Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Mahasiswa Perpajakan

PENGARUH PERSEPSI KORUPSI PAJAK DAN KUALITAS PELAYANAN FISKUS TERHADAP


KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Batu)

FERYNA MEIDYA RACHMANIA


ENDANG SITI ASTUTI
HAMIDAH NAYATI UTAMI
Program Studi Perpajakan
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Email: 125030400111089@mail.ub.ac.id

ABSTRACT
Indonesia is one of the developing countries, that most of the financing of the state supported by the
tax sector. Indonesia applied self-assessment system today , where the system requires taxpayers to meet
the obligation gladly independently. The awareness and voluntary principles in pay taxs is the most
important thing to achieve the successful implementation of the system. The purpose of this research to
analyze and explain the influence together or partially, between the perception of corruption in tax and
service quality tax officer towards compliance taxpayers. This research categorized of explanatory research,
with 100 respondents personal people registered in the KPP Pratama Batu as a sample of research.
Techniques for samples through sampling forcible entry. The analysis used is the analysis of descriptive
statistics and inferential statistics with multiple linear regression, as data analysis techniques. This research
showed that the variables perception of corruption in tax and quality of service tax officer significant effect
towards compliance taxpayers together. There is a significant influence partially between the corruption
perception variable taxs towards compliance taxpayers partially, and the influence of partially between the
service quality variable tax officer towards compliance taxpayers partially.
Keywords : Perception Corruption.
ABSTRAK
Indonesia termasuk dalam satu dari negara berkembang, yang sebagian besar pembiayaan negara
ditopang oleh sektor pajak. Dewasa ini Indonesia menereapkan Self assessment system, dimana sistem
tersebut mengharuskan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya secara mandiri. Kesadaran dan
kesukarelaan dalam membayar pajak adalah hal terpenting untuk mencapai keberhasilan penerapan sistem
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, dan menjelaskan bagaimana pengaruh secara
bersama-sama maupun secara parsial, antara persepsi korupsi pajak dan kualitas pelayanan fiskus terhadap
kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini dikategorikan jenis explanatory research, dengan 100 responden orang
pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Batu sebagai sampel penelitian. Teknik untuk menentukan sampel
melalui accidental sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif,
dan statistik inferensial dengan regresi linear berganda, sebagai teknik analisis data. Penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa variabel persepsi korupsi pajak (X1) dan kualitas pelayanan fiskus (X2)
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak secara bersama-sama. Terdapat pengaruh
signifikan secara parsial antara variabel persepsi korupsi pajak (X 1) terhadap kepatuhan wajib pajak secara
parsial, dan pengaruh secara parsial pula antara variabel kualitas pelayanan fiskus(X 2) terhadap kepatuhan
wajib pajak secara parsial.
Kata Kunci: Persepsi Korupsi.

PENDAHULUAN berjalan sebagaimana mestinya, jika masih


Pajak memiliki peran penting dalam terkendala oleh masyarakat yang belum patuh
pembangunan nasional, sebesar 78% membayar pajaknya. Indonesia salah satu
penerimaan negara berasal dari sektor pajak, negara yang hingga saat ini masih memiliki
dimana penerimaan tersebut digunakan masalah mengenai kepatuhan wajib pajak atau
pemerintah untuk pembangunan nasional. tax ratio bangsa Indonesia. Rendaxnya tax ratio
Pembangunan nasional tersebut belum bisa Indonesia menandakan bahwa untuk membayar

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 1


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
pajak secara sukarela masyarakat Indonesia Tabel 1. Data Kepatuhan Wajib Pajak
masih memiliki kesadaran yang rendah. Tahun Jumlah Menyampa Tidak
Berubahnya sistem official assessment Wajib ikan SPT Menyampaika
system menjadi self assessment system, diiringi Pajak Tahunan n SPT
pula dengan berubahnya kewenangan wajib Orang Tahunan
pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya Pribadi
secara lebih mandiri (Waluyo,2010:17).
Berubahnya kewenangan tersebut diartikan 2011 15.737 7.121 8.616
bahwa, wewenang untuk menghitung, 2012 17.380 8.655 8.725
menyetor, dan melapor sepenuhnya menjadi
kewajiban dari wajib pajak itu sendiri. 2013 19.076 8.460 10.616
Harapan pemerintah dengan
2014 19.837 9.805 10.032
berubahnya sistem pemungutan pajak di
Indonesia, agar wajibpajak di Indonesia lebih Sumber: KPP Pratama Batu (2015)
sadar untuk membayar pajak secara sukarela. Berdasarkan data tabel 1 tersebut, setiap
Menurut UU no 28 tahun 2007 wajib pajak tahun jumlah wajib pajak orang pribadi terus
berarti setiap pihak yang wajib untuk membayar mengalami kenaikan yang signifikan. Kenaikan
pajak terutangnya, baik berupa badan ataupun signifikan itu turut berlaku pula pada jumlah
orang pribadi. wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT,
Menciptakan kesadaran untuk setiap tahunnya. Kondisi tersebut
membayar pajak, bukanlah hal yang mudah mencerminkan masyarakat yang belum patuh
dilakukan. Menurut Zain (2010:30-36) untuk pada peraturan perpajakan, dengan tidak
menciptakan wajib pajak yang patuh, bukan menyampaikan SPT tahunan mereka.
hanya dengan memberikan sanksi, namun juga Banyak faktor yang menyebabkan
diperlukan kemauan dari dalam diri wajib pajak kondisi masyarakat yang tidak patuh seperti
tersebut. Kemauan wajib pajak untuk patuh uraian di atas, salah satunya yaitu kasus
kepada peraturan perpajakan, juga didasarkan penggelapan pajak oleh petugas pajak. Adanya
atas persepsi masyarakat kepada iklim kasus korupsi pajak menjadi pemicu tidak
perpajakan, dimana didalamnya terdapat fiskus patuhnya wajib pajak (Christianto,2014). Faktor
sebagai pemungut pajak yang perilakunya berikutnya yaitu pandangan negatif wajib pajak
mendapat perhatian dari masyarakat. Tindakan atas pemberian pelayanan oleh petugas pajak
tidak tepat yang dilakukan fiskus, menghasilkan yang dirasa belum sesuai dengan yang
persepsi yang buruk dalam masyarakat. diinginkan wajib pajak. Tindakan-tindakan
Persepsi dibentuk oleh dua faktor, yakni demikian yang dilakukan oleh petugas pajak,
internal dan eksternal. Faktor internal berasal menimbulkan rasa kekecewaan wajib pajak
dari pengetahuan tentang perpajakan dari wajib terhadap petugas pajak, yang akan
pajak itu sendiri perpajakan. Sedangkan faktor mempengaruhi kepatuhan dari wajib pajak.
eksternal berhubungan dengan lingkungan TINJAUAN TEORITIS
perpajakan (Luthan, 2002:58-61) salah satunya Persepsi
yaitu perilaku petugas pajak. Baik faktor Persepsi yang dimiliki oleh suatu
internal maupun eksternal dapat individu dengan individu yang lainnya, boleh
menumbuhkan persepsi dari wajib pajak itu jadi berbeda. Robbins (2008:175) mengartikan
sendiri. bahwa persepsi merupakan proses individu
Wajib pajak yang membayar pajak tepat menginterpretasikan kesan sensoris yang
waktu, melaporkan SPT tepat waktu, tidak mereka tangkap dan memberikan arti atas kesan
memiliki tunggakan pajak, dan tidak pernah tersebut. Sedangkan menurut Rivai (2013:236)
dipidana atas kasus perpajakan, maka wajib persepsi adalah proses individu menafsirkan
pajak tersebut dapat dikatakan patuh, sesuai kesan-kesan mereka, sehingga menghasilkan
dengan PMK No.192/PMK.03/2007 suatu arti bagi diri mereka dan juga lingkungan.
Masalah kepatuhan wajib pajak juga Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat
dialami oleh KPP Pratama Batu. Masalah disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu
tersebut nampak pada tabel berikut ini : proses individu untuk mengartikan fenomena
yang terjadi di sekeliling mereka. Artinya
bagaimana individu mengartikan fenomena
yang terjadi di lingkungan mereka, sehingga
pengartian yang dihasilkan masing-masing
individu dapat berbeda.
Pajak

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 2


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Setiap orang memiliki pandangan pelayanan yang diberikan oleh fiskus kepada
masing-masing dalam mengartikan apa itu wajib pajak.
pajak. Definisi tentang pajak ialah iuran Kepatuhan Pajak
masyarakat berdasarkan aturan yang berlaku Kepatuhan pajak menurut KBBI (2008:
dan yang bersifat memaksa, digunakan 1201) kepatuhan ialah tunduk dan patuh kepada
pemerintah untuk melangsungkan suatu aturan. Sedangkan menurut Rahayu
pembangunan nasional dengan tidak mendapat (2010:138) kepatuhan merupakan suatu keadaan
balas jasa secara langsung, sesuai UU no 28 yang mana wajib pajak bersedia mematuhi
tahun 2007 tentang peraturan perpajakan.
Korupsi Dari beberapa pengertian di atas, dapat
Istilah korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999 disimpulkan bahwa kepatuhan pajak adalah
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 21 suatu kesediaan wajib pajak untuk tunduk dan
Tahun 2001 tentang KPK, korupsi ialah tindakan patuh melaksanakan kewajiban berdasarkan
dengan tujuan memperkaya diri sendiri, peraturan perpajakan.
merugikan pihak lain yang dilakukan baik Pengaruh Persepsi Korupsi Pajak terhadap
perseorangan maupun korporasi. Sedangkan Kepatuhan Wajib Pajak
menurut Lopa yang dikutip Safroni (2012:102) Reformasi bidang perpajakan
korupsi berarti suatu perbuatan yang merupakan salah satu cara pemerintah untuk
berhubungan dengan tindakan yang merugikan memaksimalkan penerimaan dari sector pajak,
kas negara, berupa tindakan penyuapan dengan memberlakukan pergantian sistem
ataupun manipulasi. Dari beberapa pengertian pemungutan menjadi self assessment system.
tersebut, dapat disimpukan bahwa korupsi Menurut Zain (2008:30-36) kepercayaan
adalah tindakan yang melawan hukum, dengan masyarakat kepada lembaga perpajakan dan
cara memperkaya diri sendiri dan merugikan aparat-aparatnya akan mempengaruhi kemauan
pihak lain, dan menyebabkan kerugian kas untuk membayar pajak.
negara. Kepercayaan masyarakat terhadap
Dalam hubungannya dalam bidang petugas pajak dipengaruhi oleh bagaimana
perpajakan, korupsi pajak berarti tindakan sikap petugas pajak maupun tindakan yang
melawan hukum yang dilakukan oleh petugas dilakukan ketika melaksanakan tugasnya
pajak, dengan cara penggelapan uang pajak atau (Suciaty, 2013). Tindakan penggelapan uang
penyalahgunaan wewenang, yang bertujuan oleh petugas pajak, membuat masyarakat
untuk memperkaya diri sendiri, dan merugikan Indonesia memiliki persepsi yang negatif
pihak lain serta kas negara. terhadap instansi perpajakan dan juga petugas
Kualitas Pelayanan pajak, dan hal tersebut akan mendorong wajib
Definisi dari kualitas menurut Supranto pajak cenderung menjadi tidsk patuh (Susanto,
(2006:226) yaitu sesuatu yang harus dikerjakan 2013).
dengan baik oleh penyedia jasa. Kualitas Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap
merupakan kondisi yang dinamis, melebihi Kepatuhan Wajib Pajak
harapan atau tidak sesuai harapan, melalui Ukuran baik atau tidaknya kualitas
produk, jasa, atau manusia (Tjiptono, 2011:102). pelayanan fiskus yang diberikan kepada wajib
Sedangkan pelayanan dapat diartikan pajak, menjadi salah satu faktor yang
sebagai suatu kegiatan yang terjadi dalam berpengaruh pada kemauan untuk patuh dan
interaksi langsung antara seseorang dengan membayar pajak. (Pranadata, 2014). Rasa puas
orang lain dan menyediakan kepuasan akan diperoleh jika pelayanan yang diberikan
pengguna (Suaedi&Wardiyanto, 2010:69). sama dengan atau lebih baik dari yang
Pengertian pelayanan yang dikemukakan oleh diharapkan. Ketika fiskus memberikan
Raminto & Antik (2005:2) pelayanan adalah pelayanan dengan baik kepada wajib pajak,
serangkaian kegiatan yang terjadi setelah maka menumbuhkan rasa puas dari diri wajib
adanya interaksi antara pembeli dengan pajak, dan semakin wajib pajak merasa puas
penyedia jasa. maka wajib pajak akan patuh terhadap
Dari berbagai pengertian kualitas, dan peraturan perpajakan secara sukarela.
juga pelayanan, maka disimpulkan bahwa arti Pengaruh Persepsi Korupsi Pajak dan Kualitas
dari kualitas pelayanan itu sendiri merupakan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib
suatu ukuran baik atau buruknya kegiatan yang Pajak
dilakukan seseorang dalam rangka memenuhi Bersedianya wajib pajak untuk patuh
kebutuhan orang lain. Dalam hubungannya dan secara sukarela membayar pajak tidak
dengan bidang perpajakan, kualitas pelayanan terlepas oleh beberapa faktor penentunya.
berarti penilaian baik atau kah buruk tentang (Fuadi,2012). Faktor internal berasal dari diri
wajib pajak itu sendiri, seperti pengetahuan

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 3


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
tentang peraturan perpajakan. Sedangkan faktor Tabel 2. Variabel dan Indikator Penelitian
ekstenal berasal dari sisi pihak lain dalam No Variabel Indikator
bidang perpajakan yakni aparat pajak. 1 Persepsi 1. Pengetahuan atas
Semakin banyak perilaku petugas pajak Korupsi Pajak kasus korupsi
yang menyimpang dalam melaksanakan (X1) pajak.
tugasnya, seperti petugas pajak yang melakukan 2. Kesadaran atas
tindak korupsi pajak, akan berdampak pada terjadinya kasus
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap korupsi pajak.
lembaga perpajakan, dan akan membuat 3. Penegakan hukum
masyarakat untuk enggan membayar pajak. Tak atas kasus korupsi
ubahnya bagimana perilaku petugas pajak pajak.
dalam memberikan pelayanan kepada wajb 2 Kualitas 1. Berwujud
pajak. Apabila kualitas pelayanan yang Pelayanan 2. Kehandalan
diberikan melebihi harapan wajib pajak, Fiskus (X2) 3. Daya
membuat wajib pajak merasa puas atas Tanggap
pelayanan itu, semakin wajib pajak merasa puas 4. Empati
dan dengan sukarela patuh membayar pajak. 5. Jaminan
3 Kepatuhan 1. Kepatuhan
METODE PENELITIAN Wajib Pajak (Y) Formal
Jenis Penelitian 2. Kepatuhan
Jenis penelitian ini yaitu explanatory Material
research, yakni untuk menjelaskan pengaruh, Sumber: Data diolah (2016)
bagaimana variabel bebas mempengaruhi Teknik Pengumpulan Data
variabel terikat (Morissan:2010:38). Pendekatan Wajib Pajak orang pribadi yang
metode yang digunakan yaitu kuantitatif, yang terdaftar di KPP Pratama Batu, sebanyak 100
merupakan pendekatan dengan menggunakan responden, diberikan kuisioner sebagai teknik
hipotesis yang akan diuji dengan pengujian pengumpulan data pada penelitian ini.
secara statistik (Sugiyono, 2011:8) Teknik Analisis
Variabel Penelitian 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel penelitian terdiri dari dua, a) Uji Validitas
yaitu variabel bebas yang dalam penelitian ini Uji validitas digunakan untuk
berupa Persepsi Korupsi Pajak (X1) yaitu mengukur, sah, atau valid tidaknya suatu
interpretasi da pandangan wajib pajak dalam kuisioner yang digunakan dalam
mengartikan kasus korupsi pajak di Indonesia, penelitian (Sugiyono, 2011:134).
dan Kualitas Pelayanan Fiskus (X2) yaitu ukuran Melalui bantuan software SPSS versi 22,
atau nilai atas kegiatan fiskus dalam diperoleh nilai r hitung sebesar 0.196,
memberikan pelayanan untuk memenuhi dimana lebih besar dari nilai r tabel pada
kebutuhan wajib pajak dalam rangka setiap item kuisioner. Maka seluruh
pemenuhan kewajiban perpajakan. Variabel instrumen dalam penelitian ini dapat
terikat yang dalam penelitian ini yakni dikatakan sah atau valid.
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) yaitu keadaan b) Uji Reliabilitas
dimana wajib pajak melaksanakan kewajiban Uji Reliabilitas merupakan suatu
perpajakan sesuai dengan peraturan dalam ukuran untuk mengukur sejauh mana hasil
bidang perpajakan. pengukuran tetap konsisten. (Siregar,
Variabel penelitian terdiri dari beberapa 2012:87
indikator, yang dirangkum dalam tabel: Berdasarkan perhitungan nilai alpha
croanbach dengan menggunakan bantuan
software SPSS versi 22, nilai alpha croanbach
dari setiap variabel lebih besar dari 0.6. Hal
ini berarti setiap instrumen dalam
penelitian ini adalah reliabel.
2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskripstif merupakan statistik
dengan cara menganalisis dan mendeksripsikan data,
tanpa membuat kesimpulan untuk populasi
Sugiyono (2011:147).
3. Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial merupakan teknik
statistik yang hasilnya diberlakukan pula untu

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 4


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
sampel, melalui analisis data sampel. (Sugiyono, Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel
2010:148). Persepsi Korupsi Pajak (X1)
a. Uji Asumsi Klasik Item/Indikator/Variabel Rata-
Model regresi linear berganda dapat rata
dikatakan baik apabila dalam pengujiannya Item tindakan pemberian suap 4.56
terbebas dari asumsi klasik. Adapun uji asumsi merupakan korupsi pajak
klasik yaitu : Item penggelapan uang pajak 4.63
1) Uji Normalitas merupakan korupsi pajak
2) Uji Multikolinearitas Item pemberian gratifikasi 4.17
3) Uji Heteroskedastisitas merupakan korupsi pajak
b. Analisis Regresi Linear Berganda Item merekayasa jumlah pajak 4.41
Bagaimana hubungan antara variabel merupakan korupsi pajak
persepsi korupsi pajak (X1) dan kualitas Item banyak terjadi korupsi pajak di 2.98
pelayanan fiskus (X2) terhadap variabel Kota Batu
kepatuhan wajib pajak (Y) dapat diketahui Item banyak terjadi korupsi pajak di 4.18
dengan dilakukannya analisis regresi linear Indonesia
berganda (Sugiyono, 2011:138). Item hukuman yang berat untuk 4.47
c. Pengujian Hipotesis korupsi pajak
1) Uji t Item penagakan hukum yang adil 4.68
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh atas korupsi pajak
secara parsial antara variabel bebas (X1) Sumber: Data primer diolah (2016)
dan (X2) terhadap (Y), maka digunakan
b) Kualitas Pelayanan Fiskus
pengujian t statistik.
2) Uji F Distribusi frekuensi untuk variabel
Untuk mengetahui bagimana pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus (X2) dapat dilihat
secara bersama-sama variabel bebas (X) pada tabel di bawah ini :
terhadap variabel terikat (Y), maka Tabel 4 Distribusi frekuensi variabel Kualitas
digunakan pengujian F statistik. Pelayanan Fiskus (X2)
d. Koefisien Determinasi (R2) Item/Indikator/Variabel Rata-
Tujuan digunakannya koefisien rata
determinasi (R2) untuk mengetahui prosentase Item tersedia fasilitas kantor yang 4.42
kontribusi sejauh mana variabel terikat (Y) memadai
dapat dipengaruhi oleh variabel bebas (X). Item fiskus berpenampilan rapi 4.25
Item tidak melakukan kesalahan 3.62
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam pelayanan
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Item pemberian informasi yang 4.19
Berikut prosentase masing-masing item
dibutuhkan
penelitian pada tabel di bawah ini :
Item pemberian pelayanan dengan 4.02
a) Persepsi Korupsi Pajak (X1) cepat
Distribusi frekuensi untuk variabel Item bersedia menjawab pertanyaan 4.16
Persepsi Korupsi Pajak (X1) dapat dilihat yang diajukan
pada tabel di bawah ini : Item memberikan pelayanan dengan 4.25
sopan
Item memberikan pelayanan dengan 4.28
ramah
Item memiliki kemampuan dalam 4.04
melakukan pelayanan
Item menyampaikan informasi 4.02
dengan bahasa yang mudah
dimengerti
Item bersedia mendengarkan 4.02
keluhan
Item bersedia memberikan bantuan 4.12
Sumber: data primer diolah (2016)
c) Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Distribusi frekuensi untuk variabel
Persepsi Korupsi Pajak (X1) dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 5


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel kepatuhan wajib pajak adalah 2,400
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) atau sebesar nilai koefisien regresi.
Item/Indikator/Variabel Rata- b. Nilai koefisien regresi variabel Persepsi
rata Korupsi Pajak (X1) menunjukkan nilai
Item tepat waktu membayar pajak 4.26 positif 0,365. Hal ini berartisetiap ada
Item tepat waktu menyampaikan 4.26 kenaikan atau penurunan satu satuan
SPT dari variabel persepsi korupsi pajak
Item tidak pernah memiliki 4.36 (X1) maka kepatuhan wajib pajak akan
tunggakan pajak mengalami kenaikan atau penurunan
pula sebesar 0,365 dengan asumsi nilai
Item tidak pernah mendapat sanksi 4.34 koefisien variabel kualitas pelayanan
administrasi fiskus adalah tetap atau konstan.
Item selalu mengisi SPT dengan 4.13 c. Nilai koefisien regresi variabel kualitas
tepat pelayanan fiskus (X2), menunjukkan
Item selalu mengisi SPT dengan 4.27 nilai positif 0,386. Hal ini berarti setiap
lengkap ada kenaikan atau penurunan satu
Item selalu melakukan 4.28 satuan dari variabel kualitas pelayanan
penghitungan pajak dengan jujur fiskus (X2), maka kepatuhan wajib
Sumber: data primer diolah (2016) pajak akan mengalami kenaikan atau
penurunan pula sebesar 0,386 dengan
2. Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda asumsi nilai koefisien variabel persepsi
Untuk mengetahui pengaruh antara korupsi pajak adalah tetap atau
persepsi korupsi pajak dan kualitas pelayanan konstan.
fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak disajikan Hasil Pengujian Hipotesis
sebagai berikut : Uji t
Tabel 6. Hasil Pengujian Regresi Linear Ada atau tidaknya pengaruh dari tiap
Berganda variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat
Variabel B t Sig Ketera diketahui melalui pengujian t statistik. Adanya
hitung ngan pengaruh secara parsial diketahui apabila nilai t
tabel lebih < t hitung dan signifikansi tidak lebih
Konstant 2.400
besar dari 0.05.
a
Tabel 7. Hasil Pengujian t Statistik
Persepsi .365 17.481 0.000 Signifi
Variabel t t Sig. Keterangan
Korupsi kan
tabel hitung t
Pajak (X1)
a.X1 1.984 17.481 0.000 Signifikan
Kualitas .386 16.684 0.000 Signifi
b. X2 1.984 16.684 0.000 Signifikan
Pelayana kan
n Fiskus Sumber : Data primer diolah (2016)
(X2)
Hasil yang diperoleh berdasarkan uji t
Alpha = 0.05
statistik yang disajikan pada tabel 3:
R = .929
R 2 = .862 a) t tabel 1.984 lebih kecil dari t hitung X1
sebesar 17.481, yang berarti bahwa persepsi
F Hitung = 303.822
F Tabel = 3.09 korupsi pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak, memiliki pengaruh signifikan secara
Sig. F = 0.000
parsial.
T tabel = 1.894
b) t tabel 1.984 lebih kecil dari t hitung X2
Std Error = .594
sebesar 16.684, yang berarti bahwa kualitas
pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib
Sumber : Data primer diolah (2016)
pajak memiliki pengaruh signifikan secara
Dari persamaan regresi linear dapat
parsial.
diinterpretasikan sebagai berikut:
Uji F
a. Nilai konstanta sebesar 2,400
Ada atau tidaknya pengaruh simultan, dapat
menyatakan bahwa nilai variabel
diketahui melalui pengujian F statistik.
kepatuhan wajib pajak (Y) adalah 2,400
satuan engan asumsi jika tidak ada
nilai variabel X1 (Persepsi Korupsi
Pajak), dan X2 (Kualitas Pelayanan
Fiskus). Hal ini berarti tanpa adanya
variabel persepsi korupsi, dan kualitas
pelayanan fiskus, maka besarnya nilai

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 6


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
Tabel 9. Hasil Pengujian F Statistik 2. Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus
F F Sig Keterangan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hitung tabel Penghitungan statistik terhadap
Terdapat variabel kualitas pelayanan fiskus (X2) yang
303.822 3.09 0.000 pengaruh secara dilakukan melalui Uji t, menunjukkan hasil
simultan antara menunjukkan bahwa t tabel < t hitung, (1.984 < 16.684
variabel X1 dan dengan sig 0.000.
X2 terhadap Hasil tersebut dapat disimpulkan
variabel Y bahwa untuk menciptakan masyarakat yang
Sumber: Data Primer Diolah (2016) sadar dan patuh membayar pajak, diperlukan
Hasil yang diperoleh melalui pengujian rasa puas atas dari diri wajib pajak atas
F statitik berdasar tabel 4 yaitu F tabel senilai pelayanan yang diberikan oleh fiskus
3.09 lebih rendah dari F hitung 303.822, sehingga kepadanya.
disimpulkan berpengaruh simultan antara Hal tersebut sesuai dengan
variabel X1, X2, terhadap variabel Y. (Tjiptono,2011:180) ketika fiskus memberikan
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) pelayanan yang sesuai dengan yang diharapkan
Koefisien determinasi (R2) wajib pajak, atau melebihi dari harapan tersebut,
dipergunakan untuk mengetahui prosentase maka timbulah suatu rasa puas dari diri wajib
perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan pajak. Wajib pajak yang merasa puas atas
oleh variabel bebas (X). pelayanan yang diberikan fiskus kepadanya,
Tabel 10. Hasil Pengujian Koefesien akan meningkatkan kemauan dalam
Determinasi (R2) pembayaran pajaknya (Supadmi, 2009).
Koefisien Koefisien Adjusted R 3.Pengaruh Persepsi Korupsi Pajak dan
Korelasi Determinasi Square Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap
(R) (R2) Kepatuhan Wajib Pajak
.929 .862 .860 Penghitungan statistik terhadap
variabel persepsi korupsi pajak (X1) dan kualitas
Sumber: Data Primer Diolah (2016) pelayanan fiskus (X2) yang dilakukan melalui
Berdasarkan tabel 10, didapatkan : Uji F, menunjukkan hasil bahwa F tabel < t hitung,
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,862 atau (3.09 < 303.822) dengan sig 0.000. Artinya,
86,2%. Hal yang demikian dapat diartikan variabel X1 dan X2 mempunyai pengaruh secara
kontribusi variabel X1 dan X2 dalam bersama-sama dalam mempengaruhi variabel Y.
mempengaruhi variabel Y sebesar 86.2%. Menurut Zain (2008:30-36) patuh atau
Pembahasan Hasil Penelitian tidaknya wajib pajak dalam membayar pajak,
1.Pengaruh Persepsi Korupsi Pajak terhadap bukan hanya disebabkan masalah teknis
Kepatuhan Wajib Pajak perpajakan, namun juga bagaimana kemauan
Penghitungan statistik terhadap wajib pajak tersebut untuk membayar pajak
variabel persepsi korupsi pajak (X1) yang terutangnya. Sedangkan kemauan wajib pajak
dilakukan melalui Uji t, menunjukkan hasil dalam mematuhi perundang-undangan perpajakan
menunjukkan bahwa t tabel < t hitung, (1.984 < 17.481 juga itu sendiri, tidak lain bersumber dari
kepercayaan masyarakat terhadap sistem perpajakan
dengan sig 0.000.
dan petugas pajak atau fiskus.
Berdasarkan hasil tersebut,dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya petugas KESIMPULAN DAN SARAN
pajak yang melakukan tindakan korupsi pajak Kesimpulan
membuat kepercayaan masyarakat menjadi Kesimpulan dalam penelitian ini :
menurun, dan timbulnya rasa kecewa terhadap 1. Penghitungan statistik terhadap variabel
lembaga perpajakan. Masyarakat memiliki persepsi korupsi pajak (X1) yang dilakukan
persepsi yang buruk terhadap lembaga melalui menunjukkan hasil, t tabel < t hitung
perpajakan, dan memicu wajib pajak enggan (1.984 < 17.481) dengan sig 0,000. Artinya
untuk secara sukarela membayar pajaknya. variabel persepsi korupsi pajak memiliki
Sesuai dengan pendapat Surachmin pengaruh secara parsial terhadap
(2011:85-87) bahwa petugas pajak yang kepatuhan wajib pajak.
berperilaku menyimpang melalui tindakan 2. Penghitungan statistik terhadap variabel
korupsi pajak, mengakibatkan kas negara kualitas pelayanan fiskus (X2) yang
merugi serta masyarakat tak lagi percaya akan dilakukan melalui menunjukkan hasil, t tabel
lembaga perpajakan, dan berimbas pada < t hitung (1.984 < 16.684) dengan sig 0,000.
ketidaksediaan untuk mematuhi peraturan Artinya variabel kualitas pelayanan fiskus
perpajakan. memiliki pengaruh secara parsial terhadap
kepatuhan wajib.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 7


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
3. Penghitungan statistik terhadap variabel Peraturan Menteri Keuangan
persepsi korupsi pajak (X1) dan kualitas No.192/PMK.03/2007 tentang Tata
Cara Penetapan Wajib Pajak dengan
pelayanan fiskus (X2) yang dilakukan
Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian
melalui Uji F, menunjukkan hasil bahwa F Pendahuluan Kelebihan Pembayaran
tabel < t hitung, (3.09 < 303.822) dengan sig 0.000. Pajak.
Artinya, variabel X1 dan X2 mempunyai Pranadata, I Gede Putu. 2014. Pengaruh
pengaruh secara bersama-sama dalam Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas
mempengaruhi variabel Y. Pelayanan Perpajakan, dan
Saran Pelaksanaan Sanksi Pajak terhadap
Adapun saran yang diberikan adalah Kepatuhan Wajib Pajak Orang
sebagai berikut : Pribadi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
1. Diharapkan lembaga perpajakan dan Vol.2 No.2 Semester Genap
2013/2014.
lembaga hukum memberikan sanksi yang
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan
tegas terhadap petugas pajak yang Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
melakukan tindakan korupsi pajak dalam Ratminto &Atik Septiwinarsi. 2005.
bentuk apapun, mengingat variabel Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
persepsi korupsi pajak berpengaruh Pustaka Pelajar.
signifikan dalam mempengaruhi Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus
ed.6. Jakarta: Salemba Empat.
kepatuhan wajib pajak.
Rivai, Veithzal. 2013. Kepemimpinan dan
2. Kepada pihak KPP Pratama Batu Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
diharapkan dapat menjunjung tinggi kode Grafindo.
etik pegawai pajak, dan meningkatkan Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku
kualitas moral agar tidak terjadi kasus Organisasi ed.12. Jakarta: Salemba
korupsi pajak, yang dapat membuat wajib Empat.
Siregar, Syofian. 2010. Statistik Parametrik Untuk
pajak tidak patuh dalam membayar pajak.
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
3. Diharapkan untuk seluruh pegawai di KPP Suaedi,Falih & Bintoro Wardiyanto. 2010.
Pratama Batu untuk selalu menjaga bahkan Revitalisasi Administrasi Negara.
meningkatkan kualitas pelayanan yang Yogyakarta: Graha Ilmu.
diberikan kepada wajib pajak. Melakukan Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
evaluasi atas bagaimana pelayanan yang Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
selama ini diberikan, dan adakah yang
Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkan
perlu dibenahi atau ditambah agar tercipta Kepatuhan Wajib Pajak melalui
kualitas pelayanan yang memuaskan. Kualitas Pelayanan. Fakultas
Mengingat KPP Pratama Batu memiliki Ekonomi Universitas Udayana.
wilayah pengawasan dan pelayanan yang Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat
berbeda, yang menjadi celah wajib pajak Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka
Cipta.
untuk tidak patuh. Wajib pajak akan patuh Surachmin & Suhandy Cahaya. 2011.
apabila mendapat pelayanan yang dirasa Strategi dan Teknik Korupsi. Jakarta: Sinar
memuaskan dari fiskus. Grafika.
4. Untuk penelitian yang selanjutnya Tjiptono,Fandy. 2011. Service,Quality dan
diharapkan dapat mengembangkan Satisfaction. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
variabel lain yang lebih terkait dengan
sebagaimana telah diubah dengan
kepatuhan wajib pajak. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Tentang Pemberantasan
DAFTAR PUSTAKA Tindak Pidana Korupsi.
Christianto, Valentinus. 2014. Pengaruh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
Pemahaman Tindak Pidana Korupsi Tentang Ketentuan Umum dan TataCara
dan Pemahaman Penghindaran Pajak Perpajakan.
terhadap Tingkat Kepatuhan WajibPajak Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta:
dalam Pembayaran Pajak. Jurnal Ekonomi Salemba Empat.
Akuntansi dan Manajemen Vol. 13, No.1 Zain, M. 2010. Manajemen Perpajakan. Jakarta
(2014). : Salemba Empat
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
keempat. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Luthan, Fred. 2006. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta: Andi.
Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
Prenada Media.

Jurnal Perpajakan (JEJAK)| Vol. 10 No. 1 2016| 8


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai