Kelompok 8 Sosiologi Olahraga Olahraga Dan Ekonomi
Kelompok 8 Sosiologi Olahraga Olahraga Dan Ekonomi
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Olahraga yang di
bimbing Oleh Bapak Dr. Ricky Ferrari Valentino W, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh:
4C
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk kasus Indonesia semakin nyata bagaimana efek dari sistem
politik dan pengaruh ekonomi terhadap pendidikan jasmni dan olahraga.
Tulisan sie swan po (1973) dalam kongres ICPHER di Bali, Social and
plitical aspet of physical education and Sports in the Frame Work of
Indonesia National develoment sangat membantu kita untuk memahami
kebijakan pembinaan olahraga nasional. Sejak proklamasi 1945,
Pendidikan jasmani dan olahraga memperoleh tempat dalam masyarakat
dan kehidupan nasional namun pasang surut Pendidikan jasmani dan
olahraga ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang berbeda-
beda.
Selama perjuangan kemerdekaan, Pendidikan jasmani dan olahraga
diarahkan untuk membentuk pemuda-pemuda militant dengan semangat
nasionalistik untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pada masa itu, Pendidikan jasmani dan olahraga di pandang
berkemampuan untuk membentuk perilaku berdisiplin guna mendukung
perjuangan nasional. Olahraga juga di pandang mampu memperkukuh
integrase bangsa, kesatuan dan persatuan, pandangan inilah yang
selanjutnya mendorong tersenggaranya PON I, 1947 di Solo.
Pada tahun 1947, ketika sejumlah negara asia masih berjuang
untuk merebut kemerdekaannya, Indonesia termasuk negara yang
mendukung gagasan untuk diadakan pertandingan olahraga diantara
bangsa-bangsa asia. Gagasan ini dicetuskan dalam Conference on Asian
Relation tahun 1947 di New Delhi yang hasilnya yaitu di setujuinya Asian
Games I di selenggarakan pada tahu 1951 di New Delhi.
Pada saat ini olahraga sering dilibatkan dalam kancah politik di
Indonesia, dapat terlihat pada saat pemilihan perwakilan rakyat, banyak
terdapat kampanye-kampanye yang secara langsung terlihat dalam
olahraga seperti pemberian spanduk perlengkapan alat olahraga yang tak
lain bertujuan untuk kepentingan politik.
Sering kita jumpai di kota-kota di Indonesia termasuk juga ibu kota
negara masih banyak terdapat kenakalan-kenakalan remaja, dan aturan
tingkat pelajar yang terasa tiada hentinya, untuk mengatasi permasalah
tersebut pemerintahan harus berperan aktif, salah satu kebijakan politik
pemerintah untuk mengurangi kenalakan olahraga, dengan didirikannya
saran tersebut sangat berperan aktif dalam mengurangi kenakalan remaja.
Dalam permasalahan diatas secara tidak langsung olahraga sudah berperan
aktif dalam politik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimasud dengan politik?
2. Bagaimana keterkaitan olahraga dan politik?
3. Bagaimana hubungan politik dengan olahraga?
4. Bagaimana hubungan olahragawan dan politik?
5. Bagaimana dampak politik dalam olahraga?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui peran olahraga sebagai devisa
2. Untuk mengetahui nilai ekonomi dalam olahraga
3. Untuk mengetahui keterkaitan olahraga dan ekonomi
4. Untuk mengetahui strategi manajemen pemasaran olahraga
D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu sumber ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Politik
Politik adalah satu bagian internal dari organisasi olahraga lokal) nasional)
dan internasional dikenal sebagai tubuh-tubuh pengaturan. Konflik sering
muncul ketika orang-orang berhubungan dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa persyaratan sebagai olahraga? jika orang dari negara dengan budaya
tradisional ingin berpatisipasi dalam olimpiade) mereka harus belajar
memainkan aktivitas dan permainan popular negara kaya dan makmur)
sehingga merka bergantung pada orang dan organisasi negara kaya. Atlit
harus dapat pengntrolan dari universitas.
b. Apa peranan olahraga sebagai konstruksi sosial dalam men'cptakan
interaksi satu sama lainnya dan mengenal hambatan *isik dilingkungan
dan budaya.
c. Siapa yang berperan mengatur olahragaD badan pemerintah dan sponsor.
d. Selain itu juga ada beberapa pertanyaan lain seperti siapa yang
mengontrol olahraga, games, pertemuan, pertandingan, tournament,
waktu. Dimana event diadakan penanggung jawab serta hadiah yang
akan didistribusikan pada atlet.
Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan
olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada analisis yang
tendensius, daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran rupiah
lebih baik digunakan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang masih sekitar
140 juta. Pendapat dan analisis yang demikian tentu sah-sah saja.
Tetapi benarkah olahraga hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada revenue yang
bisa diharapkan dari kegiatan olahraga ? Mungkinkah terjadi multiplier effect dari
sebuah kegiatan olahraga? Pertanyaan seperti itu memang agak sulit dijawab
secara pasti, jika saja tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya.
Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi
maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia,
Perancis, Inggris, Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat.
Dari segi prestasi, terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut
telah menempatkan dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan
masyarakat yang diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan
sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.
Sungguhpun demikian, tidak berarti prestasi tinggi hanya terjadi pada negara-
negara yang secara ekonomi lebih maju. Brasil secara ekonomi barangkali jauh di
bawah negara-negara maju seperti Perancis, Jerman, dan Italia. Ditinjau dari GDP
per capita, Brasil hanya US$ 7,037, sementara ketiga negara tersebut masing-
masing adalah US$ 22,897, US$ 23,742, dan US$ 22,172. Sebuah perbedaan yang
sangat signifikan, karena lebih dari tiga kali lipat. Akan tetapi, Brasil memiliki
tradisi prestasi sepakbola yang lebih tinggi dibandingkan ketiga negara tersebut.
Apa yang ingin saya katakan disini adalah bahwa untuk membangun olahraga
tidak harus menunggu negara kita maju atau secara ekonomi sejajar dengan
negara-negara maju. Justru yang perlu di dorong adalah bagaimana olahraga
dijadikan sebagai salah satu instrumen untuk membangun ekonomi.
Fakta lain juga menunjukkan bahwa olahraga memiliki kontribusi yang signifikan
pada upaya mengurangi pengangguran. Data di Inggris menyebutkan bahwa
kegiatan olahraga menyediakan lebih banyak lapangan kerja dibanding industri
mobil, pertanian, nelayan, dan industri makanan.
Olahraga Sebagai
Pengasil Defisa
Pada era globalisasi ini
muncul terminologi
sportainment yang
memberikan
peneguhan bahwa olahraga
bukan lagi sekadar sebuah
tontonan melainkan sebuah
industri
hiburan dan bisnis
pertunjukkan yang mampu
menghadirkan ribuan
penonton dan jutaan
pemirsa. Kini, ada Uga
event olahraga yang
menjadi ikon global, yaitu
pertandingan sepak
bola Piala Dunia,
lomba balap mobU
Formula 1, dan
pertandingan olahraga
multievent
Olimpiade. Olahraga
jika dikelola secara
profesional dapat
mendatangkan
keuntungan
ekonomi di samping
keuntungan non-ekonomi.
Olimpiade Los Angeles
1984 merupakan
Olimpiade Modern
pertama yang
menerapkan pendekatan
logika ekonomi melalui
sport
business dengan
melibatkan banyak
sponsor. Keuntungan yang
berhasil dikumpulkan dari
kegiatan multievent
empat tahunan itu
sebesar US S223 juta.
Keberhasilan suatu
negara
menyelenggarakan event
olahraga ini tidak
terlepas dari peran
pemasaran. Untuk
memasarkan sebuah
olahraga diperlukan
strategi khusus yang
dikenal dengan bauran
pemasaran, yaitu kiat
kelompok pemasaran
yang digunakan untuk
mencapai sasaran
pemasarannya dalam pasar
sasaran. Media massa
punya peran pendng dalam
menumbuhkan
brand image tentang
sebuah produk tertentu
kepada konsumen
melalui tayangan event
olahraga.
Pergelaran Olimpiade Los
Angeles menghabiskan
biaya sebesar US $505
juta. Dari
jumlah tersebut, hampir
separuhnya telah tertupi
dari hak siar yang
dibeli oleh jaringan
televisi ABC sebesar US
$225 juta. Sejumlah besar
perusahaan (32
perusahaan) teiah menjadi
sponsor dengan nilai US
$4- 13 juta. Selain itu,
panitia juga menerima
berbagai bantuan yang
diberikan untuk
membangun fasilitas
olahraga. Pembangunan
velodrom dan kedai
makan-
minum ditanggung oleh
perusahaan 7 Eleven.
Kolam renang senilai US |
4 juta sepenuhnya
dibiayai oleh McDonald.
Pakaian seragam adet dan
pelatih yang berjumlah 700
orang dan
panida yang seluruhnya
berjumlah 40.000 orang
disediakan oleh Levis.
Sistem komputerisasi
yang menggunakan 200
set komputer semuanya
disediakan oleh IBM.
Keberhasilan
Olimpiade Los Angeles
membangkitkan minat
negara-negara lainnya
yang saling berebut
unmk menjadi tuan rumah
suatu event olahraga, balk
yang bersifat multievent^
seperti Asian
Games dan Olympic
Games, maupun yang
bersifat singleevent, seperti
Piala Dunia dan balap
Nilai Ekonomi Dalam Olahraga
Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan
olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Menurut Rusli Lutan.
(1998), dalam Sport in Economic Crisis mengemukakan bahwa ada analisis
tendensius, dari pada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran
rupiah lebih baik digunakan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang
masih sekitar 140 juta. Pendapat dan analisis tersebut adalah sesuatu yang
wajar. Lebih lanjut, Rusli Lutan. 1998, mengatakan bahwa, untuk melakukan
pembinaan olahraga, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ketika suatu
negara atau daerah menyelenggarakan suatu pertandingan olahraga,
kemungkinan akan memerlukan dana yang besar. Tetapi, bisa jadi kegiatan
olahraga tersebut mampu mendorong tumbunya ekonomi, bahkan
mendatangkan keuntungan seperti di olimpiade Los Angeles yang merupakan
olimpiade pertama yang menerapkan pendekatan logika ekonomi melalui
sport business. Pernyataan ini memberikan bukti bahwa olahraga apabila
dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan ekonomi. Itulah
sebabnya, mengapa banyak negara yang berebut untuk menjadi tuan rumah
suatu event olahraga seperti Asean Games, Olympic Games, Piala Dunia
(sepakbola), dan Piala Eropa. Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa
banyak olahraga tersebut disukai banyak orang dan memiliki nilai hiburan
tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai ekonomi olahraga mengikuti
perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman
feodalisme hingga kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sisa zaman
perbudakan masih bisa dilihat dalam olahraga gulat dan tinju, olahraga
dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat
orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam duniakapitalisme, olahraga
dijadikan alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk. Organisasi
olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era industrialisasi.
Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman dalam Rusli Lutan (1998: 46)
menggambarkan bahwa organisasi olahraga modern saat ini memiliki
beberapa karakteristik yang dominan, yakni sebagai berikut:
1. Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religius atau
keagamaan.
2. Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat.
Sebab tidak ada lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi
anggota masyarakat.
3. Spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jika ingin berkarier di
olahraga seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus
pilihannya.
4. Terjadinya rasionalisasi. Artinya dengan makin kompleksnya dunia
olahraga, dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi olahraga dan
pertandingan berjalan dengan baik.
5. Birokratis. Artinya organisasi tidak lagi berdiri sendiri, melainkan berkaitan
satu sama lain.
6. Makin majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern
mencoba melakukan kuantifikasi terhadap jalannya pertandingan.
7. Pemecah rekor. Atlet sangat mendambakan menjadi lebih cepat, lebih kuat,
lebih tinggi, dan lebih baik.
1. Misi bisnis
Setiap unit bisnis harus mendefinisikan misinya dalam misi perusahaan. Sehingga
perusahaan harus mendefinisikan jangkauannya secara lebih spesifik yang
mencangkup produk dan aplikasi, kompetensi, segmen pasar,penentuan posisi
vertical dan lokasi.
2. Analisis lingkungan eksternal (analisis peluang dan ancaman) Unit bisnis juga
harus menentukan peluang dan ancaman yang timbul. Peluang pemasaran adalah
suatu kebutuhan dimana perusahaan dapat bergerak dengan memperoleh laba
(Philip Kotler, 1994: 92). Sedangkan ancaman lingkungan adalah tantang akibat
kecenderungan yang tidak menguntungkan atau perkembangan yang akan
mengurangi penjualan dan laba bila tidak dilakukan gerakan pemasaran defensive
(Philip Kotler,1994:93)
4. Formulasi tujuan Unit bisnis dapat mengembangkan sasaran dan tujuan tertentu
untuk periode perencanaan. Tahap ini disebut formulasi tujuan. Unit bisnis harus
berusaha menata sasarannya secara hirarkis, dari yang paling penting sampai yang
kurang penting. Akhirnya, sasaran perusahaan harus konsisten. Tujuan yang tidak
konsisten akan menimbulkan kebingungan.
5. Formulasi strategi Michael porter dalam Philip Kotler (1994: 97) telah
merangkumnya menjadi tiga jenis dasar yang memberikan titik awal bagi
pemikiran strategis:
c. Focus Menurut porter dalam Philip Kotler (1994: 97), ‘perusahaan yang
melakukan strategi yangsama pada pasar atau segmen pasar yang sama
membentuk kelompok strategis. Perusahaan yang tidak punya strategi yang jelas
“mengambil jalan tengah” akan gagal.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Marjohan Hs, M.Pd. (2011). Sosiologi Olahraga. Padang: UNP Press