Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Pramuka merupakan organisasi yang sangat penting di Negara kesatuan Republik


Indonesia. begitu banyak perannya dalam rangkaian merebut kemerdekaan Indonesia serta dalam
mengisi kemerdekaan. Gerakan Pramuka bertujuan memberikan wadah berkegiatan bagi
kaum muda yang kreatif, mandiri, atraktif dan inovatif.  Tugas pokok Gerakan Pramuka
adalah menumbuhkan tunas-tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, yang sanggup
bertanggungjawab dan mampu membina serta membentuk karakter bangsa agar menjadi lebih
baik. 
Era globalisasi yang menuntut keterbukaan dan persaingan bebas dalam bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi juga berpengaruh besar pada perkembangan kegiatan Gerakan
Pramuka, sehingga tuntutan keterbukaan informasi dan jaringan komunikasi perlu diwadahi dan
diarahkan kepada aktivitas positif  sesuai dengan kode kehormatan gerakan pramuka dan
disesuaikan dengan misi Gerakan Pramuka yaitu menjadikan Gerakan Pramuka sebagai solusi
handal dari masalah-masalah kaum muda Indonesia.

 
BAB II
PEMBAHASAN
PERAN KETERAMPILAN PRAMUKA

A. MATERI POKOK
1.     Keterampilan kepramukaan merupakan kebutuhan yang harus dimiliki peserta didik.
Masyarakat berasumsi bahwa setiap anggota pramuka pasti memiliki pengetahuan keterampilan
yang dapat dipergunakan sebagai bekal mengatasi segala permasalahan dalam hidupnya sehari-
hari.

2.     Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut Pembina Pramuka dituntut memiliki


seperangkat pengetahuan kepramukaan yang dapat diterapkan kepada peserta didik.

3.     Keterampilan kepramukaan menurut ranah pengembangannya dapat dikelompokkan


sebagai berikut:
Keterampilan spiritual
     Keterampilan emosional
      Keterampilan sosial
     Keterampilan intelektual
      Keterampilan fisik

4.     Keterampilan spiritual, ialah keterampilan yang membentuk sikap dan perilaku pramuka dalam
kesehariannya yang mencerminkan perwujudan dari:
a.      Pengamalan aturan/hukum agama yang dianutnya
b.     Pengamalan Prinsip Dasar Kepramukaan
c.      Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
d.     Pengamalan Pancasila

5.     Keterampilan emosional ialah keterampilan atau kecerdasan menata hati, menata emosi
sehingga yang bersangkutan menjadi pramuka yang:
a.      Cermat dalam menghadapi masalah
b.     Bijak dalam mengambil keputusan
c.      Sabar
d.     Tidak tergesa-gesa dalam menentukan sikap
e.      Menghormati lawan bicaranya
f.       Sopan
g.     Santun dalam berbicara dan bertindak
h.     Hormat kepada orang-tua dan orang yang lebih tua.

6.     Keterampilan sosial ialah keterampilan dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain
antara lain.  Dalam pergaulan tersebut diharapkan seorang anggota pramuka dapat:
a.      Belajar dari orang lain.
b.     Mengubah perilaku diri yang tidak baik menjadi perilaku yang baik.
c.      Mempengaruhi orang  lain sehingga orang lain menjadi baik.
d.     Belajar memimpin dan dipimpin.
e.      Keterampilan memberikan pertolongan pada orang lain di antaranya: Pertolongan Pertama
pada kecelakaan, meliputi (a) keterampilan kesehatan lapangan; (b) keterampilan dapur umum;
(c) keterampilan evakuasi; (d) keterampilan penyelamatan (Search and Rescue – SAR).
f.       Keterampilan tentang kesehatan lingkungan: (a) perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga,
(b) perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah; (c) perilaku hidup bersih dan sehat di
tempat umum; (d) perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja. (e) perilaku hidup bersih dan
sehat di institusi kesehatan.
g.     Keterampilan tentang pengamanan masyarakat: (a) keterampilan tentang tempat kejadian
perkara (TKP); (b) keterampilan pemadam kebakaran; (c) keterampilan konservasi air. (d)
keterampilan pengamanan hutan; (e) keterampilan lalulintas. (f) keterampilan melindungi
diri/self defense.

7.     Keterampilan intelektual adalah keterampilan kecerdasan otak yang dapat dilatih lewat:


a.      Permainan kim
b.     Berbagai permainan untuk memecahkan masalah  misalnyajigsaw, segi empat/tiga berantakan;
nusantara-1; penyelamatan presiden, dll.
c.      Perpaduan dengan keterampilan fisik dapat dilakukan melalui tali-temali misalnya membuat
woogle, anyaman ketupat, simpul anyam dsb.

8.     Keterampilan fisik  ialah keterampilan yang secara fisik menjadi kebutuhan peserta didik
sebagai bekal mengatasi tantangan dan rintangan.  Keterampilan  fisik yang hendaknya diberikan
kepada pramuka adalah:
a.      Tali-temali, di antaranya:
Simpul – ialah iakatan pada tali. Jenisnya:
(1)  Simpul ujung tali
Untuk menjaga agar tali tidak terurai.
(2)  Simpul mati
Simpul untuk menyambung Dua tali yang sama besar
(3)  Simpul anyam
Simpul untuk menyambungDua tali yang Tidak sama besarnya
(4)  Simpul anyam berganda
Simpul untuk menyambung tali yang tidak sama besarnya dalam kondisi basah atau kering
(5)  Simpul erat
Untuk memulai suatu ikatan
(6)  Simpul pangkal
Digunakan untuk
permulaan ikatan
(7)  Simpul tiang
Untuk mengikat leher
binatang agar tidak terjerat
sewaktu binatang bergerak
(8)  Simpul tarik
Digunakan untuk menuruni
tebing atau pohon
dan tidak akan kembali
ke atas.
(9)  Simpul kursi
Untuk mengangkat dan
menurunkan orang atau
barang.
(10)         Simpul kembar
Untuk menyambung dua tali
yang sama besar dalam
kondisi licin atau basah
(11)         Simpul jangkar
Untuk membuat
tandu darurat, atau tali
timba
Ikatan
(1)  Ikatan palang
Ikatan untuk membentuk
Palang yang bersudut 900
(2)  Ikatan silang
Ikatan untuk membentuk
tongkat bersilangan
dan talinya membentuk
diagonal.
b.     Memahami peta, kompas dan cara penggunaannya.
(1)  Membaca peta topografi
(2)  Membuat peta pita
(3)  Membuat panorama sketsa
(4)  Memahami kompas dan cara penggunaannya.
c.      Isyarat dan sandi
(1)  Membaca dan mengirim isyarat dengan semaphore.
(2)  Membaca dan mengirim isyarat dengan morse, dengan menggunakan: peluit, bendera, senter,
dan pesawat telegraph.

d.     Menaksir
(1)  Menaksir tinggi (menara, pohon, rumah, dll)
(2)  Menaksir lebar sungai
(3)  Menaksir arus sungai
(4)  Menaksir berat.

e.     Keterampilan mengenal alam


-         Kabut.
(1)  Kabut tipis merata – pertanda cuaca baik;
(2)  Terang benderang di pagi hari pertanda cuaca buruk;
(3)  kabut di gunung-gunung pertanda akan turun hujan;
(4)  udara sejuk dan berembun di pagi hari pertanda akan turun hujan di siang hari.

-         Matahari
(1)  Matahari terbit berwarna kemerah-merahan dan diliputi garis-garis awan hitam pertanda akan
ada hujan.
(2)  Matahari terbit berwarna kemerahan yang terang pertanda cuaca baik.
(3)  Matahari terbit kemerahan dan dicampuri garis-garis awan kekuning-kuningan pertanda akan
hujan lebat.
(4)  Matahari terbenam dengan warna kekuning-kuningan pertanda akan ada hujan.
(5)  Warna merah pada saat matahari terbenam pertanda akan terjadi angin yang cukup kencang.

-         Binatang.
(1)  Semut.  Mereka akan tetap di liangnya bila cuaca akan buruk, tetapi akan keluar dari liangnya
dan berjalan mondar-mandir bila cuaca akan tetap baik.
(3)  Ayam. Mereka akan tetap berjalan-jalan dan membiarkan dirinya kehujanan menandakan bahwa
hujan tidak akan berlangsung lama; tetapi bila ayam-ayam tersebut berteduh saat hujan
maka pertandabahwa hujan akan berlangsung lama.
(4)  Lalat. Mereka akan tetap hinggap di tembok apabila akan turun hujan, dan akan beterbangan bila
cuaca cerah.
(5)  Cacing. Bila pada malam hari menimbun tanah berbutir-butir di kebun pertanda akan datang
hujan, dan bila cacing keluar dari liangnya menandakan hujan akan turun lama.

(6)  Tanda-tanda Cuaca akan buruk.


        Kucing duduk dengan membelakangi api sambil mengusap-usap kepalanya dengan kaki
depannya yang dibasahi dengan mulutnya.
        Burung-burung. Mereka membasahi bulunya dengan paruhnya.
        Burung-burung Laut. Beterbangan menuju daratan.
B. PERAN KETERAMPILAN PRAMUKA DAN SEMANGAT BEKERJA
Seperti telah berlangsung sejak lama, saat ini terdapat pemborosan sumberdaya manusia
yang mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan oleh pelatihan dan pendidikan yang tidak efektif.
Sebagian besar dari para remaja tidak diajar untuk menyukai pekerjaan. Meskipun mereka diajari
keterampilan atau sifat-sifat untuk berusaha, mereka jarang sekali diberi petunjuk cara
menerapkannya untuk membangun karir. Dalam diri mereka pun tidak dinyalakan api ambisi.
Sering kali mereka bekerja atau ditempatkan dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat
dan bakatnya.
Kita tidak dapat dengan tegas menyatakan dimana letak kesalahannya, tetapi
kenyataannya tidak ada perubahan. Akibatnya, para remaja yang tidak mendapat anugerah secara
alami, dibiarkan terkatung-katung dan menjalani nasib yang tidak menentu. Mereka sendiri
menderita dan merupakan beban masyarakat, bahkan membahayakan bagi Negara. Lagipula,
sebagian besar dari yang berhasil dalam bidang-bidang tertentu, pasti akan mencapai hasil lebih
baik, jika saja mereka pernah mendapat latihan yang lebih praktis. Dalam Gerakan Pramuka, kita
dapat melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan yang menyedihkan tersebut. Kita dapat
mengambil langkah-langkah untuk membekali para remaja yang paling payah sekalipun, dengan
peluang awal dengan melengkapi mereka, paling sedikit dengan harapan dan keterampilan
tertentu.
Tentu saja, pikiran kita tertuju kepada Tanda Kecakapan Khusus bidang keterampilan
dan kerajinan. Meskipun kita menamakannya “kerajinan” atau keterampilan, kecakapan-
kecakapan itu, sesuai dengan kebakuan kita dalam mengujinya, lebih dari sekedar “hobi” atau
kegemaran. Hal itu merupakan bagian dari upaya kita untuk membimbing atau menggiring para
remaja dengan langkah awal yang kecil dan mudah.  Hobi atau kegemaran itu akan menjadi
pelatihan kejuruan yang lebih khusus bagi para Pramuka dewasa. Sementara itu, hobi memiliki
nilai karena melalui kegemaran-kegemaran itu para remaja belajar menggunakan jari tangan dan
otaknya, dan untuk menikmati dan gembira dalam pekerjaan. Bagi seorang remaja, kegemaran
itu akan menjadi hobinya selama beberapa tahun. Bagi anak lain, kegemaran atau keterampilan
itu dapat menjadi keahlian yang dapat digunakan sebagai karir atau penghasil nafkah. Dalam
kedua kasus itu, kemungkinan besar mereka tidak akan terus menjadi penganggur di kemudian
hari. Hobi akan menjadi penawar terhadap bujukan setan kecil.
Akan tetapi, hobi atau kerajinan kemungkinan tidak akan menjadi karir bagi seorang
remaja, tanpa bantuan atau dorongan sifat-sifat moral tertentu. Jadi, perajin ahli itu harus
memiliki disiplin diri. Ia harus menyelaraskan dirinya dengan kebutuhan atau persyaratan yang
ditentukan oleh pemberi kerjanya dan tuntutan rekan-rekan sekerjanya. Ia harus tetap bersikap
sederhana, efisien, dan bersemangat. Dia harus mempunyai kekuatan, dan hal itu bergantung
pada besarnya ambisi, keterampilan, inisiatif, dan kesehatan.

B.     MENERAPKAN KETERAMPILAN PRAMUKA


Lalu, bagaimana kita menerapkan hal-hal di atas dalam latihan kepramukaan. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a)      Langkah Pertama Adalah Kehidupan di Alam Terbuka
Langkah pertama bagi para Pramuka untuk memperoleh keterampilan, paling mudah
dibangkitkan dalam perkemahan, ketika membangun gubuk, menebang pohon, membuat
jembatan, merancang alat-alat perkemahan misalnya rak piring, gantungan panci dan sebagainya,
mendirikan tenda, menganyam alas tidur, dan lain-lain. Para remaja akan merasakan tugas-tugas
itu sangat praktis dan bermanfaat bagi kenyamanannya pada saat berkemah.
Setelah memulai dengan keterampilan-keterampilan tersebut, mereka akan lebih bersemangat
menekuni hobi dalam waktu senggangnya, karena kecakapan-kecakapan itu akan diimbali
dengan Tanda Kecakapan, sedangkan keterampilan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
uang. Dengan cara demikian, mereka akan cepat tumbuh menjadi pekerja yang rajin dan
bersemangat.

b)      Sistem Tanda Kecakapan Khusus


Sistem Tanda Kecakapan Khusus, dimaksudkan untuk mengembangkan pada setiap anak
pengenalan terhadap hobi dan kerajinan tangan. Hobi atau keterampilan itu diharapkan di
kemudian hari akan memberinya karir atau lapangan kerja, sehingga tidak membiarkannya tanpa
harapan dan tidak berdaya dalam kehidupannya di dunia. Tanda-tanda Kecakapan itu hanyalah
dimaksudkan sebagai pendorong baginya untuk memiliki hobi atau kesibukan, serta akan
mengembangkannya. Tanda atau lencana itu akan menunjukkan kepada orang lain, bahwa ia
memiliki kemampuan dalam bidang tertentu, tetapi bukan untuk menunjukkan bahwa ia adalah
seorang ahli dalam bidang kerajinan itu. Jika kita menjadikan Kepramukaan sebuah pola resmi
dalam pengajaran efisiensi, kita akan kehilangan seluruh tujuan dan nilai latihan Kepramukaan,
dan kita merambah peran sekolah tanpa ahli-ahli yang terlatih untuk melaksanakannya. Keahlian
adalah tugas pendidikan di sekolah.
Kita menginginkan semua peserta didik maju berdasarkan pengembangan-diri yang
menggembirakan dari dalam dirinya, bukan dengan pemaksaan instruksi-instruksi resmi dari
luar. Akan tetapi, tujuan Sistem Tanda Kecakapan dalam Kepramukaan, adalah juga untuk
memberikan kepada Pembina Pramuka, sebuah alat yang dapat digunakan untuk merangsang
kesungguhan dan ketekunan pada setiap Pramuka untuk menekuni hobi yang dapat membantu
pembentukan kepribadiannya atau mengembangkan keterampilannya.
c)      Sistem Tanda Kecakapan Umum maupun Khusus
Merupakan alat -yang jika diterapkan dengan pengertian dan simpati–dirancang untuk
memberikan harapan dan ambisi kepada anak yang bodoh dan terbelakang sekalipun. Tanpa
dorongan itu, mereka akan cepat tertinggal dan dengan demikian, tidak memiliki harapan dalam
persaingan kehidupan. Itulah sebabnya, standar kecakapan secara sengaja tidak ditetapkan secara
tegas dan kaku. Patokan kita dalam pemberian Tanda Kecakapan itu bukanlah pencapaian
tingkat pengetahuan atau keterampilan tertentu, melainkan besarnya usaha peserta didik dalam
mencapai pengetahuan atau keterampilan tersebut. Hal itu akan memberikan kepada anak yang
kurang cakap, pijakan awal bagi peluang yang sama, dibandingkan dengan kawan-kawannya
yang lebih cerdas atau lebih maju.
Dengan demikian, seorang Pembina Pramuka yang penuh pengertian, yang telah mempelajari
psikologi peserta-peserta didiknya, dapat memberikan tantangan yang memberi harapan kepada
anak yang kurang, sehingga ia mempunyai titik awal yang wajar di samping kawan-kawannya
yang lebih cerdas. Anak yang terbelakang itu, yang telah merasakan rasa rendah diri karena
banyak kegagalan, dengan cara itu akan meraih satu atau dua kemenangan dengan lebih mudah,
untuk meningkatkan upaya-upayanya. Jika ia mau mencoba, betapapun rendah keterampilannya,
pengujinya dapat meluluskannya untuk memperoleh Tanda Kecakapan. Prestasi itu, biasanya
akan mendorong anak itu untuk terus mencoba, sampai ia memperoleh Tanda-tanda Kecakapan
yang lain, dan menjadi mampu secara wajar.
d)     Kecerdasan/Inteligensia
Pengamatan dan deduksi merupakan dasar dari semua pengetahuan. Oleh karena itu,
pentingnya daya pengamatan dan deduksi bagi warga negara muda, tidak boleh diabaikan. Pada
dasarnya, anak-anak cepat dalam pengamatan, tetapi kemampuan itu berkurang ketika mereka
meningkat dewasa. Hal itu terutama, karena pengalaman-pengalaman pertama menarik perhatian
mereka, sedangkan pengulangan kurang menarik perhatian mereka. Sesungguhnya, pengamatan
merupakan kebiasaan yang perlu dilatihkan kepada anak-anak. Mencari jejak adalah langkah
yang menarik untuk mendapatkannya. Deduksi atau mengambil kesimpulan adalah seni mencari
alasan dan kemudian menarik arti dari unsur-unsur yang diamati. Jika pengamatan dan deduksi
sudah menjadi kebiasaan anak, kita telah memperoleh langkah besar dalam pengembangan
karakter atau kepribadiannya.
Pentingnya mencari jejak dan permainan-permainan mencari jejak dengan demikian menjadi
jelas. Mencari jejak di alam terbuka dan ceramah-ceramah tentang jejak dan mencari jejak di
ruang pertemuan, perlu digalakkan dalam Pasukan-pasukan Penggalang. Kecerdasan dan
kecepatan berpikir peserta didik dapat dilatihkan dengan sungguh-sungguh, melalui menemukan
jalan dengan peta, mengenali tanda-tanda alam, menaksir tinggi dan jarak, mengamati dan
melaporkan ciri-ciri orang, kendaraan, ternak, dengan mensimulasikan cerita-
cerita Sherlock Holmes dalam adegan-adegan, serta melalui berbagai teknik kepramukaan yang
lain.
e)      Pengungkapan-Diri
Tanda Kecakapan bidang Seni, dirancang untuk mendorong peserta didik untuk
mencurahkan gagasannya melalui gambar berdasarkan pengamatan atau daya ciptanya sendiri,
tanpa usaha untuk menjadi atau meniru seniman. Melalui dorongan menggambar, bagaimanapun
kasarnya, ia dapat dibimbing untuk mengenali keindahan dalam warna maupun bentuk, untuk
menyadari bahwa dalam lingkungan yang kumuh sekalipun, masih ada cahaya dan bayangan,
warna dan keindahan.
Tahap yang lebih lanjut dalam pendidikannya, dapat dikembangkan dengan menyuruhnya
berlatih fotografi mental, yaitu memerhatikan rincian suatu adegan, peristiwa, atau orang, lalu
menanamkannya dalam pikiran, kemudian menggambarkannya kembali pada kertas.  Hal itu
melatih pengamatan dalam tingkatan yang paling tinggi. Secara pribadi saya mengamati, bahwa
melalui latihan, seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang luar biasa ke arah itu. Irama
adalah suatu bentuk seni yang terjadi dengan sendirinya, bahkan kepada pikiran yang tidak
terlatih sekalipun, baik diterapkan dalam puisi/sajak, musik, atau gerak tubuh. Irama
memberikan keseimbangan dan keteraturan, yang mempunyai daya tarik alami, khususnya pada
mereka yang dekat dengan suku-suku bangsa yang masih liar.
Dalam bentuk musik, irama paling jelas dan universal. Lagu Perang orang dulu, ketika
dinyanyikan oleh empat atau lima ribu prajurit mereka, merupakan contoh gabungan irama
dalam musik, sajak, dan gerak tubuh. Kenikmatan of rendering music, berlaku bagi seluruh umat
manusia. Lagu sebagai untaian kata-kata, memungkinkan jiwa mengungkapkan dirinya, yang
bila dilakukan dengan benar, memberikan kesenangan baik kepada penyanyinya, maupun kepada
pendengarnya. Melalui kecintaan alami peserta didik terhadap musik, ia dapat dikaitkan dengan
puisi dan sentiment (cita rasa) karena merupakan peralihan yang alami dan mudah. Keadaan itu
membukakan jalan/cara yang tersedia bagi Pembina Pramuka untuk mengajarkan kebahagiaan
kepada para peserta didik dan pada saat yang sama, meningkatkan warna pemikiran-
pemikirannya.
f)       Dari Hobi Sampai Karir
Hobi, keterampilan, kecerdasan, dan kesehatan merupakan langkah-langkah awal untuk
mengembangkan kecintaan terhadap kerja dan kemampuan untuk melaksanakannya, yang sangat
penting bagi keberhasilan dalam bekerja. Tahap kedua adalah menempatkan pekerja muda itu
dengan jenis pekerjaan yang tepat.  Pekerja-pekerja terbaik, memandang pekerjaan sebagai
semacam permainan; makin sungguh-sungguh mereka bermain, pekerjaan itu makin
menyenangkan.  
Dalam Kepramukaan kita mencoba membantu peserta didik untuk memperoleh sikap
tersebut, dengan membuat mereka secara pribadi terlibat dalam masalah-masalah yang menarik
perhatian mereka, dan yang di kemudian hari akan bermanfaat bagi mereka. Hal itu kita lakukan
pertama-tama dan terutama melalui kesenangan dan kegembiraan melakukan kegiatan pramuka.
Dengan tahap-tahap yang meningkat, anak-anak itu selanjutnya dapat dibimbing secara wajar
dan tanpa mereka sadari, mengembangkan dirinya untuk masa depan mereka sendiri.
g)      Lapangan Kerja
Dengan memperhatikan dan mempelajari karakter dan kemampuan setiap peserta didik,
sedikit banyak Pembina dapat mengetahui garis kehidupan yang paling tepat bagi si anak. Akan
tetapi, ia harus menyadari bahwa keputusan memilih pekerjaan bagi si anak tetap diserahkan
kepada orangtua si anak sendiri. Jadi masalahnya adalah konsultasi dengan para orangtua, serta
mengingatkan mereka agar tidak menempatkan si anak pada pekerjaan yang tidak sesuai, hanya
untuk mendapatkan penghasilan segera tapi sementara. Usahakan agar para orangtua dan
anaknya sendiri untuk memandang ke depan cukup jauh, untuk mencari peluang-peluang yang
terbuka, sambil menempatkan mereka pada langkah awal yang benar.
Dalam hal ini, sangat penting membedakan antara pekerjaan-pekerjaan yang memberikan
masa depan bagi si anak, dengan pekerjaan yang tidak membawa mereka ke mana pun.
Pekerjaan semacam itu disebut “gang buta”. Jenis pekerjaan ini sering menghasilkan uang untuk
sementara, untuk mendapatkan penghasilan bagi keluarga, dan oleh sebab itu dipilih oleh
orangtua bagi si anak, padahal pekerjaan itu tidak memberikan peluang untuk karirnya sebagai
orang dewasa di kemudian hari.
Pekerjaan-pekerjaan yang menjanjikan masa depan, memerlukan pertimbangan yang
seksama, berdasarkan kemampuan dan keterampilan si anak. Kemampuan dan keterampilan itu
dapat disiapkan ketika ia menjadi Pramuka. Pekerjaan yang memerlukan keterampilan atau
keahlian pada dasarnya lebih baik daripada pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian, bagi
keberhasilan kehidupan anak di masa depan. Namun kita perlu mengusahakan agar pertimbangan
atas masalah ini tidak ditunda sampai waktunya lewat bagi si anak untuk mempersiapkan diri
bagi persyaratan untuk memasuki karir yang diinginkan.
BAB III

       PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keterampilan kepramukaan merupakan ciri khas seorang anggota Pramuka yang hendaknya
dipelajari, dipahami, dan dikuaasai oleh setiap anggota Pramuka, baik dia sebagai Siaga,
penggalang, Penegak, Pembina, Pamong Saka, Pelatih, maupun Andalan

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Gerakan Pramuka tidak
terkejut dan ikut latah tanpa arah. Karena sesuai dengan tujuannya Pramuka tetap eksis sebagai
Gerakan Pendidikan Yang Nasionalis tanpa terpengaruh oleh berbagai perbedaan latar belakang.
Format-format, visi dan misinya telah mengacu kepada perbaikan kondisi saat ini, demi
terwujudnya Indonesia Baru.
Dewasa ini ada sebuah kenyataan yang teramat pahit atau mungkin juga sebuah cobaan dan
tantangan yang teramat berat, ketika semakin banyak jumlah remaja penyandang masalah sosial.
Mereka terjebak kedalam perilaku yang menyimpang dan telah lutut dan menghambakan dirinya
kepada tata nilai asing. Mereka adalah saudara-saudara kita, yang berpotensi untuk menimbulkan
berbagai problema sosial dimasyarakat. Di samping itu secara internal terdapat pula ketidak
siapan mental dan rohani pada sebagian remaja, sehingga mereka gagal untuk mempertahankan
diri dari pengaruh negative yang menyesatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Pendidikan Karakter untuk Membangun Karakter Bangsa, (Policy Brief edisi 4 juli/2011).

http://koleksi-skripsi.blogspot.com/2008/07/teori-pembentukan-karakter.html

Khoirotil Idawati Mahmud dan Hanifuddin Mahadun, Bedah Otak Cinta dan Kecerdasan,(Mojokerto:
Fajar Mojokerto, 2007).

Anda mungkin juga menyukai