TEACHING LABORATORY
PENDIDIKAN KOMPETENSI UMUM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEMESTER GENAP 2023/2024
PRAKATA
Dengan Kurikulum 2020 (K-2020) di Institut Pertanian Bogor dan menyesuaikan dengan
Standar Kerangka Kerja Nasional Indonesia (KKNI), mata kuliah Kimia Sains dan Teknologi
dilengkapi dengan praktikum diberikan kepada mahasiswa Tingkat Pertama di Program
Sarjana S1 IPB (Program Pendidikan Kompetensi Umum, PPKU). Perkuliahan membahas
tentang konsep-konsep dasar dan contoh-contoh aplikasi kimia sedangkan di laboratorium
mahasiswa melakukan praktikum yang dapat meningkatkan ketrampilan dan sekaligus
berlatih menerapkan konsep kimia di dalam laboratorium.
Penuntun praktikum Kimia PPKU ini disusun berdasarkan pada percobaan-percobaan yang
mendukung pokok bahasan yang diberikan dalam kuliah kimia. Isi penuntun praktikum
terdiri atas materi Pengenalan Peralatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium, Pengenalan
Bahan Kimia, Pembuatan Larutan, Ikatan Kimia: Ionik dan Kovalen, kinetika kimia, Polimer,
Hukum Gas, Sublimasi Iodin, Asam Basa Larutan Penyagga (Bufer), Kesetimbangan Kimia,
Model Molekul, dan Reaksi Redoks.
Diharapkan penuntun praktikum ini dapat membantu dan menjadi buku pegangan para
mahasiswa Programdalam mengikuti mata kuliah Kimia Sains dan Teknologi.
LATAR BELAKANG
I. Indikator
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warna jika pH lingkungan berubah.
Indikator asam-basa merupakan asam atau basa lemah. Kegunaan dari suatu indikator
tergantung pada kenyataan bahwa indikator dalam bentuk asam (Hind) mempunyai warna
yang berbeda saat dalam bentuk basa konjugasinya (Ind−). Sebagai contoh indikator
fenolftalein (PP) memiliki warna Hind tidak berwarna dan warna Ind − merah muda. Hal itu
berarti bahwa fenolftalein di dalam suasana asam tidak berwarna dan dalam suasana basa
berwarna merah muda.
Konsentrasi Hind atau Ind− berhubungan dengan kesetimbangan yang melibatkan Hind
dan Ind− serta tergantung pada:
a. Keasaman atau kebasaan
Dalam larutan asam kesetimbangan indikator adalah
Letak kesetimbangan dapat digeser ke arah kanan dengan penambahan asam. Jika basa
ditambahkan, konsentrasi akan berkurang dan kesetimbangan bergeser ke arah kiri. Ini
akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi dan warna Ind−.
3
b. Kekuatan relatif dari asam Hind dan basa konjugasi Ind−
Warna larutan pada setiap nilai pH tergantung pada kekuatan relatif Hind sebagai asam
dan Ind− sebagai basa. Jika Hind merupakan asam yang relatif kuat, warna larutan akan
menjadi warna dari basa lemah Ind- sampai larutan menjadi agak asam dan sebaliknya.
Ind− + H3O+ ⇌ Hind + H2O
Warna 1 Warna 2
Jika Hind merupakan asam kuat, kesetimbangan akan bergeser ke kiri hingga H3O+ cukup
tinggi untuk menggeser kesetimbangan ke kanan. Selama konsentrasi Ind − lebih besar
dibandingkan dengan Hind maka larutan akan menjadi warna Ind−, begitu pula sebaliknya.
Jika alasan di atas dimengerti, dengan mudah pula dapat dipahami bagaimana suatu
indikator berubah warna pada nilai pH tertentu atau kisaran pH yang kecil. Hal ini
merupakan pH saat konsentrasi H3O+ atau OH− cukup tinggi untuk menggeser
kesetimbangan dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Beberapa jenis indikator organik dapat
dilihat di Tabel 10.1
Timolftalein 9,4 – 10,6 Tak berwarna→Biru Tak berwarna (<9,4) Biru (>10,6)
Alizarin Kuning 10,1–12,0 Kuning→Merah Kuning (<10,1) Merah (>12,0)
4
jumlah mol titran. Anda harus memastikan bahwa mengakhiri titrasi ketika titik ekivalen tepat
sama atau sudah terlampaui oleh titik akhir (dari perubahan warna indikator).
PROSEDUR PERCOBAAN
I. Indikator
1. Sebelum menentukan kisaran pH indikator, kita perlu memeriksa perubahan warna
indikator tersebut. Siapkan tiga buah tabung reaksi yang bersih. Masukkan larutan
HCl 0,1 M, akuades, dan NaOH 0,1 M ke dalam masing-masing tabung reaksi hingga
volume kira-kira seperlima tabung reaksi. Untuk keperluan ini Anda bisa menguji
beberapa indikator sesuai dengan arahan asisten/penanggung jawab.
2. Tambahkan ke dalam tiap tabung tersebut 2 tetes indikator dan catat perubahan
warnanya. Berdasarkan pengamatan Anda, dapat ditentukan letak perubahan warna
indikator apakah dalam keadaan asam atau basa.
3. Siapkan 2 gelas piala ukuran 100 mL atau 125 mL yang berisi 90 mL akuades. Lalu
tambahkan indikator yang sudah Anda periksa perubahan warnanya sebanyak 5−7
tetes ke dalam masing-masing gelas piala. Indikator yang digunakan sama jenisnya
dengan yang Anda gunakan pada poin 2.
4. Pada gelas pertama, tambahkanlah HCl tetes demi tetes sambil sesekali diaduk
sampai warna berubah sesuai dengan poin 1. Ukur pH larutan yang Anda dapatkan
(menggunakan indikator universal).
5. Pada gelas kedua, tambahkan NaOH tetes demi tetes sampai warna sesuai dengan
poin 2. Ukur pH larutan (menggunakan indikator universal) yang Anda dapatkan.
6. Ulangi tahap 1–5 untuk indikator lain dan catat perubahan warna beserta dengan
pH terukur.
II. Titrasi Asam Basa
1. Pipet 10 ml larutan asam HCl 0,1 M ke dalam Erlenmeyer.
2. Masukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam buret, penuhi cerat buret, dan catat
meniskus awal.
3. Tambahkan indikator brom timol biru (BTB) 3 tetes ke dalam larutan HCl 0,1 M di
Erlenmeyer.
4. Catat warna awal indikator.
5. Titrasi dengan NaOH sampai warna berubah permanen.
6. Catat meniskus akhir dan amati perubahan warna yang terjadi!
7. Hitung konsentrasi asam/basa hasil titrasi!
Perhatian: Semua limbah bekas percobaan I dan II dimasukan ke dalam 1 wadah kontainer
limbah yang sudah disediakan