Anda di halaman 1dari 28

STATISTIK

PENDIDIKAN
PARTISIPASI SEKOLAH
Terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama:
1. Angka Partisipasi Kasar (APK)
2. Angka Partisipasi Murni (APM).

Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia sekolah
oleh sektor pendidikan.

Tabel 1: Usia standar di setiap jenjang pendidikan
Jenjang Kelompok usia
SD 7 - 12 tahun
SMP 13 - 15 tahun
SMA 16 - 18 tahun
Perguruan tinggi 19 tahun keatas
Kegunaan Secara Umum

Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap
sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah.

Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan
penduduk terutama usia muda.

Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan
seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan
perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di
setiap jenjang sekolah.

PARTISIPASI SEKOLAH
Kegunaan Secara Umum

Naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan
sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah.

Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin
besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak
diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah
serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga
partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah
semakin rendah.

PARTISIPASI SEKOLAH
Kegunaan Secara Umum

Di Indonesia, proporsi penduduk muda sendiri semakin
menurun akibat semakin rendahnya angka fertilitas (lihat
bagian Fertilitas).

Penurunan ini akan menyebabkan semakin menurunnya
jumlah anak-anak yang masuk sekolah dasar.
PARTISIPASI SEKOLAH
Definisi
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah
siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di
tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu.
Misal, APK SD sama dengan jumlah siswa yang duduk
di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok
usia 7 sampai 12 tahun.

Kegunaan
APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara
umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan
indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya
serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang
pendidikan.

Angka Partisipasi Kasar (APK)
Cara Menghitung
APK didapat dengan membagi jumlah penduduk yang sedang
bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur,
pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan
tersebut.
Rumus

APKh =

Dimana
adalah jumlah penduduk yang pada tahun t dari berbagai
usia sedang sekolah pada jenjang pendidikan h

adalah jumlah penduduk yang pada tahun t berada pada
kelompok usia a yaitu kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan h

Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK)
Contoh
Penghitungan APK menggunakan Susenas 2004
Bila diketahui jumlah penduduk yang sedang sekolah menurut
jenjang pendidikan dan menurut kelompok umur "standar" seperti
dalam tabel 1 dan 2 berikut:

Tabel 1 Jumlah penduduk sedang sekolah menurut jenjang
pendidikan





Angka Partisipasi Kasar (APK)
Tabel 2 Jumlah penduduk menurut kelompok umur "standar"






APK SD = (29,202,478/27,258,170)*100 = 107,1 %
APK SMP = (10,474,117/12,736,733)*100 = 82,2 %

Interpretasi
Terkadang APK lebih dari 100%
pembilang dari rumus APK, yaitu jumlah siswa, adalah seluruh siswa
yang saat ini sedang sekolah di suatu jenjang pendidikan dari
berbagai kelompok usia.
Angka Partisipasi Murni (APM)
Definisi
persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia
yang sama.

Kegunaan
APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia
sekolah di tingkat pendidikan tertentu.
APM merupakan indikator daya serap penduduk usia
sekolah di setiap jenjang pendidikan.
APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik
karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia
standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan
standar tersebut
Angka Partisipasi Murni (APM)
Cara Menghitung
APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan
membagi jumlah siswa atau penduduk usia
sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan
jenjang sekolah tersebut.
Rumus

dimana:
= jumlah siswa/penduduk kelompok usia a
yang bersekolah di tingkat pendidikan h pada
tahun t
= jumlah penduduk kelompok usia a yang
berkaitan dengan usia sekolah standar di
tingkat pendidikan h.


t
a h
P
,
t
a h
E
,
Angka Partisipasi Murni (APM)
Contoh : APM SD adalah jumlah penduduk usia 7-12
tahun yang sedang bersekolah di tingkat SD dibagi
dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.

Data yang diperlukan
Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang
masih bersekolah di tingkat pendidikan tertentu.

Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang
standar (contoh: kelompok usia SD=7-12 tahun,
SMP=13-15 tahun, SMA=16-18 tahun, dst)

Sumber Data
APM dapat dihitung dengan data Susenas.
Angka Partisipasi Murni (APM)
Contoh
Berikut adalah penghitungan APK menggunakan
data Susenas 2004.

Tabel 1 Jumlah penduduk sedang sekolah menurut
jenjang pendidikan dan usia standar, 2004






sumber: Susenas 2004

Angka Partisipasi Murni (APM)
Contoh
Tabel 2 Jumlah penduduk menurut kelompok usia
"standar", 2004





sumber: Susenas 2004

APM SD = (25,362,124/27,258,170)*100 = 93%
APM SMP = (8,308,941/12,763,733)*100 = 65%

Angka Partisipasi Murni (APM)
Interpretasi
APM SD sama dengan 93% artinya dari 100 penduduk
usia 7-12 tahun, 93 orang bersekolah di bangku SD.

Partisipasi sekolah penduduk usia 13-15 di SMP (65%)
lebih rendah dibanding SD.

Nilai APM akan berkisar dari 0 sampai dengan 100.
Tidak mungkin ditemukan APM lebih dari 100 karena
jumlah siswa (pembilang) merupakan bagian dari jumlah
penduduk usia tertentu (penyebut).

Angka Partisipasi Murni (APM)
Interpretasi
Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi
siswa yang tertinggal atau terlalu cepat bersekolah.

Kelemahan APM adalah kemungkinan adanya
kekurangan estimasi karena siswa diluar kelompok usia
yang standar di tingkat pendidikan tertentu.

Contoh: Seorang anak usia 6 tahun bersekolah di SD
kelas 1 tidak akan masuk dalam penghitungan APM
karena usianya lebih rendah dibanding kelompok usia
standar SD yaitu 7-12 tahun.


Angka Melek Huruf
Definisi
Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk
usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis
serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam
hidupnya sehari-hari.

Kegunaan
mengukur keberhasilan program-program
pemberantasan buta huruf, terutama di daerah
pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah
penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat
SD.

Angka Melek Huruf
menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah
dalam menyerap informasi dari berbagai media.

menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara
lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat
berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi
perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap
pembangunan daerah.


Angka Melek Huruf
Cara Menghitung
Angka melek huruf didapat dengan membagi jumlah
penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca
dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun
keatas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus.

Rumus

Angka Melek Huruf
dimana:
= angka melek huruf ( penduduk usia 15 tahun
keatas) pada tahun t
= Jumlah penduduk (usia diatas 15 tahun) yang
bisa membaca dan menulis pada tahun t
= Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas

Data yang diperlukan
Jumlah penduduk yang bisa membaca dan menulis dan
jumlah penduduk usia 15 tahun keatas.



Angka Melek Huruf
Contoh
Berikut data AMH dari Susenas 2002, 2003, dan 2004
Tabel 1 Persentase Penduduk Berusia 10 tahun ke Atas Menurut
Kepandaian Membaca dan Menulis, 2002-2004
Tahun Huruf Huruf Buta Jumlah
Latin Lainnya Huruf
2002 89,8 0,9 9,3 100,0
2003 90,1 0,9 9,1 100,0
2004 90,5 0,9 8,5 100,0
Sumber Data
data Susenas pertanyaan "Dapat membaca dan
menulis" di seksi Keterangan Pendidikan.

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2002, 2003, 2004
Angka Melek Huruf
Interpretasi
Pada tahun 2002 jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan di perkotaan dan pedesaan di Indonesia yang
melek huruf adalah lebih dari 90 persen (Melek huruf
adalah mereka yang bisa membaca menulis huruf latin
dan huruf lainnya).

Angka Buta Huruf
Menunjukkan ketertinggalan sekelompok penduduk
tertentu dalam mencapai pendidikan.

Cerminan besar kecilnya perhatian pemerintah
terhadap pendidikan penduduknya
Angka Putus Sekolah
Angka Putus Sekolah mencerminkan anak-anak usia
sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak
menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu

Hal ini sering digunakan sebagai salah satu indikator
berhasil/tidaknya pembangunan di bidang pendidikan.

Penyebab utama putus sekolah antara lain:
Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan anak sebagai investasi masa depannya;
kondisi ekonomi orang tua yang miskin; dan
Keadaan geografis yang kurang menguntungkan.
Angka Putus Sekolah
Jumlah murid putus sekolah di tingkat
pendidikan tertentu
APtS = x100%
Jumlah siswa di tingkat pendidikan ttt.
Angka Putus Sekolah
Kelompok
Umur dan
Jenis Kelamin
Perkotaan Perdesaan
Perkotaan +
Perdesaan
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
7 - 12
L 0.83 0.56 0.42 1.29 0.97 0.41 1.1 0.8 0.42
P 0.67 0.4 0.38 0.78 0.69 0.49 0.74 0.58 0.44
L+P 0.75 0.48 0.4 1.05 0.84 0.45 0.93 0.69 0.43
13-15
L 3.36 2.63 3.12 5.66 5.64 3.35 4.75 4.41 3.25
P 2.39 2.06 3.14 3.98 3.78 3.14 3.37 3.07 3.14
L+P 2.88 2.35 3.13 4.86 4.74 3.25 4.09 3.76 3.19
16-18
L 6.44 3.03 6.28 11.33 7.29 12.29 9.32 5.44 9.38
P 4.38 1.68 5.36 7.04 5.36 9.26 6.61 3.65 7.44
L+P 5.41 2.36 5.82 9.42 6.39 11.05 8.02 4.58 8.44
Sumber: BPS, Indikator Kesra 2007 & 2008
Angka Putus Sekolah menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan
DaerahTempat Tinggal, Tahun 2006-2008
Latihan Soal
1. Jelaskan mengapa IMR dan angka harapan Hidup
dijadikan sebagai indikator untuk menentukan
tingkat kesejahteraan dalam masyarakat

2. Jelaskan yang dimaksud dengan penyebab
kematian endogen dan mengapa disebut sebagai
kematian neonatal. Berikan contoh.



Latihan Soal
3. Jelaskan yang dimaksud dengan standarisasi dan
tujuannya.

4. Diketahui jumlah penduduk yang berusia 35 th dan
45 th dalam life table masing-masing adalah 60.563
dan 57.149. Hitung PYL, peluang meninggal,
banyak penduduk yg meninggal serta peluang hidup
penduduk usia 35 th hingga mencapai usia 45 th.



Latihan Soal
5. Jelaskan yang dimaksud dengan mobilitas
permanen dan non permanen. Jelaskan
keterkaitannya dengan kemajuan teknologi.

6. Jelaskan pengertian angkatan kerja, bekerja,
sementara tidak bekerja dan pengangguran terbuka.
Jelaskan jenis kegiatan seorang pelajar SMA yang
baru lulus sebulan lalu dan saat ini belum bekerja
menurut konsep Gainful Worker Aproach, Labour
Force Approach dan Labour Utilization Approach

Anda mungkin juga menyukai