1

4. Pengeluaran Perkapita

Pengeluaran perkapita dihitung menggunakan rata-rata pengeluaran perkapita


konstan/rill yang disesuaikan dengan paritas daya beli ( purchasing power parity)
berbasis forumula Rao. Proses penghitungannya adalah sebagai berikut.

Pertama, hitung rata-rata pengeluaran per kapita dari Susenas. Langkah-


langkahnya adalah

1. Hitung pengeluaran per kapita (per anggota rumahtangga) untuk setiap


rumahtangga.

2. Hitung rata-rata pengeluaran per kapita untuk setiap provinsi atau


kabupaten/kota

3. Hitung rata-rata pengeluaran per kapita per tahun dalam ribuan (��′)(Yt′
) sama dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dikali 12 bulan
dibagi seribu.

Kedua, Hitung rata-rata pengeluaran per kapita dalam harga konstan (riil). Rumus
yang digunakan adalah��∗=��′���(�,2012)×100Yt∗=IHK(t,2012)Yt′
×100dimana ��∗Yt∗ adalah rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas dasar
harga konstan 2012, ��′Yt′ adalah rata-rata pengeluaran per kapita per tahun
pada tahun �t dan ���(�,2012)IHK(t,2012) adalah IHK tahun �t dengan tahun
dasar 2012.

Ketiga, Hitung Paritas Daya Beli/ Purchasing Power Parity (PPP). Langkah-
langkahnya adalah
1. Hitung harga rata-rata komoditas terpilih��=����Pi=QiVi
dimana ��Pi adalah rata-rata harga komoditi �i per satu satuan di suatu
wilayah, ��Vi adalah total value (biaya) yang dikeluarkan untuk
komoditi �i di suatu wilayah dan ��Qi adalah total kuantum dari
komoditi �i yang dikonsumsi di suatu wilayah. Untuk harga yang tidak
terdapat pada Susenas Modul Konsumsi, maka harga tersebut diperoleh dari
IHK.

2. Hitung paritas daya beli (PPP) menggunakan


rumus����=∏�=1�(������)1�PPPj=i=1∏m(pikpij)m1dimana �
���PPPj adalah paritas daya beli wilayah �,j, ���pij adalah harga
komoditi �i di kabupaten/kota �,j, ���pik adalah harga komoditi �i di
Jakarta Selatan dan �m adalah jumlah komoditas.

Keempat, hitung pengeluaran per kapita disesuaikan, rumus yang digunakan


adalah��∗∗=��∗���Yt∗∗=PPPYt∗dimana ��∗∗Yt∗∗ adalah rata-rata
pengeluaran per kapita disesuaikan dan ��∗Yt∗ adalah rata-rata pengeluaran per
kapita per tahun atas dasar harga konstan 2012.

Penghitungan paritas daya beli berdasarkan 96 komoditas kebutuhan pokok, yaitu


66 komoditas makanan dan 30 komoditas nonmakanan. Komoditas tersebut adalah
Beras, Tepung terigu, Ketela pohon/singkong, Kentang Tongkol/tuna/cakalang,
Kembung Bandeng, Mujair, Mas, Lele, Ikan segar lainnya, Daging sapi, Daging ayam
ras, Daging ayam kampung, Telur ayam ras, Susu kental manis, Susu bubuk, Susu
bubuk bayi, Bayam, Kangkung, Kacang panjang, Bawang merah, Bawang putih,
Cabe merah, Cabe rawit, Tahu, Tempe, Jeruk, Mangga, Salak, Pisang ambon, Pisang
raja, Pisang lainnya, Pepaya, Minyak kelapa, Minyak goreng lainnya, Kelapa, Gula
pasir, Teh, Kopi, Garam, Kecap, Penyedap masakan/vetsin, Mie instan, Roti
manis/roti lainnya, Kue kering, Kue basah, Makanan gorengan, Gado-gado/ketoprak,
Nasi campur/rames, Nasi goreng, Nasi putih, Lontong/ketupat sayur,
Soto/gule/sop/rawon/cincang, Sate/tongseng, Mie bakso/mie rebus/mie goreng,
Makanan ringan anak, Ikang (goreng/bakar dll), Ayam/daging (goreng dll), Makanan
jadi lainnya, Air kemasan galon, Minuman jadi lainnya, Es lainnya, Roko kretek filter,
Rokok kretek tanpa filter, Rokok putih,Rumah sendiri/bebas sewa, Rumah kontrak,
Rumah sewa, Rumah dinas, Listrik, Air PAM, LPG, Minyak tanah, Lainnya(batu
baterai, aki, korek, obat nyamuk dll), Perlengkapan mandi, Barang kecantikan,
Perawatan kulit, muka, kuku, rambut, Sabun cuci, Biaya RS Pemerintah, Biaya RS
Swasta, Puskesmas/pustu, Praktek dokter/poliklinik, SPP, Bensin,
Transportasi/pengangkutan umum, Pos dan Telekomunikasi, Pakaian jadi laki-laki
dewasa, Pakaian jadi perempuan dewasa, Pakaian jadi anak-anak, Alas kaki, Minyak
Pelumas, Meubelair, Peralatan Rumah Tangga, Perlengkapan perabot rumah tangga,
Alat-alat Dapur/Makan.

Batas minimum dan maksimum dari penghitungan keempat komponen di atas


adalah sebagai berikut.
Tabel Nilai Minimum dan Maksimum Komponen Penyusun IPM

Komponen IPM Satuan Minimum Maksimum


Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 20 85
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 15
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 18
Pengeluaran per Kapita Rupiah 1.007.436 26.572.352
Catatan:

1. Penentuan nilai minimum dan maksimum menggunakan standar UNDP


untuk keterbandingan global. kecuali standar hidup layak karena
menggunakan ukuran rupiah.
2. Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten
tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara Papua.
3. Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang
diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran
per kapita Jakarta Selatan tahun 2025.

Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sebelum penghitungan IPM, semua indeks dari dimensi penyusun IPM harus
dihitung terlebih dahulu. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks dari
dimensinya tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kesehatan�����ℎ����=���−�������������−��
����Ikesehatan=AHHmaks−AHHminAHH−AHHmin

2. Pendidikan, terdiri dari dua komponen rata-rata lama sekolah (RLS) dan
harapan lama sekolah
(HLS).����=���−�������������−������IRLS
=RLSmaks−RLSminRLS−RLSmin
����=���−�������������−������IHLS=HLSmaks
−HLSminHLS−HLSminIndeks dari kedua komponen tersebut diberi bobot
yang sama dalam menyusun indeks
pendidikan.�����������=����+����2Ipendidikan=2IRLS
+IHLS
3. Pengeluaran������������=ln⁡(���)
−ln⁡(������)ln⁡(�������)−ln⁡(������)Ipengeluaran
=ln(PPPmaks)−ln(PPPmin)ln(PPP)−ln(PPPmin)

Selanjutnya IPM dihitung menggunakan rumus rata-rata


geometrik.���=�����ℎ����×�����������×�������
�����3IPM=3Ikesehatan×Ipendidikan×IpengeluaranIPM dihitung
menggunakan rata-rata ukur (geometrik) karena rata-rata ukur (geometrik) lebih
responsif dengan adanya ketimpangan capaian pembangunan, dimana jika terdapat
satu indikator yang rendah, maka indikator tersebut tidak akan tertutupi oleh
indikator yang lain yang memiliki nilai yang tinggi. Untuk lebih jelasnya, silakan baca
artikel Alasan IPM Dihitung Menggunakan Rata-rata Ukur (Geometrik).

Nilai IPM dikelompokkan menjadi 4 kelompok untuk melihat capaian pembangunan


manusia di suatu wilayah. Kelompok nilai IPM tersebut adalah

1. Kelompok "sangat tinggi": IPM ≥ 80


2. Kelompok "tinggi": 70 ≤ IPM < 80
3. Kelompok "sedang": 60 ≤ IPM < 70
4. Kelompok "rendah": IPM < 60

Untuk melihat bagaimana perkembangan IPM tahun tertentu dengan tahun


sebelumnya, maka digunakan ukuran Pertumbuhan IPM per
tahunPertumbuhan ���=����−����−1����−1×100%Pertumbuhan I
PM=IPMt−1IPMt−IPMt−1×100%dimana ����IPMt adalah IPM suatu wilayah
pada tahun �t dan ����−1IPMt−1 adalah IPM wilayah tersebut pada
tahun �−1.t−1. Semakin tinggi nilai Pertumbuhan IPM di suatu wilayah artinya
semakin cepat pembangunan manusia di wilayah tersebut.

Sumber Data Indeks Pembangunan Manusia

Data yang digunakan untuk menghitung IPM adalah sebagai beikut.

1. Sensus Penduduk, digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk


sehingga dapat dihitung juga angka harapan hidup. Sensus penduduk
dilakukan terakhir kali pada tahun 2010 (SP2010) dan akan dilaksanakan lagi
pada tahun 2020 (SP2020).

2. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), digunakan untuk


menghitung rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah.
3. PNB per kapita, digunakan untuk menghitung pengeluaran per kapita. PNB
per kapita tidak tersedia hingga tingkat provinsi dan kabupaten/kota sehingga
diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data
Susenas.

Sumber referensi:
Buku-buku yang ada di Website BPS subdomain https://ipm.bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai