Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Praktikum


 Menentukan daerah perubahan warna suatu indikator.
 Menentukan ph suuatu larutan dengan menggunakan indikator universal
 Menentukan ka suatu asam yang diketahui pH dan konsentrasinya
 Membandingkan harga pH suat larutan dengan menggunakan indicator
universal

I.2 Dasar Teori


Air merupakan pelarut yang sering digunakan. Hal ini dikarenakan
selain air bersifat basa (menerima proton), seperti persamaan :
H+ + H2O H3O+
Air juga dapat bersifat asam, yaitu memberi proton dengan
persamaan:
H2O H+ + OH-
Sehingga air dikatakan bersifat asam dan basa ( amfoter ). Sedangkan
kesetimbangan untuk ionisasi air adalah :
[𝐻 + ][𝑂𝐻 − ]
Ka = [𝐻2 𝑂]

Ka (H2O) memiliki harga yang tetap, pada suhu tetap dan dikenal
sebagai terapan air atau Kw = [H+] [OH-]
Perbandingan molekul air yang terionisasi seperti pada persamaan :

Sangat kecil, sehingga konsentrasi air H2O dapat dikatakan konstan. Maka
diperoleh persamaan :
Ka . H2O = [H+] [OH-]
Untuk mengukur penentuan pH dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu dengan menggunakan alat pH meter dan kertas indikator universal.
Namun yang digunakan adalah kertas indikator universal.
I.2.1 Penentuan pH dan Ka Suatu Larutan
PH adalah istilah yang sering digunakan untuk mengukur derajat
keasaman suatu larutan. PH juga dapat diartikan exponent miqrogen.
Besarnya pH dirumuskan logaritma dari konsentrasi [H+] dengan tanda (-).
Rumus pH = - log [H+]
Ka adalah harga yang diberikan untuk tetapan kesetimbangan asam
dan merupakan ukuran kekuatan asam. Untuk asam kuat harga Ka antara 103
sampai dengan 10-2, sedangkan asam lemah memiliki harga Ka lebih kecil (
103 … dst ). Dari reaksi ionisasi asam lemah CH3COOH <--> CH3COO- + H+
Sehingga rumusnya :

Ketentuan pH antara lain :


 Larutan bersifat Netral, apabila memiliki pH = 7
 Larutan bersifat asam, apabila memiliki pH < 7
 Larutan bersifat basa, apabila memiliki pH > 7

I.2.2 Asam
Asam ( yang sering diwakili dengan rumus HA ) secara umum
merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Terdapat tiga definisi yang umum
diterima dalam kimia :
 Arrhenius : menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang
meningkatkan konsentrasi ion hydronium ( H3O+ ) ketika dilarutkan
dalam air.
 Bronsted-Lowry : menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton
kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan
asam – basa konjugat.
 Lewis : menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan electron
dari basa. Definisi ini dapat mencakup asam yang tidak mengandung
hydrogen atau proton yang tidak dapat dipindahkan.
Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat member proton (
ion H+) kepada zat lain ( yang disebut basa ), atau dapat menerima pasangan
electron bebas dari suatu basa.
1. Asam Kuat
Asam kuat adalah asam yang dapat terionisasi 100 % dalam air.
Asam kuat memiliki derajat ionisasi 1. Coontoh asam kuat : asam korida
(HCl), asam bromide (HBr), asam Yodida (HI), asam nitrat (HNO3), asam
sufat (H2SO4), asam korat (HClO3), asam perklorat (HClO4). HCl dikatakan
asam kuat karena jumah HCl-nya lebih kecil dari jumlah H+.
2. Asam Lemah
Asam lemah adalah asam yang tidak dapat terionisasi dengan
sempurna sebagian besar asam organic adalah asam lemah. Contoh asam
lemah : Asam Florida (HF), Asam Sianida (HCN), asam asetat (CH3COOH),
asam sulfide (H2S), asam karbonat (H2CO3), asam sulfit (H2SO3), asam
pospat (H3PO4).

I.2.3 Basa
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditunjukkan untuk
unsure / senyawa kimia yang memiliki pH ebih dari 7. Kaustik merupakan
istilah yang digunakan untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat
dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa
tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa
tersebut.
Sifat – Sifat Basa :
 Kaustik
 Rasanya pahit
 Licin seperti sabun
 Niai pH lebih dari 7
 Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
 Dapat menghantarkan arus listrik
1. Basa Kuat
Basa kuat adaah basa yang dapat terionisasi 100% dalam air.
Umumnya basa ini merupakan senyawa yang tersususn dari ion golongan IA
dan IIA dengan ion hidroksida.
Contoh basa kuat : NaOH, Ca(OH)2 , Sr(OH)2 , KOH dan LiOH.
2. Basa Lemah
Basa lemah adaah basa yang tidak dapat terionisasi dengan
sempurna. Contoh basa lemah : Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2) ,
Alumunium Hidroksida (Al(OH)2).

I.2.6 Indikator Asam Basa


Suatu indicator dapat digolongkan sebagai asam lemah yang
berbentuk asam atau basa konjugasinya berwarna sehingga contohnya untuk
indicator HIN yang bersifat asam, daam kesetimbangan konsentrasinya dapat
dituis sebagai berikut :
HIN → H + + IN-
Hal – hal yang dapat menyebabkan indicator asam basa mengubah
warna bila pH lingkungannya berubah antara lain :
 Indikator asam basa – asam organic lemah atau basa organic. Jadi dalam
larutan mengalami kesetimbangan dengan ion.
 Molekul – molekul indicator tersebut mempunyai warna yyang berbeda
dengan ion – ionnya.
 Letakkan trayek pH dan pH tinggi atau pH rendah di tengah tengah
tergantung dari besar kecilnya Ka atau Kb indicator yang bersangkutan.
 Terjadinya trayek merupakan akibat keseimbangan dank arena
kemampuan mata untuk membedakann campuran warna – warni terbatas.
Tabel 1. Pembagian pH larutan dan perbandingan bentuk warna suatu
indikator (Ka = 10-5)
Perbandingan
pH Larutan Warna
[Hln] = [ln-]
1. 10000 : 1 Merah
2. 1000 : 1 Merah
3. 100 : 1 Merah
4. 10 : 1 Merah
5. 1:1 Orange
6. 1 : 10 Kuning
7. 1 : 100 Kuning
8. 1 : 1000 Kuning
(Sumber : Analisis Kimia Kuantitatif)
Trayek pH di tabel meliputi 2 satuan pH, sebab berdasarkan
keseimbangan pengionnya terdapat :
[𝐻 + ][𝐼𝑛− ]
Ka = atau pH = pKa + p[Hln] = {ln-]
[𝐻𝐼𝑛]

Pada batas – batas trayek pH = pKa + 1


Pada batas – batas trayek pH = pKa – 1
∆pH = 2 satuan pH

I.2.7 Larutan Indikator


Larutan indicator adalah larutan kimia yang akan berubah warna
dalam lingkungan tertentu. Karena sifatnya yang dapat berubah warna inilah,
larutan indicator dapat digunakan sebagai alat identifikasi larutan asam dan
basa.
Identifikasi larutan dapat menggunakan enam jenis indicator, yaitu
larutan fenolftalein, metiil orange, timol biru, metil merah, bromo kresol
hijau, dan bromo fenol biru. Larutan indicator ini tidak seperti indicator
lakmus yang mudah penggunaannya. Warna – warna yang terjadi pada
larutan indicator juga dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak suit
diingat.
Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan
fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan
di ingkungan netral, tidak berwarna. Berarti untuk membedakan larutan itu
asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan
fenolftalein.
Berikut adalah tabel trayek pH dan daerah perubahan warna.
Tabel 2. Trayek pH dan Daerah Perubahan Warna
Warna
Indikator Trayek pH
Asam Basa
Timol Biru Merah Kuning 1,2 – 2,8
Metil Orange Merah Kuning 3,1 – 4,4
Metil Merah Merah Kuning 4,2 – 6,2
Bromo Kresol Hijau Kuning Biru 3,8 – 5,4
Bromo Fenol Biru Kuning Biru 3,0 – 4,6
Fenolftalei Tidak Berwarna Merah Muda 8,0 – 9,6
(Sumber : Anaisis Kimia Kuantitatif)

I.2.8 Indikator Universal


Untuk menentukan niai pH suatu zat, tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus, fenolftalein, meti merah, dan indicator –
indicator lain. Karena warnanya sama saja untuk rentang pH yang cukup
besar. Nilai pH dapat ditentukan dengan indicator pH (indicator universal)
yang memperlihatkan warna bermacam – macam untuk tiap nilai pH yang
relative sempit. Indikator universal akan memberikan warna tertentu jika
diteteskan atau dicelupkan ke daam larutan asam atau basa. Warna yang
terbentuk kemudian dicocokkan dengan warna standar yang sudah diketahui
nilai pH-nya. Hal ini karena, indicator universal dilengkapi dengan peta
warna, sehingga kita bisa menentukan nilai pH zat berdasarkan warrna –
warna tersebut.
I.2.9 Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan
yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paing
menonjol dari larutan ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit
pada penambahan sedikit asam kuat.
Disamping itu, arutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk
oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa
lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa
konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen –
komponen pembentuknya.
Secara umum, arutan penyangga digambarkan sebagai campuran
yang terdiri dari :
 Asam lemah ( HA ) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini
menghasilkan larutan bersifat asam
 Basa lemah (B) dn basa konjugasinya ( BH + ), campuran ini menghasilkan
larutan berifat basa.
BAB II
METODOLOGI

II.1 Alat dan Bahan


II.1.1 Alat Yang Digunakan
 Tabung Reaksi Kecil
 Rak tabung
 Pipet tetes
 Pipet ukur 10 ml
 Pipet volume 25 ml
 Bulp
 Labu ukur 100 ml
 Gelas kimia 100, 250, 500 ml
 Ph meter
II.1.2 Bahan Yang Digunakan
 Larutan natrium asetat (CH3COONa) 0,1 N
 Larutan NH4Cl 0,1 N
 Asam asetat (CH3COOH) 0,1 N
 Asam klorida (HCl) 0,1 N
 Air ledeng
 Buffer pH 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
 Indikator metil merah, bromo kresol hijau, bromo fenol blue
 Indikator Universal
II.2 PROSEDUR KERJA
II.2.1 Pengamatan Daerah Perubahan Warna Indikator Asam Basa
 Menyiapkan 30 buah tabung reaksi kecil yang bersih beserta rak
tabung reaksi.
 Memasukan ke dalam 10 buah tabung reaksi kecil masing – masing
2 ml laruan buffer pH 1 sampai 10 ( membubuhi label pada setiap
tabung agar tidak tertukar).
 Ke dalam tabung reaksi yang beisi larutan buffer tambahkan 2 tetes
indikator bromo cresol hijau ke dalam setiap tabung reaksi yang
beisi larutan buffer, diamati dan mencatat perubahan warna yang
terjadi pada larutan buffer.
 Menentukan daerah perubahan warna indikator bromo cresol hijau.
 Dilakukan cara di atas (point 2 – 4) dimana indikator bromo cresol
hijau diganti dengan bromo fenol biru dan metil merah.

II.2.2 Mengukur pH larutan dengan Indikator Univesal


 Memasukan 2 ml larutan cuplikan (air ledeng, larutan NH4Cl 0,1 N,
larutan CH3COONa 0,1 N) ke dalam tabung reaksi kecil dan
tambahkan 2 tetes indikator bromo cresol hjau, dicatat dan amati
perubahan warna yang terjadi.
 Melakukan perkerjaan di atas dengan menggunakan indikator
lainnya (bromo fenol biru dan metil merah)
 Dari warna yang ditunjukan oleh indikator, perkiraan pH cuplikan
sampai satuan pH terdekat dengan membandingkan terhadap warna
larutan yang ditunjukkan oleh buffer yang telah ditambah indikator.
 Melakukan pengukuran pH degan dengan menggunkan idikator
universal. Mencatat harga H cuplikan menurut pengamatan pada
kertas indikator dan pH meter.
 Bandingkan data harga pH dengan kedua metode di atas dengan
pengamatan warna setelah penambahan indikator universal.
II.2.3 Menentukan pH dan Ka Suatu Asam
 Memasukkan 25 ml larutan asam klorida (HCl) 0,1 N ke dalam
gelas kimia 50 ml atau 100 ml.
 Mengukur dan mencatat pH larutan dengan menggunkan indikator
universal.
 Menghitung tetapan kesetimbangan (Ka).
 Membandingkan hasil pengukuran pH larutan dengan
menggunakankertas universal dan pH meter.
 Melakukan cara yang sama (point 1 – 4) dengan mengganti larutan
menjadi HCl 0,01 N , CH3COOH 0,1 N dan CH3COOH 0,001 N.
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN

III.1 DATA PENGAMATAN


III.1.1 Perubahan Warna Indikator Asam Basa
Perubahan warna setelah ditetesi
NO pH
Bromo cresol hijau Bromo fenol blue Metil merah
1 pH 1 Kuning Kuning Merah muda
2 pH 2 Kuning Kuning Merah muda
3 pH 3 Kuning Hijau kekuningan Merah muda
4 pH 4 Hijau tosca Hijau kekuningan Merah muda
5 pH 5 Biru Ungu Merah
6 pH 6 Biru Ungu Orange
7 pH 7 Biru Ungu Kuning
8 pH 8 Biru Ungu Kuning
9 pH 9 Biru Ungu Kuning
10 pH 10 Biru Ungu Kuning

III.1.2 Hasil Perbandingan pH Sebelum Ditetesi Indikator


NO Larutan pH meter pH universal
1 CH3COONa 7,74 7
2 NH4Cl 5,93 6
3 Air ledeng 6,98 6

III.1.3 pH Larutan dengan Indikator Universal


CH3COONa 0,1 N NH4Cl 0,1 N Air ledeng
NO INDIKATOR
Warna pH Warna pH Warna pH
Bromo cresol
1 Biru 7 – 10 Biru 7 - 10 Biru 7 - 10
hijau
2 Bromo fenol blue Ungu 5 – 10 Ungu 5 - 10 Ungu 5 - 10
3 Metil merah Kuning 7 – 10 Merah 5 Kuning 7 - 10

III.1.4 Hasil Penentuan pH dengan larutan yang berbeda konsentrasinya


NO Larutan pH meter Indikator universal
1 HCl 0,1 N 1,53 1
2 HCl 0.01 N 2,36 2
3 CH3COOH 0,1 N 3,11 3
4 CH3COOH 0,01 N 3,57 3

III.2 HASIL PERHITUNGAN


 Ka HCl 0,1 N : 2,95 × 10-2
 Ka HCl 0,01 N : 4,3651 × 10-3
 Ka CH3COOH 0,1 N : 60,2548 × 10-7
 Ka CH3COOH 0,01 N : 7,2441 × 10-6

III.3 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan daerah perubahan
warna suatu indikator menentukan pH suatu larutan dengan menggunakan
indikator universal, menntukan Ka suatu asam yang diketahui pH dan
konsentrasinya, dan membandingkan harga pH suatu larutan dengan
menggunakan indikator univesal.
Dalam praktikum ini digunakan beberapa indikator yaitu bromo cresol
hijau, bromo fenol blue, dan metil merah, indikator universal dan pH meter.
Padapraktikum ini hal pertam yang dilakukan mengamati perubahan warna pada
larutan buffer yang ditetesi beberapa indikator, yaitu CH3COONa 0,1 N, NH4Cl
0,1 N dan air ledeng. Larutan buffer berubah warna setelah diberi indikator karena
terjadi ionisasi indikator terhadap larutan buffer. Pengujian sampel bertujuan
untuk membandingkan pH sampel dengan indikator universal, indikator asam
basa, dan pH meter.
Pada pengujian dengan menggunakan CH3COONa nilai pH
menggunakan indikator universal 7, menggunakan pH meter 7,74 dan indikator
asam basa untuk indikator bromo cresol hijau pH 7 – 10, bromo fenol blue pH 5 –
10, dan metil merah pH 7 – 10. Pada sampel NH4Cl nilai pH menggunakan
indikator universal 6, menggunakan pH meter 5,93 dan indikator asam basa untuk
indikator bromo cresol hijau pH 7 – 10, bromo fenol blue pH 5 – 10, dan metil
merah pH 5. Pada sampel air ledeng nilai pH menggunakan indikator universal 6,
menggunakan pH meter 6,98 dan indikator asam basa untuk indikator bromo
cresol hijau pH 7 – 10, bromo fenol blue pH 5 – 10, dan metil merah pH 7 – 10.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari setiap sampel larutan
diperoleh nilai pH yang akurat dengan menggunakan pH meter karena
mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dibandingkan dengan indikator
universal, hal ini disebabkan karena indikator universal yang merupakan
gabungan dari beberapa indikator yaitu metil jingga (trayek: 2,9 – 4,0), metil
merah (trayek: 4,2 – 6,3), bromo timol biru (trayek: 6,0 – 7,6) dan fenolftalein
(8,3-10,0) indikator – indikator itu memberi warna yang berbeda tergantung pada
pH larutan ini menunjukan bahwa indikator universal hanya dapat menunjukan
hasil yang sama dengan indikator senyawa tertentu. Jika dibandingkan hasilnya
memiliki keakuratan yang cukup bagus yaitu hanya satu angka. Sedangkan jika
dibadingkan dengan indikator asam basa menghasilkan nilai pH yang berbeda-
beda. Terjadi trayek merupakan akibat keseimbangan, hasil yang diperoleh pada
indikator asam basa tidak akurat karena menggunkan perbedaan warna dengan
kata lain kemampuan untuk membedakan warna itu terbatas.
Kemudian praktikum dengan tujuan menentukan Ka (konsentrasi asam)
pada suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Berdasarkan pengamatan
pH larutan HCl yang konsentrasinya tinggi memiliki harga Ka yang tinggi, begitu
juga dengan sampel larutan CH3COOH.
Hubungan H+ dengan harga Ka adalah semakin kuat suatu asam maka
reaksi kesetimbangan akan condong ke kanan. Harga ka mencerminkan kekuatan
asam.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 KESIMPULAN
1. - Indikator bromo cresol hijau berwarna kuning pada pH 1 – 3, berwarnaa
hijau tosca pada pH 4, berwarna biru pada pH 5 – 10
- Indikator bromo fenol blue berwarna kuning pada pH 1 – 2, berwarna
hijau kekuningan pada pH 3, berwarna ungu kemerahan pada pH 4,
berwarna ungu pada pH 5 – 10.
- Indikator Metil merah berwarna pink pada pH 1- 4 , berwarna merah
pada pH 5, berwarna orange pada pH 6, berwarna kuning pada pH 7 – 10.
2. Setiap sampel larutan diperoleh nilai pH yang akurat dengan
menggunakan pH meter karena mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi
dibandingkan dengan indikator universal.
3. pH larutan HCl yang konsentrasinya tinggi memiliki harga Ka yang tinggi,
begitu juga dengan sampel larutan CH3COOH.
 Ka HCl 0,1 N : 2,95 × 10-2
 Ka HCl 0,01 N : 4,3651 × 10-3
 Ka CH3COOH 0,1 N : 60,2548 × 10-7
 Ka CH3COOH 0,01 N : 7,2441 × 10-6

VI.2 SARAN
1. Lebih teliti memperhatikan prosedur kerja
2. Melakukan penetuan pH dengan menggunakan indicator universal
terlebih dahulu lalu dengan menggunakan larutan indicator asam – basa.
3. Memastikan alat yang digunakan dalam praktikum bersih
DAFTAR PUSTAKA

Day, R., A., dan Underwood, A., L., 2002, “Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam”, Jakarta : Erlangga
Sutresna, N., 2007, “Cerdas Belajar Kimia Untuk Kelas XI”, Bandung : Grrafindo
Media Pratama

LAMPIRAN
PERHITUNGAN
 Menentukan Ka dari larutan HCl 0,1 N
pH HCl 0,1 N = 1,53

pH = - log [ H+]
1,53 = - log [H+]
[H+] = 2,95 × 10-2
[𝐻 + ][𝐶𝑙 − ]
Ka =
[𝐻𝐶𝑙]

[2,95 𝑥 10−2 ][0,1]


=
[0,1]

= 2,95x10−2

 Menetukan Ka dari larutan HCl 0,01 N


pH HCl 0,01 N = 2,36

pH = - log [H+]
2,36 = - log [H+]
[H+] = 4,3651 × 10-3
[𝐻 + ][𝐶𝑙 − ]
Ka =
[𝐻𝐶𝑙]

[4,3651 𝑥 10−3 ][10−2 ]


=
[10−2 ]

= 4,3651x10−3

 Menentukan Ka CH3COOH 0,01 N


pH CH3COOH 0,1 N = 3,11
pH = - log [H+]
3,11 = - log [H+]
[H+] = 7,7624x10-4

[𝐻 + ]2
Ka =
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]

[7,7624 𝑥 10−4 ]2
=
[10−1 ]

= 60,2548x10−7

 Menentukan Ka CH3COOH 0,01 N


pH CH3COOH 0,01 N = 3,57

pH = - log [H+]
3,57 = - log [H+]
[H+] = 2,6915x10-4

[𝐻 + ]2
Ka =
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]

[2,6915 𝑥 10−4 ]2
=
[10−2 ]

= 7,2441x10−6

Anda mungkin juga menyukai