Anda di halaman 1dari 11

BALITBANGDA KALSEL

KAJIAN TENTANG FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KETERCAPAIAN APM


DAN APK JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DI KABUPATEN BANJAR

A STUDY OF THE FACTORS INFLUENCING THE LOW ACHIEVMENT


OF THE GROSS ENROLMENT RATIO AND ENROLLMENT OF JUNIOR
AND HIGH EDUCATION IN BANJAR REGENCY

Moh. Yamin dan Suyidno


FKIP Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin
Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayuyangi Banjarmasin, Tel/Fax (0511) 3304913
e-mail: yaminmoh@yahoo.com, suyidno01@yahoo.com
Diterima : 9/10/2014, Direvisi: 20/10//2014, Disetujui: 28/10/2014

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya ketercapaian

EL
APK/APM jenjang pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Banjar. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner dan wawancara. Analisis datanya adalah analisis isi. Hasil penelitian
kemudian menunjukkan bahwa daya tarik siswa bersekolah rendah, pemahaman guru terhadap angka
partisipasi dalam pendidikan juga rendah, siswa yang berasal dari luar daerah dan usia kurang/lebih dari usia

LS
sekolah cukup banyak sehingga ini kemudian berdampak bagi rendahnya partisipasi dalam pendidikan,
siswa tidak naik kelas dan drop out juga besar sehingga ikut memberikan sumbangan besar bagi rendahnya
APK/APM, dan banyak siswa yang tidak melanjutkan sekolah akibat rendahnya pemahaman tentang
pentingnya pendidikan sebagai bekal masa depan.
KA
Kata Kunci:APK danAPM, Partisipasi Pendidikan, dan Kesadaran Pendidikan

Abstract
The research aims to find out the factors influencing the low achievment of Gross Enrolment Ratio and
A
Enrollment of junior and high education in Banjar Regency. The instrument used here is questionnaire and
interview. The analysis technique is content analysis. The result states the students'interestedness in
GD

education is low; the teachers' understanding about participation in education is low; many students going to
school in Banjar Regency are from the outside Regency and the age for those who study are not in the normal
stage so that this condition creates the low participation in education; and many students fail in grade and
AN

drop out so that this condition also contributes the low understanding about the importance of education as
the future capital.
Keywords: Gross Enrolment Ratio and Enrollment, Education Participation, and Education Awareness
TB

PENDAHULUAN Tabel di bawah menunjukkan bahwa kualitas


LI

Ul Haq (2003) mengatakan bahwa manusia Indonesia di Kabupaten Banjar menempati


pembangunan pendidikan sebuah daerah tidak akan peringkat ke-lima di antara kabupaten/kota di
l epas dar i per bi ncangan t ent ang i ndeks Kalimantan selatan setelah Banjarbaru, Banjarmasin,
pembangunan manusia (IPM). IPM adalah Tanah Laut, dan Kota Baru. Namun masih di bawah
BA

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek standar nasional sebesar 72.
huruf, pendidikan dan standar hidup negara yanag Sumbangan terhadap rendahnya IPM di
bersangkutan. Indikator yang digunakan dalam IPM Kabupaten Banjar salah satunya dapat dilihat dari
meliputi 3 dimensi dasar pembangunan manusia: (1) sumbangan pendidikan yang diukur melalui APK dan
Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur APM. Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan
dengan harapan hidup saat kelahiran, (2) sebagai perbandingan antara jumlah murid pada
Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan
tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan sebagainya) dengan penduduk kelompok usia
kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas gross sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam
enrollment ratio (bobot satu per tiga), (3) Standard persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan
kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah
gross domestic product/ produk domestik bruto di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah
dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak
dalam Dollar AS. Berikut ini data IPM anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang
Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan. pendidikan pada suatu wilayah. Angka Partisipasi

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 145
BALITBANGDA KALSEL

Tabel 1. IPM Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan

IPM
No Kabupaten/Kota
2008 2009 2010 2011
1 Banjarbaru 74.09 74.43 74.74 75.43
2 Banjarmasin 72.85 73.49 73.84 74.24
3 Tanah Laut 70.40 70.62 71.16 72.00
4 Kota Baru 70.52 70.86 71.20 71.69
5 Banjar 70.16 70.52 70.94 71.35
6 H.S. Selatan 70.11 70.50 70.83 71.20
7 H.S. Tengah 70.00 70.46 70.77 71.19
8 Tapin 69.79 70.13 70.58 71.00
9 Tabalong 68.98 69.45 70.00 70.45
10 Tanah Bumbu 68.80 69.24 69.74 70.41

EL
11 H.S. Utara 67.86 68.45 68.89 69.45
12 Barito Kuala 66.09 66.80 67.54 68.36
13 Balangan 65.69 66.06 66.74 67.35

LS
Provinsi 68.72 69.30 69.92 70.44
Standar Nasional 72
(BPS Kabupaten Banjar, 2012)

Murni (APM) didefinisikan sebagai perbandingan


KA
pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2020.
antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada Apabila melihat tabel di atas, maka pemerintah
A
jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia Kabupaten Banjar harus melakukan berbagai upaya
sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam untuk menaikkan APK terutama APK jenjang
GD

persentase. Indikator APM ini digunakan untuk pendidikan dasar untuk SMP dan jenjang menengah.
mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang
bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang Angka Partisipasi dalam Pendidikan
AN

sesuai. Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia Wakhinuddin (2009) mengatakan bahwa
sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat angka partisipasi dalam suatu pendidikan sangat
pendidikan tertentu. Berikut ini APK dan APM penting untuk mengetahui angka kegiatan
TB

jenjang pendidikan dasar dan menengah di pendidikan. Semakin besar angka partisipasi suatu
Kabupaten Banjar tahun 2011. program pendidikan, ini berarti berarti bahwa
APK secara nasional sebesar 90% program, lembaga, daerah tersebut berkualitas,
LI

diharapkan dapat dicapai pada semua jenjang sebaliknya kurang dan peserta banyak berhenti dalam
BA

(BPS Kabupaten Banjar, 2011)


Gambar 1. Grafik APK/APM Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 146
BALITBANGDA KALSEL

proses pelaksanaan program berarti program, (SLTA) yaitu Kelompok usia 16 – 18 tahun.
lembaga dan daerah tersebut tidak berkualitas.
Berikut disampaikan beberapa konsep tentang Standar Pelayanan Minimal Sekolah
berkaitan dengan partisipasi dalam pendidikan. Pelayanan minimal pendidikan merupakan
tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar yang
1. Angka Partisipasi Kasar (APK) berlaku bagi pemerintah kabupaten/kota dan satuan
Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan pendidikan. SPM pendidikan dasar bagi kabupaten/
sebagai perbandingan antara jumlah murid pada kota terdiri atas 14 indikator dikelompokkan ke
jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan dalam aspek ketersediaan, kualifikasi, dan
sebagainya) dengan penduduk kelompok usia kompetensi guru/kepala sekolah, serta ketersediaan,
sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam kualifikasi, kompetensi pengawas, dan frekuensi
persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan pengawasan. Adapun SPM bagi satuan pendidikan
untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah terdiri atas 13 indikator dikelompokkan dalam aspek
di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah isi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian
tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak pendi di kan, bu ku, per al at an, dan medi a
anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pembelajaran.
pendidikan pada suatu wilayah. SPM pendidikan dasar dikembangkan

EL
Nilai APK bisa lebih besar dari 100% karena sejalan dan berdasarkan pada Standar Nasional
terdapat murid yang berusia di luar usia resmi Pendidikan (SNP), serta instrumen akreditasi
sekolah, terletak di daerah kota, atau terletak pada sekolah/madrasah. SPM pendidikan dasar

LS
daerah perbatasan. Nilai APK dapat ditentukan merupakan tahap awal implementasi SNP yang
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: mencakup delapan standar, yakni standar isi, proses,
Jumlah murid di tingkat pendidikan tertentu *
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
Nilai APK =
Jumlah penduduk usia tertentu

Murid pada tingkat pendidikan tertentu (*)


meliputi murid usia Sekolah Dasar yaitu kelompok
x 100%

KA
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, evaluasi
pendidikan, dan kompetensi lulusan. Sasaran utama
penerapan SPM pendidikan dasar adalah
sekolah/madrasah yang memiliki nilai akreditasi
usia 7–12 tahun, murid Tingkat Sekolah Lanjutan terendah atau 'D', belum menempuh proses
A
Tingkat Pertama (SLTP) yaitu Kelompok usia 13–15 akreditasi, dan belum memenuhi persyaratan
GD

tahun, dan murid Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat akreditasi terendah (D). Program-program untuk
Atas (SLTA) yaitu Kelompok usia 16 – 18 tahun. mendukung tercapainya SPM di antaranya melalui
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dana
AN

2. Angka Partisipasi Murni (APM) Alokasi Khusus (DAK), dan blockgrant.


Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisi- SPM Pendidikan meliputi layanan-layanan:
kan sebagai perbandingan antara jumlah siswa (1) yang merupakan tanggung-jawab langsung
Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi tugas
TB

kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan


tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai pokok dan fungsi dinas pendidikan untuk sekolah
dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini atau kantor departemen agama untuk madrasah
digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia (misalnya: penyediaan ruang kelas dan penyediaan
LI

sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi maupun
pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti kompetensi); (2) yang merupakan tanggung-jawab
banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu tidak langsung Pemerintah Kabupaten/Kota c/q
BA

daerah pada tingkat pendidikan tertentu. Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama -
Nilai ideal APM = 100% karena adanya karena layanan diberikan oleh pihak sekolah dan
murid usia sekolah dari luar daerah tertentu, madrasah, para guru dan tenaga kependidikan,
diperbolehkannya mengulang di setiap tingkat, dengan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah
daerah kota,atau daerah perbatasan. Nilai APM dapat Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama
ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai (contoh: persiapan rencana pembelajaran dan
berikut: evaluasi hasil belajar siswa terjadi di sekolah,
dilaksanakan oleh guru tetapi diawasi oleh
Jlh murid kelp usia sekolah di jenjang pendidikan tertentu *
x 100% Pemerintah Kabupaten/Kota).
Jumlah penduduk kelompok usia tertentu *
Adapun tujuan penelitian ini adalah
Murid pada kelompok usia tertentu meliputi mengetahui berbagai faktor penyebab rendahnya
murid kelompok Sekolah Dasar yaitu Kelompok usia ketercapaian APK dan APM, dan menjelaskan
7 – 12 tahun, murid kelompok Sekolah Lanjutan berbagai upaya alternatif untuk meningkatkan APM
Tingkat Pertama (SLTP) yaitu Kelompok usia 13 – 15 dan APK jenjang pendidikan dasar dan menengah di
tahun, dan murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Kabupaten Banjar.

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 147
BALITBANGDA KALSEL

METODE PENELITIAN HASILDAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan penelitian
survey dengan pendekatan kuantitatif dan Daya Tarik Siswa Bersekolah
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data Siswa akan tertarik untuk bersekolah apabila
yang dilakukan (Sugiyono dan Sukardi, 2007). memiliki motivasi atau daya tarik untuk mengikuti
Pengumpulan data primer melalui penyebaran berbagai aktivitas di sekolah. Daya tarik siswa ini
kuesioner pada sampel penelitian ditujukan untuk bisa berasal dari diri sendiri dan dari luar siswa.
menggali faktor-faktor penyebab rendahnya Berikut ini disajikan beberapa hal yang
ketercapaian APK danAPM di Kabupaten Banjar. mempengaruhi daya tarik siswa untuk belajar di
Populasi penelitian adalah SD/MI, sekolah.
SMP/MTS, dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Tabel di bawah menunjukkan bahwa siswa
Banjar. Melalui analisis efisiensi internal ditentukan yang tertarik belajar di sekolah paling dominan
tiga stratifikasi wilayah (tinggi, sedang, dan rendah). dipengaruhi kesadaran siswa mengenai pentingnya
Selanjutnya dari setiap wilayah dibagi lagi dalam bersekolah bagi masa depan mereka, kemudian letak
empat stratifikasi yaitu sekolah negeri atau swasta di sekolah yang tidak terlalu jauh dari sekolah sehingga
bawah naungan Dinas Pendidikan atau Kementerian dapat ditempuh siswa dengan mudah. Dorongan
Agama. Selanjutnya dari masing-masing wilayah orang tua juga sangat mempengaruhi minat siswa

EL
ditentukan SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK/MA untuk bersekolah, terutama siswa yang berada di
secara proporsional. Dari setiap sampel diambil daerah yang jauh dari sekolah karena biasanya usia
responden penelitian meliputi semua kepala sekolah anak-anak lebih menyukai bermain-main/membantu

LS
sampel, satu guru wali kelas X, satu guru wali kelas orang tua daripada belajar di sekolah. Sumber daya
XII, satu rombongan belajar kelas X , tiga orang tua manusia di sekolah yang berkualitas juga merupakan
siswa kelas X dan XII dari strata tinggi, sedang dan daya tarik bagi siswa maupun orang tua untuk
bawah, serta pejabat Dinas Pendidikan, dan Pejabat
Kementerian Agama kabupaten Banjar. Penelitian ini
dilaksanakan di pendidikan jenjang dasar dan
menengah baik negeri maupun swasta di Kabupaten
KA
menyekolahkan putra/putrinya, tetapi semakin naik
jenjang semakin berkurang pengaruhnya, kebalikan
layanan sekolah yang baik semakin naik jenjang
pendidikan semakin diutamakan. Selain itu juga
Banjar Kalimantan Selatan. Pengumpulan data faktor pertemanan di sekolah sebelumnya juga
A
dilakukan pada bulan September-Desember 2013. mempengaruhi daya tarik siswa untuk bersekolah.
GD

Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan


menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Pemahaman Guru terhadap Angka Partisipasi
Arahan strategi dianalisis menggunakan teknik dalam Pendidikan
AN

analisis SWOT yang selanjutnya digunakan dalam Pemahaman guru terhadap angka partisipasi
r angka menyus un s t rat egi ar ahan unt uk dalam pendidikan dapat dilihat pada tabel dan
meningkatkan APM dan APK jenjang pendidikan gambar di bawah ini.
TB

dasar dan menengah di Kabupaten Banjar.

Tabel 2. Daya Tarik Siswa Bersekolah


LI

No Daya Tarik Siswa Bersekolah SD/MI SLTP SLTA


BA

1 Kesadaran siswa bersekolah 25% 27% 33%


2 Dorongan orang tua 25% 19% 18%
3 Letak sekolah dekat dari rumah 26% 27% 19%
4 SDM sekolah berkualitas 5% 8% 13%
5 Layanan sekolah baik 13% 10% 8%
6 Pertemanan di sekolah sebelumnya 5% 9% 9%
7 Lain-lain 1% 0% 1%
Total 100% 100% 100%

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 148
BALITBANGDA KALSEL

Tabel 3. Pemahaman Guru terhadap Angka Partisipasi dalam Pendidikan

Angka SD/MI (%) SLTP (%) SLTA (%)


Partisipasi KM CM M SM KM CM M SM KM CM M SM
1. Sekolah 7.5 37.5 32.5 22.5 11.1 39.7 34.9 14.3 11.8 55.9 26.5 5.9
2. Kasar 22.5 50.0 27.5 0.0 28.8 39.0 30.5 1.7 25.0 53.6 21.4 0.0
3. Murni 42.5 30.0 27.5 0.0 37.9 34.5 27.6 0.0 17.9 67.9 14.3 0.0
4. Mengulang 17.5 30.0 50.0 2.5 18.6 35.6 37.3 8.5 3.6 60.7 21.4 14.3
5. Putus Sekolah 15.0 20.0 55.0 10.0 14.8 32.8 37.7 14.8 3.4 55.2 20.7 20.7
Keterangan:
KM: Kurang Memahami CM: Cukup Memahami
M: Memahami SM: Sangat Memahami

Pemahaman guru terhadap angka partisipasi Siswa Berasal dari Luar Daerah dan Usia
dalam pendidikan secara tidak langsung Kurang/Lebih dari Usia Sekolah
mempengaruhi peran guru sebagai motivator bagi Siswa bersekolah di Kabupaten Banjar bisa

EL
siswa untuk senantiasa senang belajar. Pemahaman berasal dari luar kabupaten atau siswa yang sekolah
guru semakin ke jenjang lebih atas ternyata pada di kecamatan tertentu bisa berasal dari kecamatan
umumnya cukup memahami angka partisipasi dalam lain, serta usia siswa yang mendaftar di sekolah bisa

LS
pendidikan, berarti guru kurang memahami kurang atau lebih dari usia sekolah dengan berbagai
pentingnya angka partisipasi sebagai salah satu alat macam alasan sebagai berikut:
evaluasi bagi sekolah.

KA
Tabel 4. Alasan Siswa Bersekolah dilihat dari Asal dan Usia Sekolah

Siswa Alasan SD/MI SLTP SLTA


A
Asal dari luar Dekat lingkungan tempat tinggal 27% 45% 34%
GD

Kecamatan/Kabu Menganggap sekolah lebih berkualitas 45% 26% 32%


paten Pertemanan/suasana berbeda 22% 21% 20%
Lain-lain 5% 9% 14%
AN

Usia Kurang dari Kesadaran pentingnya pendidikan 48% 51% 49%


Usia Sekolah Lingkungan tempat tinggal menunjang 38% 44% 40%
TB

Orang tua berpendidikan minimal SMA 14% 1% 5%


Lain-lain 0% 4% 5%
LI

Usia Lebih dari Kurang Kesadaran pentingnya pendidikan 37% 44% 29%
Usia Sekolah Lingkungan tempat tinggal menunjang 30% 23% 40%
Orang tua berpendidikan kurang SMA 30% 30% 25%
BA

Lain-lain 2% 3% 6%

Daerah asal siswa bersekolah dan usia siswa yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Secara
saat mendaftar di sekolah merupakan beberapa faktor grafik dapat dilihat pada halaman berikut.
yang mempengaruhi APK dan APM di sekolah. Siswa yang berasal dari luar kabupaten
Mengingat Angka Partisipasi Kasar (APK) Banjar atau dari kecamatan berbeda memilih sekolah
merupakan perbandingan antara jumlah murid pada tertentu berdasarkan pertimbangan utama jarak
jenjang pendidikan tertentu (SD/MI, SLTP, SLTA dan sekolah dipilih yang paling dekat dengan tempat
sebagainya) dengan penduduk kelompok usia tinggal, kemudian memilih sekolah yang lebih
sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam berkualitas dan faktor pertemanan di jenjang sekolah
persentase. Sedangkan Angka Partisipasi Murni sebelumnya. Siswa yang bersekolah kurang dari usia
(APM) didefinisikan sebagai perbandingan antara yang seharunya (murid usia SD/MI yaitu kelompok
jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang usia 7–12 tahun, murid SLTP yaitu Kelompok usia
pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah 13–15 tahun, dan murid SLTA yaitu Kelompok usia

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 149
BALITBANGDA KALSEL

EL
Gambar 2. Alasan Siswa Bersekolah dilihat dari Asal dan Usia

LS
tidak Sesuai Usia Sekolah

antara 16 – 18 tahun paling dominan karena siswa bekerja membantu orang tua memenuhi nafkah
maupun orang tua menyadari akan arti pentingnya
pendidikan bagi masa depan mereka, selain itu juga
lingkungan tempat tinggal yang menunjang terutama
terlihat dengan jelas di kecamatan yang sarana
KA
keluarga. Selain itu, faktor tidak kalah pentingnya
adalah faktor lingkungan tempat tinggal siswa yang
kurang menunjang untuk bersekolah misalnya
keterbatasan sarana dan prasarana sekolah maupun
prasarana sekolah maupun gurunya lebih banyak guru, banyak anak-anak yang tidak bersekolah, dan
A
seperti Martapura, Gambut, dan Sungai Tabuk. lingkungan yang kurang peduli terhadap pendidikan
Sementera siswa yang bersekolah lewat dari usia anak-anak.
GD

sekolah lebih dominan karena disebabkan oleh faktor


kurangnya kesadaran anak maupun orang tua akan Siswa Tidak Naik Kelas dan Drop Out
pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka
AN

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi


kelak. Kurangnya kesadaran orang tua secara tidak rendahnya ketercapaian APK dan APM adalah
langsung dipengaruhi tingkat pendidikan orang tua adanya beberapa siswa yang tidak naik kelas dan drop
dimana semakin rendah tingkat pendidikan orang tua
TB

out. Berbagai kendala tidak naik kelas drop out


maka makin kesadaran tentang pendidikan semakin menurut persepsi guru sebagai berikut:
rendah, akibatnya anak-anaknya diarahkan untuk
LI

Tabel 5. Siswa Tidak naik kelas dan drop out sekolah


BA

Siswa Bermasalah SD/MI SLTP SLTA


Tidak memahami materi 28% 19% 22%
Lingkungan keluarga tidak mendukung 34% 31% 28%
Tidak Sibuk bekerja membantu orang tua 14% 18% 17%
Naik Sosial budaya: kesadaran sekolah rendah 17% 23% 28%
Kelas Tidak memiliki buku penunjang 6% 1% 0%
Kelelahan, jarak ke sekolah terlalu jauh 0% 2% 2%
Lain-lain 1% 5% 5%
Kesulitan mengikuti materi 19% 6% 13%
Lingkungan keluarga tidak mendukung 34% 26% 30%
Drop Bekerja membantu orang tua 19% 27% 26%
Out Kesadaran sekolah rendah 28% 32% 31%
Tidak memiliki buku penunjang 0% 1% 0%
Kelelahan, jarak sekolah terlalu jauh 0% 7% 0%

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 150
BALITBANGDA KALSEL

Siswa tidak naik kelas paling dominan ini biasanya didukung oleh opini sebagai warga
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga tidak masyarakat yang lebih mementingkan belajar ilmu
mendukung untuk bersekolah, sehingga seorang anak agama daripada ilmu umum, sehingga lebih
daripada sekolah lebih baik membantu bekerja mengutamakan belajar ilmu agama di pondok
mencari nafkah buat membantu ekonomi keluarga. pesantren daripada ilmu umum di sekolah.
Siswa tidak naik kelas juga dipengaruhi rendahnya Beberapa alasan lain adalah siswa kelelahan
kesadaran siswa untuk bersekolah, seorang siswa karena jarak sekolah dengan tempat tinggal terlalu
meskipun belajar di sekolah tetapi jika kurang jauh, sulit dijangkau transportasi, sehingga perlu
mendapatkan perhatian dan motivasi dari keluarga waktu beberapa jam untuk sampai ke sekolah. Dalam
maupun lingkungan sekitar maka bisa menyebabkan kondisi seperti ini, hanya siswa dan orang tua yang
siswa malas belajar, sering membolos, dan berbuat memiliki motivasi yang kuat untuk bersekolah yang
onar di kelas yang secara tidak langsung bisa bertahan dan terus berusaha sekuat tenaga untuk
mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Zaman selalu berhasil dalam belajar di sekolah. Beberapa
sekarang ini pada umumnya seseorang ingin segala alasan di atas apabila tidak diperhatikan dengan
sesuatu serba instan, ingin sukses dan kaya tanpa serius secara tidak langsung akan mempengaruhi
banyak berusaha dan kerja keras. Seorang anak suka kemampuan siswa dalam memahami materi yang
bermain-main daripada belajar di sekolah. Orang tua diajarkan sehingga bisa tidak naik kelas.

EL
menganggap sekolah atau tidak sekolah nantinya
juga akan bingung mencari kerja karena di jaman Siswa Tidak Melanjutkan Sekolah
sekarang ini banyak sarjana yang menganggur. Semakin tinggi jenjang pendidikan, maka

LS
Siswa yang drop out ternyata paling dominan semakin sedikit siswa yang bersekolah bahkan ada
juga dipengaruhi lingkungan keluarga yang tidak kecamatan yang tidak ada siswa yang melanjutkan ke
mendukung untuk siswa bersekolah dan kesadaran SLTA. Hal ini berarti ada banyak siswa tidak
keluarga akan pentingnya sekolah bagi masa depan
seorang anak masih kurang, sehingga kurang ada
perhatian atau teguran dari masyarakat sekitar
apabila ada anak usia sekolah yang tidak masuk
KA
melanjutkan sekolah setelah lulus SD/MI ke SLTP
maupun yang lulus SLTP tidak melanjutkan ke SLTA.
Pada Tabel 7 disajikan beberapa kendala dari persepsi
guru, orang tua, dan masyarakat terkait alasan siswa
sekolah bahkan drop out dari sekolah pun tidak tidak melanjutkan sekolah.
A
dipedulikan. Hal ini terjadi terutama di daerah-daerah Siswa tidak melanjutkan sekolah menurut
GD

yang kekurangan sarana prasarana sekolah, guru, dan guru lebih dominan disebabkan kurangnya kesadaran
di lingkungan tersebut banyak anak yang tidak masyarakat akan pentingnya pendidikan, orang tua
bersekolah dan bekerja membantu orang tua mencari lebih mengutamakan anaknya belajar ilmu agama di
AN

nafkah keluarga, sehingga bukanlah hal yang aneh pondok pesantren daripada ilmu umum di sekolah,
apabila seorang anak drop out sekolah. Pada Tabel 6 kemudian kemiskinan juga membuat orang tua
akan disajikan persepsi orang tua berkaitan dengan mengeluh tidak memiliki biaya untuk menyekolah-
tidak naik kelas.
TB

kan anak. Kemiskinan juga mempengaruhi


Menurut persepsi orang tua ternyata juga pandangan orang tua dan anak untuk bekerja
sama dengan yang disampaikan guru yaitu siswa memenuhi kebetuhan sehari-hari daripada
tidak naik kelas pada paling dominan disebabkan bersekolah yang memerlukan biaya yang besar.
LI

oleh kesadaran sekolah masih rendah, seorang anak Selain itu, faktor geografis, dimana tempat sekolah
bekerja membantu orang tua telah menjadi budaya sangat jauh dari tempat tinggal juga mempengaruhi
dalam beberapa warga masyarakat yang kurang motivasi siswa maupun orang tua untuk mengijinkan
BA

memahami akan arti pentingnya pendidikan. Budaya sekolah. Keterbatasan sarana dan prasaranaa di

Tabel 6. Persepsi Orang Tua Siswa terkait Tidak Naik Kelas

No Kendala Siswa Tidak Naik Kelas SD /MI SLTP SLTA


1 Tidak memahami materi 0% 33% 18%
2 Lingkungan keluarga tidak mendukung untuk belajar 0% 0% 18%
3 Sibuk bekerja membantu orang tua mencari nafkah 13% 33% 27%
4 Sosial budaya: kesadaran sekolah rendah 22% 21% 18%
5 Tidak memiliki buku penunjang 0% 0% 0%
6 Kelelahan, karena jarak ke sekolah terlalu jauh 24% 12% 9%
7 Lain-lain 41% 0% 9%
Total 100% 100% 100%

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 151
BALITBANGDA KALSEL

daerah dan keterbatasan anggaran biaya dari Sedangkan alasan siswa tidak melanjutkan
pemerintah, menyebabkan tidak semua wilayah sekolah menurut persepsi masyarakat dapat dilihat
memperoleh pemerataan pendidikan yang bermutu. pada Tabel 9 dan gambar di bawah ini.
Alasan siswa tidak melanjutkan sekolah Masyarakat menyatakan bahwa anak usia
menurut persepsi orang tua siswa juga tidak jauh beda SD/MI tidak bersekolah paling dominan disebabkan
dengan persepsi guru. Siswa tidak melanjutkan kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan
sekolah lebih dominan disebabkan jarak kesekolah bagi masa depan anak-anak, orang tua tidak
yang jauh dan kesulitan transportasi, selain itu menyekolahkan anaknya meskipun sarana dan
keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan di prasarana SD/MI di setiap kecamatan hampir merata.
daerah juga mempengaruhi minat dan motivasi siswa Selain itu juga kendala biaya, transportasi, dan
untuk bersekolah dan orang tua yang ekonominya lingkungan yang tidak mendukung yang membuat
tergolong biasa umumnya keberatan anaknya belajar orang tua merasa keberatan menyekolahkan anaknya.
di tempat yang jauh dan sulit transportasi. Bagi anak
lulusan SLTP pada umumnya lebih memilih belajar SIMPULAN DAN REKOMENDASI
ilmu agama di pondok pesantren daripada ke sekolah
umum, karena sebagian masyarakat lebih Simpulan
mengutamakan ilmu agama daripada ilmu umum di Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

EL
sekolah. Pada Tabel 8 disajikan persepsi masyarakat diperoleh kesimpulan hasil penelitian terkait faktor-
terkait siswa tidak melanjutkan sekolah. faktor penyebab rendahnya APK dan APM

LS
Tabel 7. Persepsi Guru terkait Siswa tidak Melanjutkan Sekolah

No Alasan Siswa tidak Melanjutkan SD/MI SLTP SLTA


1
2
3
Keterbatasan anggaran pendidikan dari pemerin tah
Keterbatasan sarpras pendidikan di daerah
Faktor geografis: jarak ke sekolah, transportasi
KA 10%
2%
13%
3%
3%
21%
11%
12%
15%
4 Kemiskinan 24% 25% 26%
A
5 Budaya masyarakat: keharusan anak membantu orang tua 10% 21% 18%
GD

6 Kurang kesadaran masyarakat akan pendidikan 33% 25% 18%


7 Memperdalam ilmu agama di pondok pesantren 10% 4% 1%
Total 100% 100% 100%
AN

Tabel 8. Persepsi Orang Tua terkait Siswa tidak Melanjutkan Sekolah


TB

No Alasan Siswa Tidak Melanjutkan SD/MI SLTP SLTA


1 Biaya sekolah mahal 0% 50% 13%
LI

2 Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan di daerah 5% 17% 24%


3 Faktor geografis: jarak ke sekolah, transportasi 95% 33% 13%
4 Malas belajar di sekolah 0% 0% 0%
BA

5 Budaya masyarakat: keharusan anak membantu orang tua 0% 0% 13%


6 Memperdalam ilmu agama dipondok pesantren 0% 0% 13%
7 Lain-lain 0% 0% 24%
Total 100% 100% 100%

Tabel 9. Persepsi Masyarakat terkait Siswa tidak Melanjutkan Sekolah

No Alasan Siswa Di daerah Tidak Bersekolah SD/MI SLTP SLTA


1 Biaya 20% 48% 56%
2 Transportasi 20% 6% 0%
3 Bekerja 0% 14% 13%
4 Lingkungan tidak mendukung 20% 4% 25%
5 Kuran g kesadaran pendidikan 40% 28% 6%

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 152
BALITBANGDA KALSEL

Kabupaten Banjar sebagai berikut: d. Jumlah guru di Kabupaten Banjar sudah


a. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mencukupi tetapi persebaran guru belum merata,
pendidikan kurang, sehingga kurang pengawasan mereka lebih banyak di pusat kota seperti
terhadap anak-anak tidak sekolah, tidak masuk Martapura, Gambut, dan Kertak Hanyar,
sekolah, maupun drop out, serta sebagian besar sementara daerah lain masih kekurangan tenaga
masyarakat lebih mengutamakan belajar ilmu guru.
agama di pondok pesantren daripada belajar ilmu e. Keterbatasan anggaran dana dari pemerintah
umum sehingga tanggung jawab orang tua dalam
b. Lingkungan keluarga masyarakat miskin kurang pembiayaan masih cukup besar.
mendukung anaknya bersekolah dan mereka lebih f. Pemahaman guru tentang angka partisipasi dalam
diarahkan membantu orang tua mencari nafkah pendidikan pada umumnya pada posisi cukup
keluarga. memahami terutama guru-guru SMA/SMK.
c. Faktor geografis, jarak ke sekolah terlalu jauh dan
kesulitan transportasi ke sekolah. Beberapa Rekomendasi
sekolah belum ada sekolah SMA yaitu Tatah Setelah memahami faktor-faktor yang
Makmur Aranio, Paramasan, dan Telaga menyebabkan rendahanya ketercapaian APK dan

EL
Bauntung. APM, maka dirumuskan saran kebijakan dalam
rangka meningkatkan APK dan APM di Kabupaten

LS
Tabel 10. Rekomendasi Kebijakan Peningkatan APM/APK Kabupaten Banjar

Indikator Kinerja Mid Post


Baseline
No

1
Kebijakan
(%)
Sosial Budaya
2013 KA
Proyeksi
2014 2015
Asumsi

Program Penyuluhan 50% 30% 20% Program searah dengan


A
Terpadu pada segenap kesadaran masyarakat
GD

lapisan masyarakat melalui akan pendidikan


optimalisasi peran dan Menekan:
fungsi Tim Koordinasi - Kesadaran pentingnya
AN

Wajar 12 tahun dari tingkat sekolah


kabupaten sampai desa - angka tidak sekolah
untuk meningkatkan - angka tidak naik kelas
TB

kesadaran masyarakat akan - angka drop out sekolah


pentingnya pendidikan dan - Mengurangi dikotomi
mengurangi dikotomi antara pendidikan
LI

antara ilmu agama dengan agama dengan ilmu


ilmu umum umum
Program Kejar Paket 30% 50% 20% Program searah dengan
BA

Belajar bagi siswa pondok peningkatan APK/APM


pesantren
2 Ekonomi
a. Program beasiswa 40% 30% 30% Program diarahkan untuk
rakyat miskin dan pemerataan pendidikan
membentuk satuan bagi masyarakat miskin
tugas Tim Pengendali
Beasiswa agar tepat
sasaran
b. Kebijakan pembiayaan 30% 50% 20% Program diarahkan saling
subsidi silang antar membantu pembiayaan
orang tua siswa di sekolah antara
sekolah masyarakat mampu dan
tidak mampu

Kajian Tentang Faktor Penyebab Rendahnya Ketercapaian APM dan APK


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Banjar - Moh. Yamin dan Suyidno | 153
BALITBANGDA KALSEL

3 Sarana dan Prasarana


Program pengembangan 40% 40% 20% Program diarahkan untuk
sarana prasarana mengatasi kendala
pendidikan terutama geografis: jarak dan
jenjang menengah melalui transportasi
pengadaan sekolah baru/
sekolah satu atap/sekolah
jarak jauh
4 Tenaga Pendidik
a. Program Pemerataan 40% 40% 20% Program searah dengan
guru dan pemberian minat siswa bersekolah
insentif tambahan bagi dan mengatasi kendala

EL
guru yang bersedia geografis: jarak dan
ditempatkan di wilayah transportasi
terkendala geografis

LS
b. Wokshop peranan guru 50% 30% 20% Program searah dengan
dalam meningkatkan peran utama guru dalam
angka partisipasi dalam menarik dan memotivasi

KA
pendidikan siswa untuk berpartisipasi

secara bermutu dan berkelanjutan. docid.


DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
A
Kuantitatif kualitatif dan R & D.
GD

Bandung: Alfabeta.
Anonim. 2010. Penelitian Survei dalam Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian
Pendidikan.
AN

Pendidikan., diakses pada tanggal 28 Maret Jakarta: Media Grafika


2011. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010.
Metode
Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
TB

Remaja
Rineka Cipta. Rosdakarya.
Doll. Ronald C. 1964. Curriculum Improvement, Ul Haq, M. .2003. 'The human
LI

development Decision Making and Process. Boston: paradigm', in S. Fukuda-


Parr and A. K. Shiva Alyyn and Bacon. K uma r ( e ds).
Readings in Human
BA

Fraenkel, J. R and Wallen N. E. 2009. How to Design Development. Oxford: Oxford


University
and Evaluate Research in Education. Seven Press.
Edition. Boston: Mc Graw Hill, Higher Wakhinuddin. 2009. Angka Pertisipasi
dalam Education Pendidikan. Diakses mel
a l u i Kabupaten Banjar dalam Angka 2011. Badan Pusat
http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/08/
Statistik Kabupaten Banjar bekerja sama 07/angka-partisipasi-dalam-pendidikan/
dengan Bappeda Kabupaten Banjar.
Kabupaten Banjar dalam Angka 2012. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Banjar
bekerja sama dengan Bappeda
Kabupaten Banjar.
BALITBANGDA KALSEL

Moleong, LJ. 2002. Metodologi


Penelitian K u a l i t a t i f . B a n d u n g :
P T. R e m a j a Rosdakarya.
Pemerintah Kabupaten Banjar. 2007. Selayang
Pandang Kabupaten Banjar.
Shalimov. 2008. Human Development Index
(HDI) Indonesia. Diakses melalui
www.shalimow.
com/etcetera/human-development-
index- hdi-indonesia.html. August 6,
2008
Srie. 2013. Daftar Peringkat Indeks Pembangunan Manusia. www.srie.org/2013)/ 03/ini-daftar- peringk
at-indeks-pembangunan.html&

EL
LS
KA
A
GD
AN
TB
LI
BA

Anda mungkin juga menyukai