Anda di halaman 1dari 2

APPI Minta Adanya Aturan Turunan dari POJK 22/2023, Begini Respon OJK

KONTAN.CO.ID – Jakarta, 30 Januari 2024


Industri multifinance meminta adanya aturan turunan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) Nomor 22 Tahun 2023 tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa
Keuangan. Pasalnya, ada beberapa poin yang dianggap butuh kejelasan lebih lanjut dari regulator.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyampaikan
pihaknya bakal mengusulkan beberapa hal kepada OJK dan berharap adanya Surat Ederan OJK
(SEOJK) terkait POJK 22/2023. “Kami minta ketegasan, POJK 22/2023 ini sebenarnya sudah jelas
tapi yang kami khawatirkan dari media dari kalangan masyarakat cara membacanya salah,” ujarnya
saat ditemui di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (30/1).
Suwandi menjelaskan, di pasal 6 POJK 22/2023 Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) berhak
mendapatkan perlindungan hukum bagi konsumen yang beritikad tidak baik, seperti memberikan data
palsu dan yang tidak membayar tepat waktu. Menurutnya, pasal tersebut perlu digabungkan dengan
pasal 62 dan pasal 64 yang masing-masing menjelaskan bahwa PUJK wajib memastikan penagihan
kredit atau pembiayaan konsumen dilaksanakan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan
ketentuan perundang-undangan. Lalu pasal 64 menyebut, pengambilalihan atau penarikan agunan
oleh PUJK wajib memenuhi ketentuan, konsumen terbukti wanprestasi, konsumen sudah diberikan
surat peringatan dan PUJK memiliki sertifikat jaminan fidusia, sertifikat hak tanggungan dan/atau
sertifikat hipotek.
“Tapi tidak dihubungkan kan pasal itu harusnya dihubungkan, maka sebenarnya kita ingin
menjelaskan ke OJK apa sih makna dari pelarangan itu dan makna apa yang harus dilakukan itu,”
jelasnya. Suwandi mengungkapkan, regulator bilang kalau POJK ini dibuat bagi debitur yang
beritikad baik dan PUJK tidak boleh bertindak sembarangan. Namun, lanjut dia, OJK tak mentolerir
debitur yang tak beritikad baik. “Harapan kami ya (ada) SE (Surat Edaran OJK), kami bisa
mengusulkan nanti OJK yang memutuskan,” ungkapnya.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan
Pelindungan Konsumen OJK Sarjito mengatakan, bila ada konsumen yang nakal PUJK bisa
melakukan eksekusi menurut peraturan perundang-undangan. “POJK ini akan melindungi konsumen
yang punya itikad baik,” katanya saat ditemui di lokasi yang sama.
Sarjito menuturkan, apa yang tertuang di dalam POJK ini sudah cukup jelas dan tidak perlu
adanya aturan turunanya. Dia bilang, pihaknya akan mencoba membantu APPI dalam
mensosialisasikan POJK tersebut. “Nggak harus surat edaran Ini kan sudah jelas. (POJK) sudah
declare, nanti kita akan sosialisasikan, saya akan bantu Pak Suwandi (APPI) bagaimana caranya,
seperti yang beliau minta nanti kita carikan caranya,” tuturnya.

Untuk diketahui, berdasarkan riset KONTAN terdapat 11 poin penting yang terdapat dalam POJK
22/2023, di antaranya:
1. Penyesuaian cakupan PUJK dan prinsip pelindungan konsumen.
2. Larangan menerima sebagai konsumen dan/atau bekerja sama dengan pihak yang melakukan
kegiatan usaha di sektor keuangan yang tidak memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan atau
otoritas yang berwenang
3. Hak dan kewajiban calon konsumen, konsumen dan PUJK serta larangan bagi PUJK
4. Pencantuman biaya dan komisi/imbalan kepada agen pemasaran/perantara dalam perjanjian.
5. Mekanisme penagihan dan pengambilalihan/penarikan agunan oleh PUJK untuk produk
dan/atau layanan kredit dan pembiayaan.
6. Penyesuaian jangka waktu layanan pengaduan bagi PUJK.
7. Pelindungan data dan/atau informasi dan kewajiban memastikan keamanan sistem informasi
dan ketahanan siber.
8. Pengawasan perilaku PUJK (market conduct).
9. Penguatan pengaturan terhadap kegiatan penyediaan, penyampaian informasi dan pemasaran
pada Produk Asuransi Yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI).
10. Pengajuan keberatan terhadap sanksi administratif yang dikeluarkan oleh OJK.
11. Penguatan kewenangan OJK dalam melakukan gugatan perdata.

Anda mungkin juga menyukai