7 Praktek
7 Praktek
BABAK INTI
BAHAN SERAHAN 7
KEGIATAN DI ALAM TERBUKA
(OUTDOR ACTIVITY)
KETERAMPILAN KEPRAMUKAAN
I. PENDAHULUAN
1. Keterampilan kepramukaan merupakan materi yang diperoleh
seorang Pramuka dari kegiatan yang diikutinya. Keterampilan ini
menjadi bekal pengetahuan praktis yang siap dimanfaatkan
sewaktu-waktu.
2. Penguasaan pengetahuan keterampilan ini disesuaikan dengan
golongan usia Pramuka, lamanya seorang anggota pramuka
mengikuti kegiatan kepramukaan, serta kualitas Pembina Pramuka
dalam memberikan materi tersebut.
f. Sopan
g. Santun dalam berbicara dan bertindak
h. Hormat kepada orang-tua dan orang yang lebih tua.
ke atas.
Ikatan
(1) Ikatan palang
Ikatan untuk membentuk
Palang yang bersudut 900
d. Menaksir
(1) Menaksir tinggi (menara, pohon, rumah, dll)
(2) Menaksir lebar sungai
(3) Menaksir arus sungai
(4) Menaksir berat.
- Matahari
(1) Matahari terbit berwarna kemerah-merahan dan
diliputi garis-garis awan hitam pertanda akan ada
hujan.
(2) Matahari terbit berwarna kemerahan yang
terang pertanda cuaca baik.
(3) Matahari terbit kemerahan dan dicampuri garis-
garis awan kekuning-kuningan pertanda akan
hujan lebat.
(4) Matahari terbenam dengan warna kekuning-
kuningan pertanda akan ada hujan.
(5) Warna merah pada saat matahari terbenam
pertanda akan terjadi angin yang cukup kencang.
Binatang.
(1) Semut. Mereka akan tetap di liangnya bila
cuaca akan buruk, tetapi akan keluar dari
liangnya dan berjalan mondar-mandir bila cuaca
akan tetap baik.
(2) Ayam. Mereka akan tetap berjalan-jalan dan
membiarkan dirinya kehujanan menandakan
bahwa hujan tidak akan berlangsung lama; tetapi
bila ayam-ayam tersebut berteduh saat hujan
maka pertanda bahwa hujan akan berlangsung
lama.
(3) Lalat. Mereka akan tetap hinggap di tembok
apabila akan turun hujan, dan akan beterbangan
bila cuaca cerah.
(4) Cacing. Bila pada malam hari menimbun tanah
berbutir-butir di kebun pertanda akan datang
hujan, dan bila cacing keluar dari liangnya
menandakan hujan akan turun lama.
159
III. PENUTUP
Keterampilan kepramukaan merupakan ciri khas seorang anggota
Pramuka yang hendaknya dipelajari, dipahami, dan dikuaasai oleh
setiap anggota Pramuka, baik dia sebagai Siaga, penggalang,
Penegak, Pembina, Pamong Saka, Pelatih, maupun Andalan.
160
BAHAN SERAHAN 7.2
I. PENDAHULUAN
Kegiatan perkemahan adalah suatu wahana pendidikan karakter yang
paling lengkap. Peserta didik dihadapkan dengan berbagai hal yang
harus diatasi, baik sendiri-sendiri maupun beregu. Kesulitan yang
dihadapi oleh diri sendiri adalah adaptasi kebiasaan dari hidup di rumah
yang serba ada, ke dalam kehidupan yang serba darurat. Di dalam
perkemahan peserta didik saling mengenal mengenai sifat, watak, dan
kebiasaan teman-temannya dalam satu regu. Saling belajar hidup
berdampingan, tolong-menolong, meredam rasa ego, menghargai
teman, memimpin dan dipimpin. Kesulitan yang dihadapi bersama
adalah bila cuaca buruk, angin kencang disertai hujan, sulit
menghidupkan api, perlengkapan kurang, dan lain-lainnya yang harus
diatasi oleh kelompoknya.
Melalui kegiatan perkemahan, prinsip dasar dan semua metode dapat
diterapkan dengan baik. Oleh karena itu kegiatan perkemahan harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya.
III. PENUTUP
Praktek mendirikan tenda bukan sekedar tenda itu bisa berdiri, tetapi
harus memahami bagaimana hakekat perkemahan sebagai alat
pendidikan.
KEPUSTAKAAN
Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas
Media. Jakarta.
Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media,
Jakarta.
Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy
Scout of America.
Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition,
The Mountaineers, USA.
Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook,
Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout
Association of Australia.
World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas
Media, Jakarta.
World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
162
I. PENDAHULUAN
Pembina Siaga adalah panutan utama dari mana seorang Siaga
melihat, meniru, dan mengadopsi nilai-nilai dan keterampilan
kepramukaan. Keterampilan Siaga perlu disajikan dengan kemasan yang
menarik sehingga menumbuhkan kegembiraan.
III. PENUTUP
Praktek keterampilan kepramukaan Siaga, merupakan ketrampilan dasar
dengan tingkat kerumitan yang rendah.
163
KEPUSTAKAAN
World Organization of the Scout Movement, Inter American Scout
Office, 1998, Handbook for Cub Scout Leaders. Providencia, Santiago,
Chile.
Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media,
Jakarta.
Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy
Scout of America.
Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
164
BAHAN SERAHAN 7.4
I. PENDAHULUAN
Pembina Penggalang adalah motivator dan penggerak kegiatan
kepramukaan yang harus bersemangat dalam mendidikkan nilai-nilai dan
keterampilan kepramukaan.
III. PENUTUP
Praktek kepramukaan penggalang adalah keterampilan yang paling
kaya dan paling variatif di antara keterampilan kepramukaan golongan
lainnya.
165
KEPUSTAKAAN
Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas
Media. Jakarta.
Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media,
Jakarta.
Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy
Scout of America.
Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition,
The Mountaineers, USA.
Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook,
Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout
Association of Australia.
World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas
Media, Jakarta.
World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
166
I. PENDAHULUAN
Keterampilan kepramukaan Penegak harus direncanakan dengan baik,
cermat, dan terukur, karena banyak hal-hal yang dapat menimbulkan
kecelakaan, atau bahaya bila tidak cermat memperhitungkan berbagai
kegiatan tersebut. Kecelakaan yang terjadi karena keteledoran atau
kesalahan teknis adalah kesalahan Pembinanya.
III. PENUTUP
Kegiatan Penegak sungguh pun mereka dibebaskan untuk menentukan
acara kegiatannya sendiri, tetapi tetap di bawah tanggung-jawab
Pembina.
KEPUSTAKAAN
Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas
Media. Jakarta.
Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media,
Jakarta.
Baden Powell, 2005, Rovering to Success. World Scout Bureau, Asia
Pacific Region.
Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy
Scout of America.
Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition,
The Mountaineers, USA.
Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook,
Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout
Association of Australia.
World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas
Media, Jakarta.
World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
168
I. PENDAHULUAN
Keterampilan kepramukaan Pandega harus direncanakan dengan baik,
cermat, dan terukur, dan dilakukan oleh para Pandega itu sendiri, tetapi
tetap harus diketahui atau mendapat persetujuan Pembina.
III. PENUTUP
Kegiatan Pandega sungguh pun mereka dibebaskan untuk menentukan
acara kegiatannya sendiri, tetapi tetap di bawah tanggung-jawab
Pembina.
KEPUSTAKAAN
Baden Powell, (2008), Scouting For Boys, Penerbit Pustaka Tunas
Media. Jakarta.
Baden Powell, (2009) Aids to Scout Mastership. Pustaka Tunas Media,
Jakarta.
Baden Powell, 2005, Rovering to Success. World Scout Bureau, Asia
Pacific Region.
Bell. William, 1981, The Official Boy Scout Handbook,Ninth Edition. Boy
Scout of America.
Boy Scout of America, 1977, Order of Arrow Handbook, USA.
Graydon. Don & Hanson. Kurt, 1997, Mountaineering, Sixth Edition,
The Mountaineers, USA.
Scouting an Educational System, The Team System. WSB JENEVA.
The Scout Association of Australia, 1996, Scout Leaders Handbook,
Second Edition, The National Excecutive Committee of The Scout
Association of Australia.
World Scout Bureau, (2007), Scouting in Practise, Pustaka Tunas
Media, Jakarta.
World Scout Bureau, 2005, World Adult Scout Handbook.
170
PENJELAJAHAN
I. PENDAHULUAN
-Percaya diri
-Keterampilan dan ketangkasan
-Administrasi dan pembagian tugas
-Pengetahuan dan pengalaman
-Rasa tolong menolong
-Menyadari kebesaran Tuhan dengan melihat hasil ciptaannya.
Dengan demikian ranah pengembangan kecerdasan spiritual,
emosional, sosial, intelektual dan fisik akan tercakup dalam
kegiatan tersebut.
5. Kegiatan penjelajahan harus memperhatikan:
-Tingkat keselamatan peserta
-Tingkat kesulitan yang ada harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan kemampuan peserta, serta latihan-latihan yang
sebelumnya telah diberikan, sehingga tidak melebihi ukuran
kemampuan peserta didik.
-Petugas di tiap pos hendaknya ramah-tamah, dan dapat
memberikan selingan baik berupa nyanyian, tepuk, maupun hal-
hal yang dapat membangkitkan semangat peserta.
-Harus ada laporan penjelajahan, sehingga tidak hanya sekedar
mengikuti kegiatan, di sinilah mereka belajar tertib, dan cermat.
-Penjelajahan dapat dilakukan oleh S, G, T, dan D sesuai dengan
tingkat kemampuan dan usianya.
III. PENUTUP
Kegiatan penjelajahan hendaknya dirancang, disusun dengan
baik, diawasi, dijaga agar tetap edukatif, diperhitungkan sehinga
tidak akan menimbulkan kecelakaan.