Anda di halaman 1dari 81

PENYELESAIAN SENGKETA

ALTERNATIF
Oleh
Prof. Dr. Basuki Rekso Wibowo, S.H., Ms.

1
PILIHAN FORUM
PENYELESAIAN SENGKETA
PERDATA
A.In/By Court Dispute Settlement (oleh/di
muka pengadilan);

B.Out of Court Dispute Settlement (di luar


pengadilan) meliputi : negosiasi, mediasi,
konsiliasi, med-arb (hybrid), arbitrasi (ad
hoc/institusional) serta (nasional/ internasional),
etc;
2
PENYELESAIAN SENGKETA
MELALUI LEMBAGA PERADILAN
• Lembaga peradilan merupakan peradilan negara, memiliki
kompetensi absolut dan kompetensi relative tertentu, untuk
menerima, memeriksa dan memutus perkara yang diajukan
kepadanya;
• Lembaga peradilan negara memiliki struktur bertingkat-tingkat
sehingga berkorelasi dengan proses dan prosedur yang rumit,
serta berdampak pada konsumsi waktu serta biaya;
• Penyelesaian sengketa perdata yang dilakukan oleh/melalui
lembaga peradilan harus mengikuti ketentuan hukum acara
yang berlaku di lembaga peradilan yang bersangkutan;

3
PENYELESAIAN SENGKETA
MELALUI LEMBAGA PERADILAN
• Tidak sejalan dengan prinsip bisnis yang menekankan pada efisiensi dan
efektifitas;
• Meskipun dikenal asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan,
namun relaitasnya tidak selalu demikian;
• Proses peradilan berlangsung terbuka untuk umum tidak sejalan dengan
prinsip bisnis yang justru ingin menjaga “privacy”, “personal image” dan
“corporate image” pihak pihak yang bersengketa dari segala bentuk
publikasi sengketa;
• Pengetahuan hakim lembaga peradilan (terutama peradilan umum)
bersifat jeneralis, meskipun dikenal doktrin “ius curia novit” (hakim
dianggap diangap tahu hukumnya);
• Padahal masing masing perkara memiliki karakteristik, keunikan, serta
kompleksitasnya masing masing, sehingga memerlukan pengetahuan dan
keahlian khusus hakim, terkait kompetensi dan kualitas putusannya;
4
PENYELESAIAN SENGKETA
DI LUAR LEMBAGA PERADILAN
• Penyelesaian sengketa keperdataan, pada dasarnya tidak harus
diajukan ke lembaga peradilan;
• Penyelesaian sengketa keperdataan melalui Pengadilan
harus diposisikan sebagai “optimum remedium”;
• Penyelesaian sengketa keperdataan, terbuka kemungkinan
untuk dilakukan melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi,
maupun arbitrase sebagai “premium remedium”;
• Arbitrase merupakan salah satu pilihan favorit dalam
penyelesaian sengketa bisnis, terutama sengketa kontrak
internasional;

5
PENYELESAIAN SENGKETA DI
LUAR BADAN PERADILAN
NEGARA
• Penyelesaian konflik di luar badan peradilan negara
memiliki bermacam bentuk sesuai dengan kesepakatan
pilihan para pihak yang berkonflik, meliputi negosiasi,
mediasi, konsiliasi, med-arb, arbitrase atau cara lain
sesuai dengan konteks lingkungan social dan budaya
masing masing pihak;
• Berbagai pilihan cara penyelesaian sengketa tersebut
dikenal dengan istilah ADR (Alternative Dispute
Resolution) atau PSA (Penyelesaan Sengketa
Alternatif).
6
PENYELESAIAN KONFLIK DI
LUAR BADAN PERADILAN
NEGARA
• Penyelesaian konflik di luar badan peradilan negara
memiliki bermacam bentuk sesuai dengan kesepakatan
pilihan para pihak yang berkonflik, meliputi negosiasi,
mediasi, konsiliasi, med-arb, arbitrase atau cara lain
sesuai dengan konteks lingkungan social dan budaya
masing masing pihak;
• Berbagai pilihan cara penyelesaian sengketa tersebut
dikenal dengan istilah ADR (Alternative Dispute
Resolution) atau PSA (Penyelesaan Sengketa
Alternatif).
7
RUANGLINGKUP ADR
• Alternatif Dispute Resolution (ADR) memiliki variasi yang
sangat luas meliputi : dialogue, negotiation, mediation,
conciliation, dispute prevention, binding opinion, valuation,
expert appraisal, expert determination, special masters,
ombudsman, minitrial, private judges, summary trial,
musyawarah mufakat, runggun adat, begundem, kerapatan
ninik mamak, hakim perdamaian, barangay/barrio, quality
arbitration, arbitration, combination of processes. Dikutip
dari Priyatna Abdurrasjid, The Arbitration Law of
Indonesia, dalam Hendarmin Djarab dkk, Prospek dan
Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001.
8
Berbagai Variasi Istilah
 Alternative DisputeResolution (ADR);
 Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS);
 PenyelesaianSengketa Alternatif (PSA);
 Pilihan Penyelesaian Sengketa (PPS);
 Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa
(MAPS).
 DLL

9
Makna “alternatif :

Kata kuncinya adalah “alternatif”.


Maknanya adalah sebagai model
atau mekanisme penyelesaian
sengketa di luar badan peradilan
negara
(out of state court dispute resolution).
10
ADR/PSA SEBAGAI BENTUK
AKTUALISASI & PARTISIPASI
MASYARAKAT
• ADR/PSA mengutamakan penyelesaian konflik
secara damai dan kooperatif sesuai dengan
pilihan dan kesepakatan para pihak yang
berkonflik.
• Spirit ADR/PSA untuk menyelesaikan konflik
melalui musyawarah untuk mewujudkan
perdamaian.
• ADR/PSA sebagai wujud aktualisasi & partisipasi
masyarakat dalam proses penyelesaian konflik yang
terjadi untuk memulih kan harmoni dan pola
hubungan yang baik antara para pihak sebagaimana
semula.
11
KARAKTERISTIK ADR/PSA :
- Beberapa kelebihan cara penyelesaian konflik
melalui ADR/PSA dibandingkan dengan
penyelesian melalui badan peradilan negara : (1).
waktu relatif lebih cepat,
(2). biaya jauh lebih ringan, (3). bersifat non konfrontatif,
(4). proses berjalan lebih sederhana, (5).
semangatnya mewujudkan rekonsiliasi, (6). untuk
mengurangi beban perkara di Pengadilan, (7).
Secara sosiologis dan kultural, dalam berbagai
lingkungan budaya masyarakat di Indonesia
terdapat berbagai kearifan local (local wisdom)
yang digunakan untuk menyelesaikan setiap konflik
yang terjadi di lingkunganya sendiri;
12
BLACK’S LAW DICTIONARY
Seventh edition, 1999.

 “Negotiation is a consensual bargaining process in which the


parties attempt to reach agreement on a disputed or
potentially dispute matter”.
 “Negotiation ussualy involved complete autonomy for the
parties involved, without the intervention of third parties”.
 “Contract is an agreement between two or more parties creating
obligations that are enforceable or otherwise recognizeable at
law”.
NEGOSIASI
- Hakekat negosiasi adalah perundingan atau musyawarah;
- Negosiasi merupakan model paling sederhana dan paling sering
digunakan oleh para pihak, baik dalam negosiasi perumusan
kontrak, maupun negosiasi untuk penyelesaian sengketa
keperdataan.
- Bahkan dalam situasi tertentu, negosiasi juga sering digunakan
dalam penyelesaian sengketa yang tidak murni bersifat
keperdataan;
- Negosiasi dapat dilakukan secara langsung (direct negotiation)
maupun tidak langsung (indirect negotiation);
14
PERAN KONSULTAN HUKUM

- Dalam negosiasi kontrak bisnis, atau negosiati penyelesian sengketa,


mengingat sifat dan kompleksitas serta resikonya, para prinsipal pada
umumnya melibatkan kalangan expertise, termasuk konsultan hukum,
dalam pendampingan atau perwakilan yang berperan untuk memberikan
pertimbangan terhadap prinsipal dalam memutuskan apakah “do” or
“don’t”;
-
Expertise, termasuk konsultan hukum, berperan untuk meyakinkan
klien/prinsipal bahwa apa yang diputuskan adalah memang “yang terbaik
untuk dilakukan” secara legal, serta dalam rangka untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya resiko di kemudian hari;
PERAN KONSULTAN HUKUM

 Konsultan hukum juga melakukan contract drafting, serta


contract review, sedemikian rupa sehingga semaksimal
mungkin untuk melindungi hak dan kepentingan klien,
serta meminimalisir potensi resiko yang mungkin timbul di
kemudian hari yang merugikan kliennya;
PERAN KONSULTAN HUKUM
 Kualitas legal opinion, contract drafting, contract review seorang
konsultan hukum sangat bergantung pada pengalaman, kedalaman,
kejelian serta ketajaman analisis konsultan hukum ketika melakukan legal
audit, legal investigation maupun due diligence terhadap fakta, data, bukti
dan segala informasi lengkap dari kliennya.
 Selain itu juga sangat ditentukan pula oleh kecerdikan, intuisi dan kemampuan
prediksi dan antisipasi sebagai seorang profesional.
 Spesalisasi keahlian konsultan hukum di area yang dinegosiasikan menjadi syarat
yang mutlak;

17
PERAN KONSULTAN HUKUM
 Konsultan hukum berperan dalam merekomendasikan substansi
serta berbagai klausula dalam kontrak, termasuk klausula
pilihan forum serta pilihan hukum untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya sengketa di kemudian hari.
 Pemilihan forum dan pemilihan hukum disesuaikan dengan
karakteristik sengketa, berdasarkan prinsip efisiensi waktu dan
biaya, serta kemampuan untuk mengkalkulasi peluang (chance)
memenangkan perkara, serta kemudahan pelaksanaan
putusannnya;
DINAMIKA NEGOSIASI

- Secara kasuistis & kontekstual, proses negosiasi dapat


berlangsung dengan “soft and smooth” namun dapat pula
berlangsung dengan
“hard and difficult”.
- Hal tersebut sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas
yang dinegosiasikan , serta gaya bernegosiasi para pihak itu
sendiri;
19
DINAMIKA NEGOSIASI

- Negosiasi sangat rentan terhadap kemungkinan terjadinya


“deadlock” ketika masing-masing pihak memilih untuk
bersikap posisional, atau bersikap “zero sum game”;

- Negosiasi akan gagal ketika masing masing pihak pelit


dalam memberikan konsensi kepada lawan
kontraknya;

- Negosiasi akhirnya gagal, apabila salah satu pihak, atau


kedua pihak, bersikap “no show”, “no answer”, “no agree”;
MEDIASI DAN KONSILIASI
- Mediasi dan Konsiliasi pada dasarnya merupakan suatu varian dari
Negosiasi.
- Terdapat pelibatan pihak ketiga (sebagai mediator, pada mediasi) dan
(sebagai konsiliator pada konsiliasi), yang bersama-sama para pihak
membantu merumuskan penyelesaian sengketa secara kooperatif.
- Mediator dan Konsiliator bertindak sebagai fasilitator
keberlangsungan proses mediasi dan konsiliasi, namun mediator dan
konsiliator tidak berwenang menentukan dan memutus sengketa.
- Penyelesaian sengketa melalui mediasi atau konsiliasi ditentukan
berdasarkan kemauan dan kesepakatan para pihak yang bersengketa.

21
MEDIASI DAN KONSILIASI
- Para pihak bersengketa harus memiliki keyakinan bahwa
mediator atau konsiliator yang dipilih memang memiliki
keahlian, pengalaman, serta kemampuan untuk memfasilitasi
para pihak dalam merumuskan kesepakatan bersama;
- Mediator & konsiliator harus mampu menumbuhkan
kepercayaan (trust) para pihak bersengketa, bahwa ia akan serta
sepenuhnya bersikap netral, imparsial, serta tidak memiliki
interest tertentu dengan salah satu pihak yg berperkara;
- Terjadinya keraguan terhadap imparsialitas mediator atau
konsiliator menjadi penyebab kegagalan premature proses mediasi
atau konsiliasi.
22
MEDIASI DAN KONSILIASI
- Proses & progress mediasi dan konsiliasi bergantung
para pihak bersengketa.
- Peran Mediator dan Konsiliator sebatas sebagai fasilitator
& tidak berwenang memutus sengketa;
- Kesepakatan damai para pihak akan dituangkan ke
dalam Akta Perdamaian dan berlaku mengikat bagi
pihak, serta wajib dijalankan dengan itikad baik.
- Kesepakatan Perdamaian melalui Mediasi di muka
Pengadilan, memiliki kekuatan seperti putusan Pengadian
yang berkekuatan tetap, sehingga apabila tidak
dijalankan secara sukarela, dapat dimohonkan
eksekusinya.
23
MEDIASI TELAH DIPERGUNAKAN
DALAM BERBAGAI PENYELESAIAN
BERAGAM KONFLIK
• Mediasi sebagai salah satu model ADR/PSA telah
digunakan untuk menyelesaikan berbagai macam
konflik/sengketa yang terjadi dalam masyarakat.
• Antara lain telah dipilih dan digunakan dalam
penyelesaian konflik/sengketa di bidang perdagangan,
investasi, lingkungan, perburuhan, politik, perbankan,
kehutanan, medis, jasa konstruksi, social, agraria, hak
atas tanah, keluarga, waris, bahkan dalam sengketa
politik sekalipun;
24
KONSEP MEDIASI
• Mediation is a method of non binding dispute resolution
involving a neutral third party who tries to help the
disputing parties reach a muttualy agreeable solution
(Black’s Law
TH
Dictionary (7 edition, 1999);
• Konsep mediasi menurut Black’s Law Dictionary tersebut
merupakan mediasi yang berlangsung di luar Pengadilan,
oleh karena itu bersifat non binding & non enforceable/
executable;
• Pemenuhan kesepakatan mediasi di luar pengadilan
ditentukan oleh itikad baik dan semangat rekonsiliasi
dari para pihak yang berkonflik.
25
MEDIASI DAN KONSILIASI

• Mediasi dan Konsiliasi kerapkali diperdebatkan, apakah


memiliki kesamaan ataukah perbedaan;
• “…..The distinction between mediation and conciliation in
widely debated among those interesed in ADR……”(Black’s Law
Dictionary).
• Perbedaan antara mediasi dan konsiliasi pada dasarnya hanya
bersifat gradual, menyangkut kedudukan dan peran pihak ketiga,
mediator pada mediasi, atau konsliator pada konsiliasi.
• Konsiliator lebih bersikap aktip dibandingkan mediator
dalam membantu para pihak untuk merumuskan
kesepakatan dan menyelesaikan konflik.
26
MEDIASI SEBAGAI SALAH
SATU PILIHAN MODEL DALAM
PSA/ADR
• Mediasi dapat dilakukan di luar Pengadilan, maupun
di muka Pengadilan;
• Mediasi di muka Pengadilan (Court Annexed Mediation)
merupakan pengembangan dari Pasal 130 ayat (1) HIR/
Pasal 154 ayat (1) RBG tentang Perdamaian (Dading);
• Mahkamah Agung menerbitkan beberapa PERMA tentang
Mediasi, terakhir berlaku PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang
Peraturan Mediasi di Pengadilan sebagai penyempurnaan
PERMA sebelumnya (No. 1 Tahun 2008).
• Kesepakatan damai melalui mediasi di muka pengadilan
berdasarkan PERMA No. 1 Tahun 2016 bersifat mengikat dan
dapat dilaksanakan (binding & enforceable/ executable);
27
MEDIASI SEBAGAI SALAH
SATU PILIHAN MODEL DALAM
PSA/ADR
• Mediasi dapat dilakukan di luar Pengadilan, maupun
di muka Pengadilan;
• Mediasi di muka Pengadilan (Court Annexed
Mediation) merupakan pengembangan dari Pasal 130
ayat (1) HIR/ Pasal 154 ayat (1) RBG tentang
Perdamaian (Dading);
• Mahkamah Agung menerbitkan beberapa PERMA
tentang Mediasi, terakhir berlaku PERMA No. 1
Tahun 2016 tentang Peraturan Mediasi di Pengadilan
sebagai penyempurnaan PERMA sebelumnya (No. 1
Tahun 2008);
28
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Berdasarkan PERMA No. 1 Tahun 2016, mediasi
telah diintegrasikan dalam rangkaian proses
acara di muka Pengadilan;
• Mediasi merupakan bagian dari Hukum Acara
Perdata di Pengadilan Negeri;
• Dalam rangka untuk memperkuat dan
mengoptimalkan fungsi lembaga peradilan dalam
penyelesaian sengketa;
• Meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan
sekaligus implementasi asas penyelenggaraan
peradilan yang sederhana, cepat dan berbiaya
ringan.
29
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
- Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh
Mediator;
- Mediasi di muka Pengadilan di lakukan oleh
Mediator Hakim dan/atau Mediator non Hakim
yang memiliki sertifikasi mediator;
- Setiap hakim, mediator, Para Pihak dan/atau
kuasa hukum wajib mengikuti prosedur
penyelesaian sengketa melalui mediasi;
30
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
- Mediasi di muka Pengadilan dijalankan sesuai
tahapan dan proses tertentu;
- Mediasi terintegrasi dalam Proses Peradilan Perdata;
- Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan
wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaiannya
melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan
Perma No.1 Tahun 2016;
- Terdapat beberapa perkecualian dari kewajiban
penyelesaian melalui Mediasi;

31
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
- Proses Mediasi pada dasarnya bersifat tertutup, kecuali
Para Pihak menghendaki lain;
- Pertemuan mediasi dapat dilakukan melalui media
komunikasi audio visual jarak jauh;
- Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan
Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum,
ketidakhadiran Para Pihak secara langsung dalam proses
Mediasi hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan sah;
- Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh
mediasi dengan iktikad baik;
32
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Jasa Mediator Hakim dan Pengadilan tidak dikenakan
biaya;
• Biaya jasa Mediator non hakim dan bukan pegawai
Pengadilan ditanggung bersama Para Pihak atau
berdasarkan kesepakatan;
• Mediasi diselenggarakan di ruang Mediasi Pengadilan
atau ditempat lain diluar Pengadilan yang disepakati
Para Pihak.
• Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan
dilarang menyelenggarakan Mediasi di luar
Pengadilan;
33
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Dalam menjalankan fungsinya, Mediator memiliki
sejumlah tugas, utamanya untuk membantu Para Pihak
dalam membuat dan merumuskan kesepakatan
perdamaian;
• Mediator dalam menjalankan fungsinya wajib mentaati
Pedoman Perilaku Mediator yang ditetapkan oleh
Mahkamah Agung;
• Para Pihak berhak memilih seorang atau lebih
Mediator yang tercatat dalam Daftar Mediator di
Pengadilan;
34
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
- Mediator harus bersikap netral, imparsial dan tidak
memiliki kepentingan dengan Pihak Bersengketa;
- Mediator memfasilitasi Para Pihak untuk bersama
sama merumuskan pilihan penyelesaian sengketa
melalui kesepakatan dan perdamaian;
- Mediator tidak berwenang memaksakan suatu
pilihan atau memutuskan sengketa Para Pihak;
- Mediator yang memiliki kompetensi dan pengalaman
turut menentukan keberhasilan Mediasi;
35
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Apabila Penggugat dinyatakan tidak beritikad baik
dalam Proses Mediasi, gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara dan dikenai
kwajiban membayar biaya mediasi;
• Tergugat yang dinyatakan tidak beritikad baik dikenai
kewajiban membayar biaya Mediasi;
• Materi perundingan dalam Mediasi tidak terbatas pada
posita dan petitum gugatan;

36
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Kehadiran seorang atau lebih ahli, tokoh masyarakat,
tokoh agama, atau tokoh adat dimungkinkan dalam
proses Mediasi atas persetujuan Para Pihak da/atau
kuasa hukumnya;
• Para pihak terlebih dahulu harus bersepakat
tentang kekuatan mengikat atau tidak mengikat
dari penjelasan dan/atau penilai ahli atau tokoh
masyarakat tersebut;
• Berbeda dengan kedudukan ahli dalam peradilan
perdata, hakim memiliki kebebasan menilai dan
menggunakan atau tidak menggunakan keterangan
ahli;
37
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Jika mediasi berhasil mencapai kesepakatan, Para Pihak
dengan bantuan Mediator wajib merumuskan kesepakatan
secara tertulis dalam Kesepakatan Perdamaian yang
ditandatangani Para Pihak dan Mediator;
• Kesepakatan Perdamaian yang dibuat tidak boleh memuat
ketentuan yang bertentangan dengan hukum, ketertiban
umum, dan/atau kesusilaan, merugikan pihak ketiga, atau
tidak dapat dilaksanakan;
• Mediator wajib melaporkan secara tertulis keberhasilan
Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkaa dengan
melampirkan Kesepakatan Perdamaian;

38
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Kesepakatan Perdamaian dikuatkan dengan Akta
Perdamaian tunduk pada ketentuan keterbukaan
informasi di Pengadilan;
• Kesepakatan Perdamaian sebagian dapat dikuatkan
dengan Akta Perdamaian sepanjang tidak menyangkut
asset, harta kekayaan dan/atau kepentingan pihak yang
tidak mencapai kesepakatan dan memenuhi ketentuan
Pasal 27 ayat (2);
• Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil
mencapai kesepakatan dan memberitahukannya secara
tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
39
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, Hakim Pemeriksa
Perkara tetap berupaya mendorong atau mengusahakan
perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan;
• Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat mengajukan
permohonan kepada Hakim Pemeriksa Perkara untuk
melakukan perdamaian pada tahap pemeriksa perkara;
• Sepanjang perkara belum diputus pada tingkat upaya hukum
banding, kasasi atau peninjauan kembali, Para Pihak atas
dasar kesepakatan dapat menempuh upaya perdamaian;

40
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Jika Para Pihak tidak berhasl mencapai kesepakatan,
pernyataan dan pengakuan Para Pihak dalam Proses Mediasi
tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam Proses
Persidangan Perkara;
• Catatan Mediator wajib dimusnahkan dengan berakhirnya
Proses Mediasi;
• Mediator tidak dapat menjadi saksi dalam proses persidangan
perkara yang bersangkutan;
• Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana atau
perdata atas isi kesepakatan perdamaian hasil Mediasi;

41
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
• Para Pihak dengan atau tanpa bantuan Mediator
bersertipikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di
luar Pengadilan dengan Kesepakatan Perdamaian dapat
mengajukan Kesepakatan Perdamaian tersebut kepada
Pengadilan yang berwenang untuk memperoleh Akta
Perdamaian dengan cara mengajukan gugatan;
• Pengajuan gugatan tersebut harus dilampiri dengan
Kesepakatan Perdamaian dan dokumen sebagai alat
bukti yang menunjukkan hubungan hukum Para Pihak
dengan obyek sengketa;
42
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO. 1 TAHUN 2016
- Mediasi pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan
Azas Peradilan diselenggarakan secara sederhana,
cepat dan berbiaya ringan;
- Mediasi diharapkan mampu mengurangi beban
perkara di Pengadilan;
- Mediasi bertujuan mewujudkan perdamaian Para
Pihak Bersengketa;
- Mediasi menguntungkan Para Pihak Bersengketa, dari
segi waktu, proses, tenaga, biaya, serta diharapkan
mampu memulihkan hubungan baik satu sama lain;

43
BEBERAPA CATATAN TENTANG
PERMA NO.1 TAHUN 2016
• Kesepakatan Perdamaian dalam Mediasi bersifat
mengikat (binding) dan wajib dilaksanakan dengan
sukarela dan itikad baik oleh Para Pihak Bersengketa;
• Kesepakatan perdamaian yang telah disahkan
oleh Pengadilan memiliki kekuatan hukum seperti
putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap;
• Kesepakatan Perdamaian dalam Mediasi dapat
dimohonkan pelaksanaannya melalui Pengadilan apabila
tidak dilaksanakan secara sukarela dan itikad baik oleh
Para Pihak Bersengketa;

44
PENGERTIAN ARBITRASE
“……adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
para
pihak yang bersengketa” (ps. 1 ayat 1 UU No.30/1999).

“…..a method of dispute resolution involving one or more neutral


third parties who are agreed to by the disputing parties and whose
decision is binding” (Black’s Law Dictionary, seventh edition,
1999).
45
ARBITRASE :
BENTUK & LINGKUPNYA

DARI SEGI BENTUKNYA, DIBEDAKAN MENJADI DUA


MACAM :
1. ARBITRASE INSTITUSIONAL.
2. ARBITRASE AD HOC.

DARI SEGI LINGKUPNYA, DIBEDAKAN MENJADI DUA MACAM


:
1. ARBITRASE NASIONAL.
2. ARBITRASE INTERNASIONAL.
46
LEMBAGA ARBITRASE
DI INDONESIA
• Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI),
• Badan Arbitrase Muammalat Indonesia (BAMUI) kemudian berganti
menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
• Pusat Penyelesaian Perselisihan Bisnis Indonesia (P3BI).
• Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI),
• Badan Arbitrase Olah Raga Indonesia (BAORI).
• DLL

47
LEMBAGA ARBITRASE INTERNASIONAL
• American Arbitration Association (AAA) berkedudukan di New York,
• International Chamber of Commerce Court of Arbitration (ICC) di Paris,
• International Centre for the Settlement of Investment Disputes (ICSID)
di Washington DC,
• Stockholm Chamber of Commerce (SCC) di Stockholm,
• London Court of International Arbitration (LCIA)
• Permanent Court of Arbitration (PCA) di Hague Netherlands,
• Singapore International Arbitration Centre (SIAC),
• Kualalumpur Regional Centre for Arbitration (KRCA),
• dll

48
ARBITRASE AD HOC
• Arbitrase ad hoc dibentuk secara khusus untuk menyelesaikan suatu
sengketa tertentu yang telah terjadi, sehingga bersifat insidentil atau
“case by case”.

• Karena sifatnya insidentil, maka arbitrase ad hoc dengan sendirinya


menjadi bubar setelah sengketa dagang yang diajukan kepadanya telah
dijatuhkan putusan.

49
ARBITRASE
BERDASARKAN RUANG
LINGKUPNYA
DIBEDAKAN MENJADI 2 MACAM :
• ARBITRASE NASIONAL, DAN
• ARBITRASE INTERNASIONAL/ASING.
• UU NO. 30/1999 TIDAK MEMBERIKAN PENGERTIAN YANG
JELAS TENTANG APA YANG DIMAKSUD DENGAN
ARBITRASE NASIONAL MAUPUN ARBITRASE
INTERNASIONAL.
50
ARBITRASE
• Diatur berdasarkan UU No.30 tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa;
• Kewenangan Arbitrase berdasarkan Pasal 5 ayat (1) bahwa
sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya
sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang
menurut hukum dan peraturan perundang undangan dikuasai
sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa; (2). Sengketa yang
tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang
menurut peraturan perundang undangan tidak dapat diadakan
perdamaian.
• Penjelasan Pasal 5 : cukup jelas.
51
Ruang Lingkup Hukum Perdagangan.

Dikaitkan dengan penjelasan Pasal 66 huruf “b” tentang ruang


lingkup Hukum Perdagangan, menyangkut pelaksanaan
Putusan Arbitrase Internasional, meliputi :
- Perniagaan;
- Perbankan;
- Keuangan;
- Penanaman Modal;
- Industri;
- Hak Kekayaan Intelektual,
52
ARBITRASE
1. Arbitrase digunakan sebagai forum penyelesaian sengketa berdasarkan pilihan
dan kesepakatan para pihak bersengketa yang dituangkan ke dalam perjanjian
arbitrase tertulis (arbitration agreement) atau dalam klausula arbitrase
(arbitration clause);
2. Dengan adanya perjanjian arbitrase, atau klausula arbitrase, maka
Pengadilan tidak bewenang mengadili perkara yang bersangkutan (Pasal 3 jo.
11 UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa);
3. Arbitrase yang dipilih dapat berupa arbitrase ad hoc atau arbitrase institusional,
maupun arbitrase nasional atau arbitrase internasional;
3. Arbitrase merupakan salah satu varian PSA yang memiliki karakteristik
tertentu seperti proses litigasi di muka Badan Peradilan;
53
ARBITRASE

4. Proses Arbitrase memiliki beberapa kesamaan tertentu dengan


proses peradilan, antara lain : (1). dijalankan secara formal
prosedural berdasarkan hukum acara yang berlaku atau yang
dipilih para pihak; (2). dilakukan oleh arbitrator yang memiliki
kewenangan seperti hakim yaitu memeriksa dan memutus
perkara, serta (3). putusan arbitrase dapat dimohonkan
eksekusinya melalui Pengadilan apabila tidak dipenuhi secara
suka rela oleh pihak yang dikalahkan.

54
PERBEDAAN PROSES ARBITRASE
DENGAN PROSES PERADILAN

(1). Pada proses Arbitrase terlebih dahulu harus didasarkan adanya


perjanjian arbitrase atau klausula arbitrase, sedangkan pada proses
peradilan tidak bergantung ada/tidaknya kesepakatan para pihak; (2).
Pada proses Arbitrase, arbitrator dipilih/ditunjuk oleh pihak
bersengketa, atau dalam hal tertentu ditunjuk oleh Ketua Pengadilan.
Sedangkan pada proses Peradilan, yang memilih/menunjuk Hakim
adalah Ketua Pengadilan; (3). Arbitrator memiliki kualifikasi keahlian
teknis sesuai karakteristik sengketa, sedangkan kualifikasi keahlian
Hakim (peradilan umum) sangat umum, mengingat kompetensi
absolut demikian luas;
55
PERBEDAAN PROSES ARBITRASE
DENGAN PROSES PERADILAN
( 4). Proses Arbitrase berlangsung secara tertutup (Private and Confidential),
sedangkan proses Peradilan berlangsung terbuka untuk umum; (5). Proses
Arbitrase dibatasi waktu tertentu (limitasi waktu), sedangkan proses
Peradilan hanya dalam tingkat judex facti terdapat pembatasan waktu; (6).
Putusan Arbitrase bersifat final dan mengikat (final and binding), sedangkan
proses Peradilan terbuka untuk dimohonkan upaya hukum; (7). Pelaksanaan
putusan Arbitrase Internasional terbuka kemungkinan bersifat lintas
jurisdiksi negara, diantara negara negara yang meratifikasi Konvensi New
York 1958 (New York Convention 1958), Convention on the Recognition and
Enforcement of Foreign Arbitral Award. Sedangkan eksekusi putusan
Pengadilan terbatas di wilayah jurisdiksi negara yang bersangkutan;
56
ALASAN UTAMA PARA PIHAK
MEMILIH ARBITRASE
1. Otonomi para pihak yang luas (Partij Autonomie);
2. Spesifikasi Keahlian Arbitrator (Expert in the Subject Matter);
3. Jaminan kerahasiaan subyek, substansi, serta proses berperkara
(Private & Confidential)
4. limitasi waktu proses arbitrase (Time Limitation)
5. Putusan arbitrase bersifat final & mengikat (Final & Binding);
6. Eksekutabilitas putusan Arbitrase (Excecutability & Enforceability
Arbitration Award);
7. Lintas jurisdiksi eksekusi putusan arbitrase internasional (Trans
Jurisdiction)
8. Dll.

57
Alasan memilih arbitrase, :
• (1). choice of tribunal;
• (2). privacy and confidentiality;
• (3). speed;
• (4). technical expertise;
• (5). enforceability of award;
• (6). cost;
• (7). Representation;
• (8) flexibility of procedure;
• (9). extent of jurisdiction
Chaterine Tay Swee Kian, Resolving Disputes by Arbitration : What You Need to
Know,
1998,

58
Alasan memilih arbitrase, antara lain :
• (1). flexibility,
• (2). focusing on the main issues,
• (3). speed,
• (4). cost.
• Martin Hunter, Freshfileds Guide to Arbitration and ADR :
Clauses in International Contracts, 1993,

59
• Terima kasih, selamat berdiskusi.

60

Anda mungkin juga menyukai