Anda di halaman 1dari 9

http://tugasdanbelajar.blogspot.co.id/2013/02/akuntansi-sektor-publik-pengukuran.

html

Home » ASP » AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK: PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK: PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

by Wiwin Juli

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non-finansial.
Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran
kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.

Secara umum kinerja dapat didefinisikan sebagai prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode
tertentu. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan organisasi tersebut, dapat diukur melalui
output atau manfaat program yang dilaksanakan.

Menurut Larry D Stout (1993) dalam Performance Meassurement Guide menyatakan bahwa :

“Pengukuran / penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian


pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa
produk, jasa ataupun suatu proses.”

Sedangkan menurut James B Whittaker dalam Government and Result Act, A Mandate for Strategic
Planning and Performance Measurement mnyatakan bahwa :

“Pengukuran /penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas.”

Jadi, pengukuran kinerja sektor publik suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan
dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, hasil kegiatan
dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan, visi
dan misi organsisasi.

Ada beberapa elemen pokok dalam suatu pengukuran kinerja, yaitu

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi. Tujuan adalah pernyataan secara
umum tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah
dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau
teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja
secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran
kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung.

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.


Jika kita sudah mempunyai indicator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran kinerja bias
diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah
membandingkan hasil actual dengan indicator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.

4. Evaluasikinerja.

Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang
berhasil dicapai organisasi. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan:

a.Feedback

Hasil pengukuran terhadap capaian kinerjaa dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola
organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Bias dijadikan landasan pemberian
reward and punishment terhadap manajer dana anggota organisasi.

b.Penilaian kemajuan organisasi

Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai
kemajuan yang elah dicapai organisasi.

c.Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja


menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen maupun
stakeholders.

2.1.2 Manfaat dan Tujuan

Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pencapaian kinerja. Maka untuk dapat mencapai
kinerja yang baik diperlukan tujuan yang jelas. Bila dilakukan secara berkesinambungan pengukuran
kinerja akan memberikan umpan balik sehingga upaya perbaikan yang terus menerus akan mencapai
keberhasilan yang perusahaan inginkan untuk kedepannya. Seperti yang dikemukakan oleh
Mardiasmo dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik, bahwa:

“Manfaat pengukuran kinerja sektor publik dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja

manajemen.

b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannnya dengan


target kinerja serta serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.

d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara objektif atas pencapaian
yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja
organisasi.
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi

g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.”

Tujuan lainnya adalah jika dilakukan secara terus-menerus dapat menjadi umpan balik untuk upaya
perbaikan dan pencapaian tujuan di masa mendatang.

2.1.3 Informasi yang Digunakan

Informasi mengenai kinerja sangat penting dalam rangka menciptakan good governance. Informasi
kinerja tersebut diorientasikan sebagai pedoman bukan sebagai alat pengendalian. Indikator kinerja
memiliki peran penting sebagai proses pembentukan organisasi pembelajar (learning organization).
Jika organisasi terus menerus belajar bagaimana memperbaiki kinerja, meningkatkan kepuasan
pelanggan dan mencapai target, maka indikator kinerja akan bersifat mendorong dan memotivasi
dalam cara yang positif.

Informasi yang digunakan antara lain adalah informasi finansial dan informasi non finansial.

2.1.4 Indikator Kerja dan Ukuran Kerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen indikator
yang terdiri dari :

Indikator masukan (Input)

Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi dan
sebagainya.

Indikator keluaran (output)

Indikator keluaran adalah sesutau yang diharapkan langsung tercapai dari suatu kegiatan yang
dapata berupa fisik maupun nonfisik.

Indikator hasil (outcome)

Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan.

Indikator manfaat (benefits)

Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

Indikator dampak (impacts).


Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap
indikator yang telah ditetapkan.

Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu


yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Jadi pengukuran kinerja harus berbasis pada strategi
organisasi. Pemilihan indikator dan ukuran kinerja dan penetapan target untuk setiap ukuran ini
merupakan upaya konkret dalam memformulasikan tujuan strategis organisasi sehingga lebih
terwujud dan terukur. Pengukuran kinerja juga harus didasarkan pada karakteristik operasional
organisasi. Hal ini terutama diperlukan untuk mendefinisikan indikator dan ukuran kinerja yang
digunakan.

Penerapan skema indikator kinerja perlu adanya artikulasi dari tujuan, visi, misi, sasaran dan hasil
program yang dapat diukur dan jelas manfaatnya. Karena akurasi keputusan dapat dihasilkan
dengan dukungan informasi yang baik. Dengan adanya pengukuran kinerja sektor publik
memberikan manfaat yang pasti terhadap jalannya kinerja pemerintah.

Monitoring dan review terhadap indikator kinerja harus terus dilakukan sebagai bagian dari upaya
menciptakan kultur perbaikan kinerja secara berkelanjutan. Review secara rutin terhadap indikator
kinerja bertujuan untuk menguji validitas dan keandalan indikator yang dibuat agar dapat
menyesuaikan perubahan kebutuhan layanan sehingga dalam jangka panjang menghasilkan ukuran
kinerja yang lebih baik dan efektif.

Menurut Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik menyatakan karekteristik
indikator kinerja sebagai berikut:

1. Sederhana dan mudah dipahami,

2 . Dapat diukur,

3. Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,

4. Diakitkan dengan standar atau target kinerja,

5 . Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,

6. Dikaji secara teratur.

2.2 Perbedaan Pengukuran Kinerja Sektor Publik dan Sektor Bisnis

Pengukuran kinerja pada organisasi bisnis lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan organisasi
sektor publik. Pada organisasi bisnis, kinerja penyelenggaranya dapat dilakukan dengan cara
misalnya melihat tingkat laba yang berhasil diperolehnya.

Pada organisasi sektor publik, pengukuran keberhasilannya lebih kompleks, karena hal-hal yang
dapat diukur lebih beraneka ragam dan kadang- adang bersifat abstrak sehingga pengukuran tidak
bisa dilakukan hanya dengan menggunakan satu variabel saja.
Selama ini pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah lebih ditekankan pada kemampuan instansi
tersebut dalam menyerap anggaran. Suatu instansi akan dinyatakan berhasil jika dapat menyerap
anggaran pemerintah seratus persen, meskipun hasil yang dicapai serta dampaknya masih berada
jauh dari standar mutu. Sehingga pengukuran kinerja sektor publik menjadi sulit dan kompleks untuk
disusun.

2.2.1 Kendala dalam Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik

Ada beberapa kendala pengukuran kinerja organisasi sektor publik antara lain:

Kinerja organisasi sektor publik tidak bisa dinilai hanya berdasar rasio-rasio keuangan, karena tujuan
organisasi bukan memaksimalkan laba

Output berupa pelayanan biasanya bersifat kualitatif, intangible dan indirect sehingga sulit diukur

Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung (discretionary cost center )
karena sulitnya menetapkan standar sebagai tolok ukur produktivitas.

Tidak beroperasi berdasarkan market forces sehingga tidak ada pembanding yang independen dan
memerlukan instrumen pengganti mekanisme pasar dalam mengukur kinerja

Mengukur kepuasan masyarakat yang heterogen dari jasa pelayanan organisasi sektor publik tidak
mudah dilakukan

Fungsi pengukuran kinerja organisasi sektor publik adalah sebagai berikut:

1. Transparency, yaitu organisasi dapat membuat dengan jelas produk apa yang mereka
tawarkan, bagaimana analisis input- outputnya, termasuk biayanya

2. Learnin, yaitu organisasi menjadi selangkah lebih maju jika dia menggunakan pengukuran
kinerja untuk belajar, transparansi yang diciptakan mengajarkan pada organisasi apa kebaikan-
kebaikan yang dimiliki dan di mana kemungkinan pengembangannya.

3. Appraising, yaitu kinerja berbasis penilaian dapat dikatakan sebagai berfungsinya organisasi

4. Sanctioning, yaitu penilaian dapat diikuti dengan sanksi positif jika ternyata kinerjanya
bagus, dan sanksi negatif jika kinerjanya buruk

Ide pokok pengukuran kinerja adalah organisasi publik memformulasikan kinerja yang
dipertimbangkan dan membuat indikasi bagaimana kinerja ini dapat diukur, dengan menetapkan
indikator kinerja. Kinerja pemerintahan sulit untuk diukur disebabkan outcome sebagai dampak
akhir sangat tergantung pada banyak faktor. Yang dapat diukur kemudian adalah dampak yang
langsung (output).

Prosesnya adalah sebagai berikut: produksi dan layanan didefinisikan, organisasi menetapkan target
produksi, out put diukur dan hasilnya dilaporkan secara berkala. pengukuran kinerja sangat penting
dilakukan oleh oganisasi publik karena: dapat membantu meningkatkan kualitas alokasi sumberdaya
dan keputusan manajerial lain, dapat memfasilitasi manajemen berdasarkan fakta untuk masa
depan dengan menyediakan fokus dasar untuk merencanakan, memonitor dan melakukan kontrol
terhadap perencanaan.

2.3 Sistem Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Dalam suatu sistem
manajemen strategi, pengukuran kinerja berfungsi sebagai alat penilai apakah strategi yang sudah
ditetapkan telah berhasil dicapai. Dari hasil pengukuran kinerja dilakukan feedback sehingga tercipta
sistem pengukuran kinerja yang mampu memperbaiki kinerja organisasi secara berkelanjutan.

Menurut Mardiasmo, sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi,
karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Sistem
pengukuran kinerja meliputi :

1. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis adalah proses sistematik yang ditujukan untuk menghasilkan tindakan dan
keputusan-keputusan mendasar sebagai pedoman dan panduan organisasi dalam menjawab
pertanyaan apa yang harus dilakukan dan mengapa melakukan aktivitas tertentu. Proses
perencanaan strategis ini membutuhkan informasi yang kompleks, luas, dan komprehensif dengan
lebih menekankan pada implikasi-implikasi di masa datang.

2. Penyusunan Program

Penyusunan program adalah proses pembuatan keputusan mengenai program-program yang akan
dilaksanakan organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber yang akan dialokasikan untuk setiap
program tersebut. Penyusunan program meliputi tiga kegiatan utama, yaitu

1. Analisis usukan program baru

2. Penelaahan program yang sedang berjalan

3. Penyusunan sistem koordinasi program secara terpisah

3. Penyusunan Anggaran

Tahap penyusunan anggaran ini adalah tahap yang sangat penting karena anggaran yang tidak
efektif dan tidak berorientasi pada kinerja justru bisa menggagalkan program-program yang telah
disusun sebelumnya.
2.3.1 Pengukuran Kinerja sebagai Subsistem Pengendalian Manajemen

Tipe pengendalian manajemen dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

• Pengendalian preventif

Berkaitan dengan perumusan strategi dan perencanaan strategic yang dijabarkan dalam bentuk
program-program.

• Pengendalian operasional

Berhubungan dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui anggaran.

• Pengendalian kinerja

Terkait dengan evaluasi kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.

Struktur Pengendalian Manajemen

Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik. Struktur
organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban. Pusat
pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

Hubungan antara Pusat Pertanggungjawaban dengan Pengendalian Anggaran Organisasi sektor


publik seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai pusat pertanggungjawaban. Manajer
pusat sebagai budget holder memiliki tanggungjawa untuk melaksanakan anggaran. Pengendalian
anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja yang riil dilakukan dibandingkan dengan
anggaran.

Proses Pengendalian Manajemen

Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan dengan saluran
komunikasi formal maupun informal. Saluran komunikasi formal mencakup aktivitas formal
organisasi yang meliputi:

a. perumusan strategi, merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target, dan
kebijakan serta strategi organisasi.

b. Perencanaan strategi, adalah proses penentuan program-program, aktivitas atau proyek


yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan
dibutuhkan.

2.4 Teknologi Pengukuran Kinerja

2.4.1 Balance Scorecard


Ada beberapa alat dalam pengukuran kinerja, salah satunya dengan menggunakan Balance
Scorecard (BSC). Di dalam BSC, terdapat 4 perspektif yang di nilai, yaitu

Perspektif Keuangan (Financial)

Memberikan penilaian terhadap target keuangan yang dicapai oleh organisasi dalam mewujudkan
visinya.

Perspektif konsumen (Customer)

Memberikan penilaian terhadap segmen pasar yang dituju dan tuntutan customer beserta tuntutan
kebutuhan yang dilayani oleh organisasi dalam upaya untuk mencapai target keuangan tertentu.

Perspektif Proses Bisnis/Intern

Memberikan penilaian gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani customer dan untuk
mencapai target keuangan tertentu.

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (growth and learn)

Memberikan penilaian yang merupakan pemacu kompetisi personal, prasarana sistem informasi dan
suasana lingkungan kerja untuk mencapai target keuangan, customer, dan proses bisnis intern.

2.4.2 Valuey for Money

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Ekonomi adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter.

Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input
yang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Efisiensi merupakan salah satu bagian indikator kinerja valuey for money yang dapat diukur dengan
output dan input. Di mana semakin besar rasio tersebut maka semakin efisien suatu organisasi dan
bersifat relatif. Efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan. Apabila suatu organisasi
berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi itu berjalan secara efektif. Sedangkan ekonomis hanya
menekankan kepada input.

Manfaat implementasi konsep Value For Money pada organisasi sektor publik antara lain:

Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran
Meningkatkan mutu pelayanan publik;

Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan

terjadinya penghematan dalam penggunaan input;

Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan

Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sabagai akar pelaksanaan
Akuntabilitas Publik

2.5 Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, ada kewajiban setiap instansi pemerintah untuk menyusun dan melaporkan
Penskemaan Strategi tentang program-progran utama yang akan dicapai selama satu sampai lima
tahun, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi dan jajarannya.

LAKIP tersebut sama sekali tidak menyinggung mengenai pelaporan keuangan instansi yang
seharusnya menjadi dasar penyusunan pendanaan. Adapun penanggung jawab LAKIP adalah pejabat
yang secara fungsional bertanggung jawab di instansi masing-masing. Selanjutnya, pimpinan harus
bisa mem-pertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan/kegagalan tingkat kinerja yang
dicapai.

LAKIP bersifat rutin dan diseragamkan dengan maksud agar dapat dibandingkan atau dapat
mengevaluasi kinerja secara memadai.

Anda mungkin juga menyukai