Anda di halaman 1dari 8

JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)

Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Keislaman

Annisa Mayasari1, Nanat Fatah Natsir2, Erni Haryanti3


1,2,3Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
E-mail: annisamayasari020@gmail.com, nanatfatahnatsir@uinsgd.ac.id, erni_hk@uinsgd.ac.id

Article Info Abstract


Article History This study describes the axiology of science and Islam. The method used in this study
Received: 2021-11-20 uses a library research method or approach, that library research can be interpreted as
Revised: 2021-12-15
Published: 2022-01-09 a series of activities related to the methods of collecting library data, reading and
taking notes and processing research materials. The results of this study indicate that
studying philosophy cannot be separated from the human scope. Because basically it is
Keywords: humans who determine whether something is good or not good, right or wrong,
Axiology;
Science;
neutral or not neutral. Because essentially science is neutral and value-free. According
Islamic. to Einstein, that science without religion is blind and religion without knowledge is
lame. Therefore, axiology in science is the product of science, namely ethics, values,
aesthetics and morals. Axiology produces more products, namely what science is used
for, and how is science related to moral aspects. How is the procedural use of
knowledge related to morals. How the determination of the object of knowledge is
related to morals or ethics in life. While axiology in the view of Islam is different from
western scientists. Islam states that religion gives birth to knowledge. Science is part of
religion itself, therefore the Messenger of Allah obliges humans to seek knowledge.
While the purpose of religion is to seek the pleasure of Allah and the truth comes from
Allah SWT.
Artikel Info Abstrak
Sejarah Artikel Penelitian ini menjelaskan tentang aksiologi ilmu pengetahuan dan keislaman. Metode
Diterima: 2021-11-20 yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode atau pendekatan kepustakaan
Direvisi: 2021-12-15
Dipublikasi: 2022-01-09 (library research), bahwa studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini
Kata kunci: menunjukkan bahwa mengkaji filsafat tidak lepas dari ruang lingkup manusia. Karena
Aksiologi; pada dasarnya manusialah yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau tidak baik,
Ilmu Pengetahuan;
Keislaman.
benar atau salah, netral atau tidak netral. Karena pada hakekatnya ilmu itu netral dan
bebas nilai. Menurut Einstin, bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa
ilmu adalah lumpuh. Oleh karena itu, aksiologi dalam ilmu pengetahuan adalah produk
dari ilmu yakni etika, nilai, estitika dan moral. Aksiologi lebih menghasilkan produk
yaitu untuk apa ilmu pengetahuan dipergunakan, dan bagaimana kaitannya ilmu
pengetahuan dipergunakan dengan aspek moral. Bagaimana prosedural penggunaan
ilmu pengetahuan berkaitan dengan moral. Bagaimana penentuan obyek pengetahuan
dikaitkan dengan moralatau etika dalam kehidupan. Sementara Aksiologi dalam
pandangan islam berbeda dengan ilmuwan barat. Islam menyatakan bahwa Agama
yang melahirkan ilmu pengetahuan. Ilmua bagian dari agama itu sendiri, karena itu
Rasulullah Saw mewajibkan manusia untuk mencari Ilmu. Sementara tujuan dari
agama adalah mencari ridha Allah dan datangnya kebenaran itu dari Allah SWT.
I. PENDAHULUAN pengetahuan lainnyayang bukan ilmu, Ilmu
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, merupakan cabang pengetahuan yang mempu-
kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan nyai ciri-ciri tertentu (Arifudin, 2020). Ilmu
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengeta-
pengetahuan kita dapat sejak dari bangku huan secara filsafat, namun tidak terdapat
sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam
perguruan tinggi (Irwansyah, 2021). Berfilsafat dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempu-
tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada nyai ciri- ciri keilmuan yang sama, Untuk apa
diri kita sendiri. Apakah yangsebenarnya saya pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergu-
ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya hakiki nakan? Bagaimana kaitan antara cara penggu-
yang membedakan ilmu dari pengetahuan- naan tersebut dengan kaidah- kaidah moral?

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berda- adalah suatu penelitian yang datanya dinyatakan
sarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan dalam bentuk verbal, tidakmenggunakan angka
antara teknik prosedural yang merupakan opera- dan analisisnya tanpa menggunakan teknik stati-
sionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma stik.
moral/profesional? Metode ilmiah adalah cara 1. Objek Penelitian
yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengeta- Dalam penelitian ini objek penelitian terdiri
huan yang benar (Arifudin, 2019), Jadi untuk me- dari 2 (dua), yaitu objek formal dan objek
mbedakan jenis pengetahuan satu dari pengeta- material (Mayasari, 2021). Objek formal
huan-pengetahuan yang lainnya maka pertany- dalam penelitian ini berupa data yaitu data
aan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji yang berhubungan dengan tinjauan kritis
oleh pengetahuan itu (Ontologi)? Bagaimana terhadap aksiologi ilmu pengetahuan dan
caranya mendapat pengetahuan tersebut (episte- keislaman. Sedangkan objek materialnya
meologi)? Serta untuk apa pengetahuan tersebut berupa sumber data, dalam hal ini adalah
dipergunakan (Aksiologi), Setiap jenis pengetah- aksiologi ilmu pengetahuan dan keislaman.
uan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai 2. Waktu Penelitian
apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nove-
untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut mber sampai dengan Desember tahun 2021.
disusun, jadi aksiologi adalah nilai kegunaan 3. Teknik Pengumpulan Data
ilmu. Pengumpulan data yang dilakukan dengan
Ketiga landasan ini saling berkaitan; jadi menggunakan teknik dokumentasi yaitu men-
ontologi ilmu yang berkaitan dengan epistim- gadakan survey bahan kepustakaan untuk
ologi ilmu dan epistemologi ilmu berkaitan mengumpulkan bahan-bahan, dan studi
dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Jadi kalau literatur yakni mempelajari bahan-bahan
kita ingin membicarakan ontologi ilmu maka hal yang berkaitan dengan objek penelitian.
ini harus dikaitkan dengan aksilogi ilmu dan Teknik pengumpulan data menurut (Bahri,
epistemologi ilmu. 2021) mengemukakan bahwa merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian
II. METODE PENELITIAN karena tujuan untama dari penelitian adalah
Sesuai dengan karakteristik masalah yang mendapatkan data. Terdapat beberapa cara
diangkat dalam penelitan ini maka menggunakan atau teknik dalam mengumpulkan data,
Metode Riset kualitatif, yaitu menekankan diantaranya adalah observasi dan dokume-
analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata ntasi. Sumber data yang digunakan dalam
tertulis yang diamati. Pendekatan kualitatif penelitian ini mencakup data primer dan
penulis gunakan untuk menganalisis kajian gag- sekunder. Menurut (Hanafiah, 2021) bahwa
asan islamisasi ilmu pengetahuan, maka dengan data primer adalah data yang dikumpulkan
sendirinya penganalisaan data ini lebih difoku- langsung dari individu-individu yang diselid-
skan pada Penelitian Kepustakaan (Library Rese- iki atau data tangan pertama. Sedangkan data
arch), yakni dengan membaca, menelaah dan sekunder adalah data yang ada dalam
mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang pustaka-pustaka. Data primer dalam penel-
erat kaitannya dengan masalah yang dibahas. itian ini adalah buku-buku terkait gagasan
Metode yang digunakan dalam kajian ini islamisasi ilmu pengetahuan, dan data sekun-
menggunakan metode atau pendekatan kepusta- der didapatkan dari jurnal-jurnal baik nasio-
kaan (library research), menurut Zed dalam nal maupun internasional.
(Rahayu, 2020) bahwa studi pustaka atau kepu- 4. Alat Pengumpulan Data
stakaan dapat diartikan sebagai serangkaian keg- Dalam penelitian ini, penulis akan menggu-
iatan yang berkenaan dengan metode pengu- nakan metode dokumentasi sebagai alat untuk
mpulan data pustaka, membaca dan mencatat pengumpul data karena penelitian ini adalah
serta mengolah bahan penelitian. penelitian kepustakaan. Dengan kata lain,
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. menurut (Juhji, 2020) bahwa teknik ini
Menurut Ibnu dalam (Nasser, 2021) penelitian digunakan untuk menghimpun data-data dari
kualitatif adalah suatu penelitian yang datanya sumber primer maupun sekunder.
dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis 5. Teknik Analisis Data
tanpa menggunakan teknik statistik. Berdasar- Analisis data tidak saja dilakukan setelah data
kan beberapa definisi penelitian kualitatif di atas, terkumpul, tetapi sejak tahap pengumpulan
dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif data proses analisis telah dilakukan. Penulis

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 2
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)
menggunakan strategi analisis “kualitatif”, Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi
strategi ini dimaksudkan bahwa analisis adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
bertolak dari data-data dan bermuara pada kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai
kesimpulan-kesimpulan umum. Berdasarkan khusus etika. Suriasumantri mengatakan,
pada strategi analisis data ini, dalam rangka aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
membentuk kesimpulan-kesimpulan umum dengan kegunaan dari pengetahuan yang
analisis dapat dilakukan menggunakan diperoleh. Dikatakan bahwa aksiologi adalah
kerangka pikir “induktif”. Menurut (Sugiyono, suatu Pendidikan yang menguji dan menginte-
2015) bahwa metode pembahasan menggu- grasikan semua nilai tersebut dalam kehidu-
nakan metode deskriptif-analisis, yaitu menje- pan manusia dan menjaganya, membinanya di
laskan serta mengelaborasi ide-ide utama dalam kepribadian peserta didik (Jama, 2008).
yang berkenaan dengan topik yang dibahas. Dengan demikian aksiologi adalah salah
Kemudian menyajikannya secara kritis melal- satu cabang filsafat yang mempelajari tentang
ui sumber-sumber pustaka primer maupun nilai-nilai atau norma-norma terhadap sesu-
skunder yang berkaitan dengan tema. atu ilmu (Jama, 2008). Mengenai nilai itu sen-
6. Prosedur Penelitian diri dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-
Data pada penelitian ini dicatat, dipilih dan hari seperti kata-kata adil dan tidak adil, jujur
kemudian diklasifikasikan sesuai dengan dan curang, benar dan salah, baik dan tidak
kategori yang ada. Pendekatan yang diguna- baik. Hal itu semua mengandung penilaian
kan adalah pendekatan deskriptif analitis. karena manusia yang dengan perbuatannya
Menurut (Marantika, 2020) bahwa deskriptif berhasrat mencapai atau merealisasikan nilai.
analitis (descriptive of analyze research), yaitu Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
pencarian berupa fakta, hasil dari ide pemiki- dimiliki manusia untuk melakukan berbagai,
ran seseorang melalui cara mencari, mengana- pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksio-
lisis, membuat interpretasi serta melakukan logi ialah pengetahuan yang menyelidiki hake-
generalisasi terhadap hasil penelitian yang kat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut
dilakukan. Prosedur penelitian ini adalah pandangan kefilsafatan, didunia ini terdapat
untuk menghasilkan data deskriptif yang banyak cabang pengetahuan yang bersang-
berupa data tertulis setelah melakukan kutan dengan masalah-masalah nilai seperti,
analisis pemikiran (content analyze) dari epistemologis, etika dan estetika. Episte-
suatu teks. Setelah penulis mengumpulkan mologi bersangkutan dengan masalah keben-
bahan-bahan yang berhubungan dengan aran, etika bersangkutan dengan masalah
masalah yang akan di bahas dalam penelitian kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan
ini, kemudian penulis menganalisis dan masalah keindahan.
menarasikan untuk diambil kesimpulan. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di
Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang dunia ini terdapat banyak cabang pengetah-
Pengertian Aksiologi, Aksiologi dalam Islam, uan yang bersangkutan dengan masalah-mas-
Teori Nilai, Nilai dan Fakta, Ilmu, dan Pengeta- alah nilai yang khusus seperti epistimologi,
huan. etika dan estetika (Zainiyati, 2015). Epistem-
1. Pengertian Aksiologi ologi bersangkutan dengan masalah kebena-
Aksiologi menurut Bahasa berasal dari ran, etika bersangkutan dengan masalah keba-
bahasa Yunani “axios” yang berarti berma- ikan, dan estetika bersangkutan dengan mas-
nfaat, dan logos yang berarti ilmu pengeta- alah keindahan.
huan atau ajaran. Secara istilah, aksiologi Dari definisi-definisi aksiologi di atas,
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dapat di simpulkan bahwa permasalahan
hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsa- utama adalah mengenai nilai. Nilai yang
fatan. Sejalan dengan itu, maka aksiologi dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas manusia, untuk melakukan berbagai pertim-
dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan bangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang
dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi nilai yang dalam filsafat mengacu kepada
adalah studi tentang hakikat tertinggi dari permasalahan etika dan estetika.
nilai-nilai etika dan estetika (Sumantri, 2005). Etika menilai perbuatan, manusia maka
lebih tepat kalua dikatakan bahwa objek

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 3
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)
formal etika adalah norma-norma, kesusilaan Kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu
manusia. Dapat dikatakan pula menurut terhadap nilai- nilai hanyalah terbatas pada
Kattsoff dalam (Arifudin, 2021) bahwa etika metafisika keilmuwan, sedangkan dalam
mempelajari tingkah laku manusia ditinjau penggunaannya ilmu terletak pada objek
dari segi baik dan tidak baik, di dalam suatu penelitian harus dilandaskan pada asas-asas
kondisi yang normative yaitu, suatu kondisi moral (Satria, 2016). Oleh karena itu, bahwa
yang melibatkan norma-norma. Sedangkan ilmu tidak ada yang benar-benar bebas nilai,
estetika berkaitan dengan nilai tentang tetapi sangat tergantung kepada siapa siapa
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh yang diyakini. Sedangkan aksiologi islam,
manusia terhadap lingkungan dan fenomena memandang bahwa ilmu itu berasal dari Allah
di sekelilingnya. SWT, sang maha pencipta (pemberi Nilai).
Karena nilai kebaikan dan keburukan itu
2. Aksiologi dalam Islam sejatinya adalah dari tuhan untuk manusia.
Aksiologi dalam islam adalah ilmu yang Manusia yang akan memberikan nilai
mempelajari tentang nilai atau etika. Etika terhadap perilaku dan perbuatan.
(Akhlak) merupakan tujuan pokok bagi orang
yang mempelajari ilmu itu sendiri. Sebagian 3. Teori Nilai
lain berpendapat, bahwa ilmu adalah sebagai Nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi
jalan, atau sarana untuk memperoleh etika, seseorang, sesuatu yang menyenangkan, ses-
kemudahan-kemudahan dalam hidupnya di uatu yang dicari, sesuatu yang disukai dan
dunia (Na’im, 2021). Sedangkan Kontowijoyo diinginkan. Pendeknya nilai adalah sesuatu
menyebutkan aksiologi dalam paradigma yang baik (Hamersma, 2006). Lawan dari nilai
islam yaitu ilmu tidak ada yang benar-benar adalah non-nilai atau disvalue. Ada yang
netral. Ilmu pada dasarnya tidak ada yang mengatakan disvalue sebagai nilai negative,
bebas nilai, bisa syarat dengan kepentingan sedangkan sesuatu yang baik adalah nilai
perumusannya dan pembuatnya (Kuntowi- positif (Baqir, 1999). Hans Jonas, seorang
joyo., 2006). Ilmu modern yang selama ini filsuf Jerman-Amerika, mengatakan nilai
sering di klaim sebagai bebas nilai, sehingga sebagai the addresse of a yes. Sesuatu yang
dapat di manfaatkan oleh siapa saja, ternyata ditujukan dengan ya. Nilai adalah sesuatu
tidak lepas dari nilai-nilai yang dianut oleh yang kita iya-kan tau yang kita aminkan. Nilai
penganutnya, seperti filsafat barat. selalu memiliki konotosi yang positif.
Dalam konstruksi keilmuan islam, ilmu Ada tiga ciri yang dapat kita kenali dengan
bekerja dalam bingkai paradigma islam itu nilai, yaitu nilai yang berkaitan subjektif,
sendiri, dimana ilmu bersumber langsung dari praktik, dan sesuatu yang ditambahkan pada
teks wahyu Al-quran. Maka nilai etis yang objek. Pertama , nilai berkaitan dengan
terkandung dalam ilmu keislaman berada subjek. Artinya nilai itu berkaitan dengan
dalam bingkai etika-moral yang sangat erat. kehadiran manusia sebagai subjek. Kalo tidak
Karena misi kenabian Muhammad SAW manusia yang memberi nilai, nilai itu tidak
adalah membangun etika-moral (akhlak). akan pernah ada. Tanpa kehadiran manusia
Kontowiyowo menyebut Etika-Moral dengan pun, kalau Meletus ya tetap Meletus.
etika Profetik. Nilai etika profetik itu sendiri Alasannya sekarang Ketika Gunung Merapi
berasal dari akhlak Nabi Muhammad SAW dan Meletus misalnya, apakah itu sesuatu yang
sumbernya adalah wahyu allah SWT “indah” ataukah “membahayakan” bagi kehid-
(Kuntowijoyo., 2006). upan manusia (Baqir, 1999). Kesemuanya itu
Oleh karena itu, ada perbedaan pendapat tetap memerlukan kehadiran manusia untuk
tentang aksiologi dalam pandangan Barat dan memberikan penilaian.
Islam. Pertama, menginginkan bahwa ilmu Dalam hal ini subjektivitas memang
harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik bergantung, semata-mata pada pengalaman
secara ontology maupun aksiologi. Dalam hal manusia. Kedua nilai dalam konteks praktis
ini, ilmuwan Barat adalah menemukan penge- yaitu subjek ingin membuat sesuatu, seperti
tahuan dan terserah pada orang lain untuk lukisan, gerabah dan lain-lain. Ketiga berk-
mempergunakannya, apakah ilmu tersebut aitan dengan nilai tambah pada objek. Nilai
digunakan untuk tujuan baik datau untuk tambah itu dapat berupa budaya, estetis,
tujuan buruk. kewajiban, kesucian, kebenaran, maupun yang
lainnya (Baqir, 1999). Bisa jadi objek yang

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 4
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)
sama akan memiliki nilai yang berbeda-beda 2014). Pertimbangan fakta dan pertimbangan
bagi perbagai subjek. nilai tidak dapat dipisahkan, diantara kedua-
Perbedaan antara nilai sesuatu itu nya karena saling mempengaruhi. Sifat-sifat
disebabkan sifat nilai itu sendiri. Nilai bersifat benda yang dapat diamati juga termasuk
ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah dalam penilaian. Jika fakta berubah, maka
suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra. penilaian kita berubah, ini berarti pertimba-
Tingkah laku perbuatan manusia atau sesuatu ngan nilai dipengaruhi oleh fakta.
yang mempunyai nilai itulah yang dapat Fakta itu sebenarnya netral, tetapi
ditangkap oleh indra karena ia bukan fakta manusialah yang memberikan nilai kedalam-
yang nyata. Jika Kembali kepada ilmu annya, sehingga ia mengandung nilai. Namun
pengetahuan, kita akan membahas masalah bagaimanakah kriteria benda atau fakta itu
benar dan tidak benar (Riyanto, 2013). mempunyai nilai. Nilai dapat dibagi menjadi
Keben- aran adalah persoalan logika dimana dua yaitu nilai etika dan nilai estetika. Nilai
persoa- lan nilai adalah persoalan etika termasuk cabang filsafat yang membica-
penghayatan, peras- aan dan kepuasan. rakan perbuatan manusia dan memandang-
Ringkasan persoalan nilai, bukanlah nya dari sudut baik dan buruk.
membahas kebenaran dan kesala- han (benar Adapun cakupan dari nilai etika adalah
dan salah) akan tetapi masalahnya ialah soal ukuran perbuatan yang baik yang berlaku
baik dan buruk, senang atau tidak senang. secara universal bagi seluruh manusia, apakah
Masalah kebenaran memang tidak terlepas dasar yang dipakai untuk menentukan adanya
dari nilai, tetapi nilai adalah menurut logika. norma-norma universal tersebut, apakah yang
Teori nilai adalah menyelesaikan masalah dimaksud dengan pengertian baik dan buruk
etika dan estetika. Teori nilai dalam filsafat dalam perbuatan manusia, apakah yang
mengacu pada permasalahan etika dan dimaksud dengan kewajiban dan apakah
estetika. Etika memiliki dua arti yaitu kumpu- implikasi suatu perbuatan baik dan buruk
lan pengetahuan mengenai penilaian terhadap (Abidin, 2015). Nilai etika diperuntukan pada
perbuatan manusia, dan predikat yang dipakai manusia saja, selain manusia (binatang,
untuk membedakan perbuatan, tingkah laku benda, alam) tidak mengandung nilai etika,
atau yang lainnya (Muslih, 2016). Nilai itu karena itu tidak mungkin dihukum baik dan
bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat buruk, salah atau benar.
subjektif. Dikatakan objektif, jika nilai-nilai Adapun estetika merupakan nilai-nilai
tergantung pada subjek atau kesadaran yang yang berhubungan dengan kreasi seni, dan
menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pengalaman-pengalaman yang berhubungan
pada objeknya, bukan pada subjek yang dengan seni atau kesenian (Bairizki, 2021).
melakukan penilaian. Kadang estetika diartikan sebagai filsafat seni
Kebenaran tidak tergantung pada kebena- dan kadang-kadang prinsip yang berhubu-
ran pada pendapat individu melainkan pada ngan dengan estetika dinyatakan dengan
objektivitas fakta. Sebaliknya nilai menjadi keindahan. Syarat estetika terbatas pada ling-
subjektif, apabila subjek berperan dalam kungannya, disamping juga terikat dengan
memberi penilaian; kesadaran manusia men- ukuran-ukuran etika. Etika menuntut supaya
jadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian yang bagus itu baik. Lukisan seni dapat
nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai mengandung nilai estetika, tetapi akal sehat
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, menolaknya, karena tidak ada etika. Sehingga
sperti perasaan yang akan mengasah kepada kadang orang mementingkan nilai panca
suka atau tidak suka, senang atau tidak indera dan mengabaikan nilai rohani. Orang
senang. hanya mencari nikmat tanpa mempersoalkan,
apakah ia baik atau buruk. Nilai estetika tanpa
4. Nilai dan Fakta diikat oleh ukuran etika dapat berakibat
Ada perbedaan antara pertimbangan fakta mudarat kepada estetika dan dapat merusak.
berbentuk kenyataan, ia dapat ditangkap
dengan panca indra, sedang nilai hanya dapat 5. Ilmu
dihayati walaupun para filosof berbeda Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang
pandangan tentang definisi nilai, namun pada telah teruji kebenarannya secara ilmiah. ilmu
umumnya menganggap bahwa nilai adalah merupakan suatu aktifitas tertentu yang
pertimbangan tentang penghargaan (Muslih, menggunakan metode tertentu untuk meng-

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 5
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)
hasilkan pengetahuan tertentu. Dari dua peng- yang mungkar, bahkan manusia dituntut
ertian di atas dapat disimpulkan bahwa: ilmu supaya menegakkan keadilan dan member-
adalah kumpulan dari pengetahuan yang antas segala kejahatan
diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah
yang hasilnya dapat d ipertanggungjawabkan 6. Pengetahuan
secara ilmiah. Pengetahuan adalah gejala tahunya, secara
Dalam islam, Al-Maududi (1967) dalam bagian perbagian, seseorang baik bersumber
bukunya Islamic Way of life menejelaskan,' dari dirinya sendiri maupun orang lain meng-
kehidupan manusia harus bersinergi antara enai sesuatu dan dasar sesuatu itu
hidup di dunia dan akhirat. Dimana dalam way (Poedjawijatna, 2004). Segala sesuatu yang
of Lift, bahwa sistem normal Islam itu diketahui manusia disebut pengetahuan.
kehidupan di dunia manusia harus berkaitan Pengetahuan pada hakekatnya merupakan
dengan agama. Manusia memiliki ciri-ciri yang segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
komprehensif, yang senantiasa mengabdikan objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah
diri kepada Allah sebagai hamba-Nya untuk ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari penge-
memperoleh ridha untuk kebahagiaan kelak tahuan yang diketahui oleh manusia disam-
(Al-Maududi, 1996). ping berbagai pengetahuan lain seperti seni
Oleh sebab itu, ilmu harus memandang, dan agama, secara aksiologi pengetahuan
bahwa tujuan ilmu sama dengan tujuan yang dimiliki manusia yang berupa ilmu itu
agama, yaitu untuk kesejahteraan umat man- digunakan untuk kepentingan manusia dalam
usia. Karena ilmu memiliki perhatian besar rangka memenuhi kebutuhan manusia yang
terhadap pendidikan jiwa manusia dan terus bertambah sesuai perkembangan
pertumbuhannya, serta menghendaki kepri- zaman.
badian yang luhur. Dan bahwa orang yang
mencari ilmu adalah sama dengan mencari IV. SIMPULAN DAN SARAN
hakekat (kebenaran) (Suriasumantri, 2000), A. Simpulan
Ciri-ciri manusia lain tersebut antara lain Berdasarkan pemaparan pada penelitian
sebagai berikut: ini dapat disimpulkan bahwa tidak bisa dipun-
a) Kebahagiaan Allah adalah tujuan hidup gkiri bagi manusia bahwa kegunaan ilmu
Muslim, sumber standar moral yang tinggi terhadap kehidupan manusia sangat penting
dan cara evaluasi moral manusia. Sikap dan memberikan pencerahan. Aksiologi seba-
mencari keridhaan Allah memberikan gai produk dari ilmu pengetahuan telah
sanksi moral untuk mencintai dan meng- banyak mengubah kehidupan manusia di
hormatinya, yang pada gilirannya mendo- bumi. Ilmu pengetahuan tidak ada yang bebas
rong orang untuk mematuhi hukum moral nilai, karena sesungguhnya yang pelajari dari
tanpa paksaan dari luar. Berdasarkan dari ilmu pengetahuan berasal dari tatanilai
keyakinan kepada Allah dan Hari Penghak- dan etika manusia. Penerapan ilmu pengeta-
iman, manusia dipaksa untuk mengikuti huan sangat terkait dengan aspek moral, dan
bimbingan moral dengan sungguh-sungguh etika, nilai. Islam memandang ilmu pengeta-
dan jujur, sambil dengan tulus menaati huan tanpa etika dan moral laksana orang
Allah. yang berjalan tanpa arah. Karena kehadiran
b) Semua lingkup kehidupan manusia senant- islam itu sendiri untuk menyempurnakan
iasa ditegakkan di atas moral Islami, sehin- ahlak manusia yan awalnya tidak bermoral,
gga moral tersebut berkuasa penuh atas menjadi orang yang bermoral, manusia yang
semua urusan. Hawa nafsu clan kepenti- sempurna dari sifat dan pikirannya. Moral
ngan pribadi tidak diberi kesempatan atau nilai berasal dari Agama, sementara ilmu
untuk menguasai kehidupan manusia. pengetahuan mempelajari alam semesta
Moral Islam mementingkan keseim bangan dengan konotasi fisik. Relasi antara ilmu
dalam semua aspek kehidupan: individual pengetahuan dan agama sangat terkait karena
maupun social. terciptanya alam semesta dari Allah Swt yang
c) Islam menuntut manusia agar melaksana- disebut transcendental atau metafisik (ghaib).
kan sistem kehidupan yang berdarkan atas Tuhan itu nyata meskipun tidak bisa diraba
norma-norma kebajikan clan jauh dari dan dilihat, tetapi adanya alam semesta ini
kejahatan. Islam memerintahkan perbua- bukti adanya Tuhan. Oleh karena itu, filsafat
tan yang ma'nifdan mengatahui perbuatan barat dan filsafat islam sangat berbeda.

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 6
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)
Karena objek kajiannya berbeda, filsafat islam Artikel Ilmiah Bagi Mahasiswa. Jurnal Karya
mengenal fisik, sistematis, metafisik, semen- Abdi Masyarakat, 5(2), 213–220.
tara filsafat barat bersumber kepada fisik dan
sistematis semata. Sehingga filsafat islam Irwansyah, R. (2021). Perkembangan Peserta
lebih kaya dalam khazanah ilmu penetahuan Didik. Bandung : Widina Bhakti Persada.
dari pada filsafat barat.
Jama. (2008). Filsafat Ilmu. Padang: Program
B. Saran
Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Pembahasan terkait penelitian aksiologi
ilmu pengetahuan dan keislaman dalam pene-
Juhji. (2020). Manajemen Humas Sekolah.
litian ini masih sangat terbatas dan membu-
Bandung: Widina Bhakti Persada.
tuhkan banyak masukan. Saran untuk penulis
selanjutnya adalah mengkaji lebih dalam dan
secara komprehensif terkait aksiologi ilmu Kuntowijoyo. (2006). Islam Sebagai Ilmu:
pengetahuan dan keislaman. Epistemologi, Metodologi, dan Etika.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
DAFTAR RUJUKAN
Abidin. (2015). Filsafat ilmu keislaman Marantika, N. (2020). Manajemen Humas Sekolah.
integrative. Jurnal Ilmu Ushuludin, 13(5), 5– Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.
17.
Muslih. (2014). Pengantar Ilmu Filsafat.
Al-Maududi. (1996). Islamic Way of life. Lahore: Ponorogo : Darussaam University Press.
Islamic Publication.
Muslih. (2016). Filsafat Ilmu, Kajian atas asumsi
Arifudin, O. (2020). Psikologi Pendidikan dasar, paradigma dan kerangka teori ilmu
(Tinjauan Teori Dan Praktis). Bandung : pengetahuan. Yogyakarta: LESFI.
Widina Bhakti Persada.
Na’im, Z. (2021). Manajemen Pendidikan Islam.
Arifudin, O. (2021). Media Pembelajaran Bandung : Widina Bhakti Persada.
Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung :
Widina Bhakti Persada. Nasser, A. A. (2021). Sistem Penerimaan Siswa
Baru Berbasis Web Dalam Meningkatkan
Arifudin, O. (2019). Manajemen Sistem Mutu Siswa Di Era Pandemi. Biormatika:
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Sebagai Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Upaya Meningkatkan Mutu Perguruan Pendidikan, 7(1), 100–109.
Tinggi. MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 3(1), 161–169. Poedjawijatna. (2004). Pengantar ke Ilmu dan
Filsafat. Jakarta : Rineka Cipta.
Bahri, A. S. (2021). Pengantar Penelitian
Pendidikan (Sebuah Tinjauan Teori dan Rahayu, Y. N. (2020). Program Linier (Teori Dan
Praktis). Bandung : Widina Bhakti Persada. Aplikasi). Bandung : Widina Bhakti Persada.

Bairizki, A. (2021). Manajemen Perubahan. Riyanto. (2013). Integrasi-Interkoneksi Keilmuan;


Bandung : Widina Bhakti Persada. Biografi Intelektual M. Amin Abdullah (1953-
...) Person, Knowledge, and Institution.
Baqir. (1999). Falsafatuna terhadap Belbagai Yogyakarta: SUKA Press.
Aliran Filsafat Dunia, Cet. VII. Bandung:
Mizan. Satria. (2016). Hakikat ilmu: Ontologi,
Epistimologi dan Aksiologi. Jurnal UINSU,
Hamersma. (2006). Pintu Masuk ke Dunia 3(3), 5–112.
Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan
Hanafiah, H. (2021). Pelatihan Software (Pendekatan Kuantitatif,. Kualitatif dan
Mendeley Dalam Peningkatan Kualitas R&D). Bandung : CV. Alfabeta.

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 7
JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan (2614-8854)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2022 (218-225)
Sumantri. (2005). Filsafat ilmu, sebuah pengantar Zainiyati. (2015). Landasan Fondasional
popular. Jakarta: Sinar harapan. Integrasi Keilmuan di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang dan UIN Sunan Ampel
Suriasumantri. (2000). Filsafat Ilmu Sebuah Surabaya. Islamica: Jurnal Studi Keislaman.,
Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar 3(1), 78–88.
Harapan.

Tanjung, R. (2021). Kompetensi Manajerial


Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Sekolah Dasar. JIIP-Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(4), 291–296.
https://doi.org/10.54371/jiip.v4i4.272

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 8

Anda mungkin juga menyukai