Rangkuman Self Medication
Rangkuman Self Medication
Swamedikasi : tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter.
Obat-obat yang digunakan : obat tanpa resep / obat bebas / obat OTC (Over The Counter)
Obat resep : Obat-obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
Perawatan sendiri : lebih bersifat pencegahan terjadinya penyakit atau menjaga supaya penyakitnya tidak
bertambah parah dengan perubahan pola hidup, menjaga pola makan, menjaga kebersihan dll.
Faktor penyebab peningkatan kesadaran utk Self Care / Swamedikasi :
1. Faktor sosial ekonomi
2. Gaya hidup
3. Kemudahan memperoleh produk obat
4. Faktor kesehatan lingkungan
5. Ketersediaan produk baru
Yang perlu diperhatikan dalam Swamedikasi :
1. Pasien memegang tanggung jawab utama terhadap obat yang digunakan
2. Sebaiknya baca label dan brosur obat dengan seksama & teliti
3. Perhatian khusus diberikan bagi penggunaan obat untuk kelompok tertentu, seperti anak-anak, lanjut
usia, pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal, wanita hamil & menyusui
Jika pasien memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, maka ia harus dapat :
1. Mengenali gejala yang dirasakan
2. Menentukan apakah kondisi mereka sesuai untuk pengobatan sendiri atau tidak
3. Memilih produk obat yang sesuai dengan kondisinya
4. Mengetahui ada atau tidaknya riwayat alergi terhadap obat yang digunakan
5. Mengikuti instruksi yang tertera pada label obat yang dikonsumsi
Kriteria obat yg boleh untuk swamedikasi : (permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993)
1. Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak di bawah 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit
3. Tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
1. Praktik pofesionalisame, legal, dan etis 6. Upaya preventif dan promotif kesehatan
2. Optimalisasi penggunaan obat masyarakat
3. Dispensing sediaan farmasi dan alat 7. Pengelolaan sedian farmasi dan alat
kesehatan kesehatan
4. Formulasi dan pembuatan sediaan farmasi 8. Kepemimpinan dan manajemen diri
5. Komunikasi dan kolaborasi 9. Peningkatan kompetensi profesi
Obat pada pelayanan Swamedikasi : untuk penyakit nyeri dan demam, premenstruasi syndrome, saluran nafas
(salesma, batuk, asma), saluran cerna (dispepsia, konstipasi, diare, mual-muntah), conjuctivitis, penyakit kulit
(dermatitis, acne, dan infeksi jamur).
Pert. 2
Obat : bahan atau paduan bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi.
Obat jadi : obat yang sudah dalam bentuk siap pakai, dibedakan antara obat generik dan obat merek dagang.
Obat generik : obat jadi terdaftar yang menggunakan nama generik yaitu nama obat internasional atau nama
lazim yang sering dipakai.
Penggolongan obat menurut Permenkes No. 917 tahun 1993
1. Obat bebas : obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter (paracetamol,
vitamin).
2. Obat bebas terbatas : obat yang sebenarnya termasuk obat keras tapi masih dapat dijual atau dibeli
bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan (CTM, Ibuprofen 200 mg, Miconazole).
3. Obat keras : obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter (antibiotik, asam mefenamat,
asam tranexamat).
4. Obat psikotropika : obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku (diazepam, phenobarbital).
5. Obat narkotika : obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan (morfin, pethidin, codein, phentanyl).
Yg dicantumkan pada brosur or kemasan obat :
Nama obat, komposisi, indikasi, informasi cara kerja obat, aturan pakai, peringatan (u/ bebas terbatas), perhatian,
nama produsen, nomor batch/lot, nomor registrasi (dicantumkan sbg nomor izin edar), tanggal kadaluarsa.
Tanda Peringatan :
P no. 1 Awas! Obat Keras – Bacalah aturan memakainya
P no. 2 Awas! Obat Keras – Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P no. 3 Awas! Obat Keras – Hanya untuk bagian luar badan
P no. 4 Awas! Obat Keras – Hanya untuk dibakar
P no. 5 Awas! Obat Keras – Tidak boleh ditelan
P no. 6 Awas! Obat Keras – Obat wasir, jangan ditelan
Cara Pemilihan Obat :
1. Gejala keluhan penyakit
2. Kondisi khusus (Kehamilan, menyusui, bayi, balita, lansia, riwayat penyakit kronik lain)
3. Pengalaman alergi atau riwayat hipersensitivitas terhadap obat tertentu
4. Profil obat : Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi obat yang dapat
dibaca pada etiket atau brosur
5. Pilih obat yang sesuai dengan sympton dari penyakit dan tidak menimbulkan interaksi obat dengan obat lain
yang sedang dikonsumsi
6. Pemilihan obat tepat informasi lengkap tanya Apoteker (tanya obat tanya Apoteker)
Swamedikasi : tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep, yang dilakukan secara tepat guna dan
bertanggung jawab
Latar Belakang OWA :
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong diri sendiri guna mengatasi masalah kesehatan
dengan meningkatkan swamedikasi secara tepat, aman dan rasional
2. Menyediakan obat yang dibutuhkan untuk swamedikasi sekaligus menjamin penggunaan obat secara
tepat, aman dan rasional
3. Peran Apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), serta meningkatkan
pelayanan obat kepada masyarakat
4. KepMenKes tentang obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek perlu
ditetapkan
Obat Wajib Apotek : obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek
Kriteria Obat OWA :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan
lansia (diatas usia 65 tahun)
2. Swamedikasi dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
3. Penggunaan tidak memerlukan cara khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dip ertanggungjawabkan untuk
swamedikasi
Kewajiban Apoteker saat pelayanan OWA :
1. Memenuhi ketentuan dan batasan setiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan
2. Membuat catatan pasien dan obat yang telah diserahkan
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai, kontraindikasi, efek samping, dll yang perlu
diperhatikan pasien
4. Jenis obat yang termasuk dalam OWA tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang OWA 1, OWA 2 dan
OWA 3
5. Obat-obatan dalam OWA 2 merupakan tambahan dari obat yang ditetapkan dalam OWA 1
6. Sedangkan obat-obatan dalam OWA 3 merupakan tambahan terhadap OWA 1 dan OWA 2
Beberapa obat dalam OWA 1 dikeluarkan dan tidak dinyatakan lagi sebagai OWA karena beberapa hal sebagai
berikut :
1. Adanya perubahan golongan obat tersebut. Sebagai contoh bromhexin dari golongan obat keras menjadi
obat bebas terbatas
2. Adanya pemberlakuan UU psikotropika yang menyatakan bahwa psikotropika harus diserahkan atas dasar
resep dokter, maka obat dalam OWA 1 yang mengandung psikotropika menjadi bukan OWA lagi. Sebagai
contoh kombinasi obat golongan antasid dengan sedatif/spasmodik yang komponennya mengandung
diazepam atau klordiazepoksid tidak lagi sebagai OWA
Pert. 5 (Kecacingan)
Kecacingan : penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya dan menimbulkan gejala atau tanpa
gejala. Menyababkan turunnya daya tahan tubuh, terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan zat besi
yang mengakibatkan anemia.
Gejala : Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah, Badan kurus dan perut buncit, Kehilangan
nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan susah tidur, Gatal-gatal di sekitar dubur terutama
malam hari (cacing kremi), Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang, cacing cambuk)
dapat terjadi anemia
Gejala Spesifik Cacingan :
1. Cacing kremi :
Rasa gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur
2. Cacing Gelang :
Gangguan lambung, kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam
3. Cacing tambang :
Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing/nyeri kepala, lemah dan
lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
Cacing penyebab penyakit pada manusia :
1. Gelang (tertelan sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran, larva cacing tambang hidup
ditanah dan masuk lewat kulit yang menyebabkan infeksi)
2. Cambuk
3. Kremi (Bertelur disekitar dubur, Telur-telur ini terbawa oleh jari-jari ketika penderita menggaruk, bila tidak
mencuci tangan bisa menularkan kepada orang lain)
4. Tambang
5. Pita & Trematoda (berada pada binatang dan masuk tubuh manusia karena makan daging/ikan mentah atau
setengah matang)
Hal-Hal yang dapat dilakukan :
1. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan sabun pada waktu mencuci tangan
sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi
2. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan makanan untuk menghindari
telur cacing yang mungkin ada serta membiasakan memasak makanan dan minuman
3. Menggunakan karbol ditempat mandi
4. Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung dengan tanah saat bekerja di halaman,
perkebunan, pertanian dan pertambangan.
Pert. 6 (MAAG)
Sakit maag : peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi lambung. M emiliki gejala khas berupa
rasa nyeri atau pedih pada ulu hati meskipun baru saja selesai makan. Kalau rasa pedih hanya terjadi sebelum
makan atau diwaktu lapar dan hilang setelah makan biasanya karena produksi asam lambung berlebihan dan
belum menderita sakit maag.
Maag akut : belum terjadi kerusakan pada dinding lambung, bisanya hanya disebabkan karena oleh berlebihnya
produksi asam lambung sesaat atau akibat makanan yang merangsang terlalu banyak.
Maag kronis : penderita bisa mengalami pembengkakan atau radang pada dinding lambung, luka sampai
perdarahan.
Penyebab MAAG :
1. Peningkatan produksi asam lambung dapat terjadi karena makanan atau minuman yang merangsang
lambung yaitu makanan pedas atau asam, kopi, alkohol, bakmi yang mengandung air abu.
2. Faktor stres baik fisik (pasca bedah, penyakit berat, luka bakar) maupun stres mental.
3. Obat-obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama (mis. Obat rematik, anti inflamasi)
4. Jadwal makan yang tidak teratur juga bisa menyebabkan maag.
Pert. 7 (Diare)
Diare : buang air besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam sehari, biasanya disertai sakit dan kejang perut
(spasmodik).
Jenis-jenis Diare :
1. Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu atau penyakit lain. Gejala
diare akut adalah tinja cair, terjadi mendadak, badan lemas kadang demam dan muntah, berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari.
2. Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama, berlangsung selama 2
minggu atau lebih
3. Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lendir.
Dehidrasi : suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan tubuh yang dapat berakibat kematian terutama pada
anak/bayi jika tidak segera diatasi.
Gejala pada Anak
1. Dehidrasi ringan/sedang : gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat haus, kulit kering
2. Dehidrasi berat : lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering, malas/tidak bisa minum, kulit
sangat kering
Penyebab :
● Ansietas / kecemasan (misal : saat ujian, bepergian)
● Keracunan makanan (makanan terkontaminasi bakteri atau racun kimiawi)
● Infeksi virus dari usus (misal flu usus)
● Alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu (pada orang-orang yang tidak mempunyai enzim laktase
yang berfungsi untuk mencernakan susu)
● Peradangan usus, misalnya : kolera, disentri, bakteri lain, virus dsb.
● Kekurangan gizi, misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur