Anda di halaman 1dari 14

Pert.

 Swamedikasi : tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter.
 Obat-obat yang digunakan : obat tanpa resep / obat bebas / obat OTC (Over The Counter)
 Obat resep : Obat-obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
 Perawatan sendiri : lebih bersifat pencegahan terjadinya penyakit atau menjaga supaya penyakitnya tidak
bertambah parah dengan perubahan pola hidup, menjaga pola makan, menjaga kebersihan dll.
 Faktor penyebab peningkatan kesadaran utk Self Care / Swamedikasi :
1. Faktor sosial ekonomi
2. Gaya hidup
3. Kemudahan memperoleh produk obat
4. Faktor kesehatan lingkungan
5. Ketersediaan produk baru
 Yang perlu diperhatikan dalam Swamedikasi :
1. Pasien memegang tanggung jawab utama terhadap obat yang digunakan
2. Sebaiknya baca label dan brosur obat dengan seksama & teliti
3. Perhatian khusus diberikan bagi penggunaan obat untuk kelompok tertentu, seperti anak-anak, lanjut
usia, pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal, wanita hamil & menyusui
 Jika pasien memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, maka ia harus dapat :
1. Mengenali gejala yang dirasakan
2. Menentukan apakah kondisi mereka sesuai untuk pengobatan sendiri atau tidak
3. Memilih produk obat yang sesuai dengan kondisinya
4. Mengetahui ada atau tidaknya riwayat alergi terhadap obat yang digunakan
5. Mengikuti instruksi yang tertera pada label obat yang dikonsumsi
 Kriteria obat yg boleh untuk swamedikasi : (permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993)
1. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak di bawah 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit
3. Tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan

 Faktor meningkatnya swamedikasi :


1. Perkembangan teknologi farmasi yg inovatif
2. Jenis/merek obat yang beredar
3. Telah diketahui/dikenal masyarakat luas
4. Berubahnya peraturan tentang obat/farmasi
5. Kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat
6. Pengaruh informasi / iklan
7. Kemudahan mendapatkan obat
8. Mahalnya biaya kesehatan
 Dampak positif : penanganan penyakit lebih dini & biaya lebih terjangkau
Dampak negatif : salah penggunaan obat & penggunaan yang tidak rasional
 Peran apoteker dalam Swamedikasi :
1. Penyedia obat
2. Rekan sejawat
3. Promotor kesehatan
4. Pengajar & pengawas
5. Komunikator
 Peran apoteker sebagai KOMUNIKATOR :
1. Menginisiasi dialog pasien dengan dokter
2. Bertanya ke pasien sebelum menyarankan pemberian obat
3. Skrining kondisi atau penyakit tertentu tanpa melampaui kewenangan dokter
4. Menyediakan informasi yang objektif tentang obat
5. Dapat menggunakan dan mengartikan sumber informasi lain untuk memenuhi kebutuhan pasien
6. Membantu swamedikasi pasien dan menyarankan ke dokter bila diperlukan
7. Menjamin kerahasiaan kondisi pasien

 Bertanya pada pasien sebelum pemberian obat :


1. Metode pertama : WHAM
W : Who is the patient and what are the symptom
H : How long have the symptoms
A : Action taken (tindakan yg sudah dilakukan?)
M : Medication being taken (obat yg sudah digunakan?)
2. Metode kedua : ASMETHOD
A : Age / appearance (Usia klien)
S : Self or someone else (dirinya sendiri atau orang lain yang sakit)
M : Medication (regularly taken on preskription or OTC)
(Pengobatan yang sudah digunakan baik dengan resep maupun dengan non resep)
E : Extra medicine (Usaha lain untuk mengatasi gejala sakit)
T : Time persisting (lama gejala)
H : History (Riwayat klien)
O : Other symptoms (gejala lain)
D : Danger symptom (Gejala yang berbahaya).
 Informasi Obat Dalam Swamedikasi :

1. Nama obat dan kekuatannya 4. Berapa lama obat harus digunakan.


2. Indikasi dan aturan pakai 5. Apa yang harus dilakukan jika terlupa
3. Cara menggunakan minum atau menggunakan obat
6. Mekanisme kerja obat 9. Kemungkinan terjadinya efek samping
7. Efek pada gaya hidup yang akan dialami
8. Cara penyimpanan obat 10. Interaksi antar obat dan makan,
11. Informasi tambahan lainya

 Peran apoteker sebagai PENYEDIA OBAT :


Harus dapat menjamin, bahwa obat-obatan yang disediakannya berasal dari sumber resmi yang dapat
dipercaya serta mempunyai kualitas yang baik. Harus menyediakan penyimpanan yang tepat untuk obat-obatan
yang ada.
 Peran apoteker sebagai PENGAJAR & PENGAWAS :
Berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan kemampuan diri yang berkelanjutan. Kepada staf non-
apoteker lain, perlu untuk diawasi & diberikan pelatihan yang sesuai. Apoteker juga sebaiknya membuat
Pedoman untuk tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam hal penanganan obat.
 Peran apoteker sebagai REKAN SEJAWAT :
Memiliki kerjasama yg baik dg berbagai kalangan, seperti sejawat seprofesi, pemerintah, indutri farmasi,
pasien & masyarakat, dan tenaga kesehatan lainnya.
 Peran apoteker sebagai PROMOTOR KESEHATAN :
1. Berpartisipasi dalam skrining masalah kesehatan untuk dapat mengidentifikasi adanya masalah
kesehatan.
2. Berpartisipasi dalam hal promosi masalah kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran mengenai
masalah kesehatan ataupun pencegahan penyakit.
3. Menyediakan saran kepada individu untuk membantu mereka membuat pilihan yang tepat.
 SKAI

1. Praktik pofesionalisame, legal, dan etis 6. Upaya preventif dan promotif kesehatan
2. Optimalisasi penggunaan obat masyarakat
3. Dispensing sediaan farmasi dan alat 7. Pengelolaan sedian farmasi dan alat
kesehatan kesehatan
4. Formulasi dan pembuatan sediaan farmasi 8. Kepemimpinan dan manajemen diri
5. Komunikasi dan kolaborasi 9. Peningkatan kompetensi profesi
 Obat pada pelayanan Swamedikasi : untuk penyakit nyeri dan demam, premenstruasi syndrome, saluran nafas
(salesma, batuk, asma), saluran cerna (dispepsia, konstipasi, diare, mual-muntah), conjuctivitis, penyakit kulit
(dermatitis, acne, dan infeksi jamur).

Pert. 2

 Obat : bahan atau paduan bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi.
 Obat jadi : obat yang sudah dalam bentuk siap pakai, dibedakan antara obat generik dan obat merek dagang.
 Obat generik : obat jadi terdaftar yang menggunakan nama generik yaitu nama obat internasional atau nama
lazim yang sering dipakai.
 Penggolongan obat menurut Permenkes No. 917 tahun 1993
1. Obat bebas : obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter (paracetamol,
vitamin).
2. Obat bebas terbatas : obat yang sebenarnya termasuk obat keras tapi masih dapat dijual atau dibeli
bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan (CTM, Ibuprofen 200 mg, Miconazole).
3. Obat keras : obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter (antibiotik, asam mefenamat,
asam tranexamat).
4. Obat psikotropika : obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku (diazepam, phenobarbital).
5. Obat narkotika : obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan (morfin, pethidin, codein, phentanyl).
 Yg dicantumkan pada brosur or kemasan obat :
Nama obat, komposisi, indikasi, informasi cara kerja obat, aturan pakai, peringatan (u/ bebas terbatas), perhatian,
nama produsen, nomor batch/lot, nomor registrasi (dicantumkan sbg nomor izin edar), tanggal kadaluarsa.
 Tanda Peringatan :
P no. 1 Awas! Obat Keras – Bacalah aturan memakainya
P no. 2 Awas! Obat Keras – Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P no. 3 Awas! Obat Keras – Hanya untuk bagian luar badan
P no. 4 Awas! Obat Keras – Hanya untuk dibakar
P no. 5 Awas! Obat Keras – Tidak boleh ditelan
P no. 6 Awas! Obat Keras – Obat wasir, jangan ditelan
 Cara Pemilihan Obat :
1. Gejala keluhan penyakit
2. Kondisi khusus (Kehamilan, menyusui, bayi, balita, lansia, riwayat penyakit kronik lain)
3. Pengalaman alergi atau riwayat hipersensitivitas terhadap obat tertentu
4. Profil obat : Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat
dibaca pada etiket atau brosur
5. Pilih obat yang sesuai dengan sympton dari penyakit dan tidak menimbulkan interaksi obat dengan obat lain
yang sedang dikonsumsi
6. Pemilihan obat tepat informasi lengkap tanya Apoteker (tanya obat tanya Apoteker)

 Cara Penggunaan Obat


1. Penggunaan obat tidak secara terus menerus
2. Penggunaan obat sesuai aturan minum
3. Bila terjadi efek samping, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker atau dokter
4. Hindari pemakaian obat milik orang lain walaupun gejala penyakit sama
5. Informasi penggunaan obat secara lengkap tanya Apoteker
6. Cara pemakaian obat yang tepat
7. Obat yang dikonsumsi tepat petunjuk penggunaan, tepat jangka waktu dan saat yang tepat
 Petunjuk pemakaian obat oral
1. Minum obat dengan segelas air putih
2. Waktu minum obat :
a. Minum obat pada saat makan :
 suplemen yang mengandung kalsium (Ca) makanan akan merangsang produksi asam lambung yang
membantu penyerapan kalsium dari saluran cerna, suplemen yang mengandung vitamin D karena
bersifat larut lemak sehingga penyerapan lebih baik jika ada makanan, terutama large meal),
b. Minum obat sebelum makan :
 ± 30 menit sebelum makan misal obat golongan PPi, H₂ blocker
c. Minum obat setelah makan :
=> memiliki sifat mengiritasi lapisan mukosa saluran cerna sehingga kehadiran makanan sebagai
‘bantalan’ sehingga iritasi obat terhadap saluran cerna bisa lebih minimal contoh golongan NSAID
3. Obat dengan long acting harus ditelan seluruhnya, tidak boleh dipecah, digerus atau dikunyah 4. Jika penderita
sulit menelan obat maka alihkan ke bentuk sediaan lain yang sesuai dengan indikasi sama bahkan isi sama
 Oral untuk bayi dan balita : harus sesuai dosis pake pipet/sendok takar, lgsung beri minum setalh beri obat yg
pahit
 Pemakaian obat tetes mata :
1. Ujung alat penetes jangan tersentuh benda apapun (termasuk mata) dan segera tutup rapat setelah pemakaian
2. Untuk glaucoma dan inflamasi petunjuk penggunaan yang tertera pada etiket / brosur harus diikuti dengan
benar
3. Sebelum pemakaian cucilah tangan dengan sabun, kepala ditengadahkan, jari telunjuk menekan kelopak mata
untuk membuka kantung konjungtiva, teteskan obat pada kantung konjungtiva kemudian tutup mata selama 1-2
menit dan jangan mengedip
4. Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit
5. Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar di tangan

 Pemakaian salep mata


1. Ujung tube salep jangan tersentuh benda apapun termasuk mata
2. Cuci tangan dengan sabun, kepala ditengadahkan dengan jari telunjuk menekan bagian kelopak mata bawah
untuk membuka kantung konjungtiva, kemudian salep ditekan hingga salep masuk ke kantung konjungtiva dan
mata ditutup 1-2 menit, mata digerakkan ke kanan kiri atas dan bawah
3. Setelah digunakan ujung kemasan salep diusap dengan tisu bersih (jangan dicuci air hangat) kemudian wadah
ditutup rapat
4. Cuci tangan untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar di tangan.

 Petunjuk pemakaian obat tetes hidung


1. Hidung dibersihkan, kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan sambil berdiri atau duduk, atau
cukup berbaring saja
2. Teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan selama beberapa menit agar obat dapat tersebar ke dalam
hidung
3. Untuk posisi duduk kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha
4. Setelah digunakan alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan tisu bersih

 Pemakaian obat tetes telinga


1. Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga
2. Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga
3. Bersihkan bagian luar telinga dengan cutton bud
4. Jika sediaan berupa suspensi maka harus dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan
5. Cara penggunaannya adalah penderita berbaring terlebih dahulu dengan telinga yang akan ditetesi obat
menghadap ke atas
6. Untuk membuat telinga lurus maka bagi pasien dewasa telinga ditarik ke atas dan ke belakang, untuk anak
telinga ditarik kebawah ke belakang
7. Teteskan obat biarkan selama 5 menit
8. Bersihkan penetes dengan tisu bersih

 Petunjuk penggunaan suppositoria


1. Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan dan dibasahi air
2. Penderita berbaring dengan posisi miring dan satu kaki diangkat setinggi rata² air
3. Masukkan suppositoria ke dalam rektum dengan cara bagian ujung suppositoria didorong dengan ujung jari
sampai melewati otot sfingter rektal kira² ½-1 inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa
4. Jika suppositoria lembek maka dimasukkan dulu dilemari pendingin selama 30 menit kemudian ditempatkan
pada air mengalir sebelum digunakan.
 Efek samping obat : setiap respon obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan
obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
 Tanggal kadaluwarsa : Menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat
dijamin masih tetap memenuhi syarat.
 Kerusakan obat :
Tablet : berubah warna, rasa atau bau, ada noda atau bintik², ada lubang, pecah, retak, jadi bubuk atau lembab
dan kemasan rusak, basah atau lengket, kemasan rusak.
Kapsul : perubahan warna kapsul, rusak, lembab, lengket
Salep : berubah warna, bau, pot atau tube bocor atau rusak, berjamur, lembek atau encer.
Cairan : warnanya keruh, timbul endapan, warna rasa dan bau berubah, konsistensi berubah, kemasan atau botol
bocor pecah atau rusak.
 Dosis : aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk
dicatat sesuai dengan umur dan berat badan pasien
 Bila terlupa minum obat : minum segera setelah ingat, tapi bila hampir mendekati dosis berikutnya maka abaikan
dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal sesuai aturan.

Pert. 3 : Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas


Pert. 4 (OWA – Obat Wajib Apotek)

 Swamedikasi : tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep, yang dilakukan secara tepat guna dan
bertanggung jawab
 Latar Belakang OWA :
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong diri sendiri guna mengatasi masalah kesehatan
dengan meningkatkan swamedikasi secara tepat, aman dan rasional
2. Menyediakan obat yang dibutuhkan untuk swamedikasi sekaligus menjamin penggunaan obat secara
tepat, aman dan rasional
3. Peran Apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), serta meningkatkan
pelayanan obat kepada masyarakat
4. KepMenKes tentang obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek perlu
ditetapkan
 Obat Wajib Apotek : obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek
 Kriteria Obat OWA :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan
lansia (diatas usia 65 tahun)
2. Swamedikasi dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
3. Penggunaan tidak memerlukan cara khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dip ertanggungjawabkan untuk
swamedikasi
 Kewajiban Apoteker saat pelayanan OWA :
1. Memenuhi ketentuan dan batasan setiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan
2. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontraindikasi, efek samping, dll yang perlu
diperhatikan pasien
4. Jenis obat yang termasuk dalam OWA tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang OWA 1, OWA 2 dan
OWA 3
5. Obat-obatan dalam OWA 2 merupakan tambahan dari obat yang ditetapkan dalam OWA 1
6. Sedangkan obat-obatan dalam OWA 3 merupakan tambahan terhadap OWA 1 dan OWA 2

 Beberapa obat dalam OWA 1 dikeluarkan dan tidak dinyatakan lagi sebagai OWA karena beberapa hal sebagai
berikut :
1. Adanya perubahan golongan obat tersebut. Sebagai contoh bromhexin dari golongan obat keras menjadi
obat bebas terbatas
2. Adanya pemberlakuan UU psikotropika yang menyatakan bahwa psikotropika harus diserahkan atas dasar
resep dokter, maka obat dalam OWA 1 yang mengandung psikotropika menjadi bukan OWA lagi. Sebagai
contoh kombinasi obat golongan antasid dengan sedatif/spasmodik yang komponennya mengandung
diazepam atau klordiazepoksid tidak lagi sebagai OWA

Pert. 5 (Kecacingan)
 Kecacingan : penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya dan menimbulkan gejala atau tanpa
gejala. Menyababkan turunnya daya tahan tubuh, terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan zat besi
yang mengakibatkan anemia.
 Gejala : Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah, Badan kurus dan perut buncit, Kehilangan
nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan susah tidur, Gatal-gatal di sekitar dubur terutama
malam hari (cacing kremi), Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang, cacing cambuk)
dapat terjadi anemia
 Gejala Spesifik Cacingan :
1. Cacing kremi :
Rasa gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur
2. Cacing Gelang :
Gangguan lambung, kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam
3. Cacing tambang :
Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing/nyeri kepala, lemah dan
lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
 Cacing penyebab penyakit pada manusia :
1. Gelang (tertelan sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran, larva cacing tambang hidup
ditanah dan masuk lewat kulit yang menyebabkan infeksi)
2. Cambuk
3. Kremi (Bertelur disekitar dubur, Telur-telur ini terbawa oleh jari-jari ketika penderita menggaruk, bila tidak
mencuci tangan bisa menularkan kepada orang lain)
4. Tambang
5. Pita & Trematoda (berada pada binatang dan masuk tubuh manusia karena makan daging/ikan mentah atau
setengah matang)
 Hal-Hal yang dapat dilakukan :
1. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan sabun pada waktu mencuci tangan
sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi
2. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan makanan untuk menghindari
telur cacing yang mungkin ada serta membiasakan memasak makanan dan minuman
3. Menggunakan karbol ditempat mandi
4. Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung dengan tanah saat bekerja di halaman,
perkebunan, pertanian dan pertambangan.

Pert. 6 (MAAG)

 Sakit maag : peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung. M emiliki gejala khas berupa
rasa nyeri atau pedih pada ulu hati meskipun baru saja selesai makan. Kalau rasa pedih hanya terjadi sebelum
makan atau diwaktu lapar dan hilang setelah makan biasanya karena produksi asam lambung berlebihan dan
belum menderita sakit maag.
 Maag akut : belum terjadi kerusakan pada dinding lambung, bisanya hanya disebabkan karena oleh berlebihnya
produksi asam lambung sesaat atau akibat makanan yang merangsang terlalu banyak.
 Maag kronis : penderita bisa mengalami pembengkakan atau radang pada dinding lambung, luka sampai
perdarahan.
 Penyebab MAAG :
1. Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena makanan atau minuman yang merangsang
lambung yaitu makanan pedas atau asam, kopi, alkohol, bakmi yang mengandung air abu.
2. Faktor stres baik fisik (pasca bedah, penyakit berat, luka bakar) maupun stres mental.
3. Obat-obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama (mis. Obat rematik, anti inflamasi)
4. Jadwal makan yang tidak teratur juga bisa menyebabkan maag.

Pert. 7 (Diare)

 Diare : buang air besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam sehari, biasanya disertai sakit dan kejang perut
(spasmodik).
 Jenis-jenis Diare :
1. Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu atau penyakit lain. Gejala
diare akut adalah tinja cair, terjadi mendadak, badan lemas kadang demam dan muntah, berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari.
2. Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama, berlangsung selama 2
minggu atau lebih
3. Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lendir.
 Dehidrasi : suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan tubuh yang dapat berakibat kematian terutama pada
anak/bayi jika tidak segera diatasi.
 Gejala pada Anak
1. Dehidrasi ringan/sedang : gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat haus, kulit kering
2. Dehidrasi berat : lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering, malas/tidak bisa minum, kulit
sangat kering
 Penyebab :
● Ansietas / kecemasan (misal : saat ujian, bepergian)
● Keracunan makanan (makanan terkontaminasi bakteri atau racun kimiawi)
● Infeksi virus dari usus (misal flu usus)
● Alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu (pada orang-orang yang tidak mempunyai enzim laktase
yang berfungsi untuk mencernakan susu)
● Peradangan usus, misalnya : kolera, disentri, bakteri lain, virus dsb.
● Kekurangan gizi, misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur

 Hal Yang Dapat Dilakukan :


1. Minum banyak cairan (air, sari buah, sup bening)
2. Hindari alkohol, kopi/teh, susu. Teruskan pemberian ASI pada bayi, pada pemberian susu pengganti ASI
diencerkan sampai dua kali
3. Hindari makanan padat atau makanlah makanan yang tidak berasa (bubur, roti, pisang) selama 1-2 hari
4. Minum cairan dehidrasi oral-oralit/larutan gula garam
5. Cuci tangan dengan baik setelah BAB dan sebelum menyiapkan makanan (diare karena infeksi
bakteri/virus bisa menular)
6. Tutup makanan agar tidak terkontaminasi lalat, kecoa dan tikus
7. Simpanlah secara terpisah makanan mentah dan yang matang, simpanlah sisa makanan di dalam kulkas
8. Gunakan air bersih untuk memasak
9. Air minum harus direbus terlebih dahulu
10. Buang air besar pada jamban
11. Bila diare berlanjut lebih dari dua hari, bila terjadi dehidrasi, kotoran berdarah/terus menerus kejang
perut periksakan ke dokter

Anda mungkin juga menyukai