Anda di halaman 1dari 50

PENGENALAN MODEL KOMPETENSI GURU

PERDIRJEN GTK KEMENDIKBUDRISTEK


NO 2626 TAHUN 2023
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi
KERANGKA PENGEMBANGAN
KOMPETENSI

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Pengembangan Kompetensi

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Pengembangan Kompetensi (Transisi)

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Model Pengembangan Kompetensi guru
Desain pelaksanaan program Pengembangan
Kompetensi secara Berkelanjutan diharapkan
memperhatikan model pengembangan guru.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Skema Model Pengembangan Kompetensi guru
Model Pengembangan Kompetensi
dijelaskan dalam bentuk skema
yang lebih operasional.
Penyediaan model Pengembangan
Kompetensi Guru dilakukan
berdasarkan hasil analisis peta
kebutuhan belajar (learning needs
analysis) yang akan digunakan
dalam pembangunan atau
pengembangan berbagai model
pengembangan kompetensi yang
sesuai dengan area prioritas
kebutuhan pengembangan diri
guru.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Indeks Kesenjangan Kompetensi

Kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki Guru dengan standar


kompetensi Guru yang ditetapkan.

Kompetensi bagi guru merujuk pada Model Kompetensi Guru sesuai dengan
jenjang jabatan fungsional guru yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.

Indeks Kesenjangan Kompetensi merupakan hasil pengukuran kompetensi


dengan membandingkan antara nilai level kompetensi Guru saat ini dengan nilai
level kompetensi untuk satu level di atas jenjang jabatan fungsional.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Indeks Disparitas Layanan

Ketidaksetaraan karakter, fenomena, atau proses yang dimiliki oleh suatu wilayah
spesifik dan terjadi setidaknya dalam dua entitas struktur wilayah.

Pengukuran disparitas layanan akan menggunakan analisis indeks disparitas.

Indeks disparitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketimpangan pada suatu


wilayah, dalam hal ini adalah layanan Balai Besar Guru Penggerak dan Balai Guru
Penggerak dalam meningkatkan kompetensi Guru.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Standar Kompetensi Guru

Standar Kompetensi guru menggunakan model kompetensi yang ditetapkan dalam


Peraturan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor
2626/B/HK.04.01/2023 tentang Model Kompetensi Guru, yang difokuskan pada
kompetensi teknis meliputi kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan
profesional.
Level kompetensi yang harus dipenuhi oleh guru sesuai dengan jenjang jabatan
fungsionalnya (Ahli Pertama, Ahli Muda, Ahli Madya, dan Ahli Utama) yaitu:
Level 1 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Paham
Level 2 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Dasar
Level 3 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Menengah
Level 4 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Mumpuni
Level 5 - Tingkat Penguasaan Kompetensi AhliPermen

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Tabel 1. Indikator Model Kompetensi Guru

KOMPETENSI INDIKATOR
1.1 Lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman bagi peserta didik
1 Pedagogik 1.2 Pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik
1.3 Asesmen, umpan balik, dan pelaporan yang berpusat pada peserta didik
Kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk berperilaku sesuai dengan kode
2.1
etik guru
2 Kepribadian
2.2 Pengembangan diri melalui kebiasaan refleksi
2.3 Orientasi berpusat pada peserta didik
3.1 Kolaborasi untuk peningkatan pembelajaran
3.2 Keterlibatan orang tua/wali dan masyarakat dalam pembelajaran
3 Sosial
Keterlibatan dalam organisasi profesi dan jejaring yang lebih luas untuk
3.3
peningkatan pembelajaran
4.1 Pengetahuan konten pembelajaran dan cara mengajarkannya
4 Profesional 4.2 Karakteristik dan cara belajar peserta didik
4.3 Kurikulum dan cara menggunakannya

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Pembagian Tugas dan Peran

4. Satuan Pendidikan
Peran dan tugas satuan pendidikan adalah sebagai berikut.
a. mengizinkan dan merekomendasikan Guru;
b. memantau Guru yang bertugas sebagai peserta Pengembangan Kompetensi
secara Berkelanjutan bagi guru; dan
c. memberikan dukungan kepada Guru peserta Pengembangan Kompetensi
selama kegiatan Pengembangan Kompetensi berlangsung;
d. mengikuti sosialisasi dan advokasi analisis kebutuhan Guru;
e. menyediakan data evaluasi peserta Pengembangan Kompetensi secara
berkelanjutan bagi Guru.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Pembagian Tugas dan Peran

5. Komunitas Belajar
Peran dan Tugas Komunitas belajar dapat sebagai berikut.
a. menjadi wadah bagi Guru untuk berbagi dan berkolaborasi dalam penerapan
hasil Pengembangan Kompetensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
aman, menyenangkan, dan berpihak pada peserta didik dalam rangka mewujudkan
profil pelajar Pancasila;
b. menjadi wadah pengembangan dan pemberdayaan bagi Guru dalam analisis
kebutuhan Guru.
c. menyediakan data evaluasi peserta Pengembangan Kompetensi secara
berkelanjutan bagi Guru dalam komunitas.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
ANALISIS KEBUTUHAN
PENGEMBANGAN KOMPETENSI

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Tujuan dan Indikator Keberhasilan

Analisis Kebutuhan Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi Guru


bertujuan untuk memetakan kebutuhan belajar dalam rangka Pengembangan
Kompetensi Guru di seluruh jenjang jabatan pada satuan pendidikan di setiap
wilayah.

Indikator keberhasilan analisis kebutuhan Pengembangan Kompetensi secara


berkelanjutan bagi Guru merupakan persentase Guru yang terpetakan kebutuhan
belajar dalam rangka pengembangan kompetensinya sebagaimana ditetapkan
dalam Rencana Strategis.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

Analisis kebutuhan Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi Guru


merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi terkait dengan
Pengembangan Kompetensi Guru.

Diawali dengan ketersediaan database profil kompetensi dan profil kinerja


Guru yang dikelola oleh Direktorat Jenderal.

Database yang dimaksud berisikan agregasi kebutuhan belajar Guru di semua


jenjang jabatan pada satuan pendidikan di setiap wilayah.

Selanjutnya Balai Besar Guru Penggerak dan Balai Guru Penggerak di provinsi
melakukan agregasi kebutuhan belajar Guru di semua jenjang jabatan pada
satuan pendidikan untuk wilayah yang menjadi kewenangannya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Alur Proses

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Proses Bisnis
OUTPUT/
SUPPLIER INPUT PROCESS CUSTOMER
OUTCOME
1. Ditjen GTK 1. Data PTK 1. Analisis Profil Data Guru 1. Rencana 1. Direktorat
2. Pusdatin 2. Profil 2. Penyusunan Rencana Pengembangan Teknis
Kompetensi Pengembangan Diri Guru Diri Guru 2. UPT
Guru 3. Database Kebutuhan Belajar Guru 2. Database 3. Dinas
3. Profil Kinerja 4. Analisis kebutuhan Guru menjadi Analisis Pendidikan
Guru peta kebutuhan belajar tingkat Kebutuhan 4. Satuan
4. Data nasional Belajar Guru Pendidikan
Demografis 5. Analisis kebutuhan Guru tingkat 3. Peta Kebutuhan
Guru nasional menjadi analisis Belajar Guru
kebutuhan belajar Guru tingkat Nasional
provinsi 4. Peta kebutuhan
6. Guru mengikuti Program PKB yang belajar Guru
sesuai Provinsi
7. Proses Evaluasi Belajar dari PKB
yang diikuti
8. Memperbaharui database analisis
kebutuhan guru

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
PENYEDIAAN MODEL
PENGEMBANGAN KOMPETENSI

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Tujuan dan Indikator Keberhasilan

Tujuan penyediaan model Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi


Guru yaitu menyediakan model Pengembangan Kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan Guru di semua jenjang jabatan pada satuan pendidikan di setiap wilayah
dan telah melalui proses validasi untuk menjamin kualitas secara nasional. Model
yang menjadi rujukan tidak hanya digunakan untuk daerah tertentu saja, tetapi
digunakan secara nasional dengan menjaga standar dan mutu yang sama.

Indikator keberhasilan Penyediaan model Pengembangan Kompetensi secara


Berkelanjutan bagi Guru yaitu:
1. Jumlah model yang disediakan dengan kebutuhan belajar guru; dan
2. Persentase model dengan Content Validity Index (nilai CVI > 0.8)

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

• Program Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi Guru adalah


meningkatkan Kompetensi Guru sesuai dengan standar kompetensi jenjang
jabatan sehingga dapat memberikan dampak pada peningkatan hasil belajar peserta
didik.
• Program yang dirancang untuk menjadikan Guru diharapkan mampu meningkatkan
Kompetensi guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan
melakukan asesmen pembelajaran.
• Guru akan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah pembelajaran di sekolah
secara kolaboratif, reflektif dan berbasis data.
• Guru mampu menggerakkan ekosistem sekolah menjadi lebih berdaya serta
mampu membangun karakter baik dengan berempati terhadap masalah sesama guru
dan berbagi praktik baik pembelajaran yang telah dilakukan, mengembangkan
pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas peserta didik dan menjadikan pembelajaran menjadi
lebih bermakna sesuai dengan kompetensi yang diharapkan pada standar Kompetensi.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

1. Penjaminan Kualitas Rancangan Pengembangan Model Pelatihan


• Dalam proses penjaminan kualitas rancangan model pelatihan, suatu
rancangan pelatihan perlu dinilai dalam segi kesiapannya oleh suatu tim ahli
yang dikoordinasikan Direktorat teknis yang telah ditunjuk Direktorat Jenderal.
• Di dalam pelaksanaannya, validitas dari suatu program pelatihan akan dinilai
menggunakan suatu kerangka model analisis program pelatihan
berdasarkan relevansinya sesuai panduan validasi program yang telah
disepakati bersama dengan tujuan jangka panjang Kementerian, peraturan yang
berlaku, kelengkapan dan keterbaruan materi, kesesuaian tujuan pembelajaran,
kesesuaian metode, dan kesiapan dokumen yang akan digunakan di lapangan.
• Hasil penilaian tersebut kemudian akan digunakan sebagai dasar
pertimbangan di dalam menentukan apakah suatu program pelatihan telah
memenuhi kualitas minimal untuk dapat dilaksanakan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

2. Desain Model PKB bagi Guru


• Desain model Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi Guru
yang dikembangkan oleh Balai Besar Guru Penggerak dan Balai Guru
Penggerak. Mitra pembangunan dapat berkontribusi dalam mendesain model
pelatihan dengan berkoordinasi dengan Balai Besar Guru Penggerak dan Balai
Guru Penggerak.

• Balai Besar Guru Penggerak dan Balai Guru Penggerak dalam merancang
pengembangan model dapat bekerjasama dan berkoordinasi dengan mitra
pembangunan. Kerangka desain dapat dilihat pada Kerangka desain 1.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

3. Struktur Program
Struktur program yang dikembangkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan
pengembangan kompetensi PNS sebanyak minimal 20 JP per tahun sesuai dengan
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Pengembangan Kompetensi ASN.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Contoh Struktur Program

Struktur program dengan pola one shot training, Struktur program dengan pola in-on-in (hybrid)
dengan moda luring dan/atau daring

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

4. Deskripsi Materi
a. Kebijakan terkait pengembangan Kompetensi guru dan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan sesuai dengan kebijakan yang terkini dari Kementerian.
b. Pendalaman kompetensi teknis pada bagian pokok merupakan pendalaman terhadap
substansi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran berpusat pada siswa serta asesmen yang mutlak
diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas jabatannya.
c. Penilaian diri dan Rencana pengembangan diri berikutnya adalah Penilaian diri untuk
melihat peningkatan Kompetensi guru setelah melakukan pengembangan dan
pemberdayaan yang nantinya akan menjadi dasar pada rencana pengembangan diri
berikutnya sesuai dengan peta kebutuhan pengembangan diri yang dilakukan oleh guru
dalam memenuhi indikator peningkatan Kompetensi berkelanjutan,
d. Rencana tindak lanjut adalah persiapan peserta dalam mengimplementasikan di lapangan.
e. Evaluasi penyelenggaraan merupakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan guru yang mencakup evaluasi terhadap peserta, pelatih/pengajar,
penyelenggara dan program pelatihannya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

5. Rencana Moderasi
Struktur program yang telah dikembangkan akan dilanjutkan pada pengembangan
rencana moderasi dari setiap materi secara berurutan.
Pengembangan rencana moderasi akan menggambarkan aktivitas pembelajaran
yang berurutan (learning sequence) sebagai panduan operasional yang
menggambarkan aktivitas narasumber dan peserta.
Dalam pengembangan pembelajaran mandiri, maka rencana moderasi berisikan alur
pembelajaran yang terstruktur dan merujuk pada Kompetensi yang akan dicapai.
Rencana moderasi akan disesuaikan dengan pola atau jalur dari penyelenggaraan
pengembangan dan pemberdayaan guru.
Kerangka desain rencana moderasi dapat dilihat pada Kerangka desain 2.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
6. Desain Pengembangan Unit Pembelajaran/Bahan ajar/Modul
Desain Pengembangan Unit Pembelajaran/Modul/Bahan ajar yang akan
digunakan pada program pelatihan dikembangkan dengan mengacu pada ketentuan
sebagai berikut,
a. Materi pembelajaran sesuai dengan capaian pembelajaran umum dan khusus
program pelatihan.
b. Materi pembelajaran yang dikembangkan kontekstual dan tidak miskonsepsi.
c. Materi yang diberikan sesuai dengan entry level peserta program pelatihan pada
level Kompetensinya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Skema Pengembangan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Alur Proses
OUTPUT /
SUPPLIER INPUT PROCESS CUSTOMER
OUTCOME
1. Ditjen GTK 1. Analisis Data 1. Menganalisis hasil analisis Model 1. Ditjen GTK
2. Direktorat kebutuhan kebutuhan pengembangan diri pengembangan 2. Direktorat Teknis
Teknis pengembangan 2. Merancang desain model Kompetensi 3. BBGP/BGP
3. UPT kompetensi berdasarkan analisis berkelanjutan 4. Dinas
4. Mitra 2. Data kebutuhan pengembangan bagi PTK Pendidikan
Pembangunan kebutuhan diri 5. Satuan
pengembangan 3. Mengembangkan desain model Pendidikan
diri pengembangan Kompetensi 6. Komunitas
3. Validasi berkelanjutan bagi PTK Belajar
Program 4. Penjelasan desain model 7. Mitra
Pelatihan pengembangan Kompetensi Pembangunan
berkelanjutan bagi PTK
5. Melakukan validasi model
pengembangan Kompetensi
berkelanjutan bagi PTK

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
PENYELENGGARAAN
PENGEMBANGAN KOMPETENSI

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Tujuan dan Indikator Keberhasilan

Tujuan penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi secara berkelanjutan Guru


adalah terlaksananya program Pengembangan Kompetensi untuk Guru sesuai
dengan model yang telah dikembangkan dan sumberdaya yang dimiliki serta
sasaran yang telah direncanakan.

Indikator keberhasilan penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi


berkelanjutan Guru meliputi:
1. Persentase pemenuhan cakupan dan waktu penyelenggaraan.
2. Indeks kepuasan layanan (Evaluasi Level 1).

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Pola Penyelenggaraan

Pola Penyelenggaraan secara mandiri.


Pola penyelenggaraan mandiri mengacu pada pelatihan non klasikal yang dilaksanakan
secara daring melalui platform e-learning, membaca buku, menonton video tutorial, atau
menggunakan aplikasi pembelajaran mandiri yang lebih dikenal dengan Massive Open
Online Course (MOOC).
Pola penyelenggaraan oleh kementerian.
Pola penyelenggaraan ini dapat dilakukan secara klasikal maupun non klasikal, sesuai
moda pelatihan yang diselenggarakan. Pola ini menitikberatkan pada pentingnya
kolaborasi dan koordinasi antar unit utama
Pola penyelenggaraan melalui kemitraan.
secara klasikal atau nonklasikal dengan melibatkan lembaga mitra seperti kementerian
lain, pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan
masyarakat sipil, untuk mencapai tujuan pengembangan kompetensi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Moda Penyelenggaraan

Moda penyelenggaraan pengembangan kompetensi merujuk pada cara


menyelenggarakan pembelajaran. Ada tiga moda pembelajaran yang menjadi opsi
yaitu:

1. Moda tatap muka (luring):


Moda ini melibatkan interaksi langsung antara fasilitator/narasumber dan peserta
di ruang kelas. Moda ini dilaksanakan secara klasikal dengan bentuk pelatihan
teknis, sosialisasi, kursus, workshop, dll yang dilakukan secara luring di dalam
kelas.
Pendekatan ini akan dilaksanakan di seluruh jenjang jabatan pada satuan
pendidikan di setiap wilayah Balai Besar Guru Penggerak dan Balai Guru
Penggerak.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Moda Penyelenggaraan

2. Moda online (daring):


Moda online adalah moda pelatihan yang berkembang pesat. Moda ini melibatkan
penggunaan teknologi untuk mengirimkan materi pelajaran dan memfasilitasi
interaksi antara fasilitator/narasumber dan peserta tanpa batas waktu dan
ruang.
Penyelenggaran pembelajaran dengan moda online ini dilaksanakan secara non
klasikal melalui kegiatan belajar baik sinkron maupun asinkron.
Pendekatan ini tidak terbatas waktu dan ruang, sehingga dapat dilaksanakan di
seluruh jenjang jabatan pada satuan pendidikan di lintas wilayah Balai Besar Guru
Penggerak dan Balai Guru Penggerak.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Moda Penyelenggaraan

3. Moda Kombinasi (Blended),


Pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran daring dan luring dengan
komposisi yang didesain sesuai kebutuhan.
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan moda tatap muka dan
online sehingga dapat dilaksanakan di seluruh jenjang jabatan pada satuan
pendidikan baik di lintas maupun wilayah binaan Balai Besar Guru Penggerak
dan Balai Guru Penggerak sesuai dengan desain model Pengembangan
Kompetensi secara berkelanjutan bagi guru.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Selain tiga moda di atas, pembelajaran dapat dilakukan dengan metode:
1. Klasikal dengan pembelajaran Jarak Jauh
Metode ini mirip dengan pembelajaran online, namun tanpa penggunaan teknologi internet. Peserta
menerima materi pelajaran melalui buku, modul, unit pembelajaran, surat, atau Flash-Disk/CD-ROM,
dan mereka kemudian mengerjakan tugas dan mengirimkannya kembali ke Balai Besar Guru
Penggerak dan Balai Guru Penggerak atau komunitas belajar yang ditunjuk untuk dinilai.
Pembelajaran jarak jauh ini tepat digunakan oleh daerah-daerah khusus yang telah ditentukan.
2. Klasikal dan non klasikal
Metode ini lebih dikenal dengan in 1 - on the job learning - in 2. Pada pelatihan in 1 guru
melaksanakan pembelajaran secara klasikal bersama fasilitator atau narasumber dengan
pengembangan berbagai aktivitas belajar misalnya mempelajari materi pelatihan, outbond, diskusi,
unjuk kerja, dll. Kemudian mereka akan melaksanakan pembelajaran non klasikal, on the job
learning, dengan aktivitas praktik kerja dan/atau pembelajaran di luar kelas, coaching, mentoring,
elearning, benchmarking, outbond, komunitas belajar, magang/praktik kerja, dll pada pembelajaran
on the job learning. Selanjutnya, pada in 2 guru melakukan pembelajaran klasikal kembali dengan
aktivitas pelaporan hasil on the job learning, refleksi, penguatan, dll.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Sebagai satuan unit kerja pelaksana pengembangan kompetensi Balai Besar Guru
Penggerak dan Balai Guru Penggerak dapat menyelenggarakan pengembangan
kompetensi guru di wilayahnya dengan memilih moda dan metode
pembelajaran tepat dengan mempertimbangkan pada:
1. Jenis pengetahuan dan keterampilan yang ingin dilatih;
2. Tujuan pelatihan;
3. Ketersediaan daya dukung, seperti SDM, pembiayaan, dan teknologi pendukung;
4. Preferensi Balai Besar Guru Penggerak dan Balai Guru Penggerak terkait.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Pola Penyelenggaraan Berbasis Keahlian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Nomor 14 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Guru
Penggerak dan Balai Guru Penggerak, salah satu fungsi Balai Besar Guru
Penggerak adalah pengembangan media pembelajaran guru, pendidik lainnya,
tenaga kependidikan, calon kepala sekolah, kepala sekolah, calon pengawas
sekolah, dan pengawas sekolah.

Dengan mempertimbangkan sumber daya dan pengalaman dalam mengelola


media pembelajaran, Balai Besar Guru Penggerak merupakan pengampu dalam
mengembangkan media pembelajaran di bidang mata pelajaran tertentu.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
EVALUASI PENGEMBANGAN
KOMPETENSI

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Tujuan dan Indikator Keberhasilan

Tujuan Evaluasi Program Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi


Guru antara lain:
mengukur cakupan layanan diklat
mengetahui disparitas layanan diklat, dan
mengukur efektivitas program dalam meningkatkan Kompetensi Guru serta dampak
program terhadap peningkatan kinerja Guru di satuan pendidikan

Indikator keberhasilan evaluasi Program Pengembangan Kompetensi secara


Berkelanjutan bagi Guru antara lain:
1. persentase Guru yang lulus pelatihan
2. indeks disparitas layanan menurun
3. peningkatan kompetensi Guru yang ditandai dengan indeks kesenjangan
kompetensi menurun

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

1. Prinsip
Prinsip evaluasi Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi Guru antara lain:
a. sahih dan objektif, evaluasi didasarkan pada data pencapaian Kompetensi mengacu
pada Kompetensi standar menggunakan kriteria dan prosedur evaluasi yang jelas;
b. terpadu dan menyeluruh, evaluasi dilakukan secara menyeluruh mulai dari reaksi pada
tahap awal pembelajaran (reaction), proses belajar (learning), kinerja hasil penerapan
Pengembangan Kompetensi (behavior), dan dampaknya pada perubahan satuan
pendidikan (result).
c. terbuka, berarti prosedur evaluasi, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
d. sistematis, Evaluasi dilakukan secara terencana dalam setiap tahap dengan prosedur
yang baku;
e. beracuan kriteria, berarti evaluasi didasarkan pada ukuran pencapaian Kompetensi yang
ditetapkan; dan
f. akuntabel, evaluasi dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur,
teknik, maupun hasilnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

2. Pendekatan
Evaluasi cakupan layanan pelatihan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana
program mencapai target populasi atau wilayah yang dituju. Cakupan layanan
pelatihan dihitung berdasarkan rasio Guru yang lulus dalam program
Pengembangan Kompetensi berbanding dengan jumlah Guru di wilayah yang menjadi
kewenangan Balai Besar Guru Penggerak atau Balai Guru Penggerak.
Evaluasi disparitas layanan diklat dilakukan dengan pengumpulan dan analisis data
terkait pelatihan, seperti data jumlah seluruh guru yang ada, sebaran peserta yang
mengikuti pelatihan atau data hasil pelatihan. Dengan menganalisis data ini,
disparitas dalam partisipasi pelatihan guru dapat diukur (formula otomatis dalam
system)
Sedangkan evaluasi efektivitas dan dampak pelatihan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Kirkpatrick (Kirkpatrick’s Four Level Model for Evaluation of Training).
Evaluasi ini dilakukan melalui empat level, yaitu Level 1 (reaksi), level 2 (belajar), level 3
(perilaku), dan level 4 (dampak).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

3. Aspek dan Komponen Evaluasi


Evaluasi program Pengembangan Kompetensi secara Berkelanjutan bagi Guru terdiri dari tiga
aspek, yaitu:
a. Cakupan layanan pelatihan meliputi populasi target (jumlah Guru dalam sebuah wilayah)
dan jumlah Guru yang lulus
b. Disparitas layanan pelatihan, merupakan ketidaksetaraan karakter, fenomena, atau
proses yang dimiliki oleh suatu wilayah spesifik dan terjadi setidaknya dalam dua entitas
struktur teritorial. Pengukuran disparitas layanan akan menggunakan analisis indeks
disparitas. Indeks disparitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketimpangan pada suatu
wilayah, dalam hal ini adalah layanan Balai Besar Guru Penggerak dan Balai Guru
Penggerak dalam meningkatkan kompetensi Guru.
c. Efektivitas dan dampak, dilakukan saat pembelajaran berlangsung dengan mengukur
reaksi peserta terhadap pelaksanaan pembelajaran dan ketercapaian Kompetensi peserta
setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tahap ini
merupakan tahap evaluasi level 1 dan level 2. Sedangkan evaluasi dampak dilakukan
setelah peserta lulus dan mengaplikasikan hasil pelatihan dalam pelaksanaan tugas.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi
Kerangka Kerja

4. Sistem Informasi Evaluasi


Sistem informasi evaluasi pelatihan digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis,
dan mengevaluasi data terkait dengan proses dan hasil pelatihan. Sistem informasi
evaluasi terdiri dari beberapa komponen, antara lain:
a. Pengumpulan data: Sistem ini harus mampu mengumpulkan data dari berbagai
sumber, baik itu data yang dihasilkan oleh sistem yang terkait atau data yang
dikumpulkan secara manual.
b. Analisis data: Setelah data dikumpulkan, sistem ini akan menganalisis data tersebut
dengan menggunakan berbagai teknik analisis, seperti statistik atau metode kualitatif.
c. Penyajian data: Setelah data dianalisis, hasil evaluasi disajikan dalam bentuk yang
mudah dipahami oleh pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
grafik, tabel, atau laporan.
d. Monitoring: Sistem informasi evaluasi harus dapat terus memantau proses atau
aktivitas yang sedang dievaluasi untuk memastikan bahwa hasil evaluasi tetap akurat
dan relevan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi
Alur Proses
SUPPLIER INPUT PROCESS OUTPUT/ CUSTOMER
OUTCOME
1. BBGP/ BGP 1. Guru 1. Evaluasi cakupan layanan 1. Peningkatan 1. Ditjen GTK
2. Satuan 2. Peta kebutuhan 2. Evaluasi disparitas layanan kualitas Guru 2. Satker BBGP/BGP
Pendidikan peningkatan 3. Evaluasi efektivitas 2. Peningkatan 3. Dinas Pendidikan
3. Komunitas Kompetensi a. Level 1. terintegrasi pada Kompetensi Guru Kab./Kota
Belajar pelaksanaan pada komunitas 4. Dinas Pendidikan
Sekolah/ Antar b. Level 2. evaluasi terhadap belajar Provinsi
Sekolah/ pencapaian hasil 3. Peningkatan 5. Satuan
Daring pembelajaran kualitas satuan pendidikan
c. Level 3. melaksanakan Pendidikan 6. Komunitas belajar
evaluasi Aksi Nyata 4. Peningkatan
(Kompetensi dan kinerja) kualitas peserta
dengan melakukan didik
wawancara/Observasi
kepada komunitas belajar/
satuan Pendidikan menuju
pada peningkatan
Kompetensi diri
d. Level 4. Perubahan
organisasi dan pencapaian
peserta didik Prosedur
Evaluasi

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Uraian Proses

1. Instrumen Evaluasi
a. Evaluasi cakupan layanan, Data yang digunakan dalam melakukan evaluasi
cakupan layanan ialah jumlah Guru dan jumlah peserta pelatihan yang lulus, di
mana data tersebut tersedia di sistem Dapodik.
b. Evaluasi disparitas layanan, Instrumen evaluasi disparitas layanan
menggunakan data dan formula yang sudah ada di sistem, sehingga tidak
diperlukan instrumen khusus lagi.
c. Evaluasi Efektivitas, Instrumen yang digunakan dalam evaluasi efektivitas
Program Pengembangan Kompetensi bagi Guru sesuai dengan tahapan
levelnya, dapat berupa:
Level 4. Result.
Level 2. Learning.
Level 1. Reaction. Level 3.Behaviour. Perubahan organisasi
evaluasi terhadap
terintegrasi pada melaksanakan dan pencapaian
pencapaian hasil
pelaksanaan evaluasi Aksi Nyata peserta didik
pembelajaran
Prosedur Evaluasi

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Uraian Proses

2. Prosedur Evaluasi
a. Persiapan
Persiapan evaluasi dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Penyelenggara pelatihan perlu menyusun instrumen evaluasi dengan memastikan
hal-hal sebagai berikut:
• komponen dan aspek evaluasi;
• indikator-indikator evaluasi;
• jenis instrumen yang digunakan;
• waktu evaluasi dilaksanakan;
• teknik pengumpulan data evaluasi;
• pengolahan, analisis, dan tindak lanjut hasil evaluasi;
• sumber daya manusia yang akan melakukan evaluasi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Uraian Proses

2. Prosedur Evaluasi
b. Pelaksanaan
Evaluasi Pengembangan Kompetensi bagi Guru dilakukan saat pembelajaran
berlangsung (baik pembelajaran yang dilaksanakan satu tahap maupun
pembelajaran yang dilaksanakan dua tahap), sebagai evaluasi level 1 dan level 2.
Evaluasi level 3 dan level 4 dilaksanakan setelah selesai pelatihan. Penyelenggara
pelatihan menunjuk petugas yang akan melakukan evaluasi yang meliputi
pengumpulan data dan pengolahan data.
Level 3.Behaviour.
Level 4. Result.
Level 1. Reaction. Level 2. Learning. Ditujukan terhadap
terhadap perubahan
Rekasi peserta dan evaluasi terhadap ketercapaian
satuan pendidikan
pengolahan hasil pencapaian hasil Kompetensi dan
dilakukan oleh
evaluasi pelaksanaan pembelajaran kinerja peserta.
instansi terkait
(Ditjen GTK – Internal (Ditjen GTK – Internal (Ditjen GTK sesuai ketemtuan
BBGP/BGP) BBGP/BGP) berkoordinasi dengan
(Ditjen Terkait)
Ditjen Terkait)

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Uraian Proses

3. Pelaporan
Pelaporan hasil evaluasi disampaikan terintegrasi dengan laporan pelaksanaan
pelatihan dari penyelenggara pelatihan kepada Guru melalui sistem informasi
terpadu yang disediakan. Laporan disampaikan paling lambat 3 hari setelah
kegiatan pelatihan berakhir. Kerangka Desain laporan terlampir pada Kerangka
Desain 6.

4. Tindak lanjut
Tindak lanjut hasil evaluasi dilaksanakan oleh penyelenggara pelatihan sesuai
dengan rekomendasi hasil evaluasi dari tim. Tindak lanjut hasil evaluasi level 1
sesegera mungkin dilaksanakan oleh penyelenggara dan pengajar sebagai
evaluasi formatif untuk perbaikan proses pelatihan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi
Terima kasih

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, Dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai