Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

SLOKA YANG BERKAITAN DENGAN SUSILA/ETIKA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Ni Made Sumartining

NIM : (23031110010)

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA HINDU NEGRI GDE PUDJA MATARAM
FAKULTAS DHARMA ACARYA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
2024
Bhagavad gita
BAB XVII. Sloka 15

Anudvega karam vakyam


satyam priya hitamca yat
svadhyayabhyasanam caiva
van mayam tapa ucyate

Artinnya :
Kata-kata yang tidak menyebabkan perasaan orang lain terganggu, jujur,
menyenangkan dan mengandung kebaikan serta kata-kata yang dipergunakan untuk
belajar serta mempraktekkan pembacaan kitab suci veda, semua itu dikatakan
pertapaan kata.

Analisa :

Pertapaan kata merupakan praktik menggunakan kata-kata yang tidak menyebabkan


perasaan orang lain terganggu, jujur, menyenangkan, dan mengandung kebaikan. Ini
juga mencakup kata-kata yang digunakan untuk belajar dan mempraktekkan
pembacaan kitab suci Weda. Ini adalah praktik yang mendalam dan bermakna untuk
mencapai pemahaman yang lebih dalam dan kedamaian batin.
Bhagavat Gita
BAB XVIII. Sloka 53

Ahamkaram balam darpam


Kamam krodham parigraham
Vimucya nirmamah santo
Brahmabhuyaya kalpate

Artinnya :
Membuang jauh-jauh egoismu, kekerasan, keangkuhan nafsu, amarah, dan harta
kekayaan, suka bersosialisasi dan memiliki ketenangan pikiran ialah yang patut
menjadi satu dengan brahman.

Analisa :
Dalam pencarian kedamaian batin, menghapuskan egoisme, kekerasan, keangkuhan,
nafsu, amarah, dan obsesi terhadap kekayaan materi sangat penting. Sebaliknya,
memiliki kecenderungan untuk bersosialisasi dan mencari kedamaian pikiran adalah
jalan yang tepat untuk menyatukan diri dengan Brahman, pencapaian tertinggi dalam
keberadaan menurut ajaran Weda.
Manawa Dharmasastra
Sloka 161

Narumtudah syad arto’pi na


Paradroha karmadhih
Yayasyodvijate vaca
Nalokyam tamudarayet

Artinnya :
Meski marah atau sedih janganlah memakai kata kasar, janganlah menyakiti orang
lain dalam pikiran, jangan berkata yang memyebabkan orang lain takut hal itu dapat
menghalanginnya mencapai sorga.

Analisa :
Dalam menghadapi emosi, seperti kemarahan atau kesedihan, penting untuk
mengontrol diri dan tidak menggunakan kata-kata kasar atau menyakiti orang lain
dengan pikiran kita. Berkata-kata yang menakutkan dapat menghalangi seseorang dari
mencapai kedamaian batin atau surga. Oleh karena itu, penting untuk selalu berbicara
dengan penuh kebaikan dan empati.
Sarasamuccaya
sloka 120 disebutkan sebagai berikut

Vàkûàyakà vadanànniûpatanti yairàhatah ûocati ratryahàni,


parasya và marmasu te patanti tasmàddhiro nàvasåjet pareûu.
Ikang ujar ahala – tan pahi lawan hru, songkabnya sakatempuhan denya juga alara,
rêsêp ri hati, tatan keneng pangan turu ring
rahina wengi ikang wang denya, matangnyan tan inujaraken ika de sang dhira purusa,
sang ahning maneb manah nira.

Terjemahan :
Perkataan yang mengandung maksud jahat tiada beda dengan anak panah, yang
dilepaskan setiap orang ditempuhnya merasa sakit perkataan itu meresap kedalam
hati, sehingga menyebabkan tidak bisa makan dan tidur pada siang dan malam hari,
oleh sebab itu tidak diucapkan perkataan itu oleh orang yang
budiman dan wira-perkasa, pun oleh orang tetap suci hatinya.

Analisa :
Perkataan yang mengandung maksud jahat bisa dibandingkan dengan anak panah
yang dilepaskan. Setiap orang yang terkena perkataan jahat tersebut akan merasakan
sakit, karena perkataan itu meresap ke dalam hati dan dapat menyebabkan gangguan
tidur dan makan. Oleh karena itu, orang yang beriman dan kuat hatinya tidak akan
mengucapkan perkataan semacam itu, karena mereka memahami kekuatan dan
dampak negatifnya.

Anda mungkin juga menyukai