SOAL:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan permintaan agregat dan komponen-
komponen apa saja yang membentuk permintaan agregat !
2. Jika diketahui pendapatan (Y) dalam suatu perekonomian sebesar 1.500 dan
penawaran uang (M) sebesar 750 sedangkan laju peredaran uang (V)
sebesar 3, hitunglah besarnya tingkat harga dan besarnya tingkat harga jika
terjadi kenaikan penawaran uang sebesar 27%!
3. Jelaskan bagaimana proses penciptaan uang oleh bank umum jika dimisalkan
pada awalnya besarnya tabungan giral sebesar Rp 200 juta dan rasio
cadangan sebesar 25%!, dan berapa jumlah tabungan giral yang tercipta!
4. Stabilisator terpasang digunakan untuk mengurangi fluktuasi pendapatan
nasional yang disebabkan oleh perubahan pengeluaran. Kebijakan apa yang
dapat ditempuh oleh Pemerintah jika stabilisator terpasang tidak dapat
menghilangkan fluktuasi tersebut ?
~~Selamat Mengerjakan~~
Jawaban:
1.
Konsep permintaan dalam ekonomi makro dikenal dengan nama permintaan agregat, yaitu total
barang/jasa jadi yang diminta dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu. Permintaan
ini sedikit berbeda dengan konsep permintaan dalam Teori Ekonomi Mikro. Permintaan dalam
ekonomi mikro merujuk kepada permintaan terhadap barang/jasa yang dilakukan oleh individu pada
tingkat harga tertentu (dikenal sebagai permintaan individu), sementara dalam konsep ekonomi
makro, permintaan merupakan total barang/jasa yang diminta oleh seluruh individu dalam jangka
waktu tertentu. Namun, perlu dipahami bahwa permintaan agregat tidak terlepas dari perilaku
permintaan individu, sehingga konsep permintaan dalam mikro ekonomi merupakan landasan
pengembangan konsep permintaan dalam makro ekonomi.
Permintaan agregat ini pada dasarnya terdiri atas permintaan barang/jasa yang dilakukan oleh
individu, swasta, dan pemerintah untuk keperluan konsumsi dan investasi. Pemahaman tentang
permintaan agregat ini akan membantu kita dalam memahami dampak ekonomi yang dirasakan,
bahkan memungkinkan kita dalam menganalisis kondisi pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi jika
di suatu negara terjadi peristiwa yang mendorong perubahan perilaku konsumsi dan investasi.
Pada dasarnya, kata agregat mengandung makna total atau keseluruhan. Permintaan agregat dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan permintaan domestik dan luar negeri terhadap suatu
perekonomian yang memiliki sumber daya terbatas dikurangi seluruh permintaan dalam negeri
terhadap barang dan jasa yang berasal dari luar negeri. Permintaan agregar merupakan total
permintaan barang/jasa dalam sebuah perekonomian pada tingkat harga tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu. Disebut pada tingkat harga tertentu megacu pada tingkat harga keseimbangan,
karena bagaimanapun juga di pasar harga mengalami fluktuasi dalam jangka pendek. Permintaan
agregat ini pada dasarnya merupakan penjumlahan dari permintaan seluruh individu, yaitu
konsumen, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat luat negeri untuk berbagai tujuan pengeluaran,
baik untuk konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, maupun untuk memperoleh barang
ekspor/impor. Secara matematis, permintaan agregat dituliskan dalam bentuk persamaan linier:
Y = C + I + G + NX
Dimana C merupakan konsumsi rumah tangga, I investasi swasta, G pengeluaran pemerintah, dan NX
ekspor bersih.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsumsi (C) ditentukan oleh besarnya pendapatan
disposable. Hasil studi mengindikasikan bahwa, saat tingkat harga mengalami kenaikan, konsumen
cenderung untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah sedikit karena kenaikan harga barang tidak
sebanding dengan tingkat pendapatan mereka. Pada funsi konsumsi dapat terjadi pergeseran-
pergeseran yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu perubahan selera, perubahan harapan dan
suku bunga, perubahan pajak dan perubahan pembayaran transfer.
Pengeluaran investasi (I) ialah pembelian barang-barang modal seperti gedung dan perlengkapan
serta penambahan inventori yang dilakukan oleh pihak swasta. Dalam permintaan agregat dijelaskan
bahwa penentu utama tingkat investasi ialah tingkat output, biaya yang dikeluarkan untuk membeli
barang modal, dan harapan di masa yang akan dating. Kebijakan yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi investasi adalah kebijakan moneter, yaitu menaikkan suku bunga/menurunkan suku
buga untuk mengurangi/menggalakkan investasi. Jika suku bunga rendah maka biaya barang modal
(cost of capital) menjadi murah. Biaya meminjam jadi murah dan mendorong sector swasta
berinvestasi.
Komponen ketiga dalam permintaan agregat adalah pengeluaran pemerintah (G) akan barang dan
jasa. Contoh pengeluaran pemerintah di antaranya belanja aparatur sipil Negara, belanja
infrastruktur, subsidi, bantuan sosial, dan sebagainya. Bagaimanapun peran pemerintah di dalam
perekonomian sangat penting. Ketika perekonomian sedang lesu, maka pengeluaran pemerintah
menjadi mesin penggerak perekonomian nasional dan daerah. Belanja pemerintah juga sering kali
dialokasikan untuk belanja barang publik dimana mekanisme pasar gagal menyediakannya karena
tidak ada sektor swasta yang bersedia. Komponen terakhir dari permintaan agregat adalah ekspor
neto (NX) yang didapat dari selisih nilai ekspor dikurangi nilai impor. Ekspor kita ke luar negeri
mencerminkan permintaan luar negeri terhadap barang dan jasa kita. Sebaliknya, impor
mencerminkan permintaan dalam negeri terhadap barang dan jasa dari luar negeri.
2.
M.V = P.Y
750 x 3 = P x 1.500
2.250 = P x 1.500
P = 1.5
M = 750 + (750*27%)
M = 750 + 202,5
M = 952,5
M.V = P.Y
952,5 x 3 = P x 1.500
2.857,5 = P x 1.500
P = 1,905
3.
Untuk menjelaskan proses penciptaan uang oleh bank-bank umum, perlu dibuat beberapa
pemisalan, yaitu:
Orang-orang yang menerima pinjaman dari Bank Umum I akan membelanjakan uang mereka.
Dengan demikian, segolongan penjual akan menerima tambahan pembayaran sebanyak Rp 150 juta,
yang kemudian mereka simpan di Bank Umum II. Seperti halnya Bank Umum I, Bank Umum II akan
menahan 25% dari tabungan giral yang diperolehnya sebagai cadangan wajib dan selebihnya
dipinjamkan kepada para nasabah yang memerlukan. Setelah semua kelebihan cadangan yang ada
pada Bank Umum II dipinjamkan, maka perubahan neraca bank tersebut adalah seperti tampak pada
tabel di bawah ini.
Seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang yang meminjam dari Bank Umum I, nasabah yang
meminjam pada Bank Umum II akan membelanjakan uang yang mereka peroleh, yaitu sebanyak Rp
112,5 juta. Segolongan penjual akan memperoleh uang tersebut dan menyimpannya di Bank Umum
III. Untuk memenuhi peraturan yang ditetapkan, Bank Umum III pun akan menyimpan cadangan
wajib sebesar 25% dan meminjamkan selebihnya kepada para nasabahnya. Jika seluruh uang
dipinjamkan kepada nasabah, maka perubahan neraca Bank Umum III adalah seperti tampak pada
tabel di bawah ini.
D = S/R
D = 200,000,000/25%
D = 800,000,000
Kebijakan fiscal diskresioner perlu dilakukan bila stabilisator terpasang tidak bisa menghilangkan
fluktuasi kecil jangka pendek, bahkan kadang muncul kesenjangan yang lebih besar dan lebih lama.
Kebijakan fiscal diskresioner yang perlu pemerintah lakukan adalah memberlakukan perubahan tarif
pajak dan perubahan pengeluaran yang dirancang untuk mengurangi kesenjangan yang timbul.
Kebijakan fiscal harus diubah oleh pemerintah secara periodik agar dapat dilakukan secara efektif.
Departemen yang bersangkutan seharusnya mengamati kecenderungan ekonomi yang sedang
berlangsung dan menganalisanya sehingga dapat dibuat ramalan tentang kemungkinan jalannya
perekonomian di masa yang akan dating. Bila sekiranya perekonomian di masa yang akan datang
tidak begitu baik, maka pemerintah dan dewan perwakilan rakyat diharapkan untuk membuat
undang- undang yang diperlukan.
Posisi kebijakan fiscal mengacu pada akibat-akibat yang bersifat ekspansif dan bersifat kontraktif.
Kebanyakan pemerintah suatu negara berusaha menggeser permintaan agregat dengan mengubah
posisi kebijakan fiskal mereka. Kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif akan membuat permintaan
agregat meningkat dan pendapatan nasional juga cenderung mengalami peningkatan. Kebalikannya,
kebijakan fiscal yang bersifat kontraktif akan membuat permintaan agregat menurun sehingga
pendapatan nasional akan mengalami penurunan juga.
Sonny Harry B. Harmadi. 2021. Pengantar Ekonomi Makro. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.