Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Puisi


Dosen : Kusmarwanti, M.Pd., M.A.
Nama : Muhammad Aminuddin
NIM : 19201244009
Prodi/Kelas : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/C 2019

Petunjuk
1. Pilihlah minimal 3 puisi karya Mutia Sukma yang dilampirkan dalam tugas ini.
2. Analisislah puisi-puisi tersebut dengan mengacu pada artikel jurnal yang telah kita
review pada pertemuan terakhir!
3. Tugas diketik dengan font Times New Roman 12, spasi 1,5, dan kertas A4.
4. Tugas dikumpulkan dalam word atau pdf, dengan nama file: PUISI_PRODI
KELAS_UAS_NAMA (CONTOH: Puisi_PBSI 3A_ UAS_Baim Wong). Tugas di-upload
ke besmart. Deadline Rabu, 6 Januari 2021 pukul 12.00 WIB.
5. Selamat mengerjakan.

PENCIPTAAN DUNIA DALAM PUISI KARYA MUTIA SUKMA

1. LATAR BELAKANG pengkonsentrasian struktur fisik dan


Puisi adalah karya sastra yang struktur batinnya″. Penulisan puisi
memiliki makna yang mendalam. merupakan pemadatan makna yang luas
Mulyana (Semi, 1998: 91) memberikan kedalam pilihan diksi yang padat.
batasan puisi dengan menggunakan Sehingga tercipta sebuah makna yang
pendekatan psikolinguistik karena puisi mendalam disetiap kata dalam puisi.
merupakan karya seni yang tidak saja Puisi karya Mutia Sukma
berhubungan dengan masalah bahasa, bebarapa membahas tentang perjalanan
tetapi juga berhubungan dengan masalah hidup. Dimana ia berada, disitulah ia
jiwa. Dalam mengapresiasi puisi, menulis puisi untuk menggambarkan
pemahaman dan penjiwaaan sangat suasana tempat. Puisi dengan
penting untuk memahami makna penggambaran tempat, sangat kental
sesungguhnya dari puisi tersebut. dengan kata-kata yang berhubungan
Waluyo (2002:25) ″Puisi adalah dengan pengindraan.
suatu bentuk karya sastra yang (Damono, 2014: 39), dipilihlah
mengungkapkan pikiran dan perasaan beberapa sajak yang dipandang memiliki
penyair secara imajinatif dan disusun kemiripan latar dalam sajiannya. Sesuai
dengan mengkonsentrasikan semua dengan puisi karya Mutia Sukma
kekuatan bahasa dengan berjudul “Di Borobudur” yang seakan
nyata memposisikan diri pembaca Analisis ini berfokus pada puisi
berjalan di Borobudur dengan yang menggunakan nama tempat
pemandangan indahnya. sebagai judul puisi. Sebagai berikut:
Abrams (1981) mengidentifikasi - Batu caves
adanya lima jenis bahasa kias, yaitu (1) - Di Borobudur
simile, (2) metafora, (3) metonimia, (4) - Di Kaki Merapi
sinekdoke, dan (5) personifikasi. Dalam 4. PEMBAHASAN
analisis puisi ini akan pebih berfokus Sesuai dengan judul yang
pada mengidentifikasi bahasa kias dipilih, terdapat tiga puisi yang akan
metafora dan personifikasi dalam puisi dianalisis. Ketiga puisi memiliki
karya Mutia Sukma. kesamaan berupa penggunaan nama
2. RUMUSAN MASALAH tempat sebagai judul. Yaitu: Batu
Sesuai dengan penjabaran pada Caves, Di Borobudur, Di Kaki Merapi.
pendahuluan dapat disimpulkan Semua puisi tersebut adalah karya
rumusan masalah berupa, Apa saja Mutia Sukma.
bahasa kias metafora dan personifikasi Ketiga puisi yang identik
dalam puisi karya Mutia Sukma?. Apa memiliki citraaan dan bahasa kias yang
saja citraan yang ada dalam puisi karya sama. Ketiga puisi memiliki relasi yang
Mutia Sukma? linear dalam analisis. Ketiganya
3. METODE PENELITIAN membahas tentang tempat yang pernah
Metode penelitian yang didatangi oleh penulis, kemudian
dilakukan dalam puisi ini adalah metode penulis menuangkannya dalam puisi.
deskriptif kualitaitf. Fokus dalam Oleh sebab itu, penggambaran suasana
mengidentifikasi bahasa kias metafora dengan bahasa kias dan citraan di puisi
dan personifikasi, dan citraan yang ada ini sangat ketara.
dalam puisi. Dengan membaca puisi Batu Caves
berulang-ulang kemudian
Kunaiki jejak tanggamu yang tinggi
mengidentifikasi bagian-bagian yang Kunaiki jejak tanggamu yang
masuk dalam cakupan kajian rumusan kubayangkan menjulang
ke awan-awan
masalah. Melewati hutan-hutan yang dikuasai
tentara monyet
yang dengan sigap akan menyerangmu
penginderaan penciuman di larik Api
Demi atapmu yang tinggi
habis membakar dupa. Suasana religius
Bantuan tak tersentuh membentuk tirai-
tirai gua meresap dan membuat hanyut dalam
Menyerupai kerang dan mutiara kekhusyukan prosesi keagamaan pada
Menyimpan doa-doa yang dinaikkan
kuil di dataran tinggi Caves.
Pada guamu Personifikasi dalam bait dua di
Ritme lagu beralun statis
Api habis membakar dupa larik Menyerupai kerang dan Mutiara,
Orang-orang khusuk meminta Menyimpan doa-doa yang dinaikkan
Cahaya yang malu-malu terpantul di
seakan memanusiakan bebatuan dan
keemasan kuilmu
karang sebagai media penyimpan doa-
Demi akar-akar menjuntai doa yang dipanjatkan. Pengandaian
Pohonan hidup tak sendiri
Puja-puja dikirim dan melewati entah yang menguatkan atmosfer damai dalam
apa namanya balutan lantunan doa di kuil pemujaan.
Diriku yang terasing
Menyerupai kerang dan Mutiara
Makin mabuk dalam sunyi
keramaianmu terdapat dalam bait kedua baris ketiga.
Merupakan wujud metafora pengandaian
2017
kondisi bebatuan dalam gua yang
menyerupai kerang dan Mutiara. Berikut
Puisi ‘Batu Caves’ merupakan
juga tersampaikan penggambaran citraan
penggambaran tempat yang disinggahi
visual pemandangan ketika berjalan di
penulis. Pemilihan diksi mewakili setiap lorong gua. Kemudian pengandaian
pengalaman penulis. Memandu banyaknya satwa liar berupa kawanan
pembaca ke dalam tour wisata monyet tersampaikan dengan jelas pada
menikmati indahnya Batu Caves. Melewati hutan-hutan yang dikuasai
Penggambaran citraan visual seperti tentara monyet. Juga penegasan perilaku

tanggamu yang tinggi, menjulang ke kawanan monyet yang sering kali

awan-awan, melewati hutan, nampak mengganggu pengunjung berupa yang


dengan sigap akan menyerangmu,
nyata seakan berada dalam posisi
penegasan suasana semakin kuat dalam bait
berdiri penulis saat itu. Kemudian
kedua.
dipadukan dengan pencitraan
pendengaran berupa Ritme lagu beralun
Di Borobudur
statis dan dikuatkan dengan
aku membaca jejak sidartha mengirim kisah Sidartha dari masalalu ke
di antara pekat hitam batu-batu
masakini. Dengan pengandaian seakan batu
langit mengirim tangkaitangkainya
mengering di tubuh kami cadas yang merupakan benda mati namun
yang basah seakan bercerita kisah masalalu.
riuh perjalanan pun menjadi
relief baru yang memahat Di Kaki Merapi
cadas tua penangkas waktu bersama koto
berlompatan mengirim kisahkisah lalu
yang diceritakan padaku Di kaki merapi
Aku tibatiba datang
dikurung candi tanggal
Ke rumahmu; Gendhot
kutemukan dirimu tetap di situ
Jalan licin dan terjal batubatu
;sidartha
Menghantarku pada aroma air yang
memetik daundaun doa
Sedikit nakal
yang tangkainya telah jatuh
Menari di atas daun kelompong
di tubuhmu

Sawahsawah terasiring berkabut


untukku padamu
Juga petani yang lalu
yang tetap di situ
Lalang membawa tomat
Melebur seluruh jarak yang
Borobudur, 2007
Membikin kesemutan kakiku
Menceritakan kisah ’aku’ dan ‘mu’. ‘aku’
Semua luruh menjadi gula
sebagai penulis dan ‘mu’ sebagai Sidartaha. Di teh hangat bikinanmu
Teridentifikasi bahwa penulis
Kapankapan aku akan
sebelumnya telah mengenal siapa Sidartha, Datang kembali
dengan membaca kisah-kisah Sidratha di Bukakan lagi pintu rumahmu
Untuk kami, sepasang burung
relief batu candi. Nampak jelas penulis Yang tak berumah
menvisualkan di antara pekat hitam batu- (Dukun, maret 2007)
batu yang didalamnya memuat kisah
Sidartha dalam bentuk relief baru yang Puisi berjudul Di Kaki Merapi

memahat. Kata sidharta diulang dua kali merupakan perwujudan alihwahana suasana

dalam puisi diatas. pedesaan sejuk Merapi yang dialami oleh


penulis. Bait pertama memberi gambaran

cadas tua penangkas waktu nyata keadaan pemandangan dan suasana

berlompatan mengirim kisahkisah lalu saat itu. Menghantarku pada aroma air

Dalam kutipan diatas termuat personifikasi yang citraan indra penciuman yang

memanusiakan batu cadas yang berlompatan menggambarkan suasana sejuk dan asri.
Menari di atas daun kelompong air itu
menari diatas daun kelompong, pada kutipan terciptanya dunia didalam puisi karya Mutia
ini terdapat majas personifikasi untuk Sukma.
menghidupkan suasana kesejukan hari itu.
Membikin kesemutan kakiku kemudian
terdapat citraan indra perasa, dapat diambil
kesimpulan secara tersirat bahwa kaki sang
penulis sampai kesemutan karena terduduk
menikmati indahnya alam.
Bait kedua puisi ini tersirat harapan
sang penulis. Tentang rasa rindu dan ingin
kembali menikmati suasana tepi Merapi
yang ia rasakan saat itu. Untuk kami,
sepasang burung, penulis mengibaratkan
dirinya sebagai seekor burung penjelajah
yang tak berumah. Itu artinya metafora dari
seseorang yang suka bepergian kemanapun
ia mau, layaknya burung yang bebas.

5. SIMPULAN
Ketiga puisi tersebut merupakan produk
dari pengalaman nyata sang penulis. Ia
pernah berkunjung ke Batu caves,
Borobudur, dan Merapi. Itulah kesamaan
ketiga puisi. Ketiga puisi memiliki citraan
yang kuat dan pengandaian serta
personifikasi yang tak kalah kuat. Pemilihan
diksi yang tepat dan mudah dimengerti
membuat nilai plus dari puisi ini. ditambah
lagi penggunaan citraan, personifikasi, dan
metafora, akan semakin mendukung

Anda mungkin juga menyukai