Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Dalam Kerangka Sastra Dan Budaya
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Dalam Kerangka Sastra Dan Budaya
PENGAJARAN
BAHASA INDONESIA
BAGI PENUTUR ASING
DALAM KERANGKA SASTRA DAN BUDAYA
Penyunting :
Dr. Farikah, M.Pd.
Imam Baihaqi, M.A.
Retma Sari, M.Pd
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 1
Seminar Nasional KABASTRA II
2| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
PENGAJARAN
BAHASA INDONESIA
BAGI PENUTUR ASING
DALAM KERANGKA SASTRA DAN BUDAYA
Penyunting :
Dr. Farikah, M.Pd.
Imam Baihaqi, M.A.
Retma Sari, M.Pd
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 3
Seminar Nasional KABASTRA II
4| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
KATA PENGANTAR
6| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Editor
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 9
Seminar Nasional KABASTRA II
10| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DAFTAR ISI
Makalah Utama………………………………………………..1
SASTRA DAN BUDAYA:
JALUR ALTERNATIF MENUJU BIPA YANG
BERMAKNA
Suminto A.Sayuti………………………………………………3
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA YANG
INOVATIF MEMPERMUDAH PENDIDIKAN
KARAKTER ANAK BANGSA
Dr. Yulia Esti Katrini, M.S. …………………………………..15
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 11
Seminar Nasional KABASTRA II
14| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
MAKALAH UTAMA
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 1
Seminar Nasional KABASTRA II
2| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Suminto A.Sayuti
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
suminto_sayuti@uny.ac.id
1/.
Pelajar asing yang belajar bahasa Indonesia niscaya
sudah mampu dan memiliki bekal berbahasa, yakni bahasa
pertamanya. Di samping itu, mereka juga berbekal budaya
asal masing-masing yang melatarbelakanginya. Dalam
sejumlah hal, bekal budaya tersebut tercermin dalam
bahasa karena dalam perspektif Gadamerian, bahasa ada-
lah “rumah pengalaman” manusia. Oleh karena itu, tatkala
mereka mulai berkenalan dengan bahasa Indonesia dalam
rangka mempelajarinya, konflik budaya pun bisa muncul
sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, apalagi jika
sebelumnya mereka sama sekali belum pernah mengenal
bahasa Indonesia. Konflik tersebut muncul sebagai akibat
1
Disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh
Universitas Tidar, Magelang, 9 September 2017.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 3
Seminar Nasional KABASTRA II
2
Bandingkan: Ellis, Rod. 1986. Understanding Second Language
Acquisition. Oxford: Oxford University Press. hh. 19-23.
4| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
2/.
Terdapat sejumlah alasan mengapa sastra dijadikan
titik tolak atau diposisikan sebagai materi dalam konteks
pembelajaran (perolehan) bahasa secara umum,3 yakni
karena: (a) sastra mampu memotivasi pelajar; (b) sastra
merupakan materi yang otentik; (c) sastra mengandung
nilai-nilai pendidikan; (d) sastra membantu pelajar dalam
memahami budaya lain; (e) sastra merangsang perolehan
bahasa; (f) sastra mengembangkan kemampuan interpretif;
(g) sastra memberikan kenikmatan; (h) sastra memperluas
kesadaran bahasa; dan (i) sastra mendorong pelajar untuk
mengemukakan pendapat dan perasaannya.
Butir-butir alasan tersebut niscaya tidak terkait
langsung dengan BIPA. Akan tetapi, darinya dapat
diturunkan sejumlah hal yang relevan dengan persoalan
yang berkenaan dengan sastra sebagai materi BIPA.
Terlebih lagi jika disadari bahwa masing-masing situasi
pembelajaran itu berbeda-beda, teks-teks sastra dan budaya
juga berbeda-beda, demikian pula halnya dengan teori-
teori sastra dan budaya itu sendiri, atau bagaimana
memanfaatkanya dalam kelas pembelajaran juga berbeda.
Berdasarkan pengalaman yang sudah ada, sesungguhnya
sejumlah gagasan sudah dapat dapat dipilih sebagai “jalur
alternatif” dalam upaya lebih memantapkan prinsip dan
keputusan yang diambil dalam kaitannya dengan bagai-
3
Selanjutnya lihat: Lazar, Gilian. 2002. Literature and Language
Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 5
Seminar Nasional KABASTRA II
6| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
3/.
Teks sastra manapun merupakan sebuah repertoir
yang menyediakan akses bagi pembaca dalam mengenal
dan memahami budaya masyarakat yang bahasanya
mereka pelajari. Dalam perspektif sosiologis, sastra meru-
pakan refleksi dan refraksi masyarakat. Dengan demikian,
novel dan cerpen pun bisa diperhitungkan sebagai
dokumen yang merepresentasikan realitas sosial budaya,
walaupun pada akhirnya teks-teks tersebut harus tetap
diposisikan sebagai karya fiksi. Terlebih lagi jika disadari
bahwa hubungannya dengan “dunia nyata” bersifat tidak
langsung. Bahkan, secara struktural teks-teks sastra
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 7
Seminar Nasional KABASTRA II
4
Selanjutnya lihat: Bullivant (1993).
8| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
10| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
4/.
Ketika pelajar asing masih merasa memiliki akses
yang terbatas untuk berbicara dalam bahasa Indonesia,
maka pengalaman untuk menulis dapat diperhitungkan
sebagai hal utama untuk menstimulasi perolehan bahasa
mereka. Dalam hubungan ini, teks-teks sastra menyediakan
peluang yang tepat dalam menstimulasi perolehan bahasa.
Karena, teks sastra memberikan konteks yang bermakna
dan memorabel untuk memroses dan menafsir bahasa teks
sebagai “bahasa yang baru” bagi mereka. Tentu saja, untuk
kelas-kelas permulaan, sebagian besar pelajar asing belum
mampu membaca novel atau cerpen Indonesia sebagai-
mana adanya, yang asli; seperti halnya terjadi ketika mere-
ka membaca teks-teks sastra dalam bahasa miliknya. Untuk
itu, penyediaan simplified edition sejumlah novel dan atau
cerpen Indonesia penting dan perlu dilakukan. Tidak ada
jeleknya kita mencontoh sastra Inggris yang membuat edisi
sederhana bagi karya-karya Shakespeaare, dengan ukuran
jumlah kata. Di samping itu, kegiatan membaca intensif di
luar kelas pembelajaran juga akan mendorong mereka
menjadi pembaca yang perolehan bahasa Indonesianya
tertingkatkan.
Untuk kelas-kelas pembelajaran yang lebih tinggi,
para pelajar asing mungkin saja sudah mampu meresapi
plot dan karakter novel atau cerpen yang otentik. Mereka
mungkin saja sudah mampu mencapai “sentuhan bahasa
baru” yang dipelajarinya. Untuk itu, ketika perolehan
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 11
Seminar Nasional KABASTRA II
12| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 13
Seminar Nasional KABASTRA II
14| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh:
Dr. Yulia Esti Katrini, M.S.
Ketua Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonsia
Universitas Tidar
PENDAHULUAN
Baru-baru ini kita saksikan bersama sesuatu yang
berbda dalam peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Di
beberapa daerah dimulai dengan aktivitas yang melibatkan
seluruh warga masyarakat dengan kegiatan yang
bermacam-macam. Yang intinya menggiring warga dalam
kebersamaan suasana, sehingga saling berkomunikasi,
mengenal, untuk kemudian saling mengerti dan mema-
hami satu sama lain. Di tingkat pusat, presiden Republik
Indonesia Joko Widodo mengingatkan kesadaran tentang
masyarakat Indonesia yang dibangun dari masyarakat
yang heterogen. Oleh karena itu peringatan hari kemer-
dekaan yang sering disebut tujuhbelasan, dilaksanakan
dengan keharusan mengenakan pakaian adat seluruh
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 15
Seminar Nasional KABASTRA II
16| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang
diajarkan di seluruh jenjang pendidikan, bahkan dari
PAUD hingga pendidikan tinggi menjadi bahasa pengantar
pendidikan, yang secara terus-menerus diajarkan untuk
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 17
Seminar Nasional KABASTRA II
18| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
20| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 21
Seminar Nasional KABASTRA II
22| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 23
Seminar Nasional KABASTRA II
24| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
26| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pembelajaran Sastra
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 29
Seminar Nasional KABASTRA II
30| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
PENUTUP
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi ajar
yang diberikan di seluruh jenjang pendidikan, dari tingkat
dasar hingga pendidikan tinggi secara wajib. Bentuk
pembelajaran yang inovatif dan kontekstual memberi
peluang untuk pembentukan karakter sekaligus pengem-
bangan kepribadian. Peserta didik akan memperoleh
kesempatan berpengalaman baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Aspek penilaian keberhasilan pembelajaran dapat
mengacu pada nilai-nilai pendidikan karakter sebagaimana
disarankan oleh Kemendiknas ( 2009: 9-10 ) yang berjumlah
delapan belas, di mana nilai ini bersumber dari agama,
pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Adapun
nilai-nilai tersebut adalah: (1) religi, (2) jujur, (3) toleransi,
(4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)
demokrasi, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan,
(11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 31
Seminar Nasional KABASTRA II
DAFTAR PUSTAKA
32| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 33
Seminar Nasional KABASTRA II
34| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
MAKALAH PENDAMPING
BIDANG BAHASA INDONESIA BAGI
PENUTUR ASING
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 35
Seminar Nasional KABASTRA II
36| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Ahmad Irkham Saputro
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ahmadirkhamsaputro@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia saat ini memegang peranan pen-
ting dalam kedudukannya sebagai bahasa asing. Jumlah
penduduk, keindahan alam, keaneragaman budaya, dan
wilayah yang strategis menjadi alasan untuk penutur asing
belajar bahasa Indonesia.
40| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
KAJIAN TEORI
Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dipelajari
sebagai bahasa komunikasi ketika penutur asing tinggal
atau mengunjungi Indonesia untuk melaksanakan kepen-
tingannya. Pada hakikatnya, penutur asing mempelajari
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing memiliki tujuan
yang bervariasi. Sejalan dengan hal ini, Suyata (dalam
Nurlila 2014), menjelaskan bahwa orang asing mempelajari
bahasa Indonesia dengan tujuan bermacam-macam, dari
sekadar berkomunikasi untuk keperluan sehari-hari, se-
perti berbicara dengan sopir, menawar barang, sampai
penguasaan bahasa Indonesia yang bersifat resmi, seperti
mengikuti kuliah atau mengajarkan bahasa Indonesia.
Dengan demikian, ada tiga tujuan penutur asing belajar
bahasa Indonesia, yakni ingin menguasai keterampilan
komunikasi antarpersonal dasar, menguasai konsep serta
prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, dan menggali kebuda-
yaan dengan segala aspeknya. Ketiga tujuan tersebut dapat
berjalan masing-masing, akan tetapi dapat pula berkelan-
jutan. Mereka belajar bahasa Indonesia untuk keperluan
praktis, setelah itu belajar yang lebih bersifat ilmiah, dan
akhirnya dapat pula menguasai kebudayaan.
Dari berbagai tujuan yang beragam, hal yang ter-
penting bagi penutur asing dalam belajar bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing adalah bagaimana sistem bahasa
Indonesia dan pemakainnya di dalam masyarakat untuk
berkomunikasi. Jadi, pemfokusan pengajaran BIPA tidak
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 41
Seminar Nasional KABASTRA II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research
and Development (R&D) yang dilakukan dengan meng-
gunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi,
wawancara, dan angket untuk memeroleh data kebutuhan
pengembangan pengajaran BIPA bermuatan budaya jawa
bagi penutur asing. Adapun sumber dataterdiri atas penga-
jar BIPA, penutur asing, dan dosen ahli. Observasi
dilakukan denganmengamati pengajaran yang telah ada.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 43
Seminar Nasional KABASTRA II
PEMBAHASAN
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2008: 145)
merupakan hasil pikiran, karya, dan hasil karya manusia
yang tidak berakar pada nalurinya dan hanya bisa dicetus-
kan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Budaya di
setiap wilayah berbeda-beda, bahkan budaya di suatu
wilayah belum tentu dapat dijumpai di wilayah lain. Hal
tersebutlah yang menjadikan nilai budaya sangat agung,
unik, dan berharga. Jika unsur-unsur budaya dimuatkan
dalam bahan ajar BIPA, maka penutur asing semakin ter-
tarik dan termotivasi untuk mempelajari bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing. Hal ini dikarenakan budaya yang ada
di Indonesia merupakan sesuatu yang baru dan unik bagi
penutur asing. Selain itu, manfaat lain yang didapat adalah
meningkatnya pemahaman penutur asing terhadap budaya
Indonesia. Semakin tinggi pemahaman budaya Indonesia
yang dimiliki oleh penutur asing, maka semakin tinggi
pula toleransi penutur asing terhadap budaya dan bahasa
Indonesia. Jadi, pemahaman budaya yang dibangun dalam
pembelajaran BIPA bermuatan budaya akan sangat
membantu penutur asing dalam meningkatkan kompetensi
berbahasa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki kebu-
44| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 51
Seminar Nasional KABASTRA II
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sim-
pulan dari penelitian ini sebagai berikut: Hasil analisis
kebutuhan menurut persepsi penutur asing dan pengajar
BIPA menghasilkan karakteristik pengembangan bahan
ajar BIPA yang diringkas dalam empat aspek. Persepsi
penutur asing dan pengajar BIPA pada aspek isi atau
materi, bahan ajar hendaknya memuat contoh budaya Jawa
yang beragam. Pada aspek bahasa dan keterbacaan, me-
54| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah. 2014. Pengembangan Tes Keterampilan Menulis
sebagai Upaya Penyiapan Alat Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia bagi Penutur Asing. Bahasa: Antologi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pembelajar-
anBIPA: No. 2, Desember 2014. Diambil
darihttp://ejournal.upi.edu/index.php/PSPBSI/article/
view/499. (13 Agustus2017).
Bakker, J.W.M. 1984. Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Kanisius.
Harian Kompas. 2013. BIPA, Tingkatkan Fungsi Bahasa
Indonesia Menjadi Bahasa Internasional. Dalam
http://edukasi.kompas.com/read/2013.Diunduh pada
tanggal 9 Januari 2015 pukul 10.00 WIB
Kentjono, Djoko, dkk. 2010. Tata Bahasa Acuan Bahasa
Indonesia Untuk Penutur Asing. Jakarta: Wedatama
Widya Sastra
Koentjaraningrat. 2008. Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 55
Seminar Nasional KABASTRA II
BIODATA PENULIS
56| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Endah Ratnaningsih
Universitas Tidar
endahratna@untidar.ac.id
ABSTRAK
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 57
Seminar Nasional KABASTRA II
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk individu dan makluk
sosial. Sebagai makhluk sosial manusia perlu berinteraksi
dengan manusia lain. Dalam interaksi, manusia meng-
gunakan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang
mereka maksudkan. Menurut Kridalaksana (1994: 21)
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Hal ini bisa dicermati bahwa bahasa merupakan
unsur terpenting dalam sebuah komunikasi. Oleh sebab itu
bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat. Interaksi dan komunikasi menjadi lebih
mudah karena bahasa. Bahasa dapat dipergunakan untuk
menyampaikan gagasan, ide, keinginan, perasan, atau
pengalaman kepada orang lain. Seandainya tidak ada
bahasa, komunikasi dan interaksi antar sesama manusia
tidak akan mungkin berjalan atau terjadi dengan mudah
dan hal ini yang menjadi pembeda dalam berkomunikasi
pada makhluk lain. Hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
bahasa merupakan salah satu pembeda utama antara
manusia dengan makluk lain di bumi ini. Komunikasi dan
interaksi antar manusia terjadi sempurna dengan perantara
bahasa. Dengan kata lain, manusia tidak dapat terlepas dari
bahasa mengingat peran penting bahasa dalam berinteraksi
dan berkomunikasi pada kehidupan manusia.
58| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
KAJIAN TEORI
Bahasa Gaul
Menurut Kridalaksana, bahasa gaul “ditandai oleh
kata-kata Indonesia atau kata dialek yang dipotong dua
fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk -ok-
di depan fonem terakhir yang tersisa (2008:28). Misalnya,
kata bapak dipotong menjadi bap kemudian disisipi -ok-
menjadi bokap. Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa
khusus yang digunakan oleh para narapidana.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai
sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama
kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki
bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri.
Sarana komunikasi diperlukan oleh kaum remaja untuk
menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelom-
pok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui
apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki
karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan
kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka.
Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebab-
kan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsono dan
Partana, 2002:150).
Pengajaran BIPA
Metode pengajaran didasarkan pada karakteristik
pembelajar, kebutuhan pembelajar, dan applicable. Lebih
lanjut, dalam mengajar penutur asing ada beberapa hal
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 59
Seminar Nasional KABASTRA II
METODE
Artikel ini disusun dengan menggunakan metode
pemikiran yang didukung pula dengan contoh pengajaran
bahasa gaul bagi pembelajar BIPA berdasarkan pengalam-
an penulis.
PEMBAHASAN
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa bahasa
gaul dipakai kebanyakan kalangan remaja untuk berkomu-
nikasi dengan kelompoknya. Bahasa gaul sebagai bahasa
non-formal yang berkembang di kalangan muda berkem-
bang dengan pesatnya.
Pada perkembangan saat ini, bahasa gaul dibentuk
tak lagi berdasar rumusan seperti yang terjadi beberapa
tahun yang lalu. Bahkan, bahasa gaul yang dipakai
kalangan remaja saat ini cenderung sering menggunakan
istilah asing yang mereka anggap lebih bergengsi diban-
dingkan dengan bahasa Indonesia. Kreatifitas merupakan
kunci utama dalam pembentukan bahasa gaul yang
merebak di kalangan muda saat ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, penutur asing acap-
kali menggunakan atau menyusun kata-kata dalam bahasa
Indonesia yang dirasa kurang tepat. Salah satu faktor
penyebabnya adalah minimnya pengetahuan mereka akan
bahasa gaul yang berkembang di masyarakat. Bahkan, ber-
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 61
Seminar Nasional KABASTRA II
62| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
SIMPULAN
Mengingat pentingnya informasi mengenai bahasa
gaul yang dipakai untuk berkomunikasi, pengajaran
bahasa gaul bagi penutur asing perlu dilakukan. Tentu saja,
dengan tidak mengurangi kebermaknaan dari suatu istilah
formal dari bahasa gaul yang diajarkan. Selain itu, penga-
jaran bahasa gaul agar tetap menjunjung norma-norma
yang berlaku di dalam masyarakat, serta tetap menjaga
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta:
Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ratnaningsih, E. 2016. Mozaik Pengajaran BIPA dan Budaya:
Prosiding SEMAR BIPA 1. Semarang: UNNES.
Sumarsono & Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik.
Yogyakarta: SABDA (Lembaga Studi Agama,
Budaya, dan Perdamaian) Bekerjasama dengan
Pustaka Pelajar.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 65
Seminar Nasional KABASTRA II
BIODATA PENULIS
Endah Ratnaningsih. Dosen Prodi Pendidikan
Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tidar.
66| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Menghadapi perubahan global, masyarakat dimu-
dahkan dengan berbagai hal praktis. Tidak terkecuali
dalam bidang komunikasi. Beberapa dekade lalu, masya-
rakat masih menggunakan alat-alat pembantu manual.
Masyarakat ini disebut dengan golongan masyarakat lama.
Sementara itu, masyarakat modern telah menerapkan tek-
nologi multiguna untuk membantu kehidupannya agar
lebih efektif dan efisien. Kendaraan yang dahulu didomina-
si oleh tenaga hewan, kini berevolusi menjadi tenaga me-
sin. Kecepatan yang dahulu diukur dengan kecepatan
tenaga hewan, pada era modern telah dikembangkan kece-
patan dengan ukuran cahaya. Surat telah tergantikan
dengan email, kawat kabel telegram berganti dengan hand-
68| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 71
Seminar Nasional KABASTRA II
PEMBAHASAN
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai BIPA telah banyak dilakukan.
Namun penelitian mengenai penerapan teknologi dalam
pembelajaran bahasa belum banyak dilakukan. Penelitian
tentang BIPA yang pertama adalah Penggunaan Media
Lagu dan Puisi dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berbicara bahasa Indonesia pada Siswa BIPA Tingkat
Pemula di Universitas Multimedia Nusantara oleh Ola
Tahe Sinaga (2014). Penelitian ini menghasilkan media
pembelajaran efektif yang digunakan pada peserta BIPA
tingkat pemula. Persamaan penelitian Sinaga dengan pene-
litian peneliti terletak pada media dan objek penelitiannya
yaitu peserta BIPA.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 73
Seminar Nasional KABASTRA II
LANDASAN TEORI
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah
bahasa Indonesia pada Era MEA, Peserta BIPA, Teknologi
komunikasi, dan aplikasi Hello Talk.
74| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Peserta BIPA
Pengajaran bahasa Indonesia bagi penurut asing
(BIPA) pada awalnya hanya diperuntukkan sebagai bentuk
pelayanan bagi warga asing yang ingin belajar bahasa
Indonesia. Namun, sekarang pengajaran BIPA mulai di-
minati oleh warga asing, terutama di kawasan Asia-Pasifik.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 75
Seminar Nasional KABASTRA II
Teknologi Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah pa-
yung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan
teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi
(Sarwaji 2016). TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, peng-
gunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu
76| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Hello Talk
Belajar bahasa asing tidak harus di dalam kelas dan
bisa dilakukan dengan kursus atau secara otodidak.
Bahkan saat ini belajar bahasa apapun hanya dengan meng-
gunakan ponsel saja, gratis, dan langsung dari penutur
aslinya. Hello Talk adalah pionir aplikasi obrolan yang
fokus pada orang-orang yang ingin merasakan pengalaman
chatting sambil belajar langsung dengan orang yang
berbahasa asing (Kompasiana 2016). Berbeda dengan apli-
kasi chatting lainnya, Hello Talk hadir dengan fitur unggul-
78| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 79
Seminar Nasional KABASTRA II
METODOLOGI
Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif terapan,
yaitu penelitian yang disusun untuk pengaplikasikan
produk. Penelitian terapan adalah salah satu jenis
penelitian yang bertujuan untuk memberikan solusi atas
permasalahan tertentu secara praktis. Penelitian ini tidak
berfokus pada pengembangan sebuah ide, teori, atau
gagasan, tetapi lebih berfokus kepada penerapan penelitian
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar1
Ikon aplikasi hellotalk
80| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Gambar 2
Pengaturan profil/identitas pada aplikasi Hello Talk
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 81
Seminar Nasional KABASTRA II
Gambar 6
Responden Penelitian
82| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Gambar 7
Responden penelitian
SIMPULAN
Berdasarkan paparan mengenai aplikasi hello talk
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, hello talk memiliki
efektivitas yang signifikan. Peserta BIPA dapat mengunduh
aplikasi ini sebagai media pembantu belajar bahasa Indone-
sia. Penulis menyarankan agar pengajar BIPA lebih iteraktif
dalam mengajar bahasa Indonesia dan menyarankan
kepada pesera BIPA untuk mengunduh aplikasi ini.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 83
Seminar Nasional KABASTRA II
DAFTAR PUSTAKA
Defrina Sukma S 2016 http://news.unair.ac.id/2016/05/02/-
perkembangan-teknologi-ubah-sejarah-kehidupan/
Herskovits dalam McGee dan YM Young.2007. Hakers in
south asian cities: planing for the bazaar economy,
canada: IDRC Publisher
http://www.kompasiana.com/arditaher/hello-talk-aplikasi-
edukasi-belajar-bahasa-asing_17 agst 2017
Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2011. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda.
Kemendikbud 2012 http:// badanbahasa. kemdikbud.go.id
/lamanbahasa/ info_bipa
Miarso. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Pustekom Dinas.
Olo, Tahe Sinaga.2014.Penggunaan Media Lagu dan Puisi
dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Bahasa Indonesia pada Siswa BIPA Tingkat Pemula di
Universitas Multimedia Nusantara (Sebuah Model
Pembelajaranpada Siswa BIPA Tingkat Pemula).
Tangerang:UMN dalam ASLILE 2014 CONFEREN-
CE Bali sept 2014
Prasetiyo,Andika Eko.2015. Pengembangan Bahan Ajar Bipa
Bermuatan Budaya Jawa Bagi Penutur Asing Tingkat
Pemula. Skripsi :Universitas Negeri Semarang
84| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Puji Lestari dan Destiani
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Jalan Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, 57126, Jawa
Tengah, Indonesia
lestariji@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Fungsi pertuturan menjadi indikasi untuk menge-
tahui makna tuturan yang sedang diujarkan. Fungsi per-
tuturan ditinjau dari pihak penutur terbagi menjadi fungsi
menyatakan, fungsi menanyakan, fungsi imperatif, sedang-
kan jika ditinjau dari pihak lawan tutur dikelompokkan
menjadi fungsi komentar, fungsi menjawab, fungsi
86| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 87
Seminar Nasional KABASTRA II
KAJIAN TEORI
Konsep Privasi
Budaya universal telah ada di setiap lapisan masya-
rakat yang telah secara sistematis dipelajari (Murdock,
1955:53). Berdasarkan hubungan manusia Westin (1971)
berpendapat bahwa ada aspek-aspek privasi ditemukan
dalam setiap masyarakat dalam budaya universal. Philip
Babcock (dalam Zhang, 2013:47) berpikir tentang "privasi"
sebagai "kualitas atau keadaan yang terpisah dari perusa-
haan atau pengamatan (isolasi) atau pengasingan atau
kebebasan dari pengamatan atau pengawasan tidak sah.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 89
Seminar Nasional KABASTRA II
90| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian dengan metode
desain fenomenologis. Van Manen (dalam Delpechitre,
2013:17) mendefinisikan studi fenomenologis sebagai salah
satu yang menggambarkan sesuatu. Mahasiswa penutur
asing yang diteliti dari Thailand, Singapura, Tanzania, dan
Uganda. Data penelitian meliputi berbagai macam tuturan
dengan fungsi menanya yang dianggap sebagai privasi dari
penutur asing yang sedang menempuh pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Data dikumpulkan
dengan teknik simak dengan dasar cakap dan lanjutan
wawancara mendalam, rekam, dan catat. Pertama, peneliti
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 91
Seminar Nasional KABASTRA II
92| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
PEMBAHASAN
Analisis data dilakukan dengan deskriptif dari
setiap informan. Informan tinggal di asrama mahasiswa
K.H Mas Mansyur Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Berikut rincian analisis informan.
94| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 95
Seminar Nasional KABASTRA II
Penanda Nonlingual:
Aktivitas sedang santai di kamar Mt
dan Mt. Pn dan Mt tinggal satu
kamar di pesantren K.H Mas
Mansyur UMS.
Pn bertanya kepada Mt agar mem-
berikan pendapatnya mengenai baju
yang dipakai.
Implikatur : Pn ingin Mt bisa memberikan
pendapatnya mengenai baju atau
penampilannya.
Maksud tuturan : Memperbolahkan Pn memakai
bedak Mt..
Status sosial : Pn mahasiswa semester 2, perem-
puan, usia 18 tahun, Mt mahasiswa
Singapra semester 6, perempuan,
usia 20 th. Pn dan Mt tidak memiliki
hubungan dekat. Keduanya sudah
saling mengenal selama 10 bulan.
Penanda Nonlingual:
Aktivitas ketika Pn baru saja
berkunjung di pesantren K.H Mas
Mansyur UMS dan bertanya kepada
Mt.
Situasi yang santai, tetapi Pn terlihat
terburu-buru.
Mt tidak begitu merespon, meskipun
Mt sudah tahu lokasi ruang TU.
Implikatur : Pn ingin Mt memberitahukan lokasi
ruang TU dan Mt tidak merespon atau
tidak memberitahukan kepada Pn
karena Pn tidak mengucapkan salam
“Assalamualaikum” kepada Mt.
Maksud tuturan : Memberikan informasi ruang TU
kepada Pn.
Status sosial : Pn mahasiswa semester 6, laki-laki,
usia 20 tahun, Mt mahasiswa Magister
Teknik, laki-laki, usia 24 th. Pn dan Mt
tidak memiliki hubungan dekat.
Keduanya sudah baru bertemu.
100| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Penanda Nonlingual :
Aktivitas ketika Mt ingin pergi ke
luar setelah belajar di kelas.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 101
Seminar Nasional KABASTRA II
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dari informan, ditemukan
beberapa konsep privasi yang dapat ditemukan. Adapun
konsep privasi tersebut, yaitu tuturan dengan fungsi
menanyakan meminta keterangan, alasan, pengakuan, pen-
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 107
Seminar Nasional KABASTRA II
DAFTAR PUSTAKA
Altman, I. 1975. The environment and social behaviour.
Monterey, CA: Brooks/Cole.
Chaer, A. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka
Cipta.
DeCew, J. 1997. In pursuit of privacy: Law, ethics, and the rise
of technology. Ithaca, NY: Cornell University Press.
Delpechitre, D. 2013. “Importance of Cross-Cultural
Empathy in Selling-Perpective from Asian Indians
living in the U.S” dalam International Journal of
Business and Sosial Science, 4 (11), 15-22.
108| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 109
Seminar Nasional KABASTRA II
110| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh : Suharsono
Fakultas Ilmu Budaya UGM, Ketua APPBIPA Cabang
Yogyakarta
hars@ugm.ac.id; hars_yogya@yahoo.com
ABSTRAK
1
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Sastra
II (Kabastra II) di Universitas Tidar Magelang, Jawa Tengah, pada 9
September 2017.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 111
Seminar Nasional KABASTRA II
PENDAHULUAN
Pada umumnya lembaga penyelenggara program
BIPA di Indonesia menyelenggarakan programnya lebih
berfokus pada aspek kebahasaannya. Tentu saja hal ini
merupakan sesuatu yang wajar karena memang aspek
itulah yang menjadi substansi bahan sajiannya. Akan
tetapi, apakah hanya aspek itulah yang layak menjadi per-
hatian lembaga penyelenggara BIPA? Apakah aspek lain-
nya tidak begitu penting untuk dipertimbangkan sebagai
112| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
114| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 115
Seminar Nasional KABASTRA II
116| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 117
Seminar Nasional KABASTRA II
120| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 121
Seminar Nasional KABASTRA II
122| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
(f) Jejaring
Kemampuan untuk membuat jejaring secara luas
dengan berbagai pihak menjadi faktor penting dalam
mengelola dan mengembangkan program BIPA. Kemam-
puan lembaga dalam membangun dan meningkatkan
jejaring kemitraan sesama lembaga penyelenggara program
BIPA dan di luar program BIPA harus ditingkatkan dari
waktu ke waktu. Kemampuan dalam membangun jejaring
ini selain dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas
lembaga dalam menjalankan fungsi lembaga, melainkan
juga demi meningkatkan kualitas pembelajaran BIPA
karena aspek pembelajaran inilah yang menjadi bagian
sentral dari sebuah lembaga penyelenggara program BIPA.
Di sisi lain, pengelola program BIPA hendaknya
dapat meningkatkan jejaring dengan masyarakat atau
pemerintah daerah setempat, misalnya dengan pemda
yang memiliki desa wisata yang menyediakan keunikan
sebuah desa atau kampung dan secara periodik menye-
lenggarakan peristiwa-peristiwa budaya lokal. Dengan
membangun jejaring yang baik dan meluas, akan mem-
perluas akses lembaga. Penguatan jejaring dengan kepolisi-
an, misalnya, akan meningkatkan akses dalam pengurusan
administrasi dan birokrasi terkait dengan keimigrasian dan
tempat tinggal. Penguatan jejaring dengan Dinas Pariwisata
(Provinsi, Kabupaten) akan meningkatkan akses terhadap
informasi peristiwa-peristiwa budaya lokal dan
memudahkan akses untuk memperoleh peluang mengikuti
124| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
SIMPULAN
Di luar masalah kebahasaan, penyelenggaraan
program BIPA perlu memperhitungkan faktor pelanggan
dan pengelolaan sebagai komponen penting. Pelanggan
merupakan bagian sentral dalam penyelenggaraan pro-
gram BIPA karena tanpa pelanggan (pemelajar BIPA)
program BIPA tidak dapat berjalan. Tidaklah mungkin
sebuah lembaga penyelenggara program BIPA melakukan
aktivitas pembelajarannya tanpa pelanggan. Itulah sebab-
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 125
Seminar Nasional KABASTRA II
126| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DAFTAR PUSTAKA
ILO & ADB. 2014. ASEAN Community 2015: Managing
Integration for Better Jobs and Shared Prosperity.
Bangkok: International Labour Organization and
Asian Development Bank.
Suharsono. 2017. “Penguatan Jejaring Kemitraan dalam
Konteks Pembelajaran BIPA”. Makalah sarasehan
BIPA yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa
Daerah Istimewa Yogyakarta, 17 Mei 2017.
BIODATA PENULIS
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 127
Seminar Nasional KABASTRA II
128| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
MAKALAH PENDAMPING
BIDANG SASTRA
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 129
Seminar Nasional KABASTRA II
130| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Alfian Rokhmansyah
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman
Pos-el: alfian.rokhmansyah@gmail.com
ABSTRAK
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 131
Seminar Nasional KABASTRA II
PENDAHULUAN
Sastra memberikan gambaran atas situasi sosial,
ideologi, dan harapan-harapan individu yang sebenarnya
untuk mempresentasikan kebudayaan bangsanya. Sastra
lahir dan mengungkapkan berbagai fenomena sosial, kul-
tural, politik, dan ideologi serta ketidakpuasan rasa intelek-
tual (Mahayana, 2007:5). Pengarang mencerminkan gagas-
an-gagasannya melalui karya sastra yang dihasilkan.
Gagasan-gagasan itu merupakan cerminan ideologi penga-
rang yang ditransfer melalui dialog tokoh-tokohnya, karak-
ter tokoh, latar, maupun peristiwa dalam karya sastra.
Ideologi-ideologi yang tercermin dalam karya sastra
tidak jauh dari representasi ideologi yang muncul dari
kondisi saat karya sastra itu diciptakan. Pengarang selain
mencerminkan gagasan-gagasannya melalui ideologi da-
lam karya yang diciptakan, ia juga mencoba untuk menego-
siasikan ideologi yang ada pada saat karya itu diciptakan
dengan ideologi yang ia ingin sampaikan.
Karya sastra yang akan dianalisis dalam makalah
ini adalah cerita pendek karya Indra Tranggono yang
berjudul Tikus. Cerita pendek (cerpen) ini termuat dalam
kumpulan cerpen Sang Terdakwa yang diterbitkan pada
tahun 2000. Cerpen ini bercerita hal sepele yang biasa
terjadi di desa, yaitu adanya serangan hama tikus di sawah.
Dalam cerpen diceritakan Pak Lurah mempunyai ide untuk
memberikan imbalan kepada rakyat yang berhasil
membunuh tikus, Rp100 per tikus. Tujuan Pak Lurah
132| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
HEGEMONI
Konsep hegemoni dipopulerkan oleh Antonio
Gramsci. Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni
adalah, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan
kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara
kekerasan dan persuasi (Simon, 2004:19—20). Bagi Gramsci,
kelas sosial akan memperoleh keunggulan (supremasi)
melalui dua cara yaitu melalui cara dominasi (dominio) atau
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 133
Seminar Nasional KABASTRA II
IDEOLOGI
Membahas teori hegemoni Gramsci, tidak bisa lepas
dari konsep ideologinya. ideologi biasanya diartikan secara
sempit sebagai sistem ide, seperti ideologi liberalis,
komunis, ataupun sosialis. Namun, Gramsci menganggap
bahwa ideologi tidak hanya sebuah sistem ide. Ideologi
berfungsi untuk mengatur manusia dan memberikan
tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan
kesadaran tentang posisinya, dan perjuangan mereka.
Ideologi terwujud dalam cara hidup kolektif
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa ideologi bukanlah
sesuatu yang berada di luar aktivitas praktis manusia,
melainkan mempunyai eksistensi materialnya dalam ber-
bagai aktivitas praktis tersebut. Ideologi memberikan
berbagai aturan bagi tindakan praktis serta perilaku moral
manusia, dan ekuivalen dengan agama dalam makna
sekulernya, yaitu pemahaman antara konsepsi dunia dan
norma tingkah laku. Ideologi bukanlah fantasi atau angan-
angan seseorang, tetapi menjelma dalam cara hidup
kolektif masyarakat (Simon, 2004:84).
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 135
Seminar Nasional KABASTRA II
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknik catat dari
sumber data. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis konten. Data yang telah terkumpul kemudian
dianalisis untuk mencapai tujuan analisis, yaitu mendapat-
kan deskripsi formasi ideologi dalam cerpen Tikus.
136| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
FORMASI IDEOLOGI
Dalam cerpen Tikus muncul beberapa ideologi yang
dominan, yaitu militerisme, bapakisme, kapitalisme, dan
paham gotong-royong. Militerisme diwujudkan melalui
kegiatan pembasmian tikus yang dilakukan oleh penduduk
desa. Mereka menggunakan alat-alat dan senjata untuk
memusnahkan tikus yang dianggap hama. Militerisme
merupakan suatu sistem dalam tatanan umum yang
dilaksanakan menurut kebiasaan-kebiasaan militer, yaitu
disiplin, sifat-sifat heroistik, patriotistik, dan dengan
kekuatan fisik yang lebih utama ketimbang kekuatan
kecendekiaan (Tambayong, 2013:160). Gerakan pembas-
mian tikus merupakan simbol militerisme karena dalam
proses pembasmian, para penduduk menggunakan alat-
alat/senjata dan mengutamakan kekuatan fisik ketimbang
kekuatan otak (strategi). Militerisme sebenarnya merupa-
kan bagian dari fasisme yang digunakan untuk mem-
bangun pemerintahan otoriter.
Dalam cerpen tersirat bahwa pemerintahan Pak
Lurah merupakan pemerintahan otoriter yang memaksa
para penduduk untuk membasmi kelompok tikus yang
138| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 141
Seminar Nasional KABASTRA II
NEGOSIASI IDEOLOGI
Ada dua alur negosiasi yang terjadi antara
kelompok dominan dan subaltern, yaitu antara Pak Lurah
dengan penduduk desa, dan antara Pak Lurah dengan
perangkat desa. Pertama negosiasi yang terjadi antara Pak
Lurah dengan penduduk desa. Dalam cerpen, ideologi
bapakisme yang berkorelasi dengan militerisme dinego-
siasikan dengan konsep gotong royong. Hal ini terjadi
antara kelompok dominan dan kelompok subaltern.
Negosiasi ini akhirnya memunculkan common sense pada
penduduk desa, yaitu gotong royong murni. Mereka benar-
benar melakukan gotong royong dengan suka rela karena
adanya sikap bapakisme, yaitu menurut pada perintah
pimpinan (Pak Lurah). Negosiasi yang terjadi di sini
merupakan gambaran negosiasi yang dilakukan oleh
pemerintah Orde Baru kepada masyarakat Indonesia. Agar
tetap terjaga, pemerintah mengenalkan dengan konsep
gotong royong yang sebenarnya sudah dimiliki oleh
penduduk.
Lebih lanjut, karena dinilai kurang efektif, maka
bapakisme dan militerisme yang awalnya dinegosiasikan
dengan gotong royong, kemudian dinegosiasikan lagi
dengan kapitalisme. Hal ini bertujuan untuk lebih meng-
galakkan gotong royong penduduk desa. Ternyata
negosiasi ideologi yang dilakukan kelompok dominan ini
menunjukkan keefektifan, artinya terjadi hegemoni dari
kelompok dominan (Pak Lurah) kepada subaltern (pen-
142| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
144| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
SIMPULAN
Dari analisis yang telah dilakukan, dapat disimpul-
kan bahwa pada cerpen Tikus karya Indra Tranggono
terdapat formasi ideologi, yaitu militerisme, bapakisme,
kapitalisme, dan paham gotong-royong. Semua ideologi
merupakan konstruksi yang dimunculkan kelompok
dominan untuk menghegemoni kelompok subaltern. Selain
itu terdapat beberapa negosiasi ideologi antara kelompok
dominan dan subaltern. Dalam cerpen tersebut diperoleh
dua alur negosiasi ideologi antara kelompok dominan
dengan subaltern, yaitu dari Pak Lurah dengan penduduk
desa, dan antara Pak Lurah dengan aparat desa. Hasil
negosiasi adalah common sense kelompok subaltern, juga
terdapat new common sense setelah terjadi perombakan
negosiasi yang dilakukan kelompok dominan kepada
subaltern. Dalam cerpen juga menunjukkan pelemahan
ideologi kelompok dominan sehingga ideologi hasil nego-
siasi menjadi hilang dan kembali ke ideologi awal kelom-
pok subaltern.
DAFTAR PUSTAKA
Bellamy, Richard. 1987. Teori Sosial Modern: Perspektif Italia.
Diterjemahan dalam Bahasa Indonesia oleh Vedi R.
Hadiz. Jakarta: LP3ES.
Cavallaro, Dani. 2004. Critical an Cultural Theory: Teori Kritis
dan Teori Budaya. Diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia oleh Laily Rahmawaty. Yogyakarta:
Niagara.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 145
Seminar Nasional KABASTRA II
146| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
BIODATA SINGKAT
Alfian Rokhmansyah adalah tenaga pengajar pada
program studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Mulawarman. Bidang keahlian adalah kajian
sastra Indonesia, khususnya pada kajian prosa Indonesia,
kajian gender dan feminisme, kajian interdisipliner
psikologi sastra.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 147
Seminar Nasional KABASTRA II
148| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Ali Imron, M.Hum
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, Universitas Tidar
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Menganalisis persoalan Islami di Indonesia terasa
akan senantiasa menarik. Label ini memiliki pasar yang
jelas sangat besar apalagi jika menengok keberadaannya
sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia.
150| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
1
www.indonesia-inestments.com/id/budaya/penduduk/item67?
2
http://www.mapsofworld.com/world-top-ten/world-top-ten-countries-
with-largest-muslim-populations-map.html.
http://www.muslimpopulation.com/asia/
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 151
Seminar Nasional KABASTRA II
ISI
a. Stilistika naratif
Stilistika adalah sebuah teori analisis style
(gaya). Awal kemunculannya, gaya yang dimaksud
adalah gaya bahasa dan komponen-komponennya.
Akan tetapi pada pekembangannya, seluruh hal
dalam kehidupan manusia yang memiliki unsur
gaya dianggap masuk dalam cakupan stilistika. Di
antara cabang dalam cakupan luas stilistika adalah
stilistika naratif.
Stilistika naratif adalah analisis gaya pada
narasi yang melibatkan 6 kompenen (Simpson 2004:
3). Keenam komponen yang dimaksud adalah: 1.
Textual medium 2. Sociolinguistics code 3. Characterisa-
152| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 153
Seminar Nasional KABASTRA II
3
http://www.pengertian.website/pengertian-agama-menurut-para-ahli-
dan-kbbi/
154| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 155
Seminar Nasional KABASTRA II
156| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
158| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 159
Seminar Nasional KABASTRA II
160| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
jemput, ya!‛
4. 23 Eggy menggenggam Bersentuhan
telapak tangan non-mahram
Keisha, mengalirkan
rasa hangat ke hati
gadis itu.‛
5. 23 ‚Take care, Kei.‛ Komunikasi/
‚You too,‛ sahut Pergaulan bebas
Keisha.
‚I’ll miss you.‛
‚Me too,‛ Keisha
menghela napas
panjang. Sudah
waktunya pergi.
Tabel 2: Daftar Muatan dalam BMI yang Terindikasi tidak
Islami
162| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
4
HR. Thabrani. Dalam Al-Mu’jamul Kabir.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 163
Seminar Nasional KABASTRA II
5
H.R. Tirmidzi dan Ahmad.
164| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
QV. Yusuf: 86
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 165
Seminar Nasional KABASTRA II
166| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 167
Seminar Nasional KABASTRA II
168| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 169
Seminar Nasional KABASTRA II
170| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
SIMPULAN
Penemuan ini membuktikan bahwa ada persoalan
serius yang dalam hukum Islam memiliki konsekuensi
sangat besar, ditampakkan dengan santai seolah hal-hal
tersbut tidaklah salah. Sedangkan, di sisi lain, novel yang
pada hampir semua babnya berisi ajaran dan sejarah Islam.
Justru bukanlah novel yang memiliki label Islami.
Menjadi semakin serius karena ini membawa
wilayah agama. Jika memang temuan-temuan ini dilakukan
secara sadar oleh penulisnya, hal ini sudah menjadi
pertanyaan apakah penulis memiliki kualitas pengetahuan
Islam yang mencukupi atau tidak. Jika tidak, maka sudah
seharusnya tidak melabeli tulisannya sebagai novel Islami.
Secara sederhana, hal ini bisa diartikan seolah menjual
agama dalam karya.
DAFTAR PUSTAKA
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 171
Seminar Nasional KABASTRA II
SUMBER INTERNET
http://www.indonesia-
inestments.com/id/budaya/penduduk/item67?
http://www.mapsofworld.com/world-top-ten/world-top-
ten-countries-with-largest-muslim-populations-map.html.
http://www.pengertian.website/pengertian-agama-
menurut-para-ahli-dan-kbbi/
172| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Dr. Gde Artawan, M.Pd
Undiksha
ABSTRAK
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 173
Seminar Nasional KABASTRA II
PENDAHULUAN
Novel-novel yang ditulis sastrawan Bali sejak
zaman kolonial sampai sekarang juga memberikan posisi
sentral pada tokoh-tokoh dalam upaya mereptrersentasi-
kan sikap kritis pengarang dalam ranah perjuangan untuk
membebaskan diri dan kaumnya dari belenggu patriarki
meski harus menghadapi berbagai penderitaan, penistaan,
dan kepasrahan untuk kepentingan yang lebih besar.
Perlawanan kultural adalah usaha-usaha yang
dilakukan tokoh-tokoh khususnya wanita dalam novel
untuk melakukan reinterpretasi terhadap tradisi dan
melakukan respons serta reaksi terhadap ketimpangan
yang dipahaminya dan dialaminya dalam kehidupan
masyarakat. Juga perjuangan kultural untuk mereaksi isu-
isu tentang wacana sosial khususnya superioritas kaum
laki-laki dalam kerangka sistem perkawinan yang patriarki
,yang hidup sejalan dengan perkembangan zaman dan dari
174| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 175
Seminar Nasional KABASTRA II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif
kualitatif. Rancangan ini digunakan untuk mendeskripsi-
kan secara mendalam perlawanan kultural terhadap hege-
moni patriarki yang direpresentasikan secara naratif
sastrawan Bali dalam novel. Subjek penelitian ini adalah
beberapa novel Indonesia yang dikarang oleh sastrawan
Bali. Beberapa prosa novel yang dimaksud adalah novel
Sukreni Gadis Bali, dan Ni Rawit Ceti Penjual Orang, karya
AA Pabji Tisna. Novel Putri karangan Putu Wijaya, novel
Kenanga dan Tarian Bumi karangan Oka Rusmini.Objek
penelitian yang diteliti mengenai perlawanan kultural ter-
hadap hegemoni patriarki yang direpresentasikan secara
naratif sastrawan Bali dalam novel.
Pengenalan objek diupayakan dengan membaca
cermat dan sistematis isi novel Sukreni Gadis Bali, dan Ni
Rawit Ceti Penjual Orang, karya AA Panji Tisna. Novel
Putri karangan Putu Wijaya, novel Kenanga dan Tarian Bumi
karangan Oka Rusmini.Analisis dilakukan dengan langkah
penyeleksian data untuk memudahkan proses kerja. Data
yang diseleksi adalah data-data yang berhubungan
langsung dengan permasalahan.Data yang terkumpul
dalam penelitian ini sebagian besar berwujud data
kualitatif. Data ini dianalisis dengan melakukan berbagai
kegiatan, yakni reduksi data, menyajikan, menafsirkan, dan
menarik kesimpulan.
176| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
178| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 179
Seminar Nasional KABASTRA II
180| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 181
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 183
Seminar Nasional KABASTRA II
SIMPULAN
Kesendirian dan luka penderitaan yang sama-sama
dipresentasikan oleh Panji Tisna, Putu Wijaya, dan Oka
Rusmini menunjukkan secara garis linear ada penyikapan
yang sangat komprehensif dari ketiga pengarang untuk
mendudukkan dan memberi data faktual bahwa perem-
puan masih disubordinatkan dalam tatanan kehidupan
masyarakat patrilinear.
Adanya resistensi terhadap ikatan patriarki,khusus-
nya melalui jalur ikatan perkawinan ditunjukkan oleh
ketiga sastrawan: Panji Tisna, Putu Wijaya, dan Oka
Rusmini. Jadi ketiga sastrawan Bali melalui representasi
tokoh ceritanya dalam novel menunjukkan perjuangan
kultural terhadap hegemoni patriarki.
184| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Pamela.2000. Marrying up in Bali.Hobart: University
of Tasmania.
______2004. Membaca dan Membaca Lagi, Reinterpretasi Fiksi
Indonesia 1980-1995. Magelang: Indonesia Tera.
Geriya, I Wayan. 2008. Transformasi Kebudayaan Bali
Memasuki Abad XXI. Surabaya: Paramita.
Goldmann, Lucien. 1973. :Genetic Structuralism in The
Sosiology of Literature. dalam Sosiology of Literature
and Drama. (Elizabeth Burn dan Tom Burn, eds).
Middlesex : Penguin.
_______________ 1977. Toward A Sosiology of The Novel.
London: Tavistok Publications Limited.
Gross, E. dan C. Pateman. 1986. Feminist Challenge: Social
and Political Theory. Boston : Northeastern
University Press.
Gross, E. 1986. ‚ What is Feminist Theory?‛ hal 190-204,
dalam C. Pateman dan E Gross, (Eds) Feminist
Challenges : Social and Political Theory. Boston :
Northeastern University Press.
Indarti, Titit. 2004. ‚ Sikap Perempuan Bali terhadap
Tradisi, Adat,, Agama, dan Dominasi Laki-Laki
dalam Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini.
Dalam Prasasti, Jurnal Ilmu Sastra dan Seni, Vol.54
Thm XIV, Agustus 2004 hal. 262-280.
Jauss, Hans Robert. 1974. ‚ Literary History as a Challenge
to Literary Theory‛ dalam Ralph Cohen (ed).
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 185
Seminar Nasional KABASTRA II
186| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dewasa ini, dunia seni baik dalam dunia seni peran,
seni musik, seni tari, seni pementasan dan kesenian serupa
mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menun-
tut penguasaan yang tidak mudah. Hal tersebut mem-
butuhkan adanya pengembangan kreatifitas dari para
pelaku seni sesuai dengan jenis kesenian yang ditekuni.
Dengan berbekal kemampuan dan kreatifitas yang tinggi,
maka diharapkan mereka dapat mempersiapkan diri untuk
masuk dalam industri hiburan/entertainment.
Ilmu sastra merupakan salah satu cabang Ilmu
Budaya yang berhubungan dengan seni dan keindahan.
188| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DRAMA
Mario Klarer (1999) membagi jenis-jenis sastra/-
literary genre kedalam 3 macam jenis sastra, yaitu fiksi,
drama dan puisi. Ketiganya memiliki ciri-ciri dan karak-
teristik khusus. Drama merupakan bagian dari karya sastra
yang disajikan dengan dialog sebagai media pengantar
cerita. Seperti didefinisikan oleh Reaske (1966) dalam
bukunya How toAnalyze Drama mendefinisikan drama
sebagai berikut:
A drama is a work of literature or a composition
which delineates life and human activity by
means of presenting various actions of – and
dialogues between a group of characters (1966:5)
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 191
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 193
Seminar Nasional KABASTRA II
194| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
METODE
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
pengajaran kajian drama yang berbasis pementasan atau
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 195
Seminar Nasional KABASTRA II
PEMBAHASAN
Pementasan drama The Glass Menagerie karya
Tennessee William yang diadaptasi oleh Muhammad Isal
Tjakrawiriardi dan Bayu Ade Prabowo adalah proyek
pengajaran dalam mata kuliah Kajian Drama Bebahasa
Inggris (English Drama Appreciation), dan diikuti wajib
oleh mahasiswa peminatan ilmu-ilmu sastra pada program
196| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
198| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
CORSE OUTLINE
DRAMA APPRECIATION-PROJECT PLAY
Tennessee William’s The Glass Menagerie
Odd Semester - Academic Year 2015-2016
WEEK DESCRIPTION
1 Job Description
Director
Actor and Actress
Creative Team
Grading System
2 Mini Presentation (actor, director, script writer)
Content : Mastering General Description of
Characters, Content of the Story
3 Mini Presentation (creative team)
Content : Pre Proposal ; Check List ; PIC ;
Budget estimation (pre)
4-6 Design a plan for the project
Create a schedule (Time Line)
7 Character development drill (Tallent)
8 Mid Test – the evaluation is based on the
result on week 4-7
9 -12 Character Drill for Director Actor and Actress
Preparation on Final exam ; Evaluation for the
tallent
13-15 Final Proposal Presentation
(Evaluation for the creative team)
16 Final Assessment / Performance
Sumber : Sillabus Drama Appreciation Sastra Inggris FIB
UDINUS 2010
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 199
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 201
Seminar Nasional KABASTRA II
Komponen Kriteria
Penilaian
85 – 95 84 – 70 69 – 55 54 – 45 N
Sangat Bagus Cukup Kurang
Bagus
Pengetahuan
Dasar (30%)
Perencanaan
(50%)
Pencapaian
(20%)
202| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Penguasaan peran
dan penjiwaan
terhadap karakter
tokoh yang
dibawakan (50%)
Kreatifitas Gerak,
gimik, dan
gesture yang
dimunculkan
pada saat peran
(30%)
Ekspresi wajah
pada saat
membawakan
peran
Kemampuan
dalam
berdialog/memba
wakan dialog
Kemampuan
dalam berbahasa
Inggris
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 203
Seminar Nasional KABASTRA II
SIMPULAN
Pembahasan makalah berjudul ‘Pementasan Drama
The Glass Menagerie Karya Tennessee William Dalam
Pengajaran Kajian Drama Inggris (English Drama
204| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 205
Seminar Nasional KABASTRA II
206| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DAFTAR PUSTAKA
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 207
Seminar Nasional KABASTRA II
208| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Imam Baihaqi, M.A.
Universitas Tidar
imam.pbsi@gmail.com
ABSTRAK
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 209
Seminar Nasional KABASTRA II
PENDAHULUAN
Kebudayaan Indonesia merupakan suatu hal yang
tidak dapat terlepas dari tradisi kebiasaan. Tradisi itu
sendiri bukanlah hal yang sudah selesai dan berhenti,
melaikan suatu hal yang masih ada dan terus berkembang.
Tradisi ini berkembang mengikuti arus perubahan sosial,
namun perubahan yang terjadi tidaklah melenceng jauh
dari akarnya, termasuk sebuah tradisi lisan.
Indonesia mempunyai banyak tradisi lisan yang
berkembang di setiap wilayah dan daerah. Banyaknya
unsur kelisanan yang ada di Indonesia menciptakan suatu
keragaman yang majemuk. Banyak bentuk sastra lisan di
Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri pada setiap
wilayah dan daerah. Salah satu sastra lisan yang terdapat
di Indonesia terutama di wilayah Jawa Tengah adalah
mitoni. Tradisi mitoni yang terdapat di Jawa Tengah
sampai saat ini mempunyai variasi tergantung di daerah
mana tradisi mitoni tersebut tumbuh dan berkembang.
Mitoni merupakan upacara kehamilan untuk memperingati
dan mendoakan calon bayi. Sebagian besar orang yang
berada di daerah Jawa Tengah mengenal tradisi ini.
Meskipun memiliki tujuan yang sama, tradisi mitoni juga
memiliki perbedaan yang terdapat di setiap daerah
terutama di Magelang. Perbedaan tersebut dapat terjadi
karena latar belakang sosial budaya masyarakat yang
210| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
TRADISI LISAN
Tradisi lisan adalah segala wacana yang disampai-
kan secara lisan, mengikuti cara atau adat istiadat yang
telah memola dalam suatu masyarakat. Kandungan isi
wacana tersebut dapat meliputi berbagai hal: berbagai jenis
cerita atau berbagai jenis ungkapan seremonial dan ritual.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 211
Seminar Nasional KABASTRA II
SASTRA LISAN
Sastra lisan muncul dari tradisi lisan dalam suatu
komunitas masyarakat tertentu. Tradisi lisan tersebut dapat
berupa berbagai pengetahuan, adat kebiasaan yang secara
turun-temurun disampaikan secara lisan dan mencakup
tidak hanya pada cerita rakyat, mitos, legenda, tetapi juga
dilengkapi dengan hukum adat, dan lain sebagainya.
Tradisi lisan ini kemudian mendapatkan tempat dan
menemukan bentuknya dalam suatu kebudayaan masya-
rakat yang bisa jadi berbeda-beda. Tradisi lisan tersebut
akhirnya mengandung unsur estetik serta berbagai macam
informasi tentang nilai-nilai budaya masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena itu, tradisi lisan yang terdapat
di masing-masing wilayah serta daerah mempunyai andil
besar dalam pembentukan sebuah sastra lisan. Sudewa
(2014: 67) menyatakan bahwa keberadaan sastra lisan juga
berkaitan dengan kegiatan adat dan budaya masyarakat,
artinya sastra lisan dan tradisi lisan mendominasi kehidup-
an masyarakat.
214| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
METODE PENELITIAN
Metode dapat diartikan sebagai suatu kerja untuk
memahami suatu objek yang menjadi sasaran penelitian.
Karena karya sastra merupakan fakta estetik yang memiliki
karakteristik tersendiri, maka metode yang digunakan
untuk mengkajinya pun berbeda. Metode dalam studi
sastra memiliki ukuran keilmiahan tersendiri yang ditentu-
kan oleh karakteristiknya sebagai suatu sistem, yaitu sistem
sastra. Dalam penelitian sastra, pemilihan metode berkaian
erat dengan karakteristik, objek penelitian, masalah, dan
tujuan penelitian (Chamamah dalan Jabrohim, 2001: 15).
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
216| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 217
Seminar Nasional KABASTRA II
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini
meliputi: 1) pedoman pengamatan untuk mengidentifikasi
cuplikan video terpilih dan observasi secara langsung
tentang tradisi mitoni, 2) pedoman wawancara untuk
mendeskripsikan tanggapan penutur terkait komponen-
komponen yang terdapat dalam tradisi mitoni.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 219
Seminar Nasional KABASTRA II
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan penutur dan
partisipan untuk mengtahui tanggapan mereka
berkaitan dengan tradisi mitoni dan kompone-
komponen yang terdapat di dalamnya.
Wawancara akan dilakukan setelah pelaksanaan
tradisi mitoni. Partisipan yang diwawancarai
hanya perwakilan dari partisipan yang hadir
dalam tradisi mitoni saja.
224| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 225
Seminar Nasional KABASTRA II
226| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 227
Seminar Nasional KABASTRA II
228| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
SIMPULAN
Tradisi mitoni sebagai salah satu sastra lisan di
Magelang mempunyai karakteristik yang terletak pada
komponennya, meliputi penutur, properti, partisipan, dan
bacaan atau doa. Penutur tradisi mitoni di Magelang
adalah mbah Gemi yang sudah berusia 67 tahun dan
memimpin tradisi mitoni di magelang sewaktu belum
menikah. Properti tradisi mitoni di Magelang terdiri atas
bunga tujuh rupa, tujuh buah jarit, tujuh buah telur jawa,
tujuh buah kupat, pring sedapur, tujuh buah tumpeng,
ayam ingkung, tujuh rupa jajan pasar yang kesemuanya
mempunyai filosofinya masing-masing. Partisipan tradisi
mitoni di Megelang adalah keluarga dekat dan tetangga.
Bacaan atau doa yang digunakan dalam tradisi mitoni di
Magaelang adalah doa selamat. Doa ini berikan kepada ibu
hamil dan bayi yang terdapat dalam kanduangan agar
kedua selamat dan mendapat pitulungan (pertolongan) dari
Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 229
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 231
Seminar Nasional KABASTRA II
BIOGRAFI PENULIS
234| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Isrulia Nugrahaeni, S.S., M.Hum.
PPs Ilmu Sastra Universitas Padjadjaran
isrulian@gmail.com / 085726401945
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Nusantara memiliki banyak kekayaan naskah yang
hampir tersebar di seluruh wilayahnya. Naskah tersebut
berisikan berbagai informasi hasil pemikiran masyarakat-
nya. Kandungan yang tersimpan dalam naskah hakikatnya
adalah produk dari kebudayaan manusia dan gambaran
perkembangan kebudayaan.
Salah satu perkembangan kebudayaan adalah per-
kembangan agama. Agama sebagai suatu ajaran dan sistem
yang mengatur tata keimanan pun tak luput dari sorotan
pernaskahan. Dalam khazanah pernaskahan Indonesia,
naskah keagamaan dikategorikan sebagai sastra kitab.
Menurut Roolvink (dalam Fang, 2011:380), kajian tentang
Alquran, tafsir, tajwid, arkan ul-Islam, usuluddin, fikih,
ilmu tasawuf, tarekat, zikir, rawatib, doa, jimat, risalah,
wasiat, dan kitab tib (obat-obatan, jampi-menjampi) semua-
nya dapat digolongkan ke dalam genre sastra kitab. Bargin-
sky (1998:275—276) pun memberikan definisi sastra kitab
ialah sejenis karangan keagamaan yang khas ilmiah dalam
metode penyampaian isinya, disusun terutama untuk
murid-murid pondok pesantren dan anggota tarekat sufi.
Ilmu fikih, ilmu kalam, tasawuf, tafsir, tajwid, dan nahw
dikategorikan ke dalam sastra kitab.
236| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 239
Seminar Nasional KABASTRA II
240| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 241
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 245
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 247
Seminar Nasional KABASTRA II
248| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 249
Seminar Nasional KABASTRA II
250| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 251
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 253
Seminar Nasional KABASTRA II
254| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 255
Seminar Nasional KABASTRA II
256| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 257
Seminar Nasional KABASTRA II
DAFTAR PUSTAKA
258| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 259
Seminar Nasional KABASTRA II
260| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
ABSTRAK
PENDAHULUAN
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal I Ayat I dikatakan bahwa
‚pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk me-
wujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk me-
miliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara‛
(Depdiknas, 2003).
262| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 263
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 265
Seminar Nasional KABASTRA II
KAJIAN TEORI
Pendekatan utama yang dipergunakan untuk
menganalisis permasalahan adalah pendekatan studi sosio-
logi sastra sering didefinisikan sebagai pendekatan yang
memahami dan menilai karya sastra dengan mempertim-
bangkan segi-segi kemasyarakatan atau sosial (Damono,
2003:1).
Sastra bukanlah sekadar pencerminan masyarakat-
nya, sastra merupakan usaha manusia untuk menemukan
makna dunia atas nilai yang terkandung di dalam sastra.
Nilai itu harus dihayati oleh orang dan masyarakat (Faruk,
2012: 63). Sejalan dengan hal itu (Endraswara, 2003: 78)
menyatakan bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal balik
dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosio-
logi berusaha mencari pertautan antara sastra dengan
kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensi. Oleh
karena itu, penggunaan sosiologi sastra dalam penelitian
ini diharapkan mampu memunculkan keterkaitan budaya
yang ada dalam novel novel Si Dul Anak Betawi karya
Aman Datuk Madjoindo dengan budaya yang ada dalam
masyarakat Betawi.
Menurut (Wellek dan Warren, 2014: 84), penelitian yang
menggunakan pendekatan sosiologi sastra dapat dibeda-
266| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 267
Seminar Nasional KABASTRA II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analisis dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis
data dengan pandangan kritis sesuai dengan kenyataan
yang ditemukan. Teknik penelitian semacam ini dalam
sastra disebut deskriptif kualitatif. Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013).
Menurut (Ratna, 2012: 39) metode analisis deskriptif adalah
metode yang digunakan dengan cara menganalisis dan
menguraikan data untuk menggambarkan keadaan objek
yang diteliti yang menjadi pusat perhatian penelitian.
Dengan kata lain, metode analisis deskriptif digunakan
untuk menguraikan. kemudian mendeskripsikan keadaan
objek yang diteliti dengan-hal yang menjadi pusat
perhatian.
Langkah-langkah untuk pemerolehan dan pengo-
lahan data dilakukan sebagai berikut.
1.2.1 Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data
yang menyangkut aspeks budaya Betawi dalam novel Si
Dul Anak Betawi karangan Aman Datuk Madjoindo.
1.2.2 Inventarisasi data dilakukan terhadap novel yang
diteliti, aspek budaya Betawi yaitu Lebaran, selamatan,
perkawinan, dan permainan anak yang ditemukan dalam
novel Si Dul Anak Betawi karya Aman Datuk Madjoindo.
268| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
PEMBAHASAN
Untuk kemudahan pemahaman uraian ini, berikut
akan dipaparkan biografi singkat yang berhubungan
dengan kepengarangan Aman Datuk Madjoindo. Beliau
lahir di Supayang, Solok, Sumatera Barat tahun 1896 dan
meninggal 1969. Pernah bekerja sebagai guru di Padang
dan kemudian sebagai korektor dan redaktur di Balai
Pustaka.
270| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
272| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
274| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
276| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 277
Seminar Nasional KABASTRA II
278| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 279
Seminar Nasional KABASTRA II
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 281
Seminar Nasional KABASTRA II
284| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
belajar. Oleh karena itu, jika ditinjau dari segi bahasa novel
ini dapat diterapkan ke jenjang pendidikan SMA.
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 285
Seminar Nasional KABASTRA II
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat ditarik
simpulan bahwa dalam novel Si Dul Anak Betawi kar-
ya Aman Datuk Madjoindo terdapat adat istiadat Betawi
sangat kental dengan budaya Islam dan mereka mereka
menjalani secara konsekuen. Hampir seluruh adat istiadat
masyarakat Betawi diwarnai oleh agama Islam seperti
sebagai berikut. Pertama, saat lebaran, kereligiusan masya-
rakat Betawi tampak dalam berpakaian dan sikap hidup
mereka. Kedua, selamatan untuk orang meninggal, setiap
malam selama tujuh hari mereka membaca tahlil dan
doa. Ketiga, perkawinan orang Betawi akan mendapat
restu apabila calon pasangannya beragama Islam. Keempat,
permainan anak sifatnya berunsur agama. Bagi orang
Betawi keberhasilan adalah pentingnya keseimbangan
pendidikan dunia dan akhirat bukanlah hal baru. Dengan
demikian, novel Si Dul Anak Betawi dapat dijadikan sebagai
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 287
Seminar Nasional KABASTRA II
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 2003. Sosiologi Sastra. Semarang:
Magister Ilmu Susastra Undip.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka. Widyautama.
Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Loven, Klarijn. 2008. Si Doel and Beyond: Discourse on
Indonesian Television in the 1990. Leiden:
University Press.
Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Madjoindo, Aman Datuk. 2013. Si Dul Anak Betawi. Jakarta:
Balai Pustaka
Rahmanto, B. 2004. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta:
Kansius.
288| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 289
Seminar Nasional KABASTRA II
290| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Oleh :
Nurul Setyorini, Kadaryati, dan Bagiya
e-mail: nurulsetyorini32@gmail.com
Dosen PBSI FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo
ABSTRAK
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 291
Seminar Nasional KABASTRA II
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan pada saat ini semakin berkem-
bang seiring dengan berkembangnya teknologi. Ilmu
pengetahuan terus meningkatkan produktivitas ilmuan
dalam melakukan penelitian, percobaan, dan inovasi.
Kolaborasi dalam suatu penelitian dianggap sebagai ujung
tombak dunia ilmu pengetahuan sehingga mendapat per-
hatian besar dari komunitas ilmuan dan institusi kebijakan
ilmu pengetahuan. Kolaborasi dilakukan untuk menang-
gulangi permasalahan yang semakin kompleks dengan
didasarkan berbagai latar belakang keahlian. Melalui kerja-
sama penelitian, permasalahan dapat dipecahkan dan
292| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 293
Seminar Nasional KABASTRA II
298| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan menggunakan data kepustakaan dan
analisis objek. Data kepustakaan yang dimaksud dalam
penelitiaan ini adalah memanfaatkan sumber tertulis
seperti buku, laporan penelitian, artikel, jurnal, dan laporan
penelitian lainya. Kajian penelitian untuk menganalisis
objek dalam penelitian ini adalah teori psiko sosial Keren
Horney. Adapun teknik pengumpulan data yang diguna-
kan, yaitu: (1) memilih naskah drana yang akan diteliti,
yaitu Orang Kasar karya Anton Chekov saduan WS Rendra,
(2) membaca naskah, (3) memahami konsep kepribadian
302| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 305
Seminar Nasional KABASTRA II
306| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DARMO
‚Lagi-lagi saya jumpai nyonya dalam keadaan
seperti ini. Hal ini tidak bisa dibenarkan, nyonya
Martopo. Nyonya menyiksa diri! Koki dan babu
bergurau di kebun sambil memetik tomat, semua
yang bernafas sedang menikmati hidup ini, bahkan
kucing kitapun tahu bagaimana berjenakanya dan
berbahagia, berlari-lari kian kemari di halaman,
berguling-guling di rerumputan dan menangkapi
kupu-kupu, tetapi nyonya memenjarakan diri nyo-
nya sendiri di dalam rumah seakan-akan seorang
suster di biara. Ya, sebenarnyalah bila dihitung
secara tepat, nyonya tak pernah meninggalkan
rumah ini selama tidak kurang dari satu tahun‛. (3)
308| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
NYONYA
‚Dan saya tak akan pergi ke luar! Kenapa saya
harus pergi keluar? Riwayat saya sudah tamat.
Suamiku terbaring di kuburnya, dan sayapun telah
mengubur diri saya sendiri di dalam empat dinding
ini. Kami berdua telah sama-sama mati‛. (4)
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 309
Seminar Nasional KABASTRA II
310| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 313
Seminar Nasional KABASTRA II
314| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 315
Seminar Nasional KABASTRA II
316| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
....
‚Lelaki yang terbaik ini mengkhianati saya pada
segala macam kesempatan…. Setelah ia meninggal
dunia, saya temukan laci mejanya penuh dengan
surat-surat cinta. Ketika ia masih hidup ia suka
meninggalkan saya berbulan-bulan lamanya, me-
mikirkannya saja sudah ngeri. Ia bercinta-cintaan
dengan wanita lain dihadapan saya, ia
memboroskan uang saya, dan memperolok-olokkan
perasaan saya, tetapitoh saya masih tetap jujur dan
setia kepadanya. Dan lebih daripada itu, ia sudah
mati dan saya masih tetap setia kepadanya. Saya
kuburkan diri saya di dalam empat tembok ini dan
saya akan tetap memakai baju hitam ini sampai
keliang kubur saya‛. (69)
318| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 319
Seminar Nasional KABASTRA II
(145)
NYONYA
Pergilah! Ngan cium di tangan saya! O, saya benci…
saya benci… saya…
(Tangannya yang satunya membelai kepala bilal)
(146)
320| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 321
Seminar Nasional KABASTRA II
322| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
DARMO
‚Saya sudah berkata begitu, tetapi ia orang yang
ganas, ia mencaci maki dan nekad saja masuk ke
dalam kamar, ia sekarang sudah menerobos ke
kamar makan‛.(23)
324| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 325
Seminar Nasional KABASTRA II
SIMPULAN
Penelitian ini terdapat empat simpulan, yaitu
pertama gangguan kepribadian neorotik tokoh Nyonya
Martopo, kedua gangguan kepribadian neorotik tokoh
Baitul Bilal, ketiga kebutuhan neorotik tokoh Nyonya
Martopo, dan kebutuhan neorotik tokoh Baitul Bilal.
Pertama, gangguan neorotik yang dialami tokoh Nyonya
Martopo antara lain: sedih berlarut-larut, tidak mau ke luar
rumah, tidak mau menerima tamu dan bertetangga. Kedua,
gangguan kepribadian neurotik yang dialami Baitul Bilal
antara lain: depresi, menyalahkan orang lain, dan gelisah.
Ketiga, kebutuhan neorotik tokoh Nyonya Martopo antara
lain: kebutuhan akan kasih sayang dan kebutuhan neurotik
untuk membatasi hidupnya dalam lingkup yang sempit.
Keempat, kebutuhan neorotik tokoh Baitul Bilal adalah
kebutuhan kasih sayang.
DAFTAR PUSTAKA
326| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 327
Seminar Nasional KABASTRA II
328| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
ABSTRAK
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 329
Seminar Nasional KABASTRA II
PENDAHULUAN
Peliknya masalah rokok membuat setiap kebijakan
tentang rokok menjadi dilema dan berujung pada pro dan
kontra di tengah masyarakat. Perdebatan itu terus terjadi
karena rokok di satu sisi memiliki nilai komoditi yang
menggiurkan, namun di sisi lain membawa dampak yang
merugikan. Namun demikan, hal yang penting dan tidak
dapat dipungkiri ialah adanya berbahaya yang ditimbulkan
akibat rokok. Bahaya rokok tidak hanya menyangkut
kesehatan perokok aktif yang kebanyakan merokok sem-
barangan, tetapi juga kesehatan orang yang berada didekat-
nya sebagai perokok pasif. Kegelisan seperti itu, telah
dirasakan oleh berbagai kalangan termasuk seorang sastra-
wan besar Indonesia yaitu Taufik Ismail.
Puisi-puisi Taufik Ismail seringkali berisi tentang
masalah-masalah sosial. Dalam hal ini, dapat juga dikata-
kan bahwa Taufik Ismail adalah sastrawan Indonesia yang
cukup peka dan peduli terhadap masalah rokok melalui
karya puisi. Ada beberapa puisinya tentang rokok, salah
satunya berjudul Tuhan Sembilan Senti. Melalui puisi
tersebut Taufik Ismail memberikan gambaran secara cukup
detail dan kritis terhadap fenomena rokok di Indonesia.
Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini dilakukan untuk
330| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
KAJIAN TEORI
Penelitian ini ingin mengungkap fakta-fakta sosial
yang direpresentasikan di dalam puisi karya Taufik Ismail.
Oleh sebab itu, pendekatan sosiologi sastra dan konsep-
konsep dari teori tersebut dianggap sesuai untuk mem-
bantu analisis.
Prinsip yang mendasari teori sosiologi sastra adalah
bahwa karya sastra (kesusatraan) merupakan refleksi
masyarakat pada suatu zaman. Sosiologi sastra digunakan
oleh para kritikus sastra dan ahli sejarah sastra untuk
membahas karya sastra yang dipengaruhi oleh status kelas,
ideologi masyarakat, dan keadaan-keadaan ekonomi yang
juga berhubungan dengan jenis pekerjaan dan jenis pem-
baca yang dituju (Abrams, 1981). Para ahli sosiologi sastra
memperlakukan karya sastra sebagai karya yang diten-
tukan dan tidak dapat terhidarkan dari keadaan-keadaan
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 331
Seminar Nasional KABASTRA II
332| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan objek puisi Tuhan Sem-
bilan Senti karya Taufik Ismail yang menggambarkan per-
masalahan dan fenomena-fenomena sosial mengenai rokok
di Indonesia. Melalui pendekatan sosiologi sastra yang
tampak fenomenologis maka dalam penelitian ini menggu-
nakan metode penelitian kualitatif. Adapun langkah-
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 333
Seminar Nasional KABASTRA II
334| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
………..
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
……………
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para
dewa-dewa bagi perokok,
…………
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan
nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak
langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
bisa ketularan kena.
338| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 339
Seminar Nasional KABASTRA II
……
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
340| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 341
Seminar Nasional KABASTRA II
342| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
344| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 345
Seminar Nasional KABASTRA II
346| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 347
Seminar Nasional KABASTRA II
SIMPULAN
Puisi Tuhan Sembilan Senti sebagai karya sastra
dapat menjadi sebuah potret atau cerminan sebuah
masyarakat terutama tentang rokok di Indonesia. Melalui
puisi dapat diketahui bahwa fakta sosial tentang rokok di
Indonesia memang telah mecapai tingkat yang begitu
memprihatinkan. Fakta yang direpresentasikan dalam
348| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 349
Seminar Nasional KABASTRA II
DAFTAR PUSTAKA
Faruk, 2012. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
_______,2014. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme
Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Pradopo, 1988. Beberapa Gagasan dalam Bidang Kritik
Indonesia Modern. Yogyakarta: P.D Lukman.
_______ , 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gama Media.
_______ , 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univerdity Press
Artikel berita:
Faturahman,2016. Merokok di Kawasan Rumah Sakit
11Pria Ditangkap dan Disidang.
http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/10/19/mero
kok-di-kawasan-rumah-sakit-11-pria-ditangkap-
dan-disidang. Diakses 5 April 2017
Ikhsanuddin. 2015. ‚Fahri: Publik Bisa Protes Anggota DPR
yang Merokok di Ruang Kerja Gubernur‛.
http://nasional.kompas.com/read/2015/08/06/114547
11/Fahri.Publik.Bisa.Protes.Anggota.DPR.yang.Mer
okok.di.Ruang.Kerja.Gubernur Diakses tanggal 3
April 2017.
Leandha, Mei. 2016. ‚Anggota DPRD Diprotes karena
Merokok Saat Rapat Paripurna‛.
http://regional.kompas.com/read/2016/04/20/155431
350| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya
ISBN 978-602-61725-2-5
31/Anggota.DPRD.diprotes.karena.merokok.saat.ra
pat.paripurna. Diakses tanggal 3 April 2017.
Madani. 2012. ‚Rokok dan Timnas Indonesia yang Sering
Keok‛. https://www.merdeka.com/peristiwa/rokok-
dan-timnas-indonesia-yang-sering-keok.html.
Diakses 5 April 2017
Mustaqim, Ahmad. 2016. ‚SMK PGRI 38 DKI Keluarkan Siswa
yang Unggah Foto Merokok di Kelas‛. Jakarta:
https://news.detik.com/berita/d-3575786/smk-pgri-
38-dki-keluarkan-siswa-yang-unggah-foto-
merokok-di-kelas. Diakses 5 April 2017
Patnistik, Egidius (Ed). ‚Hak Publik yang Masih Terenggut
Asap Beracun‛.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/07/160
00001/hak.publik.yang.masih.terenggut.asap.beracu
n.?page=all . Diakses 5 April 2017
Raharjio, Edzan. 2017. Tindakan Turunkan Oknum TNI
yang Merokok di KA Sesuai Prosedur.
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-
3592966/tindakan-turunkan-oknum-tni-yang-
merokok-di-ka-sesuai-prosedur. Diakses tanggal 17
Agustus 2017
Yulianto, Agus. 2016. ‚Kepsek Merokok Didenda Rp 5 Juta
di Aceh‛.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/1
6/11/22/oh1d0j396-kepsek-merokok-didenda-rp-5-
juta-di-aceh. Diakses tanggal 3 April 2017
Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya | 351
Seminar Nasional KABASTRA II
352| Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing dalam Kerangka Sastra dan Budaya