Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hufny Marza

Nim : 051920319

Tugas Tutorial 2

Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Jawaban :

1.

Permintaan agregrat dapat didefinisikan sebagai keseluruhan permintaan domestik dan luar negeri
terhadap suatu perekonomian yang memiliki sumber daya terbatas dikurangi seluruh permintaan
dalam negeri terhadap barang dan jasa yang berasal dari luar negeri. Gambarkan tentang kurva
permintaan agregrat dan jelaskan ! Jawaban Kurva permintaan agregat (Aggregate Demand Curve)
menggambarkan hubungan antara tingkat harga umum (price level) dalam perekonomian dan jumlah
barang dan jasa yang diminta oleh konsumen, investasi, pemerintah, dan net ekspor (ekspor
dikurangi impor) pada tingkat harga tersebut. Kurva permintaan agregat umumnya menurun ke
kanan, artinya semakin tinggi harga umum, semakin sedikit barang dan jasa yang diminta dalam
perekonomian. Hal ini disebabkan oleh efek-efek berikut: 1. Efek kaya (wealth effect): Semakin tinggi
harga umum, semakin sedikit konsumen yang merasa kaya dan semakin sedikit konsumsi yang
dilakukan. 2. Efek suku bunga (interest rate effect): Semakin tinggi harga umum, semakin tinggi suku
bunga riil yang dibutuhkan untuk membiayai transaksi, sehingga semakin sedikit investasi dan
konsumsi yang dilakukan. 3. Efek net ekspor (net export effect): Semakin tinggi harga umum, semakin
sedikit barang dan jasa yang diminta dari luar negeri, sehingga semakin sedikit net ekspor yang
terjadi. Kurva permintaan agregat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perubahan suku
bunga, perubahan pengeluaran pemerintah, perubahan permintaan konsumen, dan perubahan
dalam perdagangan internasional. Perubahan pada kurva permintaan agregat akan berdampak pada
tingkat output, inflasi, dan tingkat pengangguran dalam perekonomian.

2.

M x V = P x Y Dalam kasus ini, kita sudah diketahui bahwa: M = 100 V = 8 Y = 200 Maka, kita dapat
menggunakan rumus di atas untuk menghitung tingkat harga: 100 x 8 = P x 200 800 = 200P P = 4 Jadi,
tingkat harga dalam perekonomian ini adalah 4

3.

Teori kuantitas uang adalah suatu teori yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
jumlah uang yang beredar dan tingkat harga suatu negara. Dalam teori ini, peningkatan jumlah uang
yang beredar akan menyebabkan peningkatan harga dan inflasi, sedangkan pengurangan jumlah
uang yang beredar akan menyebabkan penurunan harga dan deflasi. Namun, golongan Keynesian
atau ahli ekonomi modern mengkritik teori kuantitas uang dengan beberapa argumen, di antaranya:
1. Tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang memengaruhi tingkat harga
Teori kuantitas uang hanya memperhitungkan jumlah uang yang beredar sebagai faktor yang
memengaruhi tingkat harga. Padahal, tingkat harga dipengaruhi oleh banyak faktor lain seperti
produktivitas, permintaan, biaya produksi, dan faktor eksternal seperti perang dan bencana alam.
Oleh karena itu, teori kuantitas uang tidak dapat memberikan penjelasan yang lengkap mengenai
hubungan antara penawaran uang dan tingkat harga. 2. Tidak memperhitungkan faktor waktu Teori
kuantitas uang mengasumsikan bahwa peningkatan jumlah uang akan segera berdampak pada
peningkatan harga. Namun, dalam kenyataannya, waktu yang dibutuhkan untuk uang beredar dan
memengaruhi harga bisa sangat beragam. Selain itu, kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank
sentral juga memerlukan waktu untuk bekerja dan memengaruhi perekonomian. 3. Tidak
memperhitungkan ketergantungan ekonomi terhadap impor dan ekspor Teori kuantitas uang
mengasumsikan bahwa jumlah uang yang beredar hanya mempengaruhi tingkat harga di dalam
negeri. Namun, dalam ekonomi yang terbuka, impor dan ekspor juga memengaruhi tingkat harga.
Kenaikan harga impor akan meningkatkan harga barang dan jasa di dalam negeri, sedangkan
penurunan harga ekspor akan menurunkan harga barang dan jasa di dalam negeri. 4. Tidak
memperhitungkan pengaruh variabel lain terhadap kegiatan ekonomi Teori kuantitas uang hanya
memperhitungkan pengaruh jumlah uang yang beredar terhadap tingkat harga dan inflasi, namun
tidak memperhitungkan pengaruh variabel lain terhadap kegiatan ekonomi seperti tingkat suku
bunga, investasi, dan pengeluaran konsumen. Oleh karena itu, teori kuantitas uang tidak dapat
memberikan penjelasan yang lengkap mengenai hubungan antara jumlah uang yang beredar dan
kegiatan ekonomi negara. Sebagai kesimpulan golongan Keynesian atau ahli ekonomi modern
mengkritik teori kuantitas uang karena dianggap tidak dapat memberikan penjelasan yang lengkap
mengenai hubungan antara penawaran uang dan tingkat harga serta kegiatan ekonomi negara. Teori
kuantitas uang hanya memperhitungkan jumlah uang yang beredar sebagai faktor yang
memengaruhi tingkat harga, sedangkan faktor-faktor lain seperti product

4.

Secara umum,terdapat 4 macam kebijakan fisikal,yaitu :

1. Kebijakan Fiskal Ekspansif Kebijakan fiskal ekspansif dilakukan dengan meningkatkan


pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat dan mendorong pertumbakan fiskal
ekspansif dapat berupa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur,
pendidikan, atau kesehatan, atau penurunan pajak penghasilan, pajak perusahaan, atau
pajak barang dan jasa. 2. Kebijakan Fiskal Kontraktif Kebijakan fiskal kontraktif dilakukan
dengan mengurangi pengeluaran pemerintah atau menaikkan pajak. Tujuannya adalah untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dan menekan inflasi. Kebijakan fiskal
kontraktif dapat berupa pengurangan anggaran pemerintah untuk proyek- proyek
infrastruktur atau program sosial, atau peningkatan pajak penghasilan atau pajak barang dan
jasa. 3. Kebijakan Fiskal Netral Kebijakan fiskal netral dilakukan dengan mempertahankan
tingkat pengeluaran pemerintah dan pajak pada tingkat yang sama dengan tahun
sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mempertahankan stabilitas ekonomi tanpa
menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan. 4. Kebijakan Fiskal Selektif Kebijakan fiskal
selektif dilakukan dengan mengubah tarif pajak pada sektor tertentu atau memperkenalkan
insentif pajak pada sektor tertentu. Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan sektor
tertentu atau untuk menurunkan dampak ekonomi dari sektor tertentu. Kebijakan fiskal
selektif dapat berupa pengurangan pajak pada sektor ekonomi tertentu, seperti industri
kreatif atau pariwisata, atau peningkatan pajak pada sektor tertentu, seperti sektor
tembakau atau minuman beralkohol. Dalam praktiknya, pemerintah dapat menggunakan
kombinasi dari kebijakan fiskal ini untuk mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan.
Kebijakan fiskal yang tepat dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mengurangi pengangguran, menurunkan inflasi, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara umum

5.
Tiga kondisi anggaran belanja pemerintah yang dimaksud adalah:
1. Anggaran Belanja Surplus Anggaran belanja surplus terjadi ketika penerimaan pemerintah
melebihi pengeluaran pemerintah. Artinya, pemerintah memiliki lebih banyak uang daripada
yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluarannya. Dalam kondisi ini, pemerintah dapat
menggunakan kelebihan uang tersebut untuk membayar hutang atau menyimpannya
sebagai cadangan untuk digunakan di masa depan. 2. Anggaran Belanja Defisit Anggaran
belanja defisit terjadi ketika pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan pemerintah.
Artinya, pemerintah harus meminjam uang atau menggunakan cadangan untuk membiayai
pengeluarannya. Dalam kondisi ini, pemerintah dapat menaikkan pajak atau meminjam uang
dari pihak lain untuk memenuhi kebutuhan belanja. 3. Anggaran Belanja Seimbang Anggaran
belanja seimbang terjadi ketika penerimaan pemerintah sama dengan pengeluaran
pemerintah. Artinya, pemerintah tidak memiliki kelebihan uang ataupun kekurangan uang
untuk membiayai pengeluarannya. Dalam kondisi ini, pemerintah dapat menjaga stabilitas
keuangan negara dan mencegah inflasi. Namun, jika ada kebutuhan belanja yang mendesak,
pemerintah dapat mengambil langkah untuk menambah penerimaan atau mengurangi
pengeluaran.

Anda mungkin juga menyukai