Anda di halaman 1dari 3

Soal Kasus 1

Satker Biro Keuangan Setjen Kemenkes, telah memiliki 1 orang Bendahara Pengeluaran
dengan rekening pengeluaran di Bank ABC, selanjutnya Kepala Kantor/Satker berniat
mengajukan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) untuk membantu tugas Bendahara
Pengeluaran.

1. Apakah diperkenankan Satker Biro Keuangan Setjen Kemenkes mengangkat


Bendahara Pengeluaran Pembantu dan syarat apa yang diperlukan oleh satker untuk
mengangkat BPP?
2. Apakah BPP yang diangkat juga harus bersertifikat?
3. Dalam rangka pengelolaan rekening, apakah BPP diperkenankan memiliki rekening
pengeluaran sendiri di bank yang berbeda dengan BP?
4. Apakah BPP wajib menyusun LPJ dan siapa yang meandatangani LPJ BPP serta
kepada siapa menyampaikannya?

Jawaban:

1. Sesuai PMK 162/PMK.05/2013 pasal 6, guna kelancaran pelaksanaan kegiatan,


Menteri/Pimpinan Lembaga atau Pejabat yang diberi kuasa dapat mengangkat satu
atau lebih BPP. Pengangkatan BPP sebagaimana dimaksud dilakukan setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku BUN.
Pengangkatan BPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) hanya dapat
dilakukan dalam hal:
a. terdapat kegiatan yang lokasinya berjauhan dengan tempat kedudukan
Bendahara Pengeluaran; dan/atau
b. beban kerja Bendahara Pengeluaran sangat berat berdasarkan penilaian
Kepala Kantor/ Satker.
2. Bendahara Pengeluaran Pembantu harus memiliki sertifikat sebagaiamana
Bendahara Pengeluaran
3. BPP wajib memiliki rekening pengeluaran sendiri di bank yang sama dengan BP yaitu
di Bank ABC.
4. BPP wajib menyusun LPJ-BPP setiap bulan atas uang/surat berharga yang
dikelolanya. LPJ-BPP ditandatangani oleh BPP dan PPK serta disampaikan kepada
Bendahara Pcngeluaran setiap bulan paling lambat 5 (lima) hari kerja bulan
berikutnya.

Soal Kasus 2
Satker Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pulau Morotai merupakan kantor vertikal di
bawah unit Eselon I Sekretariat Jenderal Kementerian Agama dan di bawah unit Eselon II
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara. Selama ini, satker tersebut menggunakan
rekening giro untuk kegiatan transaksi Bendahara Pengeluaran dan pada tahun 2021,
berencana untuk menggunakan rekening virtual pengeluaran setelah mengikuti sosialisasi
dari KPPN. Sebagai tambahan informasi, Setjen Kementerian Agama bermitra pada KPPN
Jakarta IV dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara bermitra pada KPPN
Ternate.

1. Deskripsikan bagaimana alur mekanisme pembukaan rekening virtual satker Kantor


Kementerian Agama Kabupaten Pulau Morotai? Pihak-pihak mana saja yang terlibat?
2. Jika satker Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pulau Morotai sebelumnya
menggunakan rekening pada Bank BRI, tetapi rekening induk yang dimiliki Setjen
Kementerian Agama hanya ada Bank Mandiri dan BNI, opsi-opsi apa saja yang dapat
dilakukan?
3. Fasilitas perbankan apa saja yang diperoleh satker ketika menggunakan rekening virtual?

Jawaban:

1. Satker mengajukan permohonan pembukaan rekening virtual ke Eselon I, selanjutnya


Eselon I mengajukan permohonan ke KPPN Jakarta IV untuk kemudian diteruskan ke
bank. Satker menutup sendiri rekening giro ke bank setempat tempat dibuka rekening
giro.
2. Opsi 1: Setjen Kementerian Agama membukakan rekening induk di BRI agar dapat
memfasilitasi pembukaan rekening virtual BRI, atau
Opsi 2: Satker Kemterian Agama Kab. Pulau Morotai membuka rekening virtual di
Mandiri dan BNI.
Intinya, suatu rekening virtual harus memiliki rekening induk pada bank yang sama
yang dibuka di Eselon I.
3. Satker memperoleh user dashboard rekening, user Cash Management System (CMS)
dan kartu debit.

Soal Kasus 3

Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan mengadakan reorganisasi pada lingkup Kantor
Pusat. Perubahan tersebut berdampak salah satunya ke pengelolaan rekening satker.
Sebelumnya, setiap unit Eselon I adalah Satker yang memiliki Bendahara Pengeluaran
sendiri. Sebagian unit Eselon I tersebut hanya berubah nomenklatur/nama Satker dan
sebagian lagi pengelolaan keuangannya terpusat di Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan, sehingga Satker dilikuidasi dan status Bendahara Pengeluaran (BPG) berubah
menjadi Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP).

1. Terkait dengan perubahan nomenklatur Satker, hal-hal apa saja yang perlu dilakukan
oleh Setjen Kementerian Kesehatan terkait dengan pengelolaan rekening?
2. Terkait dengan likuidasi Satker dan perubahan status dari BPG ke BPP, hal-hal apa saja
yang perlu dilakukan oleh Setjen Kementerian Kesehatan terkait dengan pengelolaan
rekening?
3. Jika Satker yang berubah nomenklatur di atas juga berubah kode Satkernya, apakah
rekening virtual yang saat ini dimiliki perlu ditutup dan dibuka rekening virtual yang baru?
Jelaskan!

Jawaban:

1. Satker melalui Eselon I mengajukan perubahan nama rekening untuk kemudian


diteruskan ke bank.
2. Setjen Kemenkes terlebih dahulu menutup rekening virtual BPG satker yang dilikuidasi
melalui KPPN mitra Eselon I, selanjutnya membuka rekening virtual BPP baru melalui
KPPN mitra eselon I pada bank yang sama dengan rekening virtual BPG satker Setjen
Kemenkes.
3. Karena nomor VA unik dan mengandung unsur kode Satker, setiap perubahan kode
Satker diikuti juga dengan penutupan rekening virtual. Selanjutnya, rekening virtual
baru dibuka yang mengandung unsur kode Satker baru.

Anda mungkin juga menyukai